Strategi Humas Pemerintahan Kota Cimahi Dalam Mensosialiasikan Batik Cirendeu Sebagai Batik Khas Kota Cimahi

(1)

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Diploma III (D3) Pada Program Studi Public Relations

Oleh :

ANNE MOERDIANY NIM : 43308008

PROGRAM STUDI PUBLIC RELATIONS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG


(2)

  iv ABSTRAK

STRATEGI HUMAS PEMERINTAHAN KOTA CIMAHI DALAM MENSOSIALISASIKAN BATIK CIRENDEU

SEBAGAI BATIK KHAS KOTA CIMAHI

Oleh: Anne Moerdiany

NIM. 43308008

Di bawah bimbingan : Inggar Prayoga, S.I.Kom

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Strategi Humas Pemerintahan Kota Cimahi Dalam Mensosialisasikan Batik Cirendeu Sebagai Batik Khas Kota Cimahi. Dimulai dari proses pengumpulan data, perencanaan, kegiatan,

komunikasi dan evaluasi.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah dengan wawancara, studi pustaka, dan penelusuran online. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah Humas Pemerintahan Kota Cimahi yang berjumlah Lima orang. Dari lima pegawai tersebut peneliti memilih dua orang sebagai informan penelitan.

Hasil penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa kegiatan mensosialisasikan batik Cirendeu sebagai batik khas Kota Cimahi yang dilakukan oleh Humas Pemerintahan Kota Cimahi dilakukan mulai dari proses pengumpulan data sehingga menghasilkan suatu perencanaan seperti membuat billboard, kegiatan berupa membuat film dokumenter, komunikasi yang di gunakan berbentuk pesan informatif dan persuasif, sampai dengan proses evaluasi yaitu dilihat dari keefektifan kegiatan yang telah berlangsung.

Kesimpulan yang didapatkan adalah strategi yang dijalakan dimulai dari tahap pencarian data, kemudian merencanakan kegiatan tersebut, komunikasi yang disampaikan dan hasil akhir evaluasi yaitu sudah berjalan dengan baik dilihat dari masyarakat Kota Cimahi yang hampir sebagian besar masyarakat kota Cimahi telah mengetahui bahwa Cimahi memiliki batik sendiri dan batik Cirendeu termasuk kedalam batik khas Kota Cimahi. Saran yang diberikan antara lain adalah diadakannya pemilihan Duta Batik Cimahi yang bertugas untuk terus mensosialisasikan batik kemasyarakat bahkan keseluruh Indonesia.


(3)

  v By : Anne Moerdiany

NIM. 43308008

Under Guidance of Inggar Prayoga, S.I.Kom

This research is aimed to recognize the strategy Cimahi Goverment Public relation in socializing batik Cirendeu as distinctive Cimahi batik. This research begins from Data collection, planning, activity, communication, and evaluation

This research employees description method and qualitative approach. Data collection technique is interview method, Literature study, and online browsing. The subjects of the research are five Cimahi Goverment Public relation staffs. of the five, two of them are selected as the informan of the research

The results show that in sosializing batic cirendeu, Cimahi Goverment Public relation staff begins with data collection, to make a planning such as making the billboard and documentary movies. The communications used in such activities are informative and persuassive messages. The evaluation process measures the effectiveness of the activity result

The conclusion is that strategy used by the strategy Cimahi Goverment Public relation staff starts from with data searching and activity planning. The communication method used in activity and the evaluation show good results since the cimahi people has recognized that Cimahi has its own batik and Cirendeu batik is a Cimahi distinctive batik. It is suggested that the goverment should hold Cimahi batik ambassador contest. Who will socialize the batik to the people all over indonesia.


(4)

  vi 

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan judul “Starategi Humas Pemerintahan Kota Cimahi Dalam Mensosialisasikan Batik Cirendeu Sebagai Batik Khas Kota Cimahi”.

Dalam proses penulisan Tugas Akhir ini menyita pengorbanan yang cukup besar baik tenaga, pikiran, serta materi. Berbagai hambatan dan kesulitan senantiasa menyertai proses penulisan Tugas Akhir ini, namun berkat usaha dan kerja keras yang disertai kesabaran serta dukungan dari berbagai pihak pada akhirnya semua kesulitan dan hambatan dapat diatasi. Berkenaan dengan itu penulis ingin memberikan penghargaan dan ucapan terimakasih kepada orang- orang yang berarti dalam hidup penulis yaitu kedua orang tua penulis tersayang, Alm. Ayahanda Asep Makmur dan ibunda Heni Rizza tercinta, terima kasih yang selalu sabar dan mendoakan penulis serta rela berkorban demi keberhasilan penulis dalam menyelesaikan studi dan terus memberikan dukungan dan semangat yang luar biasa kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Peneliti menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan Tugas Akhir ini, walaupun demikian peneliti telah berusaha dengan sebaik mungkin. Kritik dan saran yang sifatnya membangun sebagai bahan masukan yang berharga karena peneliti menyadari akan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang


(5)

  vii 

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia, yang telah memberikan izin penulis untuk melaksanakan penelitian.

2. Bapak Drs. Manap Solihat M. Si. Selaku Ketua Program Studi Public Relations dan Dosen Wali Kelas Public Relations angkatan 2008, yang telah memberi izin penulis untuk melaksanakan penelitian.

3. Bapak Inggar Prayoga, S.Ikom selaku pembimbing yang telah memberikan masukan, motivasi, serta koreksi kepada penulis dalam menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir ini.

4. Staff Dosen Program Studi Public Relations, Ibu Rismawaty S.Sos M. Si, Ibu Melly Maulin S.Sos, M. Si, Ibu Desayu Eka Surya S.Sos, M. Si, Bapak Sanggra Juliano S.IKom, dan staff dosen Public Relations lainnya yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu. Terima kasih atas ilmu dan kesabaran dalam mengajar penulis selama perkuliahan.

5. Sekertariat program studi Ilmu Komunikasi dan Public Relations, Mbak Asri dan Mbak Intan, terimaksih untuk kerjasama dan segala bantuan dalam segala hal yang berhubungan dengan perkuliahan selama tiga tahun belakangan ini.

6. Kabag. Humas & Protokol Bapak Harjono S.Pd, yang telah memberi arahan dan saran kepada penulis selama melakukan penelitian.


(6)

  viii 

7. Bagian Humas dan TU Pimpinan Bapak Dani, Bapak Dodi, Bapak Galih yang telah memberikan masukan dan semangat pada saat penelitian berlangsung.

8. Terimakasih Nenekku, Kakakku Nazari Murzayani, Kakak iparku Agung Darmawan yang menjadi motivator tersayang buat penulis dan Cleonima Matareka yang membuat penulis menjadi lebih semangat dan tertawa. 9. Pacarku Offian Bayu Rahmandha, S.I.Kom yang selalu memberi

dukungan, sabar, membatu dalam mengerjakan TA ini dan menjadikan hari-hari penulis lebih berwarna dan terus semangat.

10.Sahabat-sahabat terbaiku dalam suka dan duka Innri Tri Utari, Winda Wulandari, Dian Prasesti, Lisa Rostika Sari yang membuat penulis menjadi lebih dewasa dan mengerti arti persahabatan.

11.Teman-teman PR lainnya Aniel, Nandini,Abang Badrul, Hero,Ucup,Aldy, Eko, Latto,Renold,Berdhan, terimakasih kawan untuk segala hal selama kita bersama, semoga kenengan itu tidak menipis lalu menghilang.

12.Yoma Rental Komputer, yang membatu penulis dalam mengerjakan TA ini.

Serta tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang tidak dapat sempat tercantum. Semoga allah SWT senantiasa melimpahkan balasab pahala kepada semua.

Bandung, Juli 2011


(7)

1 1.1Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan batik sebagai pakaian warisan budaya bangsa. Batik di Indonesia beraneka ragam sesuai dengan kebudayaan daerah setempat. Diantara sekian banyak ragam batik di indonesia salah satunya adalah batik Cirendeu.Batik Cirendeu merupakan batik khas kota Cimahi, yang berasal dari Daerah Cirendeu yang bertempat di Kampung Cirendeu Cimahi Selatan –Jawa Barat. Batik Cirendeu memiliki ciri khas yang terlihat dari jenis motifnya yang bergambar daun singkong. Motif daun singkong ini di ambil karena sesuai dengan ciri khas Daerah Cirendeu yaitu mereka mengkonsumsi singkong sebagai makanan pokoknya. Hal ini sudah menjadi tradisi secara turun temurun sejak penjajahan Belanda tahun 1924 dimana meraka pada saat itu mengalami gagal panen dikarenakan letak Geografis daeranya yang dikelilingi pegunungan yang hanya cocok untuk ditanami jenis umbi-umbian sehingga masyarakat setempat tidak pernah mengkonsumsi beras melainkan singkong.1Singkong atau sampeu yang merupakan makanan pokok pengganti nasi bagi masyarakat sekitar selama lebih dari 80 tahun, telah menjadi inspirasi untuk menciptakan motif batik. Jadi, pada motif Cirendeu ini, motif daun singkong dan ketela lebih mendominasi.

        1


(8)

2  

Batik merupakan salah satu hasil karya rakyat bangsa Indonesia yang sampai saat ini membuat dunia terkagum-kagum dan terpesona karena keunikan ragam dan motifnya. Zaman dahulu batik identik dengan kerajaan yang ada di Nusantara ini. Sesuai dengan perkembangan zaman, batik yang konvensionalberevolusi menjadi busana modern yang eksotis dengan motif yang unik dan beragam sehingga dapat diterima masyarakat indonesia dan mancanegara. Yang menjadi daya tarik batik adalah proses pembuatannya yang rumit dan keindahan seni lukisnya. Nilai dan keindahan seni dan filosofi batik sebagai adi karya tak tergeser oleh alat modernisasi teknologi. Akartradisi membatik menjadi daya tarik tersendiri bagi kelestarian batik. Pengembangan teknologi mesin tidak mampu menghilangkan keunikan dan keutamaan nilai-nilai yang dimiliki batik. Kecintaan serta penghargaan yang tinggi dari generasi penerus tradisi batik akan menjadi bingkai kokoh, yang akan melestarikan batik sebagai karya bangsa Indonesia bahkan daerah sekalipun. Contoh batik dari daerah atau berdasarkan jenisnya yang populer antara lain :

• Batik Kraton awal mula dari semua jenis batik yang berkembang di Indonesia. Motifnya mengandung makna filosofi hidup. Batik-batik ini dibuat oleh para putri dikraton dan juga pembatik-pembatik ahli yang hidup di lingkungan kraton. Pada dasarnya motifnya terlarang untuk digunakan oleh orang “biasa” seperti motif Parang Barong, Parang Rusa. • Pada masa penjajahan Jepang di pesisir Utara Jawa lahir ragam batik tulis

yang disebut batik Hokokai. Motif dominan adalah bunga seperti bunga sakura dan krisan. Hampi rsemua batik Jawa Hokokai memakai latar


(9)

belakang (isen-isen) yang sangat detail seperti motif parang dan kawung di bagian tengah dan tepiannya masih diisi lagi, misalnya motif bunga dan padi.

• Disamping itu batik dengan motif lainnya yang beragam dan dikenal adalah batik trusmi dan mega mendung dengan motif awan di daerah Cirebon, batik khas Pekalongan, batik dengan motif sasaringan khas daerah Kalimantan dan batik khas Bali yang sudah populer dan dikenali di Indonesia.2

Dari beragamnya jenis batik yang sudah populer diatas, batik Cirendeu merupakan batik khas kota Cimahi masih terbilang baru karena Kota Cimahi pertama kali meluncurkan batiknya pada tahun 2009 sehingga keberadaannya belum banyak dikenal atau diketahui masyarakat luas. Dengan diciptakannya batik yang identik dengan pola daun singkong, batik ini mengukuhkan eksistensinya sebagai salah satu dari beragamnya seni batik yang dikenal di Indonesia.

Dengan adanya batik Cimahi ini berarti kebudayaan daerah di Jawa Barat bertambah dan memiliki suatu nilai jual dan kreatifitas yang tinggi. Sehingga berpengaruh terhadap komoditas ekonomi bagi masyarakat dan pemerintahan kota Cimahi. Oleh karena itu Pemerintah Kota Cimahi harus aktif dalam mensosialisasikan batik Cimahi kepada seluruh masyarakat agar dapat di kenal dan dijadiakan sebagai kebudayaan daerah yang baru. Sejalan dengan rencana tersebut, Humas dalam hal ini memiliki peranan yang sangat penting karena

        2


(10)

4  

kegiatan dan strategi publikasi yang dilakukan oleh Humas, dapat membantu Pemerintahan Kota Cimahi dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat Cimahi mengenai program pemerintah tersebut.

Seperti yang dinyatakan oleh Frank Jefkins, dalam bukunya yang berjudul “Public Relations” edisi ke-empat sebagai berikut:

“Humas adalah sesuatu yang menerangkan keseluruhan komunikasi yang terencana, baik ke dalam maupun keluar, antara suatu organisasi dengan semua khalayak nya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian”. (Jefkins, 2004:30)

Sedangkan Fungsi Humas menurut Cultip & Center and Canfield dalam buku Rosady Ruslan, “Manajemen PR dan Media Komunikasi”, fungsi Humas adalah :

1. Menunjang aktivitas utama manajemen dalam mencapai tujuan bersama (fungsi melekat pada manajeman organisasi).

2. Membina hubungan yang harmonis antara organisasi dengan publiknya yang merupakan khalayak sasaran.

3. Mengidentifikasi segala sesuatu yang berkaitan dengan opini, perserpsi, dan tanggapan masyarakat terhadap organiasasi yang diwakilinya atau sebaliknya.

4. Melayani keinginan publik dan memberikan sumbangan saran kepada pemimpin organisasi demi tujuan dan manfaat bersama.

5. Menciptakan komunikasi dua arah atau timbal balik, dan mengatur arus informasi, publikasi serta pesan dari organisasi ke publiknya atau


(11)

sebaliknya, demi tercapainya citra positif bagi kedua belah pihak. (Cultip & Center and Canfield dalam Ruslan, 2006 : 19).

Bagian Humas institusi pemerintah dibentuk untuk mempublikasikan atau mensosialisasikan rencana, memberi informasi secara teratur tentang kebijakan, rencana-rencana dan hasil kerja institusi serta memberi pengertian kepada masyarakat tentang segala sesuatu yang berpengaruh terhadap lingkungan masyarakat.

Selain itu, dapat memelihara kepercayaan publik terhadap suatu organisasi atau pemerintahan, dan juga merupakan jembatan antara pemerintah dengan perusahaan dengan pihak internal dan pihak eksternal.

Sehingga Humas Pemerintahan Kota Cimahi perlu mensosialisasikan batik Cimahi kepada masyarakat luas. Arti mensosialisasikan adalah “suatu proses penyebaran informasi untuk memperkenalkan suatu hal oleh komunikator kepada komunikan agar komunikan mempunyai kesamaan pemahaman dengan komunikator”. (Effendy, 1989 :33). Adapun pengertian menurut Soekanto “ Sosialisasi adalah suatu proses mengkomunikasikan kebudayaan kepada masyarakat baru. (Soekanto, 1993: 234).

Upaya Humas Pemerintahan Kota Cimahi mensosialisasikan batik Cirendeu ini adalah untuk memperkenalkan batik Cirendeu kepada masyarakat luas terutama masyarakat Cimahi untuk mengetahui, memakai, dan melestarikan batik khas yang melambangkan daerahnya agar setara dengan batik-batik yang sudah populer dari daerah lain di Indonesia.Sehingga dapat mempengaruhi


(12)

6  

pertumbuhan ekonomi dan pariwisata kota Cimahi dan memperkaya budaya bangsa Indonesia.

Mengacu pada permasalahan tersebut, penulis bermaksud mengeksplorasi dan menganalisis lebih jauhtentang ”Bagaimana Strategi Humas Pemerintahan Kota Cimahi Dalam Mensosialisasikan Batik Cirendeu Sebagai Batik Khas Kota Cimahi”

1.2 Identifikasi Masalah

Untuk memberikan arah pada penelitian yang dilakukan maka disusun identifikasi masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengumpulan data yang dilakukan Humas Pemerintahan Kota Cimahi Dalam mensosialisasikan Batik Cirendeu Sebagai Batik Khas Kota Cimahi?

2. Bagaimana perencanaan Humas Pemerintahan Kota Cimahi Dalam Mensosialisasikan Batik Cirendeu Sebagai Batik Khas Kota Cimahi? 3. Bagaimana kegiatan Humas Pemerintahan Kota Cimahi Dalam

Mensosialisasikan Batik Cirendeu Sebagai Batik Khas Kota Cimahi? 4. Bagaimana komunikasi yang di sampaikan oleh Humas Pemerintahan

Kota Cimahi Dalam Mensosialisasikan Batik Cirendeu Sebagai Batik khas Kota Cimahi?

5. Bagaimana evaluasi Humas Pemerintahan Kota Cimahi Dalam Mensosialisasikan Batik Cireundeu Sebagai Batik Khas Kota Cimahi?


(13)

6. Bagaimana Strategi Humas Pemerintahan Kota Cimahi Dalam Mensosialisasikan Batik Cireundeu Sebagai Batik khas Kota Cimahi?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi yang di lakukan Humas Pemerintahan Kota Cimahi Dalam Mensosialisasikan Batik Cirendeu Sebagai Batik Khas Kota Cimahi.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Berangkat dari permasalah yang telah penulis identifikasi di atas tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengumpulan data Humas Pemerintahan Kota Cimahi Dalam Mensosialisasikan Batik Cirendeu Sebagai Batik Khas Kota Cimahi.

2. Untuk mengetahui perencanaan Humas Pemerintahan Kota Cimahi Dalam Mensosialisasikan Batik Cirendeu Sebagai Batik Khas Kota Cimahi.

3. Untuk mengetahui kegiatan Humas Pemerintahan Kota Cimahi Dalam Mensosialisasikan Batik Cirendeu Sebagai Batik Khas Kota Cimahi. 4. Untuk mengetahui komunikasi Humas Pemerintahan Kota Cimahi

Dalam Mensosialisasikan Batik Cirendeu Sebagai Batik Khas Kota Cimahi.


(14)

8  

5. Untuk mengetahui evaluasi Humas Pemerintahan Kota Cimahi Dalam Mensosialisasikan Batik Cirendeu Sebagai Batik Khas Kota Cimahi. 6. Untuk mengetahui Strategi Humas Pemerintahan Kota Cimahi Dalam

Mensosialisasikan Batik Cirendeu Sebagai Batik Khas Kota Cimahi.

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan teoritis

Penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat berguna sebagai pergembangan Humas serta memperkaya wawasan kalangan akademis terutama mengenai perkembangan strategi bagian Humas dalam mensosialisasikan batik khas kota Cimahi.

1.4.2 Kegunaan Praktis A. Kegunaan Bagi Peneliti

Penelitian ini berguna bagi peneliti sebagai aplikasi dari keilmuan Humas secara umum dan kegiatan internal dan eksternal Humas pada Mensosialisasikan batik secara khusus.

B. Kegunaan Bagi UNIVERSITAS

Penelitian ini berguna bagi mahasiswa UNIKOM secara umum. Mahasiswa Humas secara khusus. Sebagai literatur dan referensi bagi yang akan melakukan penelitian pada kajian yang sama.

C. Kegunaan Bagi Pemerintahan Kota Cimahi

Penelitian ini berguna bagi perusahaan yaitu sebagai bahan evaluasi dan perbandingan sedangankan bagi masyarakat sebagai pengetahuan.


(15)

1.5 Kerangka Penelitian 1.5.1 Kerangka Teoristis

Untuk dapat memahami masalah yang diteliti, perlu dikemukakan konsep dan teori yang ada dalam studi ini khususnya studi mengenai Humas. Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukan arah saja, melainkan harus mampu menunjukan bagaimana taktik operasionalnya. (Effendi, 2003 : 32).

Oleh karena itu, berdasarkan pengertian di atas peneliti menggunakan tahap-tahap operasional Humas menurut Cutlip & Center (1961) yang di kutip oleh Abdurrachman, dimana untuk mencapai efek yang tinggi dalam kegiatan proses operasional Humas haruslah melalui 4 tahapan yaitu :

1. Fact-Finding

Yaitu pengumpulan data sesuai dengan kenyataan yang ada. Tahap ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana citra atau institusi / lembaga dimata masyarakat. Kegiatanfact-finding diharapkan bahwa manajemen akan mengetahui gambaran yang objektif tentang lembaganya dimata masyarakat. Gambaran yang objektif ini hanya bisa didapatkan melalui research akan dimanfaatkan sebagai landasan kegiatan manajemen untuk kegiatan komunikasiyang akan di lakukan oleh humas. Hasilnya berupa dokumentasi, data-data terbuka (secara sosial dapat dilihat) fact-finding merupakan pedoman manajemen secara keseluruhan.


(16)

10  

2. Planinng and Programming

Yaitu tahap merencanakan dan membuat program sesuai dengan apa yang telah diketahui dalam tahap fact–finding. Perencanaan dan pemrograman merupakan segala informasi atau data masukan atau input yang diperoleh berkaitan dengan hal atau permasalahan yang dihadapi kedalam bentuk rencana tindakan untuk pemecahannya. Perencanaan humas merupakan suatu proses berkesinambungan dan selalu memerlukan peninjauan agar tindakan yang diambil sesuai dengan aturan yang di tetapkan. Sejumlah prinsip yang harus diperhatikan dalamperemcanaan program antara lain: sifat waktu dan lingkungan. Perencanaan juga harus memperhatikan situasi di dalam maupun di luar pemerintahan, serta pihak-pihak yang terlibat dalam perencanaan tersebut.Definisi lain dari perencanaan adalah campuran dari kebijakan dan tata cara (prosedur) sedangkan kegiatan secara sederhana yaitu acara atau susunan acara, sedangkan secara Public Relations yaitu perincian waktu atau timming secara teratur, dan menurut urutan tertentu tentang pelaksanaan langkah demi langkah sesuai dengan apa yang telah ditetapkan pada perencanaan. (Cultip, Center & Broom, 1994 : 263-273).

3. Communicating

Yaitu tahap pelaksanaan kominikasi. Merupakan tahap implementasi sesuai fakta/data yang telah dirumuskan dalam perencanaan. Misalnya


(17)

dengan mengkomunikasikan sesuai dengan bentuk-bentuk komunikasi:

personal communication grup communication mass communication

pada tahap ini hal-hal yang harus diperhatikan:

The action of strategy: Humas harus dapat melakukan tindakan yang sifatnya acting responsively dan responsibly artinya Humas mau mendengar keinginan publik sehubungan dengan segala kegiatan yang dilakukan.

The communication component of strategy: mempertimbangkan seluruh komponen komunikasi yang dilaksanakan di mulai pada saat menggunakan media, menggunakan sumber komunikasi, membawa komunikasi ke arah yang di inginkan,memodifikasi pesan yang di sampaikan sesuai kerangka pesan yang baik,dan dapat menggiring opini publik,siap, dan prilaku publik yang diharapkan dengan memanfaatkan sumber daya komponen-komponen komunikasi yang telah ditapkan dalam perencanaan dan pemrograman.

Implementating the strategy: credibility, context, content, clarity, continuity & consistency,channel,capability of the audience.


(18)

12  

4. Evaluation

Yaitu tahap melakukan suatu evaluasi terhadap apa yang telah dilakukan dari tahap pertama dan tahap-tahap berikutnya. Tujuan utama evaluasi adalah untuk megetahui apakah tujuan Humas benar-benar telah dilaksanakan sesuai rencana berdasarkan hasil penelitian atau tidak. Penelitian untuk mengetahui sampai dimana kelancaran kegiatan Humas yang telah berlangsung. Pada tahapan akhir ini Humas dapat mengetahui apakah pelaksanaannya berdasarkan rencana atau tidak dan apakah perlu dirubah atau tidak apa yang dievaluasi. Dalam hal ini tujuan utama dari penilaian adalah untuk mengetahui apakah kegiatanHumas benar-benar dilaksanakan menurut rencana berdasarkan hasil penelitian atau tidak. Penilaian penting untuk mengetahui sampai dimana kelancaran kegiatan Humas yang berlangsung (Yulianita 2001:121-154).

1.5.2 Kerangka Konseptual

Dari tahap-tahap proses operasional Humas menurut Cultip & Center (1961), penelitian mengaplikasikannya kedalam masalah penelitian. Untuk lebih jelas akan di jabarkan sebagai berikut:

1. Dari segi fact-ficting

Dalam tahap ini penelitian ini bagian Humas Pemerintahan Kota Cimahi berusaha mencari keterangan yang merupakan data faktual.


(19)

Keterangan yang mentah itu harus diolah terlebih dahulu. Sehingga memperoleh kesimpulan atas kebenaran data yang diperoleh itu. 2. Dari segi planning dan programming

Dari tahap penelitian lanjut ke tahap perencanaan. Dalam tahap ini bagian Humas Pemerintahan Kota Cimahi melakukan penyusunan daftar masalah. Dengan adanya daftar tersebut akan dapat dilakukan pemikiran dengan cepat untuk mengatasinya dan nantinya perencanaan itu perlu di pikirkan dengan matang, oleh karena itu kegiatan ini merupakan salah satu tahap yang turut menentukan suksesnya pekerjaan bagian Humas keseluruhan.

3. Dari segi communicating

Sampailah pada tahap komunikasi, tahap pelaksanaan komunikasi di sini misalnya dengan terjadinya pemberitahuan dari bagian Humas Pemerintahan Kota Cimahi kepada bagian lain tentang program mensosialisasikan batik Cirendeu sabagai batik khas kota Cimahi baik secara persuasif, dan informatif.

4. Dari segi evaluation

Tahap-tahap proses operasional Humas Pemerintahan Kota Cimahi berlangsung secara berkesinambungan dalam bentuk hubungan yang terdiri dari program kegiatan dan frekuensi. Evaluation adalah tahap terakhir setelah tahap-tahap pengumpulan data, perencanaan dan komunikasi sebelumnya telah dijelaskan bahwa pentahapan proses operasional Humas Pemerintahan Kota Cimahi itu dalam prakteknya


(20)

14  

berlangsung berkesinambungan, sehingga tidak tampak kapan dimulainya evaluation, sebab sebelum evaluation berakhir telah dimulai pula dengan pengumpulan data untuk mencari fakta. Tidak jarang terjadi perubahan suatu program yang telah direncanakan dan memang setiap program dalam tahap perencanaan fleksibel, tidak kaku demi kelancaran kegiatan yang di lakukan.

1.6 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan judul penelitian yaitu “ Strategi Humas Pemerintahan Kota Cimahi Dalam Mensosialisasikan Batik Cirendeu Sebagai Batik Khas Kota Cimahi” . Maka peneliti mengajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut :

a. Seperti apa pengumpulan data yang dilakukan Humas Pemerintahan Kota Cimahi Dalam Mensosialisasikan Batik Cirendeu Sebagai Batik Khas Kota Cimahi.

• Seperti apa persiapan pencarian data yang dilakukan Humas Pemerintahan Kota Cimahi Dalam Mensosialisasikan Batik Cirendeu Sebagai Batik Khas Kota Cimahi?

• Seperti apa proses pencarian data dilakukan Humas Pemerintahan Kota Cimahi Dalam Mensosialisasikan Batik Cirendeu Sebagai Batik Khas Kota Cimahi?

• Apa tujuan pengumpulan data yang dilakukan Humas Pemerintahan Kota Cimahi Dalam Mensosialisasikan Batik Cirendeu Sebagai Batik Khas Kota Cimahi?


(21)

b. Seperti apa perencanaan Humas Pemerintahan Kota Cimahi Dalam Mensosialisasikan Batik Cirendeu Sebagai Batik Khas Kota Cimahi?

• Seperti apa tahap perencanaan yang dilakukan Humas Pemerintahan Kota Cimahi Dalam Mensosialisasikan Batik Cirendeu Sebagai Batik Khas Kota Cimahi?

• Seperti apa tujuan perencanaanyang dilakukan Humas Pemerintahan Kota Cimahi Dalam Mensosialisasikan Batik Cirendeu Sebagai Batik Khas Kota Cimahi?

c. Seperti apa kegiatan Humas Pemerintahan Kota Cimahi Dalam Mensosialisasikan Batik Cirendeu Sebagai Batik Khas Kota Cimahi.

• Bagaimana jenis kegiatan yang dilakukan Humas Pemerintahan Kota Cimahi Dalam Mensosialisasikan Batik Cirendeu Sebagai Batik Khas Kota Cimahi?

• Bagaimana bentuk kegiatan yang dilakukanHumas Pemerintahan Kota Cimahi Dalam Mensosialisasikan Batik Cirendeu Sebagai Batik Khas Kota Cimahi?

• Bagaimana intensitas kegiatan yang dilakukan Humas Pemerintahan Kota Cimahi Dalam Mensosialisasikan Batik Cirendeu Sebagai Batik Khas Kota Cimahi?

• Siapa saja yang terlibat dalam kegiatan yang dilakukan Humas Pemerintahan Kota Cimahi Dalam Mensosialisasikan Batik Cirendeu Sebagai batik Khas Kota Cimahi?


(22)

16  

d. Seperti apa komunikasi Humas Pemerintahan Kota Cimahi Dalam Mensosialisasikan Batik Cirendeu Sebagai Batik Khas Kota Cimahi.

• Seperti apa jenis pesan yang disampaikan Humas Pemerintahan Kota Cimahi Dalam Mensosialisasikan Batik Cirendeu Sebagai Batik Khas Kota Cimahi?

• Seperti apa isi pesan yang disampaikan Humas Pemerintahan Kota Cimahi Dalam Mensosialisasikan Batik Cirendeu Sebagai Batik Khas Kota Cimahi?

• Seperti apa bentuk pesan yang disampaikan Humas Pemerintahan Kota Cimahi Dalam Mensosialisasikan Batik Cirendeu Sebagai Batik Khas Kota Cimahi?

• Seperti apa jenis media yang digunakan oleh Humas Pemerintahan Kota Cimahi Dalam Mensosialisasikan Batik Cirendeu Sebagai Batik Khas Kota Cimahi?

e. Seperti apa evaluasi Humas Pemerintahan Kota Cimahi Dalam Mensosialisasikan Batik Cireundeu Sebagai Batik Khas Kota Cimahi.

• Seperti apa proses evaluasi yang dilakukan Humas Pemerintahan Kota Cimahi Dalam Mensosialisasikan Batik Cireundeu Sebagai Batik Khas Kota Cimahi

• Seperti apa manfaat evaluasi yang dilakukan Humas Pemerintahan Kota Cimahi Dalam Mensosialisasikan Batik Cirendeu Sebagai Batik khas kota Cimahi?


(23)

• Seperti apa tindak lanjut dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh Humas Pemerintahan Kota Cimahi Dalam Mensosialisasikan Batik Cirendeu Sebagai Batik Khas Kota Cimahi?

1.7 Subjek dan Informan 1.7.1 Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah, baik orang, benda maupun lembaga (organisasi) yang sifat-keadaannya (“attribut”-nya) akan diteliti. Dengan kata lain subjek penelitian adalah sesuatu yang di dalam dirinya melekat atau terkandung objek penelitian. “Subjek penelitian adalah sesuatu, baik orang, benda ataupun lembaga (organisasi), yang sifat-keadaannya akan diteliti. Dengan kata lain subjek penelitian adalah sesuatu yang di dalam dirinya melekat atau terkandung objek penelitian.”3

Subjek dalam penelitian ini adalah Pemerintahan Kota Cimahi. Untuk lebih jelas subjek penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1.1 Subjek penelitian

NO NAMA JABATAN

1 Hardjono Kabag.Humas & Protokol

2 Faisal Riawan Petugas Sosialisasi

3 Lina Anggraeny Petugas Sosialisasi 4. Dani Siswanto Petugas Soasialisasi

        3


(24)

18  

5 Yoga Prasetio Petugas Sosialisasi

Sumber : Peneliti 2011

1.7.2 Informan Penelitian

Informan (narasumber) penelitian adalah seseorang yang memiliki informasi (data) mengenai objek yang sedang diteliti. Diminta informasi mengenai objek penelitian tersebut. Lazimnya informan atau narasumber penelitian ini ada dalam penelitianyang subjek penelitiannya berupa “kasus” (satu kesatuan unit) antara lain yang berupa lembaga atau organisasi atau institusi (pranata) sosial.

“Informan adalah Seseorang yang memberkan informasi kepada orang lain yang belum mengetahuinya . Dalam hal ini, informan merupakan sumber data penelitian utama yang memberkan informasi dan gambaran mengenai pola perilaku dari kelompok masyarakat yang diteliti.” (Kuswarno, 2008 : 162)

Diantara sekian banyak informan tersebut, ada yang disebut nara sumber kunci (key informan) seorang ataupun beberapa orang, yaitu orang atau orang-orang yang paling banyak menguasai informasi (paling banyakt ahu) mengenai objek yang sedang diteliti tersebut.4

        4


(25)

Tabel 1.2 Informan penelitian

NO NAMA JABATAN

1 Hardjono S.Pd Kabag. Humas &

Protokol.

2. Triwanto Mardi Pemilik Lembur

Batik Cimahi.

Sumber : Peneliti 2011

Alasan penulis memilih informan penelitian tersebut di atas karena mereka terlibat langsung dalam kegiatan mensosialisasikan batik Cirendeu sebagai batik khas Kota Cimahi.

1.8 Metode Penelitian

Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Pendekatan kualitatif menurut Creswell adalah penelitian yang latar tempat dan waktunya alamiah. Paradigma ini juga memungkinkan untuk dilakukan intepretasi secara kualitatif atas data-data penelitian yang telah di peroleh. (1998;14). Sedangkan kualitatif menurut prof. Dr. Sugiyono metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data di lakukan secara gabungan, analisa data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi. (2007 : 1).


(26)

20  

Sedangkan menurut Rakhmat metode deskriptif adalah metode yang bertujuan melukiskan secara sistematis fakta atau karekteristik populasi di bidang tertentu secara fakta dan cermat. (Rakhmat, 1997 : 22).

Definisi lain menyebutkan metode dalam penelitian status atau kelompok manusia,suatu objek, suatu set kondisi, sistem pemikiran atau suatu kelas peristiwa pada saat sekarang. (Nazir, 1983 : 63)

Tujuan Deskriptif adalah :

1. Mengumpulkan informasi aktual. 2. Membuat perbanding atau evaluasi.

1.9 Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara mendalam

Wawancara adalah pengumpulan data yang dalam pelaksanaanya adalah mengadakan tanya jawab kepada orang-orang yang terkait dengan permasalahan, baik tertulis maupun lisan guna memperoleh masalah yang diteliti. Wawancara dapat beberapa kali dilakukan guna mendapatka data yang bener-benar aktual. Seperti juga dalam metode penelitian lainnya, kualitatif sangat bergantung pada data yang ada dilapangan dengan melihat fakta-fakta yang ada. Data yang terus bertambah dimanfaatkan untuk verifikasi teori yang timbul dilapangan kemudian terus menerus disempurnakan selama penelitian berlangsung.

“Percakapan dengan maksud tertentu, yang dilakukan oleh kedua belah pihak yaitu pewawancara (interviewer) sebagai orang yang


(27)

mengajukan pertanyaan, dan yang diwawancarai (interviewee) sebagai orang yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu”

(Koentjaradiningrat,1996).

Wawancara dilakukan kepada seluruh anggota atau pun bagian dari Humas Pemerintahan Kota Cimahi.

b. Studi Pustaka

Kegiatan ini berkaitan dengan pengkajian terhadap teori- teori yang berhubungan dengan topik penelitian atau di sebut juga studi pustaka, sehingga diharapkan teori tersebut dapat mendukung hasil penelitian terutama dalam pembahasan. Teknik ini termasuk pada teknik pengumpulan data sekunder, yaitu data yang diperoleh berdasarkan informasi yang didapatkan dari penelitian sebelumnya, data lengkap yang berhubungan dengan topik yang dibahas, buku-buku ilmiah, maupun catatan perkuliahan dan referensi-referensi lain yang menunjang. Menurut Supriyanto seperti yang di kutip oleh Ruslan : “Studi kepustakaan adalah mencari data atau informasi riset memalui membaca jurnal ilmiah, buku-buku referensi dan bahan-bahan publikasi yang tersedia di perpustakaan” . (Ruslan, 2003 : 31)

c. Internet Searching

Perkembangan teknologi kini banyak membantu dalam kegiatan penelitian. Perkembangan teknologi dijadikan sebagai alat untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan penelitian. Internet digunakan


(28)

22  

sebagai salah satu teknik pengumpuklan data. Internet menjelma menjadi Ensiklopedia raksasa yang memuat berbagai informasi termasuk mengenai informasi mengenai penelitian yang dilakukan.

Peneliti menggunakan media internet sebagai media teknologi informasi yang mendunia untuk mendapatkan informasi terbaru dan informasi yang telah ada sebelumnya. Teknik pengumpulan data internet searching ini sangat efektif untuk mendapatkan berbagai informasi yang dibutuhkan oleh peneliti.

“Penelusuran online merupakan tata cara melakukan penelusuran data melalui media online seperti internet atau media jaringan lainnya yang menyediakan fasilitas online, sehingga memungkinkan peneliti dapat memanfaatkan data informasi online yang berupa data maupun informasi teori, secepat atau semudah mungkin dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademis”. (Bungin, 2008 : 48 )

1.10 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.10.1 Lokasi

Dalam melakukan penelitian untuk mendapatkan data sebagai syarat penulisan tugas akhir ini, penulis memilih Pemerintahan Kota Cimahi :

• Jalan Jl.Rd. DemangHardjakusumah Blok JatiCihanjuang • Telp. (022) 6631859


(29)

1.10.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan kurang lebih selama enam bulan yaitu pada bulan Februari 2011 sampai dengan bulan Juli 2011. Mulai dari persiapan, Pelaksanan hingga penyelesaian.

Untuk lebih rinci waktu penelitian dapat dilihat pada jadwal penelitian.


(30)

  Tabel 1.3

Jadwal Penelitian 2011

Kegiatan Februari Maret April Mei Juni Juli

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Pengajuan judul

Bimbingan Bab 1 ACC Bab I Bimbingan Bab II ACC Bab II Pimbingan BabIII ACC Bab III Pengumpulan data perusahaan

Wawancara Bimbingan Pengolahan data Bimbingan Bab IV ACC Bab IV Bimbingan Bab V ACC Bab V Bimbimngan Keseluruhan draf Daftar dan

Pelaksanaan Sidang (Sumber : peneliti 2011)


(31)

 

1.11 Sistematika Penulisan

Penulisan Tugas Akhir ini terdiri dari V (lima) Bab dan disusun dengan sistematika sebagai berikut :

1. BAB I PENDAHULUAN

Merupakan bab awal dari keseluruhan yang berisikan antara lain :

Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Maksud dan Tujuan Penelitian, Kegunaan Hasil Penelitian, Kerangka penelitian, Daftar Penelitian, Metode Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Analisis Data, Lokasi dan Waktu Penelitian, Serta Sistematika Penulisan.

2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini diuraikan teori-teori yang mendukung proses penelitian atau berkaitan dengan objek yang diteliti. Berisikan mengenai tinjauan Humas, sejarah, pengertian, proses,hubungan, fungsi analisa mengenai Strategi Humas Pemerintahan Kota Cimahi Dalam Mensosialisasikan Batik Cirendeu Sebagai Batik Khas Kota Cimahi.

3. BAB III OBJEK PENELITIAN

Bab ini membahas tinjauan umum tentang Sejarah pemerintahan, Budaya pemerintahan, Visi dan Misi pemerintahan, Logo pemerintahan, Struktur Organisasi dan tinjauan tentang Humas Pemerintahan Kota Cimahi.

4. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Meliputi : Data informan, Deskriptif Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil Penelitian.


(32)

26

   

 

5. BAB V PENUTUP


(33)

27 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Tentang Humas 2.1.1 Pengertian Humas

Pada dasarnya Public Relations atau disebut juga Humas merupakan bidang atau fungsi tertentu yang diperlukan oleh setiap organisasi, perusahaan bahkan pemerintahan. Perannya sebagai wahana komunikasi ke dalam dan ke luar. Kebutuhan dan kehadirannya tidak bias dicegah, karena Humas merupakan salah satu elemen yang menentukan kelangsungan suatu organisasi secara positif.

Batasan pengertian Humas, menurut para ahli sampai saat ini belum ada satu kesepakatan secara tegas, ini disebabkan karena pertama, banyaknya definisi Humas yang satu sama lain saling berbeda pendapat tentang Humas yang telah dirumuskan oleh para pakar atau ahli, maupun profesional Humas yang satu sama lain saling berbeda pendapat tentang Humas. Kedua, terjadi perbedaan batasan pengertian tentang Humas diakibatkan karena adanya latar belakang yang berbeda, misalnya definisi yang dilontarkan oleh kalangan akademis akan lain dengan apa yang diungkapkan oleh kalangan praktisi Humas. Ketiga, sesuatu yang menunjukkan baik secara teoritis maupun praktisi bahwa kegiatan Humas itu bersifat dinamis dan fleksibel terhadap perkembangan dinamika masyarakat serta mengikuti kemajuan zaman.


(34)

  28

Mungkin tidak ada bidang ilmu lain yang sulit didefinisikan seperti Humas. Semua orang percaya bahwa definisi dari Humas bisa saja berbeda-beda arti bagi masing-masing pihak. Ada yang melihatnya dari segi komunikasi, publikasi, manajemen, pemasaran, atau periklanan, begitu kompleksnya.

Menurut John E. Maiston definisi umum dari Humas atau Public Relations adalah “Public Relations is planned, persuasive communications designed to influence significant public.” (Kasali,2000:6)

Sedangkan definisi yang berkaitan dengan manajemen adalah definisi yang dikeluarkan oleh Danny Grinsworld, Public Relationsm News (International Public Relations Weekly for Executives) dimana Humas atau Public Relations adalah :

“Fungsi manajemen yang melakukan evaluasi terhadap sikap dua publik, mengidentifikasikan kebijakan dan prosedur seseorang atau sebuah perusahaan terhadap publiknya, menyusun rencana serta menjalankan program-program komunikasi untuk memperoleh pemahaman dan penerimaan public” (Kasali, 2000:7).

Lebih lanjut Rex F. Harlow dalam sebuah bukunya yang berjudul “A model for Public Relations Education for Profesional Practice” memberikan definisi Humas atau Public Relations sebagai berikut :

“Humas atau Public Relations adalah fungsi manajemen yang khas dan mendukung pembinaan, pemeliharaan jalur bersama antara organisasi dengan publiknya, menyangkut aktivitas komunikasi, pengertian, penerimaan, dan kerjasama; melibatkan menejemen dalam persoalan atau permasalahan, membantu manajemen mampu menanggapi opini public; mendukung manajemen dalam mengikuti dan memanfaatkan perubahan secara efektif bertindak sebagai sistem peringatan dini dalam mengantisipasi kecenderungan menggunakan penelitian serta teknik komunikasi yang sehat dan etis sebagai sarana utama.” (Ruslan, 1998:17)


(35)

Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan, ada beberapa kesamaan antara pengertian yang satu dengan yang lainnya. Ada unsur-unsur utama yang sama, yang menyangkut antara lain:

1. Humas atau Public Relations sebagai fungsi manajemen yang melekat pada organisasi merupakan suatu kegiatan yang berorientasi/bertujuan untuk memperoleh goodwill, menciptakan dan membina pengertian dan pengakuan dari publik, membina dan memelihara kerjasama, menciptakan citra serta membentuk dan memelihara hubungan yang saling menguntungkan antara organisasi dan publik-publiknya.

2. Orientasi kegiatan Humas adalah organisasi dan publik, artinya apabila antara kepentingan organisasi dan publik seimbang, maka hal ini akan menentukan sukses atau gagalnya tujuan organisasi.

3. Kegiatan Humas adalah kegiatan yang terencana, artinya setiap kegiatan yang dilakukan oleh Humas telah melalui tahapan-tahapan dimana setiap tahapan ini melalui perencanaan yang matang dan tidak asal- asalan. Ini berarti Humas adalah suatu rangkaian kegiatan yang di organisasikan sebagai suatu rangkaian program yang terpadu dan teratur. Jadi Humas bukanlah kegiatan yang sifatnya sembarangan. 4. Perencanaan dalam kegiatan Humas adalah perencanaan dengan

tujuan yang baik untuk menciptakan opini publik yang favourable dan menguntungkan semua pihak.

5. Aktivitas Humas adalah aktivitas komunikasi timbal balik atau dua arah sebagai upaya untuk menciptakan hubungan yang harmonis


(36)

  30

antara organisasi dan masyarakat. Hubungan yang harmonis ini timbul dari adanya mutual understanding, mutual confidence dan image yang baik.

Jadi dalam ke lima unsur utama tersebut diatas menunjukkan adanya hubungan kait mengait secara holistik yang merupakan proses berkesinambungan dalam fungsional Humas yang melekat dengan manajemen oraganisasi, dalam upaya mencapai tujuan dan sasaran utama badan usaha/organiasasi.

Definisi-definisi diatas kiranya memberi gambaran yang lebih jelas tentang konsep Humas.

2.1.2 Proses Humas

Proses Humas atau Public Relations sangat tergantung dari input informasi, karena bidang Humas adalah suatu studi yang menyangkut sikap manusia yang membutuhkan ketajaman dan kepekaan analisis, serta data yang dapat mengubah sikap manusia atau kelompok manusia secara efektif. Proses Humas selalu dimulai dan diakhiri dengan penelitian. Berdasarkan prosesnya, ada empat langkah yang biasa dilakukan dalam proses Humas atau Public Relations sebagaimana yang diajukan oleh Cutlip dan Center sebagai berikut:

1. Definisikan Permasalahan

Dalam tahap ini Humas atau Public Relations perlu melibatkan diri dalam penelitian dan pengumpulan fakta. Selain itu Humas perlu memantau dan membaca terus pengertian, opini, sikap, dan perilaku


(37)

mereka yang berkepentingan dan terpengaruh oleh sikap dan tindakan perusahaan. Tahap ini merupakan penerapan atau fungsi intelejen perusahaan. Langkah ini dilakukan oleh seorang Humas setiap saat secara kontinu bukan hanya pada saat krisi terjadi.

2. Perencanaan dan Program

Pada tahap ini seorang Humas sudah menemukan penyebab timbulnya permasalahan dan sudah siap dengan langkah-langkah pemecahan atau pencegahan. Langkah-langkah ini dirumuskan dalam bentuk rencana dan program, termasuk anggarannya. Pada tahap ini penting bagi Humas mendapatkan dukungan penuh dari pimpinan puncak perusahaan karena besar kemungkinan langkah yang diambil akan sangat strategis dan melibatkan keikutsertaan banyak bagian.

3. Aksi dan Komunikasi

Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan/kegiatan sesuai dengan fakta dan data yang telah dirumuskan dalam bentuk perencanaan. Pada tahap ini, aksi dan komunikasi harus dikaitkan dengan objective dan goals yang spesifik.

4. Evaluasi Program

Proses Humas atau Public Relations selalu dimulai dari mengumpulkan fakta dan diakhiri pula dengan pengumpulan fakta. Untuk mengetahui prosesnya sudah selesai atau belum, seorang Humas perlu melakukan evaluasi atas langkah-langkah yang telah diambil. Maka, tahap ini akan melibatkan pengukuran atas hasil


(38)

  32

tindakan di masa lalu. Penyesuaian dapat dibuat dalam program yang sama, atau setelah suatu masa berakhir. (Kasali, 2000: 84-85).

Keempat langkah diatas merupakan tahap-tahap yang penting, sehingga dalam menjalankan keempat tahapan itu harus lengkap, tidak boleh ada yang terlewat.

2.1.3 Fungsi Humas

Fungsi Humas merupakan kegiatan operasional dari suatu benda atau lembaga. Mengenai istilah fungsi ini, Ralph Curier dan Allan C. Filley dalam bukunya “Principle of Management” dikutip oleh Onong Uchjana Effendy (1993:24) menyatakan bahwa “istilah fungsi menunjukkan suatu tahap yang jelas yang dapat dibedakan bahkan dari tahap pekerjaan lain”.

Dalam kaitannya dengan Humas, maka Humas dalam suatu organisasi dapat dikatakan berfungsi apabila menunjukkan kegiatan yang jelas yang dapat dibedakan dengan kegiatan yang lainnya.

“Fungsi utama Humas adalah menumbuhkan dan mengembangkan hubungan antara lembaga/organisasi dengan publiknya, intern maupun ekstern dalam rangka menanamkan pengertian, menumbuhkan, motivasi dan partisipasi publik dalam upaya menciptakan iklim pendapat (opini publik) yang menguntungkan lembaga/organisasi”. (Rachmadi,1992:21)

Selanjutnya mengutip dari Edwin Emery dalam “Introductions to

Mass Communications” F. Rachmadi menyebutkan fungsi Humas atau

Public Relations:

“The planned and organized effort of a company or institutions to establish mutually beneficial through acceptable communications relationship with its various publics (upaya yang terencana dan terorganisasi dari sebuah perusahaan atau lembaga untuk menciptakan


(39)

hubungan-hubungan yang saling bermanfaat dengan berbagai publiknya)” (Rachmadi, 1992:21).

Adapun fungsi dasar dari Humas atau Public Relations seperti yang diungkapkan oleh Moore, meliputi:

1. Menginterpretasikan opini publik untuk kepentingan manajemen dan mengumpulkan informasi mengenai sikap publik.

2. Membuat manajemen sadar akan kecenderungan dalam politik, sosial dan ekonomi.

3. Meminta perhatian manajemen atas aspek-aspek dari stimuli pengoperasian yang dapat merintangi hubungan perusahaan dengan publik.

4. Menyampaikan saran-saran kepada manajemen untuk menangani hubungan tersebut. (Moore,1987:160)

Cutlip and Center dalam bukunya “Effective Public Relations” juga mengemukakan 3 fungsi Humas atau Public Relations yaitu:

a. To ascertain and evaluate public opinion as it relates to his organization

(menjamin dan menilai opini publik yang ada dari organisasi). b. To councel executives on way of dealing with public opinion as it exist

(untuk memberikan nasihat/penerangan pada manajemen dalam hubungannya dengan opini publik yang ada).

c. To use communication to influence public opinion

(untuk menggunakan komunikasi dalam rangka mempengaruhi opini publik). (Effendy, 1997:134)

Onong Uchjana Effendy dalam bukunya “Humas” mengemukakan 4 fungsi Humas atau Public Relations, yaitu:

a. Menunjang kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan organisasi. b. Membina hubungan harmonis antara organisasi dengan publik, baik


(40)

  34

public ekstern maupun intern.

c. Menciptakan komunikasi dan menyalurkan opini publik kepada organisasi.

d. Melayani publik dan menasehati pimpinan organisasi demi kepentingan umum. (Effendy, 1986: 31-32).

Betrand R. Canfield dalam bukunya “Public Relations Principles and Problems” menjelaskan secara lebih luas mengenai fungsi dari Humas atau Public Relations ini dengan tidak memandang apakah kegiatan Public Relations itu bersifat internal maupun eksternal. Dalam bukunya, ia mengemukakan tiga fungsi Humas atau Public Relations:

a. It should serve the public’s interest (mengabdi kepada kepentingan publik)

b. Maintain good communication (memelihara komunikasi yang baik)

c. And stress good morals and manners (menitikberatkan moral dan tingkah laku yang baik). (Yulianita, 1999: 49).

Dari definisi fungsi Humas di atas pada dasarnya dapat ditarik suatu kesimpulan tentang fungsi Humas secara universal sehingga mudah untuk dipahami dan dilaksanakan oleh seorang Humas atau Public Relations Officer (PRO) yaitu hanya menyangkut 2 fungsi Public Relations yang prinsipnya:

1. Menyampaikan kebijaksanaan manajemen pada publik 2. Menyampaikan opini publik pada manajemen.

Untuk itu sebagai fungsi manajemen, public relations berarti mempunyai kontribusi yang sangat penting untuk membantu lancarnya


(41)

kegiatan manajenmen khususnya dalam membantu hal-hal yang berkaitan dengan upaya untuk menilai sikap publik terhadap organisasinya.

Fungsi Public Relations apabila dilaksanakan dengan seksama akan menjadi dukungan yang nyata terhadap pencapaian tujuan organisasi beserta manajemennya, karena fungsi yang tidak memihak. Fungsi Public Relations adalah menciptakan komunikasi dua arah timbal balik, sehingga dengan adanya komunikasi yang timbal balik ini kesenjangan komunikasi dalam organisasi bisa diantisipasi dan tercipta hubungan yang harmonis.

Dengan memelihara komunikasi yang baik, yaitu hubungan komunikatif diantara Public Relations dengan publik internal maupun publik eksternal yang dilakukan secara timbal balik yang dilandasi empati sehingga menimbulkan rasa simpati. Selain itu dengan menitikberatkan moral dan perilaku yang baik, fungsi Public Relations juga mewakili organisasi agar memperoleh pandangan yang positif dari publik.

2.1.4 Tujuan Humas

Dalam sebuah pemerintahan, Humas atau Public Relations dibentuk atau digiatkan untuk menunjang manajemen yang berupaya untuk mencapai tujuan pemerintahan sehingga tujuan sentral Humas yang akan dicapai adalah tujuan suatu pemerintahan. Tujuan pemerintahan yang diperjuangkan oleh manajemen dan ditunjang oleh Humas itu tergantung pada sifat pemerinyahannya. Tujuan Humas secara umum adalah untuk menciptakan, memelihara, dan meningkatkan citra yang baik. Dari pemerintahan kepada publik yang disesuaikan dengan kondisi-kondisi daripada publik yang


(42)

  36

bersangkutan, dan memperbaikinya jika citra itu menurun/rusak.

Yulianita dalam bukunya “Dasar-dasar Humas atau Public Relations”, mengatakan ada empat hal yang prinsip dari tujuan Public Relations yakni:

1. Menciptakan citra yang baik 2. Memelihara citra yang baik 3. Meningkatkan citra yang baik

4. Memperbaiki citra jika citra organisasi kita menurun/rusak. (Yulianita, 1999:43).

Menurut Frank Jefkins tujuan Humas atau Public Relations adalah: “Meningkatkan favorable image/citra yang baik dan mengurangi atau mengikis habis sama sekali unfavorable image/citra yang buruk terhadap organisasi tersebut”. (Jefkins,dalam Yulianita, 1999: 42).

Sedangkan menurut Charles S. Steinberg tujuan Public Relations adalah: “Menciptakan opini publik yang favorable tentang kegiatan- kegiatan yang dilakukan oleh badan yang bersangkutan”. (Yulianita, 1999: 42).

Dari berbagai pendapat diatas, maka dapat dirumuskan tentang tujuan Humas atau Public Relations secara umum/universal yang pada prinsipnya menekankan tujuan pada aspek citra/image. Citra merupakan salah satu tujuan penting bagi sebuah perusahaan, karena dengan memiliki citra yang baik, sebuah perusahaan akan dinilai bonafid. Hal ini memberikan pengaruh pada tingkat kepercayaan publik- publikya.


(43)

2.1.5 Ruang Lingkup Humas

Keberadaan dan manfaat profesi Humas pertama kali mulai dikenal pada tahun 1906. Oleh seorang jurnalis bernama ivy Ledbetter Lee yang kemudian dikenal sebagai bapak “Humas dunia” ia memanfaatkan “fungsi Kegiatan Public Relations melalui publiksi (publicity), publikasi (publications), periklanan (advertising), promosi (promotion) hubungan dengan publik (public Relations) sebagai fungsi dan tugas kehumasan”.(Roeslan, 1997:5)

Dalam aktifitasnya, Humas berusaha menyelenggarakan komunikasi timbal balik (two-way communications) antara perusahaan atau lembaga dengan pihak publik yang bertujuan untuk menciptakan saling pengertian dan dukungan bagi tercapainya suatu tujuan tertentu, kebijakan kegiatan produksi barang atau pelayanan jasa atau sebagainya, demi kemajuan perusahaan atau citra positif bagi lembaga yang bersangkutan.

Pada kegiatan pelaksanaan komunikasi pada prakteknya tidak terlepas dari hubungannya dengan publik diluar lembaga/instansi. hal ini di kerenakan karena kegiatan Humas tersebut bertujuan untuk memperoleh dan memelihara hubungan baik dengan publik, sasaran kegiatan humas terbagi menjadi dua yaitu:

1. Internal Public Relations, adalah orang-orang yang berada atau tercakup oleh lembaga/instansi, seluruh pegawai mulai dari staf sampai karyawan bawahan.


(44)

  38

2. Eksternal Public Relations, adalah orang-orang yang ada diluar lembaga/instansi yang ada hubungannya dan di harapkan ada hubungannya. (Effendy, 1989: 110)

Dengan adanaya kegiatan tersebut diharapkan terpeliharanya komunikasi yang baik antara publik dengan khalayaknya.

Dari beberapa perincian yang di kemukakan mengenai kelompok yang menjadi sasaran dari kegiatan Humas, maka sehubungan dengan itu M.O.Palapah dan Atang Syamsudin menyatakan bahwa : system hubungan dalam kegiatan Humas terbagi dalam dua bagian yaitu :

1. Internal Relations

a. Employee Relations, umumnya memelihara hubungan baik

dengan karyawan, dalam rangka kepegawaian secara formil. b. Humas Relations, umumnya memeilhara hubungan hkusus antara

perusahaan publiknya secara informal secara manusia dan bukan hubungan antar manusia yang formil.

c. Labour Relations, umumnya memelihara hubungan antar

perusahaan dengan serikat buruh di dalam perusahaan dan turut menyelesaikan masalah–masalah yang timbul di antara keduanya. d. Stockholder Relations, Umumnya memelihara hubungan dengan


(45)

2. Eksternal Relations

a. Press Relations, mengatur dan memelihara hubungan dengan pers dan umumnya media massa.

b. Goeverment Relations, mengatur dan memelihara dengan

pemerintah. Baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah atau dengan jabatan-jabatan resmi yang berhubungan dengan usaha perusahaan.

c. Community Relations, mengatur dan memelihara hubungan dengan

pelanggan.

d. Suplier Relations, mengatur dan memelihara hubungan dengan para reveransir agar segala kebutuhan perusahaan dapat di terima secara teratur dengan harga dan syarat-sysrat yang wajar.

e. Customer Relations, mengatur dan memelihara dengan para

langganan, sehingga hubungan itu selalu dalam situasi bahwa langgananlah yang sangat membutuhkan perusahaan, bukan sebaliknya perusahaan yang membutuhkan langganan. (Palapah & Syamsudin, 1976: 26)

2.2 Tinjauan Tentang Eksternal Humas

Dalam kegiatan Humas pada dasarnya melakukan hubungan dengan semua publiknya. Baik secara internal maupun eksternal. Publik internal meliputi orang-orang yang ada didalam pemerintahan. Sedangkan publik eksternal meliputi orang-orang atau masyarakat yang ada diluar pemerintahan.


(46)

  40

Dalam konteks hubungan dengan publik luar, kegiatan komunikasi dapat dilakukan oleh seluruh unsur yang ada pada pemerintahan. Dimulai dari tingkatan pimpinan tertinggi sampai dengan pegawai operasional merupakan representasi publik Pemerintahan atau membawa nama Pemerintahan pada saat mereka melalukan kegiatan komunikasi dengan publik luar. Oleh karenannya segala perilaku mereka atau perilaku manajemen suatu Pemerintahan akan memberiakan warna bagi efektivitas komunikasi.

Eksternal Humas turut menentukan keberhasilan kegiatan Humas dalam suatu pemerintahan. Eksternal Humas sama pentingnya dengan kegiatan internal Humas. Karena bagaimanapun tanpa dukungan publik luar ini, keberhasilan suatu pemerintahan sulit tercapai. Hal tersebut memberiakan konsekuensi bagi pihak pemerintahan untuk dapat meraih perhatian publik luar dan menarik simpati terhadap pemerintahan. Sehingga mereka mau bekerjasama dengan pihak organisasi atau pemerintahan.

“Tujauannya dibinannya hubungan dengan publik eksternal adalah : untuk memperoleh dan meningkatkan citra yang baik dari publik eksternal terhadap organisasi/instansi/pemerintahan setra untuk mendapatkan kepercayaan dan penilaian yang positif pada publiknya dan bila perlu untuk memperbaiki citra tersebut” (Yulianita,2000 :70)


(47)

2.3 Tinjauan Tentang Strategi

Strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu strategeia, bila dilihat dari etimologi kata, maka istilah strategeia merupakan gabungan dari dua kata yaitu “stratos” yang berarti militer dan “ag” yang artinya memimpin. Istilah strategeia lahir di yunani karena kondisi pada zaman saat itu, yaitu pada saat yunani di warnai oleh perang. Sedangkan istilah strategeia sendiri memiliki arti yaitu seni atau ilmu untuk menjadi seorang jendral.

Pentingnnya strategi adalah untuk memenangkan perang, sedangkan pentingnya taktik untuk memenangkan pertempuran. Demikian juga dengan berkomuniksi, terlebih lagi bagi komunikasi yang dilancarkan untuk suatu organisasi. Dikalangan militer terdapat ungkapan yang berbunyi “ to win the war, not to win the battle” yang di terjemahkan dalam bahasa Indonesia yaitu “memenangkan perang bukan memenangkan pertempuran”.

Pada hakikatnnya strategi adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan. untuk mencapai suatu tujuan tersebut strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukan peta jalan saja, melainkan harus menunjukan bagaimana taktik operasionalnya. Sebagai landasan dalam penelitian ini peneliti mendeskripsikan pemikiran korelasi antara komponen dalam strategi effendy (2003).

“Dimana dalam penyusunan strategi diperlukan suatu pemikiran dengan memperhitungkan faktor-faktor pendukung dari faktor-faktor penghambat” (Effendy, 2003 : 35).


(48)

  42

Dengan demikian pula strategi komunikasi (communicating strategy) dan manajemen komunikasi (comminicating management). Untuk mencapai suatu tujuan, strategi komunikasi harus menunjukan bagaimana operasionalnnya secara taktis harus dilakukan dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu bergantung pada situasi dan kondisi. Dalam strategi itu perlu diperhatikan komponen-komponen komunikasi dan faktor pendukung dan penghambat pada setiap komponen tersebut seperti :

A. Mengenali sasaran pada diri komunikan perlu diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:

1. Faktor kerangka referensi

Pesan komunikasi yang akan disampaikan pada komunikan harus di sesuaikan dengan kerangka referensi (frame of refernce)

2. Faktor situasi dan kondisi.

Situasi komunikasi pada saat komunikan akan menerima pesan yang kita sampaikan, situasi yang dapat menghabat jalannya komunikasi dapat diduga sebelumnya, dapat juga datang tiba-tiba pada saat komunikasi di lancarkan.

B. Pemilihan media komunikasi.

Untuk mencapai sasaran komunikasi, kita dapat memilih salah satu atau gabungan dari beberapa media, tergantung pada tujuan yang akan dicapai. Pesan yang disampaikan dan teknik yang akan dipergunakan, mana yang terbaik dari sekian banyak jenis media komunikasi itu tidak dapat


(49)

ditegaskan pasti, sebab masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan.

C. Pengkajian tujuan pesan komunikasi.

Pesan komunikasi (message) mempunyai tujuan tertentu, ini menjukan teknik yang harus diambil. Apakah ini teknik informasi, persuasive atau teknik intruksi.

D. Peran komunikator dalam komunikasi.

Ada faktor penting dalam diri komunikator bila ia melancarkan komunikasi, daya tarik sumber (source attractivenes) dan kredibilitas sumber (source credibility).

Faktor kedua yang biasannya mengakibatkan komunikasi berhasil adalah kepercayaan komunikan dengan komunikatornnya.

Strategi menurut Ahmad S. Adnanputra, M.A., M.S., pakar Humas dalam workshop dalam berjudul PR strategi (1990), ialah “ bagian terpadu dari suatu rencana (plan), sedangkan rencana produk dari suatu perencanaan (planning)”. Dalam melakukan strategi komunikasi yang persuasive, memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Informasi atau pesan yang disampaikan harus berdasarkan pada kebutuhan atau kepentingan khalayak sebagai sasarannya.

2. Humas sebagai komunikator sekaligus mediator, berupaya membentuk sikap, dan pendapat yang positif dari masyarakat melalui rangsangan atau stimuli tertentu.


(50)

  44

3. Mendorong publik untuk berperan serta dalam aktivitas organisasi atau pemerintahan agar dapat terciptanya perubahan sikap dan penilaian.

Perubahan sikap dan penilaian dari publik dapat terjadi maka pembinaan atau pengembangan terus menerus dilakukan agar peran serta tersebut dapat terpelihara dengan baik.

2.3.1 Tujuan Strategi

Humas salah satu komponen dari pemerintahan, diadakan untuk tujuan strategis, yaitu untuk membaca rintangan dari luar (ketidak pahaman pegawai atas sikap penduduk di sekitar daerah lembaga/pemerintahan sehingga penduduk melawan tindakan pesaing, boikot, terhadap lembaga). Maupun dari dalam (pemogokan karyawan, pengrusakan, sikap tidak terpuji, dll).

Menurut Pace, Peresson, dan Burenett, tujuan strategi komunikasi tersebut sebagai berikut :

a. To secure understanding, untuk memastikan bahwa terjadi sesuatu pengertian dalam berkomunikasi.

b. To establish acceptance, bagaimana cara penerimaan itu terus dibina dengan baik.

c. To motivaction, penggiatan untik motivasi.

d. The goal which the comminication sought to achive, bagaimana mencapai tujuan pemerintahan dengan baik tanpa ada


(51)

hambatan-hambatan yang sulit, Humas memberi sumbangan yang besar bagi pemerintahan dengan mengembangkan hubungan-hubungan (relations) yang harmonis dengan publik internal dan publik eksternal-nya agar pemerintahan tersebut dapat mengembangkan kemapuaneksternal-nya mencapai misinya.

2.4 Tijauan Tentang Komunikasi Organisasi 2.4.1 Pengertian Komunikasi Organisasi

Korelasi antara imu komunikasi dengan organisasi terletak pada peninjauannya yang terfokus kepada manusia-manusia yang terlibat dalam mencapai tujuan organisasi.

Komunikasi organisasi dapat didefinisikan sebagai “pertunjukan dan penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam hubungan hierarkis antara satu dengan yang lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan”. Menurut Pace R. Wayne & faules, don F dalam bukunya “ Komunikasi Organisasi” 2000. Sedangkan menurut Schein Komunikasi Organisasi adalah “ suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah orang untuk mencapai beberapa tujuan umum melalui pembagian pekerjaan dan fungsi melalui hierarki otoritas dan tangging jawab”. (Schein, 1982).


(52)

  46

2.4.2 Fungsi Komunikasi dalam Organisasi

Fungsi komunikasi dalam organisasi menut Effendy dalam bukunya “Ilmu komunikasi, Teori dan Praktek” 1992. Ada empat fungsi yaitu:

1. Informatif

Pimpanan dan anggota organisasi membutuhkan banyak sekali informasi untuk menyelesaikan tugas-tugas mereka. Informasi tersebut berkaitan dengan upaya organisasi untuk mencapai tujuannya. 2. Pengendalian (Regulatory)

Komunikasi berfungsi sebgai pengatur dan pengendali organisasi. Komunikasi dalam hal ini berupa peraturan, prosedur, perintah, dan laporan.

3. Persuasif

Komunikasi berfungsi mengajak orang lain mengikuti atau menjalankan ide/gagasan atau tugas.

4. Integratif

Dengan adannya komunikasi, organisasi yang terbagi jadi beberapa bagian atau departemen akan tetapi merupakan suatu kesatuan yang utuh dan terpadu.

2.5 Tinjauan Tentang Sosialisasi 2.5.1 Pengertian Sosialisasi

Sosialisasi adalah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari suatu generasi ke generasi lainnya dalam kelompok atau


(53)

masyarakat. Sejumlah sosiolog menyebutkan sosialisasi sebagai teori mengenai peranan (role theory) karena dalam proses sosialisasi diajarjan peran-peran yang harus dijalankan oleh individu berdasarkan jenisnya. Sosialisasi dibagi menjadi dua, sosialisasi primer (dalam keluarga) dan sosialisasi sekunder (dalam masyarakat). Menurut Goffman kedua roses tersebut berlangsung dalam intitusi total, yaitu tempat tinggal dan tempat bekerja. Dalam kedua institusi tersebut terdapat sejumlah individu dalam situasi yang sama terpisah dari masyarakat luas dalam jangka waktu kurun tertentu. Bersama-sama menjalani hidup yang terkurung dan di atur secara formal.

Penggunaan istilah sosialisasi pada saat ini sedang popular digunakan oleh berbagai lapisan masyarakat. Namaun sejauh ini belum ada arti yang pati mengenai sosialisasi. Sejumlah ahli berusaha mengemukan arti dari sosialisasi tersebut meskipun hingga sat ini belum ada arti yang benar-benar mengacu pada satu arah.

Menurut Soerjono Soekanto dalam kamus sosiologi, menyebutkan “Sosialisasi adalah proses mengkomunikasikan kebudayaan kepada warga masyarakat baru” (Soekanto, 1993 : 234).

Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan: “Sosialisasi merupakan upaya memesyarakatkan sesuatu sehingga menjadi dikenal, di pahami, di hayati oleh masyarakat : memasyarakatkan ( Kamus Besar Bahasa Indonesia,1995).


(54)

  48

2.5.2 Bentuk Sosialisasi 1. Sosialisasi Primer

Sosialisasi primer adalah salah satu proses sosialisasi yang mengedepankan dan memperkenalkan suatu bentuk kepada masyarakat dengan tujuan untuk diketahui identitas dan keberadaannya.

2. Sosialisasi Sekunder

Sosialisasi sekunder adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer yang memperkenalkan individu kedalam kelompok tertentu dalam masyarakat. Salah satu bentuknya adalah resosialisasi dan desosialisasi. Dalam proses resosialisasi, seseorang diberi identitas diri yang baru. Sedangkan dalam proses desosialisasi, seseorang mengalami “pencabutan” identitas diri yang lama. (Soekanto, 1993 : 278).

2.5.3 Tipe Sosialisasi

Setiap kelompok masyarakat memiliki standar dan nilai yang berbeda-beda. Perbedaan standar dan nilai pun tidak terlepas dari tipe sosialisasi yang ada. Ada dua tipe sosialisai, diantaranya sebagai berikut:

1. Formal

Sosialisasi tipe ini terjadi memalui lembaga-lembaga yang berwenang menurut ketntuan yang berlaku dalam Negara.


(55)

2. Informal

Sosialisasi ini terdapat dalam di masyarakat atau dalam pergaulan yang bersifat kekeluargaan, seperti diantara teman, sahabat, sesama anggota club, dan kelompok-kelompok sosial yang ada didalan masyarakat.

Baik Sosialisai formal maupun sosialisasi informal tetap mengarah pada pertumbuhan pribadi Humas agar sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di lingkungannya. Dalam di lingkungan formal seperti di lembaga, perusahaan , atau halayak seorang humas berinteraksi dengan pihak-pihak tersebut. Dalam interaksi tersebut ia mengalami proses sosialisasi . dengan adanya proses sosialisasi tersebut, Humas akan disadarkan tentang peranan apa yang harus ia lakukan. Humas juga diharapkan untuk mempunyai kesadaran dalam dirinya untuk menilai diri sendiri. Meskipun proses sosialisasi dipisahkan secara formal dan informal. Namun hasilnya sangat sulit dipisahkan karena individu biasanya mendapat sosialisasi formal dan informal sekaligus.

2.6 Tinjauan Tentang Batik 2.6.1 Sejarah Batik

Sejarah pembatikan di Indonesia berkait erat dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan penyebaran ajaran Islam di Tanah Jawa. Dalam beberapa catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram, kemudian pada masa kerjaan Solo dan Yogyakarta.


(56)

  50

Jadi kesenian batik ini di Indonesia telah dikenal sejak zaman kerjaan Majapahit dan terus berkembang kepada kerajaan dan raja-raja berikutnya. Adapun mulai meluasnya kesenian batik ini menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad ke-XVIII atau awal abad ke-XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad ke-XX dan batik cap dikenal baru setelah perang dunia kesatu habis atau sekitar tahun 1920. Adapun kaitan dengan penyebaran ajaran Islam. Banyak daerah-daerah pusat perbatikan di Jawa adalah daerah-daerah santri dan kemudian Batik menjadi alat perjaungan ekonomi oleh tokoh-tokoh pedangan Muslim melawan perekonomian Belanda.

Kesenian batik adalah kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluaga raja-raja Indonesia zaman dulu. Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam kraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Oleh karena banyak dari pengikut raja yang tinggal diluar kraton, maka kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar kraton dan dikerjakan ditempatnya masing – masing.

Lama-lama kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya hanya pakaian keluarga kraton, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria. Bahan kain putih yang dipergunakan waktu itu adalah hasil tenunan sendiri.


(57)

Sedang bahan-bahan pewarna yang dipakai tediri dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang dibuat sendiri antara lain dari: pohon mengkudu, tinggi, soga, nila, dan bahan sodanya dibuat dari soda abu, serta garamnya dibuat dari tanah lumpur.

Jaman Majapahit Batik yang telah menjadi kebudayaan di kerajaan Majapahit ditelusuri di daerah Mojokerto dan Tulung Agung. Mojoketo adalah daerah yang erat hubungannya dengan kerajaan Majapahit semasa dahulu dan asal nama Majokerto ada hubungannya dengan Majapahit. Kaitannya dengan perkembangan batik asal Majapahit berkembang di Tulung Agung adalah riwayat perkembangan pembatikan didaerah ini, dapat digali dari peninggalan di zaman kerajaan Majapahit. Pada waktu itu daerah Tulungagung yang sebagian terdiri dari rawa-rawa dalam sejarah terkenal dengan nama daerah Bonorowo, yang pada saat bekembangnya Majapahit daerah itu dikuasai oleh seorang yang benama Adipati Kalang, dan tidak mau tunduk kepada kerajaan Majapahit.

Diceritakan bahwa dalam aksi polisionil yang dilancarkan oleh Majapahati, Adipati Kalang tewas dalam pertempuran yang konon dikabarkan disekitar desa yang sekarang bernama Kalangbret. Demikianlah maka petugas-petugas tentara dan keluara kerajaan Majapahit yang menetap dan tinggal diwilayah Bonorowo atau yang sekarang bernama Tulungagung antara lain juga membawa kesenian membuat batik asli.

Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama.


(58)

  52

Perempuan-perempuan Jawa di masa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga di masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai ditemukannya "Batik Cap" yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini. Ada beberapa pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak "Mega Mendung", dimana di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum lelaki.

Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun temurun, sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu. Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang. Bahkan sampai saat ini, beberapa motif batik tadisional hanya dipakai oleh keluarga dan keraton Jogyakarta dan Surakarta.

Ragam corak dan warna Batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing. Awalnya, batik memiliki ragam corak dan warna yang terbatas, dan beberapa corak hanya boleh dipakai oleh kalangan tertentu. Namun batik pesisir menyerap berbagai pengaruh luar, seperti para pedagang asing dan juga pada akhirnya, para penjajah. Warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan oleh Tionghoa yang juga memopulerkan corak phoenix. Bangsa penjajah Eropa juga mengambil minat kepada batik, dan hasilnya adalah corak bebungaan yang sebelumnya tidak dikenal (seperti bunga tulip) dan juga benda-benda yang dibawa oleh penjajah (gedung atau kereta kuda), termasuk juga warna-warna kesukaan mereka seperti warna biru.


(59)

Batik tradisonal tetap mempertahankan coraknya, dan masih dipakai dalam upacara-upacara adat, karena biasanya masing-masing corak memiliki perlambangan masing-masing

2.6.2 Jenis Batik Menurut Teknik

a. Batik tulis adalah kain yang dihias dengan teksture dan corak batik menggunakan tangan. Pembuatan batik jenis ini memakan waktu kurang lebih 2-3 bulan.

b. Batik cap adalah kain yang dihias dengan teksture dan corak batik yang dibentuk dengan cap (biasanya terbuat dari tembaga). Proses pembuatan batik jenis ini membutuhkan waktu kurang lebih 2-3 hari. c. Batik lukis adalah proses pembuatan batik dengan cara langsung

melukis pada kain putih. Menurut asal pembuatan

a. Batik Jawa

Batik Jawa adalah sebuah warisan kesenian budaya orang Indonesia, khususnya daerah Jawa yang dikuasai orang Jawa dari turun temurun. Batik Jawa mempunyai motif-motif yang berbeda-beda. Perbedaan motif ini biasa terjadi dikarnakan motif-motif itu mempunyai makna, maksudnya bukan hanya sebuah gambar akan tetapi mengandung makna yang mereka dapat dari leluhur mereka, yaitu penganut agama animisme, dinamisme atau Hindu dan Budha.


(60)

  54

Batik jawa banyak berkembang di daerah Solo atau yang biasa disebut dengan batik Solo.

b. Motif Batik berdasarkan daerah asal o Batik Bali

o Batik Banyumas o Batik Madura o Batik Malang o Batik Pekalongan o Batik Solo

o Batik Tasik o Batik Aceh

o Batik Cirebon (Sumber: wikipedia.org/wiki/Batik.)

2.6.3 Batik Cirendeu

Tidak hanya Solo, Pekalongan, atau Cirebon yang memiliki motif khas pada kain batik yang diproduksinya, kota Cimahi juga memiliki motif kain batik sendiri. Motif ini diambil dari kekayaan alam dan budaya yang ada di Kota Cimahi., yang berasal dari daerah Cirendeu yang bertempat di Kampung Cirendeu Cimahi Selatan –Jawa Barat. Batik Cirendeu memiliki ciri khas yang terlihat dari jenis motifnya yang bergambar daun singkong. Motif daun singkong ini di ambil karena sesuai dengan ciri khas daerah Cirendeu yaitu mereka mengkonsumsi singkong sebagai makanan pokoknya. Hal ini sudah menjadi tradisi secara turun temurun sejak penjajahan Belanda tahun 1924 dimana meraka pada saat itu mengalami gagal panen dikarenakan letak Geografis daeranya yang dikelilingi pegunungan yang hanya cocok untuk ditanami jenis umbi-umbian sehingga masyarakat setempat tidak


(61)

pernah mengkonsumsi beras melainkan singkong. Singkong atau sampeu yang merupakan makanan pokok pengganti nasi bagi masyarakat sekitar selama lebih dari 80 tahun, telah menjadi inspirasi untuk menciptakan motif batik. Jadi, pada motif cirendeu ini, motif daun singkong dan ketela lebih mendominasi. Motif batik Cirendeu dapat di lihat pada gambar berikut

Gambar 2.1 Batik Cirendeu


(62)

56 BAB III

OBJEK PENELITIAN

3.1 Tinjauan Tentang Pemerintahan Kota Cimahi 3.1.1 Sejarah Pemerintahan Kota Cimahi

Cimahi mulai dikenal ketika tahun 1811. Dengan diawali pembuatan jalan Anyer-Panarukan oleh Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels dan dengan dibuatnya pos penjagaan (LoJi) di Alun-alun Cimahi sekarang. Tahun 1874–1893 dilaksanakan pembuatan jalan kereta api Bandung-Cianjur sekaligus pembuatan Stasiun Kereta Api Cimahi. Pada tahun 1886 dimulainya pembangunan Pusat Pendidikan Militer dan fasilitas lainnya seperti Rumah Sakit Dustira, Rumah Tahanan Militer dll.

Kota Cimahi mendapat julukan sebagai "Kota Tentara" Dengan banyaknya pusat pendidikan dan fasilitas kemiliteran maka sekitar 60% wilayah Kota Cimahi digunakan oleh tentara. Mungkin karena itulah, kota Cimahi juga mendapat julukan "Kota Hijau", sesuai warna seragam Tentara Angkatan Darat (TNI-AD).

Tahun 1935 Cimahi menjadi kecamatan (lampiran staat blad tahun 1935). Setelah kemerdekaan Indonesia, Cimahi menjadi bagian dari Kabupaten Bandung Utara. Tahun 1962 dibentuk setingkat kewedanaan, meliputi 4 kecamatan : Cimahi, Padalarang, Batujajar dan Cipatat. Berdasarkan PP Nomor 29 Tahun 1975, tanggal 29-01-1976 Cimahi menjadi Kota Administratif pertama di Jawa Barat diresmikannya pada tanggal 29


(1)

5.2 Saran

5.2.1 Saran untuk Pemerintahan Kota Cimahi

1. Iklan batik Cimahi pada saat ini hanya di tayangkan di televisi lokal saja. Alangkah baiknya iklan batik Cimahi juga di tayangkan di televisi tingkat nasional sehingga tidak hanya masyarakat jawa barat saja yang mengetaui adanya batik Cimahi tetapi seluruh masyarakat indonesia dapat mengenal dan mengetahui batik Cimahi khususnya motif-motif yang unik yang dimiliki kota Cimahi.

2. Agar memperkuat dan menjadi daya tarik yang lebih kota Cimahi belum memiliki Duta Batik Cimahi sehingga perlu diadakannya pemilihan Duta Batik Cimahi yang bertugas untuk terus mensosialisasikan batik kemasyarakat bahkan keseluruh Indonesia. 3. Menjadikan hari kamis/jumat sebagai hari batik Cimahi dimana

seluruh pegawai tidak hanya PNS dan Guru saja yang menggunakan batik Cimahi tetapi seluruh Pegawai swasta dan Pelajar Di Kota Cimahi menggunakan Batik Cimahi.

4. Dilihat dari harga batik Cimahi yang masih termasuk mahal ada beberapa cara yang biasa di lakukan yaitu dengan cara lebih memperbanyak perajin batik Cimahi sehingga dapat mengasilkan batik lebih banyak dan cepat. Sehingga dapat mempengaruhi faktor harga yang beredar di pasaran.


(2)

   

109 

5.2.2 Saran untuk Mahasiswa Peneliti Selanjutnya

Pengalaman dan pengetahuan yang peneliti dapatkan dari penelitian ini membuat peneliti dapat memberikan saran untuk setiap mahasiswa agar dapat menentukan masalah yang sedang banyak dibicarakan di masyarakat supaya nantinya lebih mudah mencari data untuk kelengkapan penelitian. Selain itu penentuan judul sangat penting dalam penelitian, jadi disarankan untuk mengambil judul penelitian yang lebih sempit lagi penentuan variabelnya harus tepat supaya mudah dalam penyusunannya.


(3)

110

Effendy, Onong Uchjana. 1986. (a). Dinamika Komunikasi. Bandung: Penerbit Remadja Karya CV.

______________________.__1986. (b). Dimensi – Dimensi Komunikasi. Bandung: Penerbit Alumni.

______________________.__1992. Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung :Remaja Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta : Grasindo.Rosdakarya. ______________________.__1993. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi.

Bandung. PT Citra Aditya Bakti.

______________________.__1997. Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek. Bandung : PT Remaja Rosda Karya.

Jeffkins, Frank. 2004. Public Relations. Edisi keempat. Jakarta : Erlangga

Kasali, Rhenald. 2000. Manajemen Public Relations, Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Edisi Keempat Jakarta : Pustaka Utama Grafiti

Moore H, Frisher. 1987. Hubungan Masyarakat. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Pace Wayne R, Faules F. Don. 2001. Komunikasi Organisasi Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Rachmadi, F. 1992. Public Relations dalam Teori dan Praktek. Jakarta : PT

Gramedia Pustaka Utama.

Ruslan, Rosady. 2006. Manajemen PR dan Media Komunikasi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Soekanto, Soerjono. 1993. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Sugiyono, 2007. Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung ALFABETA, cv. Yulianita, Neni. 1999. Dasar - Dasar Public Relations. Bandung : Alqaprint


(4)

  111

Internet :

Ahira, Anne. 2009. Program Kerja Humas,

(on line ), http://www.anneahira.com di akses 5 April 2011. Forelbae. 2007. Catatan kuliahku pengertian pengumpulan data,

(on line), http://www.farelbae.wordpress.com diakses 4 Mei 2011.

Mangumy, Tatang. 2008. Subjek Penelitian,

(on line). http://www.tatangmangumy.wordpress.com diakses 22 Maret 2011.

Sumber Lain :

Arsip Humas Pemerintahan Kota Cimahi 2008 Arsip Humas Pemerintahan Kota Cimahi 2010 Company Profile Pemerintahan Kota Cimahi.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. 1991, 2002. Komunikator, http://id.wikipedia.org/wiki/komunikator

Website Pemerintahan Kota Cimahi, www.cimahikota.go.id Website Pemerintahan Kota Cimahi, www.cybercity.com

Sripsi S-1 oleh Asep Rusdian, Upaya Humas Pemerintahan Kota Cimahi Dalam Mensosialisasikan Cimahi Sebagai Cyber City 2006.

TA D-III oleh Siti Istikomah, Strategi Public Relations Hotel Jayakarta Bandung Dalam Mempromosikan Kamar Hotel Kepada Para Pengunjungnya 2010.


(5)

135 A. IDENTITAS DIRI

Nama Lengkap : Anne Moerdiany Nama Panggilan : Anne

Lahir : Bandung,17 Agustus 1990

Agama : Islam

Hobi : Foto

Alamat : Jl.Kebon Kopi no 277 rt06 rw 05 40535 Cimahi Selatan

Email : bintanglaut_kecil@yahoo.co.id

Nama Ayah : Asep Makmur (alm)

Pekerjaan : -

Pendidikan : SMA


(6)

136  

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pendidikan : SMA

B. PENDIDIKAN FORMAL

1995-1996 : TK Sandhi Putra Bandung (lulus/berijazah)

1996-2002 : SD Negri Cibereum XI Bandung (lulus/berijazah)

2002-2005 : SMP Negri 25 Bandung (lulus/berijazah)

2005-2008 : SMA Angkasa Bandung (lulus/berijazah)

2008- sekarang : Mahasiswi Jurusan Public Relations UNIKOM Bandung C.PENGALAMAN BERORGANISASI

2005-2008 : Kumpulan Orang Suka Seni (KOSS)

2008-sekarang : TIM PROTOKOLER UNIKOM

D.PELATIHAN, SEMINAR, WORKSHOP

2008 : Seminar Kecantikan Sariayu (bersertifikat)

2008 : Pelatihan Protokoler Angkatan-1 (bersertifikat)

2009 : Mentoring Agama Islam (bersertifikat)

2009 : Table Manner Course (bersertifikat)

2009 : Study Tour Keprotokoleran Di Istana Kepresidenan

Bogor (bersertifikat)

2009 : Seminar dan Workshop Fotografi (bersertifikat)

2009 : Pelatihan Protokoler Angkatan ke-II (bersertifikat)