PHA Proses Hirarki Analisis Analytical Hierarchy Process

e. Jumlah skor pembobotan pada kolom 4, untuk memperoleh total skor pembobotan bagi usaha yang dilakukan. Nilai total ini menunjukan bagaimana usaha yang ada bereaksi terhadap faktor-faktor strategi eksternalnya. Total skor, ini dapat digunakan untuk membandingkan usaha ternak ini dengan usaha lainnnya dalam kelompok yang sama.

6. PHA Proses Hirarki Analisis Analytical Hierarchy Process

Prinsip dasar PHA dalam penyusunan matriks pendapat meliputi analisis persoalan, penyusunan hirarki, komparasi berpasangan, sintesa prioritas dan pemeriksaan konsistensi. 1. Penetapan berpasangan, dilakukan dengan cara mengisi kuisioner. Jika responden bukan seorang ahli, harus dipilih orang yang mengenal dengan baik permasalahan. Kuantifikasi data yang bersifat kualitatif menggunakan nilai skala komparasi 1 sampai 9. Tabel 3. 2. Tabel 3 Skala banding secara berpasangan pada proses hirarki analitik intensitas Intensitas Pentinganya Definisi Penjelasan 1 Kedua elemen sama pentingnya Dua elemen menyumbangkan sama besar pada sifat 3 Elemen yang satu lebih penting dari elemen lainnya Pengalaman dan pertimbangan sedikit menyokong satu elemen atas lainnya 5 Elemen yang satu esensial atau sangat poenting ketimbang elemen yang lainnya Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat menyokong satu elelmen atas elemen yang lainnya 7 Satu elemen jelas lebih penting dari elemen lainnya Satu elemen dengan kuat disokong, dan dominanya telah terlihat dalam praktek 9 Satu elemen mutlak lebih penting dari elemen lainnya Bukti yang menyokong elemen yang satu atas yang lain memiliki tingkat penegasan yang tinggi yang mungkin menguatkan 2, 4, 6, 8 Nilai-nilai antara di antara dua pertimbangan yang berdekatan Kompromi diperlukan antara dua pertimbangan 3. Kebalikan Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka bila dibandingkan dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikan bila di bila dibandingkan dengan i Sumber : Saaty 1993 Matriks pendapat individu dengan simbol aij, merupakan pendapat dari hasil komparasi berpasangan ke dalam formulasi pendapat individu membentuk matriks n x n Gambar 1 C 1 C 2 • • C n C1 1 a 12 • • a 1n C2 1 a12 1 • • • • • • • • • • • • • • • Cn 1 a1n • • • 1 Gambar 1. Formulasi matriks pendapat individu Saaty 1993 1. Matriks gabungan dengan simbol Gij, merupakan matriks pendapat gabungan dan merupakan matriks baru yang elemen-elemen matriksnya berasal dari rata-rata geometrik elemen matriks pendapat individu dengan rasio inkonsistensi memenuhi syarat yaitu lebih kecil atau sama dengan 10. Formulasi rata-rata geometrik adalah : G= ij m m π aij k Dimana : Gij = variabel matriks pendapat gabungan baris ke-i dan kolom ke-j aijk = variabel baris ke-i kolom ke-j dari matriks pendapat individu ke-i k = indeks matriks pendapat individu ke-k yang memenuhi syarat m = jumlah matriks pendapat individu yang memenuhi syarat 3. Mensintesis prioritas untuk melakukan pembobotan vektor-vektor prioritas. Menggunakan komposisi secara hirarki untuk membobotkan vektor-vektor prioritas itu dengan bobot-bobot kriteria, dan menjumlahkan semua nilai prioritas terbobot yang bersangkutan dengan nilai prioritas dari tingkat bawah berikutnya, dan seterusnya. 4. Mengevaluasi konsistensi untuk seluruh hirarki. Langkah ini dilakukan dengan mengalikan setiap indeks konsistensi dengan prioritas kriteria yang bersangkutan dan menjumlahkan hasilnya. Hasil ini dibagi dengan pernyataan sejenis yang menggunakan indeks inkonsistensi acak, yang sesuai dengan dimensi masing-masing matriks. Dengan cara yang sama, setiap indeks inkonsistensi acak juga dibobot berdasarkan prioritas kriteria yang bersangkutan dan hasilnya dijumlahkan. Rasio inkonsistensi ini harus bernilai 10 atau kurang. Penyelesaian Proses Hirarki Analitik Saaty 1993 dilakukan dengan menggunakan bantuan program Expert choice 2000. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Kabupaten Halmahera Barat Letak Geografis dan Luas Wilayah Kabupaten Halmahera Barat berada pada 1 sampai 3 lintang utara dan 125 , sampai 128 , bujur timur, dengan batasan-batasan wilayahnya sebagai berikut : 9 Sebelah Utara dengan Samudera Pasifik dan kabupaten Halmahera Utara 9 Sebelah Selatan dengan kota Tidore Kepulauan 9 Sebelah Timur dengan kabupaten Halmahera Utara dan 9 Sebelah Barat dengan laut Maluku Bappeda Halmahera Barat 2006 Kondisi ini merupakan aspek strategis untuk pengembangan usaha pertanian termasuk komoditas ternak sapi potong, karena letak yang dapat diakses secara mudah, sangat berdekatan dengan kotamadya Ternate dan Sulawesi Utara sehingga mempermudah akses transportasi dan pemasaran produksi hasil ternak. Kabupaten Halmahera Barat merupakan salah satu kabupaten pemekaran pada provinsi Maluku Utara yang letaknya sebelah barat pulau Halmahera. Luas wilayah kabupaten Halmahera Barat adalah 3.042.863 ha, terdiri dari 9 kecamatan dan memiliki 146 desa. Dari sembilan kecamatan tersebut, kecamatan yang memiliki luasan wilayah paling besar sampai kecil secara berturut-turut adalah Ibu Utara 197,621.50 ha 45, Sahu Timur sebesar 101.200,00 ha 24, Loloda sebesar 55.760,50 ha 23. Kecamatan yang memiliki luas wilayah yang paling kecil adalah kecamatan Jailolo Timur dengan luas wilayah hanya 345,51 ha 1 dari luas wilayah kabupaten Halmahera Barat. Data ini merupakan informasi penting yang memudahkan pelaksanaan penelitian terutama dalam penentuan wilayah dan responden yang dilibatkan dalam studi ini. Berdasarkan potensi yang ada, pewilayahan sentra produksi ternak, oleh pengambil kebijakan untuk pengembangan ternak sapi dan kerbau, ternak ruminansia kecil dan monogastrik misalnya kambing, domba, babi dan unggas yang dapat disesuaikan dengan keadaan lingkungan, dan keadan sosial budaya masyarakat pada kecamatan atau daerah tersebut. Jumlah desa dan luas wilayah pada kabuapten Halmahera Barat. Tabel 4. Tabel 4 Jumlah desa dan luas wilayah setiap kecamatan di kabupaten Halmahera Barat No Kecamatan Jumlah Desa Luas Wilayah ha Persentase 1 Jailolo 29 25.127 0,88 2 Jailolo Selatan 18 33.372,3 1,18 3 Jailolo Timur 6 345,51 0,01 4 Sahu 16 6.694 0,23 5 Sahu Timur 16 101.200 3,58 6 Ibu Utara 13 197.621,5 6,99 7 Ibu 13 5.348 0,18 8 Ibu Selatan 13 2.400.000 84,91 9 Loloda 22 56.760,5 2,09 Total 146 2.826.468,81 100 Sumber: Bappeda Halmahera Barat 2006 Karakteristik Tanah dan Sistem Penggunaan Lahan Kesuburan tanah bervariasi dari sedang sampai subur, jenis tanah pada kecamatan Jailolo jenis tanah latosol 10.783,61 ha dan regosol 14.343,97 ha, Jailolo selatan latosol 33.170,51 ha dan podsolik merah kuning 201.78 ha, Sahu tanah andosol 2.498 ha, latosol 2.238 ha dan regosol 1.958 ha, Sahu Timur jenis andosol 40.000 ha, latosol 30.000 ha dan podsolik merah kuning 31.200 ha, kecamatan Ibu Utara andosol 6.000 ha, latosol 4.000 ha, podsolik 2000 ha dan regosol 3.500 ha, kecamatan Ibu podsolik 500 ha, regosol 2.399.500 ha. kecamatan Loloda memiliki andosol 146.52 ha, latosol 4.479.19 ha. podsolik 19.770.46 ha serta regosol 31.365,3 ha. Hal ini menggambarkan bahwa berdasarkan kesuburan tanah, secara umum kabupaten Halmahera Barat memiliki jenis tanah yang cukup subur karena rata-rata setiap kecamatan memiliki jenis tanah regosol yang berasal dari magma gunung berapi yang subur, kondisi ini mendukung pengembangan budidaya hijauan makanan ternak untuk kebutuhan pengembangan produksi ternak. Berdasarkan topografi, kabupaten Halmahera Barat terbagi empat kategori, antara lain, tanah datar kelas lereng 3 seluas 3.193 ha 1,4, tanah landai dengan lereng 3-15 seluas 23.201,5 ha 10,38, tanah agak curam dengan kelas lereng 15-40 seluas 58.517 ha 26.25 dan tanah curam dengan kerlas lereng 40 seluas 138.499,5 ha 61.98. Dengan luas daerah berbukit dan bergunung adalah 138.444 ha 61,98 Sistem penggunaan lahan di kabupaten Halmahera Barat dapat dilihat pada Tabel 5. Hutan negara mendominasi seluruh wilayah diikuti oleh hutan rakyat, tanaman pangan dan tanaman obat-obatan menempati urutan terakhir. Tabel 5 Luas dan jenis penggunaan lahan di kabupaten Halmahera Barat No Jenis Penggunaan Hutan Luas Lahan ha Persentase 1 Hutan Negara 183.272 59,36 2 Hutan Rakyat 79.000 25,59 3 Perkebunan 24.299 7,87 4 Tanaman Holtikultura Buah-Buahan 14.736 4,77 5 Padi dan Palawija 6.738 2,18 6 Tanaman Holtikultura Sayur-sayuran 501 0,16 7 Tanaman Obat 163 0,05 Total 308.709 100 Sumber : Bappeda Kabupaten Halmahera Barat 2006 Perkebunan memiliki luas areal cukup luas berada pada posisi ke tiga setelah luas lahan hutan negara dan luas lahan hutan rakyat, hal ini menunjukan bahwa wilayah kabupaten Halmahera Barat sangat cocok dan potensial untuk pengembangan usaha peternakan ternak sapi potong yang diintegrasikan dengan perkebunan khususnya dengan perkebunan kelapa. Sub sektor perkebunan kelapa memiliki luas areal tertinggi dibandingkan dengan jenis tanaman perkebunan lainnya dengan luas arel 19.526 ha 72 diikuti dengan jenis tanaman perkebunan kakao sebesar 1.519,7 ha 6,22, cengkih 1.418,6 ha 5,80 kemudian jenis tanaman pala sebesar 1.403,5 ha 5,74. Jenis tanaman perkebunan kopi, kayu manis, kapok, kayu manis, vanili dan lada menempati posisi terakhir dengan persentase terkecil. Keadaan ini merupakan salah satu kekuatan yang mendukung pengembangan ternak sapi potong bila diintegrasikan dengan kelapa di wilayah ini, melihat luas perkebunan yang cukup besar dan mendominasi wilayah kabupaten Halmahera Barat. Tabel 6. Tabel 6 Luas areal perkebunan berdasarkan jenis tanaman di kabupaten Halmahera Barat No Jenis Tanaman Luas Areal ha Persentase 1 Kelapa 19.526 79,92 2 Kakao 1.519,7 6,22 3 Cengkih 1.418,6 5,80 4 Pala 1.403,5 5,74 5 Kopi 289,7 1,18 6 Kapuk 236 0,96 7 Kayu Manis 21 0,08 8 Vanili 10 0,04 9 Lada 5 0,02 Total 24.429,5 100 Sumber: Bappeda Halmahera Barat Tahun 2005 Karakteristik SDM dan Mata Pencaharian Penduduk di kabupaten Halmahera Barat pada akhir tahun 2005 berjumlah 111.309 jiwa, terdiri dari laki-laki sebanyak 56.667 jiwa dan perempuan sebanyak 54.642 jiwa. Pemukiman penduduk tersebar di pedesaan dan perkotaan dengan komposisi 90 bermukim di pedesaan dan 10 bermukim di perkotaan, dari jumlah tersebut di atas, 85 berada di pesisir pantai sedangkan sisanya bermukim di pedalaman. Tingkat kepadatan penduduk tertinggi terdapat di kecamatan Jailolo 30 jiwa per ha, kemudian diikuti oleh kecamatan Ibu Utara 26 jiwa per ha jumlah dan kepadatan penduduk berdasarkan kecamatan di kabupaten Halmahera Barat. Tabel 7. Tabel 7 Jumlah dan kepadatan penduduk di kabupaten Halmahera Barat No Kecamatan Pria Wanita Jumlah Penduduk Wilayah ha Kepadatan Jiwaha 1 Jailolo 11.470 10.218 21.688 25.127 30 2 Jailolo Selatan 7.869 7.556 15.425 33.372 20 3 Jailolo Timur 4.445 4.987 9.432 345.51 15 4 Sahu 5.600 5.677 11.277 6.694 9 5 Sahu Timur 5.931 4.537 10.468 101.200 8 6 Ibu Utara 4.878 4.935 9.813 197.621,5 26 7 Ibu 4.756 5.021 9.777 5.348 18 8 Ibu Selatan 5.812 5.905 11.717 2.400.000 0,5 9 Loloda 5.906 5.806 11.712 56.760 18 Total 56.667 54.642 111.309 3.042.863 134,5 Sumber : Bappeda Halmahera Barat 2006 Keadaan ini menunjukan bahwa sebagian besar penduduk Halmahera Barat berada di pedesaan dengan mata pencahariaan utama adalah petani. Jumlah penduduk berdasarkan usia tertinggi di kabupaten Halmahera Barat adalah usia produktif yaitu 15 sampai 60, sebesar 55.718 jiwa 50,23, sumber daya manusia merupakan potensi dalam pengembangan sapi potong di wilayah ini. Dilihat dari segi umur, lebih dari 50 penduduk adalah kelompok usia produktif yang mendukung usahatani. Bappeda Halmahera Barat 2006. Mata pencaharian penduduk kabupaten Halmahera Barat sebagian besar pada sektor pertanian dan sebagian kecil tersebar pada sektor industri, perdagangan, bangunan, angkutan, bangunan, angkutan dan perhubungan serta nelayan. Potensi ini di dukung secara persentase penduduk yang bekerja di sektor pertanian yaitu 84 25.427 orang, kemudian disusul berturut-turut oleh nelayan 8 4.598 orang, Pegawai Negeri Sipil 5 2.217 orang, Wiraswasta 1 444 orang, Lain-lain 1 365 rang, Buruh 1 333 orang dan TNIPolri 0 100 orang. Klasifikasi penduduk kabupaten berdasarkan kelompok umur di atas usia 10 tahun berdasarkan jenis pekerjaan. Tabel 8. Tabel 8 Klasifikasi penduduk usia di atas 10 tahun berdasarkan jenis pekerjaan Jenis pekerjaan Jumlah orang Persentase Petani 25.427 83,31 Nelayan 2.217 7,26 PNS 1.635 5,36 TNIPolri 100 0,33 Wiraswasta 444 1,45 Buruh 333 1,09 Lain-lain 365 1.19 Total 30.521 100 Sumber : BPPS Kabupaten Halmahera Barat 2006 Potensi Pertanian Subsektor perkebunan, selain Kelapa 19.526 ha, sebagai komoditi andalan, terdapat juga Cacao 1.519.7 ha, Cengkih 1.418,6 ha, Pala 1.403,5 ha, kopi 289,7 ha, Kapuk 236 ha, Kayu Manis 21 ha, Vanili 10 ha dan Lada 5 ha Sedangkan sub sektor pertanian tanaman pangan yang menonjol adalah Umbi Kayu 15.784 ton1.835 ha, Ubi Jalar 4.545 ton754 ha, Talas 1.829 ton345 ha, Jagung 2.949 ton1.017 ha, Kacang Tanah 1.737 ton599 ha, Padi Ladang 1.560 ton325 ha, Padi Sawah 775 ton123 ha, dan hortikultura didominasi oleh tanaman Pisang 25 ton12.964 ha, Jeruk SiamKeprok 420 ton 25 ha, Duren 350 ton76 ha, Rambutan 278 ton75 ha, DukuLangsat 175 ton95 ha, Mangga 150 tonaha sedangkan pada sub sektor kehutanan, industri pengolahan hasil hutan IPKH PT. Taiwi Sidangoli 142.471,3482 M 3 , IUPHHBK Aditya Tunggal Pratama Ibu pemungutan hasil hutan bukan kayu 600 ton, IUPHHBK Said Yarbo Sahu PPHBK 450 ton, IUPHHBK CV Surya Buana Jailolo PPHBK 600 ton, IUPHHBK Benny Somampow Sahu PPHBK 600 ton, IUPHHBK UD Seho Mandiri Jailolo Selatan PPHBK 250 ton Bappeda Halbar 2006 Produk Domestik Regional Bruto PDRB Produk domestik regional bruto PDRB merupakan salah satu pencerminan kemajuan ekonomi suatu daerah, yang didefinisikan sebagai keseluruhan nilai tambah barang dan jasa dalam waktu satu tahun di daerah tersebut. PDRB kabupaten Halmahera Barat atas dasar harga berlaku pada tahun 2003 sampai 2005 terjadi peningkatan, pada tahun 2003 Rp.189.197, 55 juta, tahun 2004 Rp. 197.343 juta dan tahun 2005 Rp. 250.954,22 juta. Kontribusi PDRB terbesar tahun 2005 diberikan sektor pertanian Rp. 79.610, 47 juta atau 38 dan disusul oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar Rp. 52.031,67 juta atau 25 Industri dan pengolahan Rp. 45.608,65 juta atau 22, pengangkutan dan komunikasi Rp. 11.842,13 juta atau 6, Jasa-jasa Rp. 7.984,30 juta atau 4, Keuangan, persewaan Rp. 6.140,00 juta atau 3, listrik, gas dan air bersih Rp.1.324,23 juta atau 1, bangunan Rp. 1.163,12 juta atau 1 dan pertambangan dan pengggalian sebesar Rp 249,46 juta. Dari kontribusi peningkatan domestik regional bruto terbesar dibidang pertanian hal ini menjelaskan bahwa sektor pertanian secara umum berperan penting dalam hal peningkatan ekonomi masyarakat di wilayah Halmahera Barat termasuk sub sektor peternakan memiliki kontribusi peningkatan domestik regional bruto sebesar Rp.9.952,87 juta rupiah pada tahun 2005 memberikan kontribusi terbeasar ketiga setelah tanaman pangan dan perkebunan.Gambar 2. dan Tabel 9 berikut: Keuangan, Persew aan 3 Pengangkutan, Komunikasi 6 Jasa-jasa 4 Perdangan, Hotel, Restoran 25 Listrik, Gas, Air Bersih 1 Bangunan 1 Industri, Pengolahan 22 Pertambangan, Penggalian Pertanian 38 Gambar 2 Persentase PDRB kabupaten Halmahera Barat atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha, Tahun 2005 Produk Domestik Regional Bruto PDRB Halmahera Barat atas dasar harga Berlaku pada bidang pertanian terjadi peningkatan dari tahun 2003 sampai tahun 2005 juta rupiahtahun dan berturut-turut didominasi oleh tanaman perkebunan, PRDB pada tahun 2005 adalah Rp, 47.706,67 juta 59 kemudian disusul oleh tanaman pangan adalah Rp 11.175 juta 14 kemudian bidang peternakan Rp. 11.175,38 Juta 10. Tabel 9 dan Gambar 3. Tabel 9 PDRB Halmahera Barat atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha bidang pertanian 2003-2005 juta Rupiah No Pertanian 2003 2004 2005 Total 1 Tanaman Pangan 10.205,86 10.625,15 11.175,38 32.006,39 2 Tanaman Perkebunan 43.640,95 45.620,44 47.706,67 136.968,06 3 Peternakan 9.121.44 9.527,54 9.952,87 28.601,85 4 Kehutanan 2.620,72 2.729,45 2.843,81 8.193,98 5 Perikanan 7.275,65 7.588,72 7.931,74 22.796,11 Total 72.864.62 7.6091,3 79.610,47 228.566,39 Sumber : Bappeda Provinsi Maluku Utara 2005 10000 20000 30000 40000 50000 60000 1 2 3 J u ta R upia h Tanaman Pangan Tanaman Perkebunan Peternakan Kehutanan Perikanan Gambar 3 Produk domestik regional bruto PDRB berdasarkan harga berlaku menurut lapangan usaha bidang pertanian Halmahera Barat Tahun 2003 - 2005 Karakteristik Umum Lokasi Penelitian Jumlah ternak sapi potong yang berada di kabupaten Halmahera Barat secara keseluruhan yaitu 4.046 ST, dengan jumlah ternak sapi potong yang beragam pada setiap kecamatan. Perbedaan jumlah ternak sapi potong pada setiap daerah atau kecamatan dipengaruhi oleh beberapa aspek yaitu aspek daya dukung lahan, tatalaksana pemeliharaan, tingkat pendidikan dan ketrampilan petani ternak dan sosial masyarakat. Sehingga untuk melakukan pendekatan dalam menentukan pola pengembangan peternakan sapi potong di kabupaten Halmahera Barat, maka terlebih dahulu diketahui karakteristik sistem usaha tani, sistem tatalaksana pemeliharaan dan sosial budaya masyarakat pada masing-masing wilayah. Lokasi yang dipilih sebagai temapat pengambilan sampel peternakan terdiri dari tiga kecamatan yaitu kecamatan Jailolo dengan jumlah ternak sapi potong terbanyak 1.491 ST, kemudian kecamatan Sahu Timur yang memiliki ternak sedang 348 ST serta kecamatan yang memiliki jumlah ternak paling sedikit yaitu kecamatan Loloda dengan jumlah ternak 31 ST. Tabel 10. Tabel 10 Kondisi umum kecamatan Jailolo, Sahu Timur dan Loloda Kecamatan Jailolo Sahu Timur Loloda Karakteristik Satuan Satuan Satuan Luas Wilayah km 2 Jarak dari ibukota kabupaten km Jumlah penduduk jiwa Kepadatan penduduk jiwakm 2 Jumlah sapi potong ST Kepadatan sapi potong STkm 2 Suhu rata-rata C Curah hujan hhth Luas areal perkebunan kelapa ha 25.127 2.788 110 1.491 59 27 1500-2000 2.730 101.200 6,0 5.332 52 348 0,58 27 1500-2000 148 55.760 95,9 10.412 198 31 0,54 27 2501-3000 3121 Kecamatan Jailolo mempunyai luas wilayah 25,127 km 2 dengan jumlah penduduk sebesar 2.788 jiwa, kepadatan penduduk 110 jiwakm 2 . Kecamatan Jailolo merupakan daerah ibukota kabupaten Halmahera Barat, bila ditinjau dari tata letaknya, kecamatan Jailolo memiliki peluang untuk pengembangan usaha ternak sapi potong karena memiliki akses yang mudah terhadap berbagai fasilitas penunjang usaha pengembangan peternakan. Kondisi umum tersebut menunjukan bahwa kecamatan Jailolo cukup potensial terutama untuk pengembangan peternakan dilihat dari populasi sapi potong 1491 ST, dengan tingkat kepadatan 59 STkm 2 . Diperlukan sumber daya manusia yang terampil dan manajemen yang memadai untuk mendukung usaha peternakan. Kecamatan Sahu Timur mempunyai luas wilayah 101.200 km 2 dengan jumlah penduduk sebesar 5.332 jiwa, kepadatan penduduk 52 jiwakm 2 . Jarak kecamatan Sahu Timur dengan ibukota kabupaten Halmahera Barat 6,0 km, bila ditinjau dari tata letaknya maka letak kecamatan Sahu Timur tidak terlalu jauh dari ibukota kabupaten, dan salah satu faktor pendukung dalam pengembangan usaha ternak sapi potong. Kecamtan Loloda mempunyai luasan wilayah 55.760 km 2 dengan jumlah penduduk sebesar 10.412 jiwa, kepadatan penduduk 198 jiwakm 2 . Jarak kecamatan Loloda dari ibukota kabupaten Halmahera Barat adalah 95,9 km merupakan kecamatan yang jaraknya lebih jauh jika dibandingkan dengan kecamatan lain yang ada di kabupaten Halmahera Barat namun dapat dijangkau oleh transportasi, hal memungkinkan karena secara keseluruhan luas wilayah kabupaten Halmahera Barat tidak terlalu luas jika di bandingkan dengan luas wilayah besar lainnya di Indonesia. Bila ditinjau dari tata letaknya maka letak kecamatan Loloda cukup baik atau merupakan salah satu kekuatan untuk pengembangan usaha ternak sapi potong dalam hal pengangkutan ternak maupun cukup dekat dengan berbagai fasilitas penunjang usaha pengembangan peternakan. Karakteristik Peternak Kecamatan Jailolo Rataan umur petani ternak berdasarkan responden pada kecamatan Jailolo adalah 55 tahun, kelompok ini menurut Kairupan 2001, masih tergolong dalam usia produktif yaitu antara 15 – 55 tahun. Tingkat pendidikan formal para peternak sebagaian besar adalah lulusan sekolah dasar SD 50 kemudian tidak tamat sekolah dasar sebanyak 27,78, dilihat dari data pendidikan berdasarkan responden di kecamatan Jailolo tingkat pendidikan petani ternak tergolong masih rendah. Hal ini merupakan salah satu kelemahan dalam pengembangan usaha ternak sapi potong di kabupaten halmahera Barat oleh sebab itu kedepan harus ditingkatkan pendidikan maupun ketrampilan karena tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap laju penyerapan inovasi, perubahan pola pikir dan kepekaan terhadap perubahan sosial lainnya, berdasarkan indeks kosentrasi ternak, kecamatan Jailolo di kategori dominan populasi diatas rata-rata yaitu 2,85. Indeks kosentrasi ternak kecamatan ditentukan nisbah populasi ternak kecamatan Pk terhadap rataan populasi kecamatan dalam kabupaten dimana kecamatan tersebut berada Pr, kategori indeks kosentrasi adalah : PkPr › 1 kecamatan dominan, populasi di atas rata- rata, PkPr = 0,5 – 1 kecamatan yang hanya dapat mengkonsumsi kebutuhan sendiri, dan PkPr ‹ 1 kecamatan yang jarangminim. Tabel 11. Tabel 11 Karakteristik peternak sapi potong kecamatan Jailolo Karakteristik Satuan Rataan umur petani ternak th Tingkat pendidikan 1. Tidak tamat SD 2. Tamat SD 3. SLTP 4. SLTP Tujuan Pemeliharaan a. Sebagai ternak kerja b. Sebagai ternak potong c. Ternak potong + kerja d. Penghasil pupuk kandang Rataan jumlah tenaga kerja keluarga Pengalaman Beternak sapi th Pengetahuan tanda birahi a. Tahu b. Tidak tahu 54,61 27,78 50,00 16,67 5,56 0,00 0,00 100 0,00 3,11 12,94 55,56 44,44 Sambungan Tabel 11 Karakteristik satuan Sistem Pemeliharaan a. Dilepas secara sepanjang hari b. Diikat pada malam hari dilepas pada siang hari Persentase pemahaman teknologi pakan hay, Amoniasi, Sailase a. Tahu b. Tidak Tahu Persentase Tempat areal pemberian makanan sapi potong a. Perkebunan kelapa b. Padang penggembalaan Alam c. Pekarangan rumah 38,89 61,11 16,67 83,33 47,31 36,85 15,74 Karakteristik Peternak Kecamatan Sahu Timur Rataan umur petani ternak berdasarkan responden pada kecamatan Sahu Timur adalah 50,2 tahun, kelompok ini menurut Kairupan 2001, masih tergolong dalam usia produktif yaitu antara 15 – 55 tahun. Tingkat pendidikan formal para peternak sebagaian besar adalah lulusan sekolah dasar SD 40 kemudian tidak tamat sekolah dasar sebanyak 20, dilihat dari data pendidikan berdasarkan responden di kecamatan Sahu Timur tingkat pendidikan petani ternak tergolong masih rendah. Hal ini merupakan salah satu kelemahan dalam pengembangan usaha ternak sapi potong di kabupaten Halmahera Barat oleh sebab itu kedepan harus ditingkatkan pendidikan maupun ketrampilan karena tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap laju penyerapan inovasi, perubahan pola pikir dan kepekaan terhadap perubahan sosial lainnya. Berdasarkan indeks kosentrasi ternak kecamatan Sahu Timur memiliki nilai kosentarasi 0,6 masuk kategori sedang. Tabel 12. Tabel 12 Karakteristik peternak di kecamatan Sahu Timur Karakteristik Satuan Rataan umur petani ternak th Tingkat pendidikan 1. Tidak tamat SD 2. Tamat SD 3. SLTP 4. SLTP Tujuan Pemeliharaan a. Sebagai ternak kerja b. Sebagai ternak potong c. Ternak potong + kerja d. Penghasil pupuk kandang Rataan jumlah tenaga kerja keluarga Pengalaman Beternak sapi th Pengetahuan tanda birahi a. Tahu b. Tidak tahu Sistem perkawinan a. Kawin alam b. Inseminasi buatan Rata-rata kepemilikan sapi potong ekor Rata-rata kepemilikan luas perkebunan kelapa ha Sistem Pemeliharaan a. Dilepas secara sepanjang hari b. Diikat pada malam hari dilepas pada siang hari c. Secara intensif Persentase pemahaman teknologi pakan hay, Amoniasi, Sailase a. Tahu b. Tidak Tahu Persentase Tempat areal pemberian makanan sapi potong a. Perkebunan kelapa b. Padang penggembalaan Alam c. Pekarangan rumah 50,20 20,00 40,00 30,00 10,00 0,00 0,00 100 0,00 2.90 11.70 70,00 30,00 60,00 40,00 3,10 3,90 70,00 30,00 0,00 20,00 80,00 50,00 40,00 10,00 Karakteristik Peternak Kecamatan Loloda Rataan umur petani ternak berdasarkan responden pada kecamatan Loloda adalah 56 tahun, kelompok ini menurut Kairupan 2001, masih tergolong dalam usia produktif yaitu antara 15 – 55 tahun. Tingkat pendidikan formal para peternak sebagaian besar adalah tidak tamat sekolah dasar SD 66,67 kemudian tamat sekolah dasar sebanyak 33,33, dilihat dari data pendidikan berdasarkan responden di kecamatan Loloda tingkat pendidikan petani ternak tergolong masih rendah. Hal ini merupakan salah satu kelemahan dalam pengembangan usaha ternak sapi potong di kabupaten halmahera Barat oleh sebab itu harus ditingkatkan pendidikan maupun ketrampilan karena tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap laju penyerapan inovasi, perubahan pola pikir dan kepekaan terhadap perubahan sosial lainnya, berdasarkan indeks kosentrasi ternak kecamatan Loloda masuk kategori jarang dengan nilai 0,05. Karakteristik peternak di kecamatan Loloda. Tabel 13. Tabel 13 Karakteristik peternak kecamatan Loloda Karakteristik Satuan Rataan umur petani ternak th Tingkat pendidikan 1. Tidak tamat SD 2. Tamat SD 3. SLTP 4. SLTP Tujuan Pemeliharaan a. Sebagai ternak kerja b. Sebagai ternak potong c. Ternak potong + kerja d. Penghasil pupuk kandang Rataan jumlah tenaga kerja keluarga Pengalaman Beternak sapi th Pengetahuan tanda birahi a. Tahu b. Tidak tahu Sistem perkawinan a. Kawin alam b. Inseminasi buatan Rata-rata kepemilikan sapi potong ekor Rata-rata luas perkebunan kelapa ha Sistem Pemeliharaan a. Dilepas secara sepanjang hari b. Diikat pada malam hari dilepas pada siang hari c. Secara intensif Persentase pemahaman teknologi pakan hay, Amoniasi, Sailase a. Tahu b. Tidak Tahu 56,00 66,67 33,33 0,00 0,00 0,00 0,00 100 0,00 2,00 8,33 25,00 75,00 100 0,00 3,00 2.80 33,33 66,67 33,33 16,67 83,33 Populasi Ternak Ruminansia Populasi ternak ruminansia berdasarkan umur ternak digunakan standar nilai konversi persentase dari ternak anak, muda dan dewasa terhadap populasi masing-masing ternak yaitu ternak sapi, kerbau, kambing, dan domba. Jumlah satuan ternak ST untuk setiap jenis ternak didasarkan pada populasi ternak berdasarkan struktur ekor dikalikan dengan nilai standar satuan ternak. Data populasi ternak pada masing-masing kecamatan. Tabel 14. Tabel 14 Populasi ternak ruminansia di kabupaten Halmahera Barat Populasi Ternak Ruminansia ST Kecamatan Sapi Sapi Perah Kerbau Kambing Domba Jumlah Jailolo 1.491 0,00 0,00 5.412 0,00 6.903 Jailolo Selatan 276 0,00 0,00 119 0,00 395 Jailolo Timur 23 0,00 0,00 1.146 0,00 1.169 Sahu 574 0,00 0,00 117 0,00 691 Sahu Timur 348 0,00 0,00 677 0,00 1.025 Ibu Utara 600 0,00 0,00 617 0,00 1.217 Ibu 505 0,00 0,00 110 0,00 615 Ibu selatan 198 0,00 0,00 553 0,00 751 Loloda 31 0,00 0,00 709 0,00 740 Jumlah 4.046 0,00 0,00 9.460 0,00 13.506 Hasilnya populasi ternak sapi potong di kabupaten Halmahera Barat pada tahun 2006 yaitu 4.046 ST, dengan luasan daratan yang tersedia 3.042.863 ha, menunjukan bahwa bidang peternakan masih sangat berpeluang untuk dikembangkan karena jumlah ternak yang masih tergolong sedikit. Jenis ternak ruminansia yang ada di daerah ini adalah ternak sapi potong dan ternak kambing, dengan jumlah ternak kambing terbanyak yaitu 9.460 ST sedangkan ternak sapi potong 4.046 ST. Berdasarkan jumlah ternak ruminansia, kecamatan di Halmahera Barat memiliki jumlah ternak kambing dengan persentase tertinggi 70,05 dan sapi potong sebesar 29,95. Produksi Segar Hijauan Makanan Ternak Berdasarkan hasil analisis kecamatan Loloda memiliki rataan berat hijauan segar untuk makanan ternak lebih tinggi 6.865 kg = 68,65, kemudian kecamatan Jailolo 6.395 kg = 34 dan Sahu Timur 5.474 kg = 29. Tabel 15 dan Gambar 4. Tabel 15 Data berat segar hijauan makanan ternak per cluster per kecamatan sampel di kabupaten Halmahera Barat Ubinan2m 2 Kg Kecamatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total Jailolo 6,05 8,6 7,85 5,8 4,95 8,9 5,7 5,1 5,75 5,25 63,95 Sahu Timur 5,8 4,95 4,85 6,3 6,55 5,69 4,95 5,2 5,25 5,2 54,74 Loloda 8,7 7,6 7,25 6,15 6,8 6,15 6,95 6,25 6,1 6,7 68,65 Total 192,2 Rata-rata 64,06 Sahu Timur, 54.74, 29 Loloda, 68.65, 37 Jailolo, 63.95, 34 Gambar 4 Berat segar HMT Kg pada masing-masing kecamatan penelitian di kabuapten Halmahera Barat Hal ini merupakan indikator bahwa hijauan makanan ternak di bawah pohon kelapa di wilayah ini cukup tersedia untuk ternak sapi potong, peningkatan kualitas dan kuantitas kualitas hijauan melalui upaya budidaya jenis hijauan makanan ternak unggul tahan naungan, disukai oleh ternak, mempunyai nilai gizi yang tinggi pemberian pupuk, disamping itu diperlukan introduksi teknologi pakan melalui pengelolaan pakan pengawetan pakan menjadi Hay dan Silage pada saat surplus hijauan pada musim hujan dapat diterapkan untuk menyediaakan pakan pada musim kemarau. Hasil analisis hijauan makanan ternak menunjukan bahwa kualitas hijauan yang dikonsumsi ternak sapi potong pada lokasi penelitian sudah cukup memadai karena campuran hijauan makanan ternak yang tersedia pada areal perkebunan kelapa terdiri dari berbagai leguminosa dan rumput-rumputan yang dapat dikonsumsi ternak. Selain itu ketersedian hijauan yang cukup besar dengan komposisi botani yaitu terdiri dari jenis rumput dan leguminosa. Jenis rumput meliputi rumput Teki Kylinga monocephala, rumput Jaragua Hyparrhenia rufa, rumput Kolonjono Pannicum muticum, rumput Alang- alang Imperata cylindrica, rumput Benggala Pannicum maximum. Jenis leguminosa meliputi: putri malu Mimosa pudica Calopo Colopogonium mucunoides , Centro Centrosema pubescens Disamping rumput dan leguminosa ada beberapa jenis hijauan lain dan limbah tanaman pangan yang belum dimanfaatkan dengan baik sebagai pakan ternak sapi potong. Komposisi zat-zat hijauan makanan ternak pada lokasi penelitian: kecamatan Jailolo S.Jl, kecamatan Sahu Timur S.Tm dan Kecamatan Loloda S. Ll. Tabel 16. Tabel 16 Komposisi zat-zat hijauan makanan ternak di lokasi penelitian Kode BK Abu PK SK LK Beta-N S.Jl 88,09 9,61 19,35 43,38 1,48 14,09 S.Tm 87,02 9,67 18,06 44,76 1,82 15,78 S.Ll 86,09 9,88 18,61 44,68 1,75 16,78 Sumber : Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Makan Ternak Fakultas Peternakan IPB. 2007 Total Digestable Nutrien atau martabat pati untuk hidup pokok, pertumbuhan, pertambahan berat badan, produksi susu dan tenaga. Hasil analisis produksi makanan ternak berdasarkan persentase, Total Digestible Nutrient TDN di kabupaten Halmahera Barat pada lokasi penelitian adalah sebagai berikut: kecamatan Sahu Timur 50, kecamatan Loloda 48 dan kecamatan Jailolo 46, 2, Hal ini menunjukan bahwa bahwa kebutuhan nutrisi untuk hidup pokok, pertumbuhan, pertambahan berat badan dan produksi susu ternak sapi potong pada lokasi penelitian sudah mencukupi kebutuhan. Kecamatan Sahu Timur memiliki nilai tertinggi, disusul oleh kecamatan Loloda dan kecamatan Jailolo memiliki nilai yang paling kecil. Gambar 7. TDN, Jailolo, 46,2 TDN, Loloda, 48,75 TDN, Sahu Timur, 50 Gambar 5 Total Digestible Nutrient TDN pada lokasi penelitian Produksi Hijauan Makanan Ternak Berdasarkan Luas Areal Perkebunan Kelapa Hasil pengukuran dan analisis total produksi hijauan makanan ternak pada luas perkebunan kelapa pada lokasi penelitian berdasarkan produksi segar, produksi kering, bahan kering, protein kasar dan total digestible nutrien. Tabel 17. Tabel 17 Total produksi hijauan makanan ternak tonha berdasarkan luas areal perkebunan kelapa, diukur berdasarkan produksi segar, produksi kering, produksi bahan kering, produksi protein kasar, dan Total Digestable Nutrient Kecamatan Segar Kering BK PK TDN Jailolo 4.766,89 1.905,99 1.679,77 2.179,97 5.205,68 Sahu Timur 4.064,45 1.899,13 1.327,56 1.682,77 4.485,5 Loloda 10.128,33 4.285,13 3.689,02 2.199,7 5.760 Total 18.959,67 8.090,25 6.696,35 6.062,44 15.451,18 Rata-rata 6.319,89 2.696,75 2.232,11 2.020,81 5.150,39 Hasil ini mengindikasikan variasi jumlah masing-masing kecamatan. Kecamatan Loloda memiliki produksi tertinggi jika dibandingkan dengan kecamatan Jailolo dan kecamatan Sahu Timur, produksi HMT di kecamatan Loloda adalah Produksi segar 10.128,33 tonha, produksi kering 4.285,13 tonha, produksi BK 3.689,35 tonha, produksi PK 2.199,81 tonha dan produksi TDN 5.760 tonha sehingga kecamatan Loloda lebih potensial sebagai skala prioritas utama untuk pengembangan peternakan sapi potong. Daya Dukung Hijauan Makan Ternak Berdasarkan Bahan Kering BK Hasil analisis daya dukung hijauan makan ternak berdasarkan bahan kering BK pada lokasi penelitian. Tabel 18. Tabel 18 Daya dukung hijauan makanan ternak sapi potong berdasarkan bahan kering kebutuhan 6,25 kg BK 1 ST Populasi BK Daya Dukung Saat ini Kecamatan ton ST ST Potensi Pengembangan ST Kapasitas Peningkatan Jailolo 1.679,77 268.763,2 1.947 266.816,2 24,95 Sahu Timur 1.327,56 212.409,6 348 212.061,6 19,83 Loloda 3.689,02 590.243,2 31 590.212,2 55,20 Total 6.696,35 1.071.416 2.326 1.069.090 100 Kecamatan Loloda lebih potensial dan dapat ditentukan sebagai prioritas utama yang mampu menampung jumlah ternak sapi potong sebanyak 590.212,2 ST, dengan kapasitas peningkatan populasi sebesar 55,20, selanjutnya diikuti kecamatan Jailolo yang menempati posisi kedua dengan jumlah 266.816,2 ST dengan kapasitas peningkatan 24,95, sedangkan Sahu Timur masih dapat menampung sebesar 212.061,6 ST dengan kapasitas peningkatan 19,83. Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Sapi Potong a. Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Sapi Potong Berdasarkan Kapasiatas Tampung Areal Perkebunan Kelapa Hasil analisis kapasitas peningkatan populasi ternak sapi potong berdasarkan luas areal perkebunan kelapa pada setiap kecamatan di kabupten Halmahera Barat. Tabel 19. Tabel 19 Kapasitas peningkatan populasi ternak sapi potong kabupaten Halmahera Barat berdasarkan asumsi 1 ha untuk 1 ST Kecamatan Kapasitas Tampung ST Populasi Saat ini ST Potensi Pengembangan ST Kapasitas Peningkatan Jailolo 273 1.491 -1218 -5,61 Jailolo Selatan 3.121 276 2.845 13,10 Jailolo Timur 148,5 23 125.5 0,57 Sahu 2.438 574 1.864 8,58 Sahu Timur 4.617 348 4.269 19,66 Ibu Utara 2.564 600 1.964 9,04 Ibu 6.403 505 5.898 27,17 Ibu Selatan 3.487 198 3.289 15,15 Loloda 3.121 31 3.090 14,23 Jumlah 25.751 4.046 21.705 100 Kecamatan yang memiliki nilai tertinggi adalah kecamatan Ibu 27,17 jumlah ternak sapi potong yang dapat ditambahkan sebanyak 5.898 ST. Kecamatan ini sangat prospektif untuk pengembangan ternak sapi potong. Kecamatan Sahu Timur memiliki nilai kapasitas peningkatan populasi ternak sapi potong 19,66 dengan potensi pengembangan atau dapat menambahkan jumlah ternak sapi potong sebanyak 4.269 ST, yang terkecil adalah kecamatan Ibu Selatan dengan nilai kapasitas peningkatan populasi sebesar 15,15 dengan potensi penambahan jumlah ternak sebanyak 3.289 ST, untuk kecamatan Jailolo, kapasitas peningkatan populasi ternak dengan nilai -5,61 dengan potensi pengembangan -1218 ST. Hasil ini menunjukan bahwa minus pada kabuapten Halmahera Barat, kecamatan Jailolo memiliki jumlah ternak sapi potong yang sudah melebihi kapasitas. Dari aspek daya dukung pakan di bawah perkebunan kelapa kecamatan Jailolo tidak dapat lagi menambah jumlah ternak sapi potong. b. Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Sapi Potong Bedasarkan Bahan Kering BK, Protein Kasar PK Total Digestible Nutrient TDN Hasil anlisis kapasitas peningkatan populasi ternak sapi potong berdasarkan berdasarkan Bahan Kering. Tabel 21. Tabel 20 Kapasitas peningkatan populasi ternak sapi potong bedasarkan bahan kering, protein kasar dan Total Digestible Nutrient Kecamatan Kapasitas Peningkatan BK Kapasitas Peningkatan PK Kapasitas Peningkatan TDN Jaililo 24,95 35,94 33,65 Sahu Timur 19,83 27,76 29,03 Loloda 55,20 36,29 37,03 Total 100 100 100 Kapasitas peningkatan populasi berdasarkan bahan kering BK didominasi oleh kecamatan Loloda 55,20, kemudian kecamatan Jailolo dengan kapasitas peningkatan sebesar 24,95 sedangkan kecamatan Sahu Timur terendah yaitu sebesar 19,83. Hal ini mengindikasikan bahwa dari ketiga lokasi penelitian KPPTSP Bahan Kering, kecamatan Loloda dikategorikan sebagai lokasi KPPTSP tertinggi dan kemudian kecamatan Jailolo kecamatan Sahu Timur sedangkan kecamatan Sahu Timur terendah. Strategi Pengembangan Ternak Sapi Potong Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal Pengembangan Peternakan Sapi Potong di Halmahera Barat Identifikasi faktor internal meliputi faktor kekuatan strengths dan kelemahan weaknesses, dan faktor eksternal meliputi faktor peluang opportunities dan ancaman threats, untuk pengembangan ternak sapi potong di Halmahera Barat dibahas secara detail sebagai berikut:. Kekuatan Strengths Faktor-faktor internal yang diidentifikasi sebagai kekuatan yang dimiliki dalam pengembangan ternak sapi potong meliputi: 5. Kabupaten Halmahera Barat memiliki lahan areal perkebunan kelapa yang luas dengan daya dukung lahan masih tinggi untuk pengembangan peternakan 6. Akses ke input dan pemasaran mudah 7. Hijauan makanan ternak tersedia sepanjang tahun 8. Sebagian besar 83,31 masyarakat memiliki mata pencaharian utama di bidang pertanian 9. Pemeliharaan sapi telah dilakukan secara turun-temurun 10. Tersedianya pasar hewan Kelemahan Weaknesses Faktor-faktor internal yang diidentifikasi sebagai kelemahan dalam pengembangan ternak sapi potong terdiri dari: 1. Lahan belum dimanfaatkan secara optimum 2. Produktivitas sapi rendah 3. Ketrampilan peternak masih rendah 4. Kelompok peternak tidak berfungsi 5. Usaha ternak bersifat sambilan 6. Belum menerapkan teknologi 7. Pos Keswan jauh dari lokasi peternakan 8. Peluang Opportunities Faktor-faktor eksternal yang diidentifikasi sebagai peluang dalam pengembangan ternak sapi potong adalah: 1. Permintaan daging sapi meningkat 84.37 2. Harga ternak dan hasil ternak cukup tinggi daging sapi Rp 60-70 ribukg 3. Kebijakan pemerintah mendukung pengembangan sapi potong 4. Usaha ternak sapi potong rakyat tidak terpengaruh krisis moneter. Ancaman Threats Faktor-faktor Eksternal yang diidentifikasi dari sebagai ancaman dalam pengembangan ternak sapi potong adalah: 1. Persaingan harga dengan impor 2. Penyakit ternak 3. Adanya persaingan harga dari luar daerah 4. Adanya resiko kematian 5. Terjadi penurunan bobot badan karena sistem transportasi yang kurang memadai Evaluasi Faktor Internal Pengembangan Peternakan Sapi Potong Berdasarkan evalusi faktor internal Strengths and Weaknesses, dilakukan perhitungan dengan matriks evaluasi internal IFE untuk usaha pengembangan ternak sapi potong. Tabel 21. Tabel 21 Matriks evaluasi faktor internal IFE pengembangan ternak sapi potong di kabupaten Halmahera Barat Faktor-Faktor Internal Bobot Rating Skor Kekuatan Strengths 1. Luasan areal perkebunan kelapa dan hijauan belum dimanfaatkan, secara optimal sehingga daya dukung lahan masih tinggi 0,15 4 0,60 2. Akses pemasaran mudah 0,15 4 0,60 3. Hijauan makanan ternak tersedia sepanjang tahun 0,15 4 0,60 4. sebagian besar 83,3 1 masyarakat memiliki mata pencaharian utama di bidang pertanian 0,05 3 0,15 5. Pemeliharaan sapi telah dilakukan secara turun-temurun 0,05 3 0,15 6. Tersedianya pasar hewan 0,10 4 0,40 Sub total kekuatan 0,65 2,51 Faktor-Faktor Internal Bobot Rating Skor Kelemahan Weaknesses 1. Produktivitas sapi rendah 0,05 1 0,05 2. Pendidikan dan ketrampilan peternak masih rendah 0,10 3 0,30 3. Kelompok tani ternak kurang berfungsi 0,05 2 0,10 4. Usaha ternak bersifat sambilan 0,10 3 0,30 5. Pos keswan jauh dari lokasi peternakan 0,05 2 0,10 Sub total kelemahan 0,35 0,85 Total 1, 00 3, 36 Hal ini menunjukkan bahwa pada faktor kekuatan Strengths yaitu ketersediaan tempat areal perkebunan kelapa, Akses pemasaran, dan daya dukung Hijauan makanan ternak, memiliki bobot dan rating tertinggi bobot 15 dan rating 4 dengan skor 0,60. Pada faktor Weaknesses, pendidikan, ketrampilan serta usaha ternak hannya bersifat sambilan mendapat nilai skor 0,30. Hal ini menunjukkan bahwa pada faktor internal faktor-faktor tersebut sangat berpengaruh penting. Matriks internal digunakan untuk mengetahui sejauh mana kabupaten Halamhera Barat mampu memanfaatkan Strengths untuk mengatasi Weaknesses yang disebut “Strategi” Evaluasi Faktor Ekternal Hasil aanalisis dengan menggunkan Matriks evaluasi faktor eksternal peluang opportunities. Tabel 22. Tabel 22 Matriks evaluasi faktor eksternal EFE pengembangan peternakan sapi potong Faktor-Faktor eksternal Bobot Rating Skor Peluang Opportunities 1. Permintaan daging sapi semakin meningkat 0,20 4 0,80 2. Harga ternak dan hasil ternak cukup tinggi 0,15 4 0,60 3. Kebijakan pemerintah mendukung pengembangan sapi potong 0,20 4 0,80 4. Usaha ternak sapi potong rakyat tidak terpengaruh krisis moneter 0,15 3 0,45 Sub total kekuatan 0,70 2,65 Faktor-Faktor eksternal Bobot Rating Skor Ancaman Threats 1. Persaingan harga dengan impor 0,10 1 0,10 2. Lahan kelapa Perhutani merasa dirugikan oleh penggembalaan ternak 0,10 3 0,15 3. Penyakit ternak 0,10 3 0,15 Sub total Kelemahan 0,30 0,40 Total 1,00 3, 05 Faktor permintaan daging sapi meningkat dan faktor kebijakan pemerintah mendukung pengembangan sapi potong memiliki skor tertinggi yaitu 0,80 hal ini disebabkan kedua faktor ini sangat lebih penting dari faktor lain, kemudian pada faktor ancaman threats penyakit dan lahan kelapa petani perhutani merasa di rugikan mendapat skor 0,15. Matriks Eksternal digunakan untuk mengetahui sejauh mana kabupaten Halmahera Barat mampu memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman yang ada pada lingkungan eksternal. Hasil pembobotan, peringkat dan skor setiap faktor ekternal peluang dan ancaman. Tabel 23 Matriks SWOT analisis strategi pengembangan ternak sapi potong di kabupaten Halmahera Barat Faktor Internal Faktor Eksternal Kekuatan Strength: 1. Areal perkebunan kelapa dan hijauan makanan ternak cukup luas dan daya dukung masih tinggi untuk pengembangan peternakan 2. Akses ke input produksi mudah 3. Hijauan dan limbah pertanian tersedia sepanjang tahun 4. Sebagian besar masyarakat memiliki mata pencahrian utama dibidang pertanian 5. Pemeliharaan sapi telah dilakukan secara turun-temurun 6. Tersedianya pasar hewan Kelemahan Weaknesses: 1. Pemanfaatan lahan Belum optimal 2. Produktivitas sapi rendah 3. Ketrampilan peternak rendah 4. Kelompok peternak kurang berfungsi 5. Usaha peternak bersifat sambilan 6. Pos Keswan jauh dari lokasi peternakan Peluang Opportunity: 1. Permintaan daging sapi meningkat 84,37. 2. Harga ternak dan hasil ternak cukup tinggi 3. Kebijakan pemerintah mendukung pengembangan sapi potong 4. Usaha ternak ternak sapi potong rakyat tidak terpengaruh krisis moneter Strategi SO: 1. Mengoptimalkan daya dukung lahan pada areal perkebunan dan hijaun makanan ternak untuk usaha sapi potong 2. Kebijakan pemerintah unutuk penataan wilayah pengembangan sapi potong 3. Meningkatkan pemanfaatan lahan secara optimal 4. Petani memiliki posisi tawar yang kuat 5. Meningkatkan nilai jual ternak Strategi WO: 1. Pendidikan dan pelatihan pemeliharaan ternak sapi potong berorientasi bisnis 2. Mengaktifkan kelompok dan peranannya bagi perkembangan sapi potong 3. Menyediakan bibit dan pejantan unggul oleh kelompok ternak 4. Menjadikan usaha ternak sebagai cabang usaha tetap 5. Meningkatkan sarana dan prasaranan pelayanan keswan Ancaman Threats: 1. Persaingan harga dengan impor 2. Lahan kelapa Perhutani merasa dirugikan oleh pengembalaan ternak 3. Penyakit ternak Strategi ST: 1. Peningkatan kuantitas dan kualitasmutu hasil ternak 2. Menjalin kerjasama antar instansi terkait untuk mengelola sumberdaya lahan

3. Meningkatkan menejmen kesehatan ternak

Strategi WT: 1. Meningkatkan produksi dengan pola integrasi dengan kelapa 2. Meningkatkan kerjasama diantara peternak dan instansi terkait 3. Meningkatkan pengawasan penyakit ternak Formulasi Strategi Dalam formulasi strategi digunakan matriks SWOT untuk merumuskan alternatif strategi pengembangan ternak sapi potong di kabupaten Halmahera Barat. Alternatif strategi diperoleh dengan memadukan faktor-faktor Internal dan eksternal dalam pengembangan peternakan sapi potong. Dengan Matriks SWOT di peroleh empat macam alternatif strategi yaitu Yaitu S-O, W-O, S-T, dan W-T, seperti yang diperlihatkan berikut: Strategi S-O. Strategi S-O adalah strategi yang menggunakan kekuatan untuk memenfaatkan peluang. Beberapa strategi S-O yang dapat dirumuskan adalah: Mengoptimalkan daya dukung lahan bagi usaha sapi potong S1,O1. Kebijaksanaan pemerintah untuk penataan wilayah pengembangan sapi potong S2,O2 1. Mengoptimalkan daya dukung lahan pada areal perkebunan dan hijaun makanan ternak untuk usaha sapi potong 2. Kebijakan pemerintah unutuk penataan wilayah pengembangan sapi potong 3. Meningkatkan pemanfaatan lahan secara optimal 4. Petani memiliki posisi tawar yang kuat 5. Meningkatkan nilai jual ternak Strategi W-O. Strategi W-O adalah strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang. Beberapa strategi W-O yang dapat dirumuskan adalah : 1. Pendidikan dan pelatihan pemeliharaan ternak sapi potong berorientasi bisnis 2. Mengaktifkan kelompok dan peranannya bagi perkembangan sapi potong 3. Menyediakan bibit dan pejantan unggul oleh kelompok ternak 4. Menjadikan usaha ternak sebagai cabang usaha tetap

5. Meningkatkan sarana dan prasaranan pelayanan keswan an