7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Asma
2.1.1 Definisi Asma
Asma merupakan sebuah penyakit kronik saluran napas yang terdapat di seluruh dunia dengan kekerapan bervariasi yang berhubungan dengan dengan peningkatan
kepekaan saluran napas sehingga memicu episode mengi berulang wheezing, sesak napas breathlessness, dada rasa tertekan chest tightness, dispnea, dan
batuk cough terutama pada malam atau dini hari PDPI, 2006; GINA, 2009. Asma adalah gangguan pada bronkhial dengan ciri bronkospasme periodik
kontraksi spasme pada saluran nafas. Asma merupakan penyakit kompleks yang dapat diakibatkan oleh faktor biokimia, endokrin, infeksi, otonomik, dan psikologi
Somantri, 2007. Asma adalah penyakit pernafasan obstruktif yang ditandai oleh inflamasi saluran nafas dan spasme akut otot polos bronkiolus Corwin, 2009.
Asma adalah penyakit paru yang di dalamnya terdapat obstruksi jalan nafas,
inflamasi jalan nafas, dan jalan nafas yang hiperresponsif atau spasme otot polos bronkial Betz Swoden, 2009.
2.1.2 Patofisiologi Asma
Asma ditandai dengan konstriksi spastik dari otot polos bronkiolus yang menyebabkan sulit bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas
bronkiolus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma
tipe alergi diduga terjadi dengan cara: seseorang alergi membentuk sejumlah antibodi IgE abnormal. Antibodi ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat
pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan bronkiolus dan bronkus pada penderita asma. Bila seseorang terpapar alergen maka antibodi IgE orang tersebut
meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya
histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat yang merupakan leukotrien, faktor kemotaktik eosinofilik, dan bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor ini
akan menghasilkan edema lokal pada dinding bronkiolus maupun sekresi mukus yang kental dalam lumen bronkhiolus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga
menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat Smeltzer Bare, 2010.
Peningkatan permeabilitas dan sensitivitas terhadap alergen yang terhirup, iritan
dan mediator inflamasi merupakan konsekuensi dari adanya cedera pada epitel. Inflamasi kronis pada saluran pernafasan dapat menyebabkan penebalan membran
dasar dan deposisi kolagen pada dinding bronkial. Perubahan ini dapat menyebabkan sumbatan saluran nafas secara kronis seperti yang dijumpai pada
penderita asma. Pelepasan berbagai mediator inflamasi menyebabkan bronkokonstriksi, sumbatan vaskuler, permeabilitas vaskuler, edema, produksi
dahak yang kental dan gangguan mukosiliar Zullies, 2011. Adanya obstruksi pada klien asma dapat berupa sumbatan yang menyeluruh dan penyempitan jalan
nafas berat. Kondisi ini menyebabkan ketidaksesuaian rasio perfusi dan ventilasi National Institute of Health, 2004.