menjadi karsinoma invasif. Tingkat displasia dan karsinoma in-situ dikenal juga sebagai tingkat pra-kanker.
10
Displasia mencakup pengertian berbagai gangguan maturasi epitel skuamosa yang secara sitologik dan histologik berbeda dari epitel normal, tetapi tidak memenuhi persyaratan
sel karsinoma. Perbedaan derajat displasia didasarkan atas tebal epitel yang mengalami kelainan dan berat ringannya kelainan pada sel. Sedangkan karsinoma in-situ adalah
gangguan maturasi epitel skuamosa yang menyerupai karsinoma invasif tetapi membrana basalis masih utuh.
10
Klasifikasi terbaru menggunakan istilah Neoplasia Intraepitel Serviks NIS untuk kedua bentuk displasia dan karsi noma in-situ. NIS terdiri dari : 1 NIS 1, untuk displasia
ringan; 2 NIS 2, untuk displasia sedang; 3 NIS 3, untuk displasia berat dan karsinoma in- situ. Patogenesis NIS dapat dianggap sebagai suatu spekrum penyakit yang dimulai dari
displasia ringan NIS 1, displasia sedang NIS 2, displasia berat dan karsinoma in-situ NIS 3 untuk kemudian berkembang menjadi karsinoma invasif. Beberapa peneliti menemukan
bahwa 30-35 NIS mengalami regresi, yang terbanyak berasal dari NIS 1NIS 2. Karena tidak dapat ditentukan lesi mana yang akan berkembang menjadi progesif dan mana yang
tidak, maka semua tingkat NIS dianggap potensial menjadi ganas sehingga harus ditatalaksanai sebagaimana mestinya.
10
2.6.3. Perokok
Secara nasional, konsumsi rokok di Indonesia pada tahun 2002 berjumlah 182 milyar batang yang merupakan urutan ke-5 diantara 10 negara di dunia dengan konsumsi tertinggi
pada tahun yang sama. Secara aggregat, konsumsi rokok di Indonesia meningkat 7 kali lipat selama periode 1970-2000 dari 33 milyar batang pada tahun 1970 menjadi 217 milyar batang
pada tahun 2000. Kenaikan konsumsi rokok yang paling tinggi 159 terjadi antara tahun 1970 dan 1980, yaitu dari 33 milyar batang menjadi 84 milyar batang, bersamaan dengan
mekanisasi industri rokok kretek pada tahun 1974.
12
Seperti hal yang diungkapkan levental dan Clearly dalam Cahyani 1995 terdapat 4 tahap perilaku merokok sehingga menjadi perokok yaitu :
13
I. Tahap Prepatory
Seseorang mendapatkan gambaran yang menyenangkan tentang merokok dengan cara mendengar, melihat atau hasil bacaan
II. Tahap Initiation
Tahap seseorang untuk meneruskan atau tidak kebiasaan merokok III.
Tahap becoming a smoker Tahap seserang menkonsumsi 4 batang perhari dan mempunyai kecendrungan menjadi
prokok. IV.
Tahap Maintenance of Smoking Tahap ini merokok telah menjadi kebiasaan dalam pengaturan diri self regulation.
Merokok untuk mendapatkan efek fisiologis yang menyenangkan..
Universitas Sumatera Utara
Tembakau mengandung bahan-bahan karsinogen baik yang dihisap sebagai rokoksigaret atau dikunyah. Asap rokok menghasilkan polycyclic aromatic hydrocarbon
heterocyclic nitrosamines. Pada wanita perokok konsentrasi nikotin pada getah serviks 56 kali lebih tinggi dibandingkan di dalam serum. Efek langsung bahan-bahan tersebut pada
serviks adalah menurunkan status imun lokal sehingga dapat menjadi kokarsinogen infeksi virus.
10
Wanita yang merokok kemungkinan menderita Ca Cerviks 2 kali dibandingkan yang bukan perokok untuk menderita kanker leher rahim. Selain paru-paru pada perokok banyak
zat kimia yang mempengaruhi organ-organ tubuh. Zat-zat berbahaya yang diserap melalui paru-paru dan di bawa ke aliran darah seluruh tubuh. Tembakau telah ditemukan dalam lendir
serviks perempuan yang merokok. Para peneliti percaya bahwa zat ini merusak DNA sel serviks dan dapat memberikan kontribusi pada perkembangan kanker serviks. Merokok juga
membuat sistem kekebalan tubuh kurang efektif dalam memerangi infeksi HPV.
14
Tabel Risiko Relatif Kanker Serviks dari beberapa Faktor
21
FAKTOR RISIKO RISIKO RELATIF
Usia pertama hubungan seks tahun
16 16 – 19
19 16
3 1
Jarak antar hubungan seks pertama dengan menarche tahun
1 1–5
6–10 10
26 7
3 1
Jumlah pasangan seks
4 pasangan dibandingkan 0 atau 1 pasangan
3,6
Jumlah pasangan seks sebelum usia 20 tahun
1 pasangan dibandingkan tanpa pasangan 7
Genital watz
Ada dibandingkan tidak ada 3,2
Universitas Sumatera Utara
Merokok 5 batang perhari
Selama 20 tahun dibandingkan 1 tahun 4
2.6.4. Riwayat Keputihan