METODE PENELITIAN PEMBUATAN KRUPUK IKAN BANDENG DENGAN SUBSTITUSI DURI IKAN BANDENG

29

BAB III METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan suatu cara kerja atau prosedur mengenai bagaimana kegiatan penelitian yang akan dilakukan untuk mengumpulkan dan memahami objek-objek yang menjadi sasaran dari penelitian yang dilakukan. Metode merupakan cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan tertentu. Keberhasilan percobaan tergantung dari metode yang digunakan. Agar suatu kegiatan percobaan diperoleh hasil yang baik, maka diperlukan metode atau teknik ilmiah yang terencana dan dapat dipertanggung jawabkan.

3.1 Metode Penentuan Obyek Penelitian

Obyek penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari obyek yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Obyek dalam penelitian ini adalah duri ikan bandeng, dalam pembuatan krupuk ikan bandeng dengan subtitusi duri ikan bandeng dengan prosentase rasio duri ikan bandeng : daging ikan bandeng : tepung tapioka 40:10:50, 30:20:50, 20:30:50.

3.2 Variabel Penelitian

Menurut Sutrisno Hadi dan Suharsimi Arikunto 2006:118 mendefinisikan variabel sebagai gejala yang bervariasi. Gejala adalah objek penelitian, sehingga variabel adalah objek penelitian yang bervariasi. Dalam penelitian ini digunakan 3 variabel yaitu variabel bebas, variabel terikat, variabel kontrol.

3.2.1 Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi hasil penelitian. Variabel bebas penelitian ini adalah krupuk ikan dengan campuran duri bandeng dengan prosentase rasio duri ikan bandeng : daging ikan bandeng : tepung tapioka yaitu 40:10:50, 30:20:50, 20:30:50 untuk penggunaan 1 resep krupuk dengan total tepung 250 gram.

3.2.2 Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel yang keberadaannya dipengaruhi oleh variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah kualitas krupuk duri ikan bandeng hasil eksperimen yang meliputi indikator rasa, warna, aroma, tekstur dan kandungan gizi.

3.2.3 Variabel Kontrol

Variabel kontrol adalah variabel yang akan mempengaruhi hasil eksperimen sehingga harus dikendalikan. Dalam penelitian ini variabel kontrolnya adalah jumlah bahan dan ukuran bahan yang digunakan, proses pencampuran bahan, tebal tipisnya adonan, pencetakan, lama pengeringan, lama penggorengan serta alat yang digunakan dimana semua variabel dikondisikan sama.

3.3 Desain Eksperimen

Desain eksperimen merupakan langkah-langkah yang perlu diambil jauh sebelum eksperimen dilakukan agar data yang semestinya diperlukan dapat diperoleh, sehingga akan membawa pada analisis obyektif dan kesimpulan yang berlaku untuk persoalan yang sedang dibahas Sudjana, 2005:1. Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain acak sempurna. Perlakuan dikenakan sepenuhnya secara acak kepada unit- unit eksperimen.Dalam penelitian ini terdapat dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen adalah kelompok yang dikenai perlakuan berupa penggunaan tepung tapioca dan ikan bandeng dengan substitusi duri ikan Bandeng dengan rasio duri ikan bandeng : daging ikan bandeng : tepung tapioka, yaitu 40:10:50 diberi kode A, 30:20:50 diberi kode B, dan rasio 20:30:50 diberi kode C. Kelompok kontrol dengan kode K, adalah kelompok yang tidak dikenai perlakuan, yang digunakan sebagai pembanding terhadap kelompok yang dikenai perlakuan eksperimen. Skema desain acak sempurna. Gambar 4. Skema Desain Acak Sempurna Keterangan : E : Kelompok eksperimen K : Kelompok kontrol R : Random X : Treatment perlakuan O : Observasi Suharsimi Arikunto, 2006 : 86 E X O 1 O 2 K R Gambar 5. Skema Desain Eksperimen Keterangan: Kode KK : Kelompok kontrol krupuk ikan tanpa diberi perlakuan KE a Duri bandeng : ikan bandeng: Tepung tapioka 40 : 10 : 50 KE b Duri bandeng:ikan bandeng : Tepung tapioka 30 :20 : 50 KE c Duri bandeng: ikan bandeng :Tepung tapioka 20 : 30 :50 Penilaian Hasil Pengumpulan Data Analisis Kesimpulan A 2 A 3 A 1 B 2 B 3 B 1 C 2 C 3 C 1 KK krupuk ikan K Kelompok kontrol tanpa perlakuan Kelompok eksperimen di kenai perlakuan 40, 30 , 20 Kode KE a : Kelompok eksperimen krupuk ikan bandeng dengan rasio duri bandeng, ikan bandeng : tepung tapioka yaitu 40:10:50, Kode KE b : Kelompok eksperimen krupuk ikan bandeng dengan duri bandeng, ikan bandeng : tepung tapioka yaitu 30 : 20 : 50. Kode KE c : Kelompok eksperimen krupuk ikang banden dengan rasio duri bandeng: ikan bandeng : tepung tapioka 20 : 30 : 50. A : pengulangan ke-1 B : pengulangan ke-2 C : pengulangan ke-3

3.4 Prosedur Pelaksanaan Eksperimen

Prosedur pelaksanaan eksperimen merupakan langkah-langkah yang telah ditentukan dalam melaksanakan percobaan krupuk ikan dengan tambahan duri ikan bandeng. Adapun prosedur pelaksanaan eksperimen meliputi waktu dan tempat eksperimen, bahan dan alat serta tahap-tahap eksperimen.

3.4.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Eksperimen dan Pengujian Kandungan gizi

Eksperimen pembuatan krupuk ikan dengan tambahan duri ikan bandeng ini dilaksanakan pada bulan Januari 2013, di rumah yang beralamat di desa lebuawu RT 06 RW 01 Untuk pengujian Laboratorium di Lab. CV. CHEM-MIX PRATAMA. Kretek, Jambinan, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta.

3.4.2 Bahan dan Ukuran Bahan

Penggunaan bahan di dalam eksperimen ini dipilih bahan yang berkualitas baik, misalnya kondisi bahan masih baik, tidak berubah rasa dan tidak kadaluarsa. Bahan – bahan yang digunakan pada eksperimen ini meliputi bahan baku dan bahan tambahan. Keseluruhan bahan serta ukuran masing – masing bahan yang digunakan untuk eksperimen ini dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 8. Komposisi Bahan Pembuatan Krupuk Ikan dengan tambahan Duri ikan Bandeng No Bahan Kelompok Eksperimen gram K A B C 1 2 3 4 5 6 7 Duri Bandeng Tepung tapioka Ikan Bandeng Bawang putih Garam Gula pasir Air - 250 g 250 g 10 g 10g 5 g 100 ml 200 g 250g 50 g 10 g 10 g 5 g 85 ml 150 g 250 g 100 g 10g 5g 5 g 110ml 100 g 250 g 150 g 10g 10g 5 g 125ml

3.4.3 Peralatan yang digunakan

Peralatan yang digunakan di dalam pelaksanaan eksperimen ini dipilih yang kondisinya masih baik dan higienis. Peralatan yang digunakan yaitu : Tabel 9. Peralatan dalam Pembuatan Krupuk Ikan dengan tambahan Duri Ikan Bandeng No Nama Alat Jumlah 1 Timbangan Digital 1 buah 2 Blender 1 buah 3 Kom plastik 1 buah 4 Pisau 1 buah 5 Cobek dan muntu 1 buah 6 Tampahnyiru 2 buah 7 Panci 1 buah 8 Serok 1 buah 9 Wajan dan susruk 1 buah 10 Kompor 1 buah 11 Panci presto 1 buah 12 Plastic kemasan 1Pak

3.4.4 Tahap – Tahap Eksperimen

Eksperimen dalam pembuatan krupuk ikan dengan subtitusi duri bandeng ini melalui beberapa tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap penyelesaian. 1. Tahap persiapan a. Menyiapkan semua alat, bahan pokok dan bahan tambahan yang diperlukan dalam pembuatan krupuk ikan duri bandeng. b. Menimbang bahan-bahan yang diperlukan dalam pembuatan krupuk ikan duri bandeng. 2. Tahap pelaksanaan Tahap pelaksanaan dalam pembuatan krupuk ikan dengan subtitusi duri ikan bandeng meliputi tahap pencampuran, pengukusan, pendinginan, pembentukan, pengeringan dan penggorengan. a. Tahap pencampuran Dalam pembuatan adonan menggunakan proses panas.Duri banbeng yang sudah dipresto selama 20 menit kemudian di blender pasta duri bandeng, daging ikan bandeng yang sudah halus, dan bumbu dicampur rata. Kemudian proses pembuatan kanji, dalam pembuatan kanji, seluruh bahan harus tercampur rata dengan air kemudian campurkan dengan sisa tepung tapioka lalu diuleni menjadi adonan kalis sampai siap di bentuk seperti lontong. b. Tahap pengukusan Adonan yang telah betul-betul rata, kemudian dikukus, menggunakan dandang dan lama disesuaikan dengan banyaknya adonan yang dikukus, misalnya adonan yang dibuat dari 1kg adonan maka waktu yang dibutuhkan cukup 60 menit. c. Pendinginan Setelah adonan yang dikukus matang, kemudian didinginkan dengan cara ditiriskan diangin-anginkan selama 12-24 jam, agar adonan menjadi kenyal dan keras sehingga akan mempermudah dalam proses pengirisan. d. Pengirisan dan pencetakan Pengirisan dilakukan dengan menggunakan pisau yang tajam dan tipis, selain menggunakan pisau bisa juga menggunakan alat pemotong mesin sehinggga ketebalannya sama. Adonan yang sudah didinginkan tadi kemudian diiris tipis-tipis, usahakan dengan ketebalan yang sama ± 3 mm. e. Tahap pengeringan Krupuk yang telah dicetak kemudian dijemur sampai kering di bawah sinar mataharidikeringkan dengan alat pengering. 3. Tahap Penyelesaian a. Pengemasan Krupuk yang sudah kering kemudian dikemas menggunakan plastik tebal atau metaless untuk menjaga agar krupuk tahan lama. b. Skema Persiapan campurkan Pelaksanaan Penyelesaian Gambar 6. Skema Pembuatan Krupuk Ikan dengan subtitusi Duri ikan Bandeng Pencucian dan pemprestoan Penghalusan duri bandeng diblend Pendinginan 26-28ºC selama 12 jam Pengirisan pencetakan Pengemasan Krupuk ikan bandeng duri bandeng mentah Pembuatan adonan proses panas - Tepung tapioka - Ikan bandeng - Bawang putih - Garam - Gula Duri Bandeng yang telah halus Persiapan Alat dan Bahan Duri bandeng Pengukusan, 80ºC selama 1 jam Penjemuran alami

3.5 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data ini bertujuan untuk mengetahui kualitas krupuk ikan dengan substitusi duri ikan yang terbaik. Data yang dibutuhkan dalam pengumpulan data ini meliputi penilaian subyektif dan obyektif

3.5.1 Penilaian Subyektif

Penilaian subyektif dapat dilakukan oleh semua orang dan akan memperoleh hasil yang berbeda-beda karena tingkat kepekaan tiap manusia berbeda-beda. Penilaian subyektif menggunakan alat indera manusia yaitu: indera penglihatan, indera penciuman, indera peraba, dan indera perasa. Penilaian subyektif akan diperoleh data yang kemudian akan dianalisis secara statistik agar hasil penilaian tidak bersifat subyektif lagi sehingga data yang diperoleh menjadi valid atau dapat dipercaya. Penilaian subyektif meliputi dua macam yaitu: uji inderawi dan uji organoleptik.

3.5.1.1 Uji Inderawi

Uji inderawi adalah suatu pengujian terhadap sifat karakteristik bahan pangan dengan menggunakan indera manusia termasuk indera penglihatan, penciuman, perasa, pendengar dan peraba Bambang Kartika, dkk. 1998:3. Untuk melaksanakan pengujian ini diperlukan instrumen sebagai alat ukur, yaitu panelis agak terlatih yang mengetahui sifat-sifat sensorik dari sampel yang dinilai dan mengetahui tentang cara-cara penilaian, yang meliputi warna, rasa, aroma, dan tekstur karena mendapat penjelasan atau latihan Soekarto, 1985:49. Dalam penelitian ini penilaian inderawi menggunakan tipe pengujian dengan uji scoring. Tipe pengujian ini digunakan untuk menilai mutu bahan dan intensitas sifat tertentu yaitu warna, aroma, tekstur dan rasa Kartika dkk, 1988:59. Dalam penelitian ini uji inderawi digunakan dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan kualitas masing-masing sampel krupuk hasil eksperimen yang ditinjau dari aspek warna, rasa, aroma, dan tekstur dengan menggunakan skala penilaian. Skala penilaian diberikan 1 sampai dengan 5 dengan ketentuan nilai 5 untuk yang terbaik dan nilai 1 untuk yang kurang baik. Untuk lebih jelasnya kriteria dapat dilihat berikut ini : a Warna krupuk yang sudah digoreng 1 putih skor 5 2 putih gelap skor 4 3 kuning skor 3 4 kekuningan skor 2 5 kecoklatan skor 1 b Rasa 1 Sangat Gurih khas ikan skor 5 2 Gurih khas ikan skor 4 3 Cukup gurih khas ikan skor 3 4 Kurang gurih skor 2 5 Tidak gurih skor 1 c Aroma ikan 1 Sangat nyata skor 5 2 Nyata skor 4 3 Cukup nyata skor 3 4 Kurang nyata skor 2 Tidak nyata skor 1 d Tekstur 1 Kerenyahan a Sangat renyah skor 5 b Renyah skor 4 c Cukup renyah skor 3 d Agak keras skor 2 e Keras skor 1 2 Penampakan a Sangat banyak bintik duri skor 5 b Banyak bintik duri skor 4 c Sedikit bintik duri skor 3 d Beberapa bintik duri skor 2 e Tidak ada bintik duri skor 1

3.5.1.2 Uji Organoleptik atau Uji Kesukaan

Dalam pengujian ini panelis mengemukakan responnya yang berupa suka atau tidak suka terhadap sifat produk hasil eksperimen yang diuji Kartika dkk,1988:56. Untuk Uji Organoleptik ini panelis yang digunakan adalah panelis tidak terlatih. Pada pengujian organoleptik ini menggunakan skala hedonik dengan lima 5 kriteria kesukaan dan diberi skor sebagai berikut : 1 Sangat suka skor 5 2 Suka skor 4 3 Netral Cukup suka skor 3 4 Kurang suka skor 2 5 Tidak suka skor 1

3.5.2 Penilaian Obyektif

Penilaian secara obyektif dilakukan dengan uji laboratorium. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui zat-zat yang terkandung dalam krupuk ikan bandeng dengan subtitusi duri ikan bandeng terutama kalsium dan fosfor, di dalam krupuk hasil pengujian. Uji kandungan gizi ini dilaksanakan Laboratorium CV. CHEM-MIX PRATAMA. Kretek, Jambinan, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta.

3.6 Metode Alat Pengumpul Data

Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah panelis agak terlatih yang digunakan untuk menilai kualitas sampel krupuk hasil inovasi terbaik dan panelis tidak terlatih digunakan untuk menilai tingkat kesukaan atau daya terima masyarakat hasil krupuk hasil inovasi terbaik guna mendapatkan data dari masyarakat hasil krupuk ikan hasil inovasi.

3.6.1 Panelis Agak Terlatih

Panelis agak terlatih adalah panelis yang sebelum melakukan penilaian terlebih dahulu melalui proses pelatihan untuk mengetahui sifat dan karakteristik suatu produk. Jumlah panelis agak terlatih adalah 15-25 orang yang dipilih berdasarkan ketentuan-ketentuan berikut: 1 Mengetahui sifat sensorik makanan yang dinilai 2 Mengetahui cara penilaian inderawi 3 Mempunyai tingakat kepekaan yang tinggi 4 Telah dilatih sebelum pengujian 5 Instrumen harus valid dan reliable Soewarno Soekarto, 1985:49 – 52 Berdasarkan ketentuan-ketentuan diatas maka panelis agak terlatih yang digunakan dalam penilaian ini adalah mahasiswa Teknologi Jasa dan Produksi Tata Boga Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang yang telah lulus mata kuliah Analisis Mutu Pangan, sebanyak 30 mahasiswa yang mempunyai pengetahuan dalam menganalisis produk makanan. Salah satu syarat untuk mendapatkan panelis agak terlatih adalah instrument panelis mempunyai kepekaan dan konsistensi yang tinggi dengan kata lain valid dan reliabel. Upaya yang dapat dilakukan untuk memperoleh instrumen panelis yang valid dan reliabel harus melalui tahap- tahap seleksi panelis atau tahap-tahap validitas instrumen dan reliabilitasi instrumen.

3.6.1.1 Validitas Instrumen

Validitas instrumen merupakan proses kegiatan untuk mendapatkan instrumen panelis yang dapat mengukur menilai sesuatu dengan tepat sesuai dengan keadaan sebenarnya valid. Validasi instrumen terdiri dari validitas internal dan validitas isi. 1. Validitas Internal Validitas internal adalah upaya untuk mendapatkan panelis yang valid melalui wawancara. Wawancara dapat dilakukan secara lisan atau dengan pengisian kuesioner Bambang Kartika, 1988:20. Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah secara tidak langsung dengan membagi kuesioner kepada calon panelis. Materi wawancara meliputi : kondisi kesehatan, bersedia menjadi panelis, pengetahuan tentang jenis produk yang disajikan, serta kesukaan terhadap jenis produk yang disajikan. Syarat panelis agak terlatih yang lolos wawancara, apabila total skor dalam angket 75 dari ideal 100, jumlah panelis yang lolos pada tahap wawancara yaitu berjumlah 25 orang, selanjutnya dilakukan seleksi dengan validasi isi. 2. Validitas Isi Validitas isi merupakan upaya untuk mengetahui kemampuan dalam menilai suatu produk yang meliputi warna, rasa, aroma dan tekstur dengan baik dan benar melalui uji inderawi. Untuk mendapatkan validitas isi dari instrumen yang memenuhi syarat validitas internal diterima pada tahap penyaringan, kemudian dilakukan seleksi berikutnya dengan latihan. Pada tahap ini peneliti menyebar lembar penilaian dan produk yang berupa sampel. Pada tahap latihan panelis dilakukan sebanyak 6 kali penilaian terhadap produk krupuk ikan dengan tambahan duri bandeng dengan penggunaan jumlah tepung yang berbeda. Menurut Kartika dkk, 1998:24 Data hasil penilaian dianalisis dengan menggunakan Range Methode dengan ketentuan adalah sebagai berikut : Jika ≥ 1, maka calon panelis diterima Jika ≤ 1, maka calon panelis ditolak Bambang Kartika, dkk, 1988:24 Dari hasil analisis tersebut akan diketahui hasil perhitungan range method diperoleh rasio jika 1, maka calon panelis memenuhi syarat, jika rasio 1, maka calon panelis tidak memenuhi syarat.

3.6.1.2 Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas instrumen adalah pengukuran yang memiliki konsisten tinggi sebagai pengukuran yang ajeg atau stabil Sugiyono, 2002:354. Panelis akan mempunyai tingkat reliabilitas apabila panelis mempunyai keajegan dalam menilai produk pada waktu yang berbeda. Dari data penilaian, maka dapat ditentukan jumlah panelis yang akan diterima yaitu apabila total skor range minimal ≥ 60 dari jumlah skor yang ada, sedangkan panelis yang ditolak yaitu apabila skor rangenya ≤ 60 dari jumlah skor yang ada.Berdasarkan uji reliabilitas dari seleksi calon panelis yang lolos dapat mengikuti tahap selanjutnya berupa tahap latihan yang dinyatakan sebagai panelis agak terlatih.

3.6.2 Panelis Tidak Terlatih

Panelis tidak terlatih digunakan untuk menguji tingakat kesukaan pada suatu produk ataupun menguji tingkat kemauan seseorang untuk panelis jumlah jumlah range panelis jumlah jumlah range menggunakan suatu produk. Menyangkut tingkat kesukaan terhadap suatu makanan maka semakin banyak jumlah panelis, maka hasilnya akan semakin baik. Jumlah panelis tidak terlatih minimal 80 orang. Bambang Kartika, 1988: 32. Panelis tidak terlatih yang digunakan adalah panelis yang dapat mengenal produk krupuk ikan dengan substitusi duri ikan Bandeng dan panelis tidak perlu melakukan latihan penilaian. Panelis tidak terlatih yang akan digunakan untuk menilai krupuk hasil eksperimen adalah masyarakat yang tinggal di kelurahan Sekaran kecamatan Gunungpati Semarang baik mahasiswapelajar atau masyarakat umum dengan kategori sebagai berikut : a. Pelajarmahasiswa selain TJP Tataboga 14-20 tahun = 25 orang b. Karyawanwiraswasta berusia 20-29 tahun = 25 orang c. Ibu-ibu yang berusia 30-59 tahun = 25 orang d. Bapak-bapak yang berusia 30-59 tahun = 25 orang

3.7 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis varian klasifikasi tunggal untuk menguji hipotesis kerja dan analisis deskriptif persentase digunakan untuk uji kesukaan, namun sebelum data dianalisis dengan analisis varian klasifikasi tunggal perlu dilakukan uji prasyarat hipotesis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas yaitu sebagai berikut :

3.7.1 Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah data setiap sampel berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan metode liliefors karena jumlah sampel kurang dari 30, dengan langkah-langkah yang diungkapkan oleh Sudjana 2005:466 yaitu sebagai berikut : 1 Mengurutkan data yang terkecil sampai terbesar 2 Mencari nilai mean rumusnya, X = 3 Mencari nilai simpanan baku rumusnya, S= 4 Menghitung angka baku, rumusnya Z = 5 Menghitung luas FZ 1 , dengan mengkonsultasikan harga pada tabledengan ketentuan jika maka dikurangi maka dikurang 6 MenghitungS = 7 MenghitungLo = F – S ,dengan ketentuan Jika Lo L tabel , maka data yang diperoleh tidak normal. Jika Lo L tabel , maka data yang diperoleh normal. Keterangan : = Nilai mean F = Jumlah nilai frekuensi s = Nilai simpangan baku Xi = Nilai data ke-i = Nilai angka baku ke-i n = banyak panelis Kriteria pengujian adalah jika Lo L 1 5 : n maka data berdistribusi normal Sudjana 2005:467.

3.7.2 Uji Homogenitas

Uji homogenitas adalah suatu cara untuk mengetahui apakah varians setiap sampel sudah homogen atau tidak, dimana pada penelitian ini menggunakan uji Bartlett. Pengujian dilakukan dengan langkah – langkah sebagai berikut : 1 Menghitung varian gabungan dari semua sampel, rumusnya : = {∑ 1 ∑ } 2 Mencari harga satuan B, rumusnya : B = Log ∑ – 1 3 Menghitung Chi kuadrat, rumusnya : = ln10 {B - Σ – 1 log } Dengan 1n10 = 2,3026 disebut logaritma asli dari bilangan Keterangan : = varian gabungan = varian masing-masing = koefisien Bartlett = banyaknya anggota kelas Dengan taraf nyata α = 5 tolak Ho jika , dimana didapat dari tabel Chi kuadrat dengan peluang 1 - ∞ dan dk: k - 1 dengan k adalah kelompok sampel Sudjana, 2002 : 263. Jika data dinyatakan normal dan homogen maka dilakukan Analisis Varians Klasifikasi Tunggal.

3.7.3. Analisis Varians Klasifikasi Tunggal

Analisis varians klasifikasi tunggal digunakan untuk mengetahui perbedaan ketiga sampel atau membuktikan hipotesis kerja mayor yang berbunyi yaitu ada perbedaan kualitas krupuk ikan bandeng dengan tambahan duri bandeng dengan prosentase duri bandeng, ikan bandeng dan tepung tapioka yaitu 40 : 10 : 50, 30 : 20 : 50, dan 20 : 30 : 50 ditinjau dari aspek warna, aroma, rasa, tekstur. Penggunaan analisis varians klasifikasi tunggal karena data yang diperoleh hanya memenuhi satu variabel. Tabel 10. Daftar analisa varian klasifikasi tunggal Sumber varian Derajad bebas Jumlah kuadrat JK Rerata JK MK Sampel a Panelis b Error kesalahan c Dd = a-b Db b = b-1 Db c = db c - db a -db b JK a = - JK b - JK C = JK c - JK a -JK b MK a = MK b = MK c = Total Db tidak = a x b-1 JK t = ƩƩt 2 - - Keterangan : a = banyaknya sampel b = jumlah panelis N = jumlah subyek seluruhnya= a.b Ʃx 2 = jumlahtotal nilai panelis ƩƩt 2 = jumlah total nilai sampel b X 2 N t X 2 a X 2 N t X 2 a a db JK b b db JK dbc JK c N t X 2 Ʃxt 2 = jumlah total nilai = faktor koreksi Harga f hitung dapat dicari dengan membagi JK sampel MK dengan rerata JK panelis MK, dengan rumus : Fe = Untuk mengetahui apakah hasil percobaan memperoleh hasil yang berbeda nyata, maka dilakukan analisis lanjut untuk mengetahui perbedaan antara sampel, maka uji lanjut yang digunakan adalah uji tukey. Pada uji tukey menggunakan rumus sebagai berikut: Standar error = Selanjutnya diketahui nilai LSD dari tabel. Nilai LSD ini digunakan untuk mencari nilai pembanding antar sampel dengan rumus: Standar error x nilai LSD Untuk melakukan pembanding antar sampel, dilakukan dengan cara mengurangkan rata-rata antar sampel sesuai dengan besar rata-rata, kemudian hasilnya dibandingkan dengan nilai pembanding.Ketentuan penilaian adalah jika nilai selisih antar sampel Np nilai pembanding, berarti terdapat perbedaan yang nyata Bambang Kartika, 1988:79.

3.7.4 Analisis Deskriptif Prosentase

Analisis Deskriptif Prosentase ini digunakan untuk mengkaji reaksi konsumen terhadap suatu bahan atau memproduksi reaksi konsumen N t X 2 b a MK MK lis jumlahpane rror ahkuadrate reratajuml terhadap sampel yang diujikan, oleh karena itu panelis diambil dari jumlah banyak dan mewakili populasi masyarakat tertentu. Menurut Suharsimi Arikunto 2006:195 Data yang diperoleh dari panelis yaitu data kualitatif yang diperoleh dari panelis harus dianalisis terlebih dahulu untuk dijadikan data kuantitatif. Skor nilai untuk mendapatkan nilai prosentase dirumuskan sebagai berikut: Keterangan: = Skor prosentase n = jumlah skor yang diperoleh N = Skor ideal skor tertinggi x jumlah panelis Untuk merubah data skor prosentase menjadi nilai kesukaan konsumen, analisisnya sama dengan analisis kualitatif dengan nilai yang berbeda, yaitu : Nilai tertinggi = 5 sangat suka Nilai terendah = 1 tidak suka Jumlah kriteria yang ditentukan = 5 kriteria Jumlah panelis = 100 orang 1 Skor maximum = jumlah panelis x nilai tertinggi = 100 x 5 = 500 2 Skor minimum = jumlah panelis x nilai terendah = 100 x 1 = 100 100 x N n 3 Prosentase Maximum = x 100 = x 100 = 100 4 Prosentase Minimum = x 100 = x 100 = 20 5 Rentangan = Prosentase Maximum – Prosentase Minimum = 100 - 20 = 80 6 Interval Prosentase = Rentangan : Jumlah kriteria = 80 : 5 = 16 Berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka dapat dibuat tabel interval persentase dan kriteria kesukaan sebagai berikut: Tabel 11. Interval persentase dan kategori kesukaan Interval Persentase TingkatKesukaan ≤ 84 - 100 ≤ 68 - 84 ≤52 - 68 ≤36 - 52 ≤20 - 36 Sangat suka Suka Cukup suka Kurang suka Tidak suka Jumah skor tiap aspek penilaian berdasarkan tabulasi data dan dihitung prosentasenya, kemudian dicocokkan dengan tabel di atas sehingga diketahui kriteria kesukaan panelis um skormaksim um skormaksim 500 500 um skormaksim imum skor min 500 100 53

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN