secara rinci kenyataan atau keadaan atas suatu objek dalam bentuk kalimat guna memberikan gambaran yang lebih jelas terhadap permasalahan yang diajukan
sehingga memudahkan untuk ditarik kesimpulan
V. PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan mengenai permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini pada bab sebelumnya, maka dapat di tarik kesimpulan sebagai
berikut: 1.
Perlunya Dekriminalisasi Aborsi dalam Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi adalah:
Diberlakukannya Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan
Reproduksi untuk alasan kesehatan indikasi kedaruratan medis dan kehamilan akibat perkosaan yang apabila kehamilan tetap dipertahankan
dapat membahayakan nyawa ibu, sehingga perlu adanya tindakan aborsi untuk menyelamatkannya, sehingga aturan dekriminalisasi aborsi dalam
Undang-Undang Kesehatan dan Peraturan Pemerintah tersebut diperlukan bagi pelaku aborsi maupun yang membantu jalannya suatu aborsi sebagai
payung hukum agar apa yang dilakukan tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku
2. Faktor-faktor yang menghambat dekriminalisasi aborsi adalah yang
pertama faktor hukum itu sendiri, dalam Pasal 31 Ayat 2 Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi menjadi
salah satu faktor penghambat pelaksanaan legalisasi aborsi dalam PP tersebut karena tenggang waktu 40 hari yang dirasa kurang cukup untuk
proses pembuktian terlebih untuk melakukan suatu aborsi karena terbatasnya waktu. Kedua, faktor penegak hukum aparat penegak hukum
belum banyak yang mengetahui mengenai pengaturan legalisasi aborsi dalam Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan
Reproduksi. Faktor ketiga adalah sarana atau prasarana, dimana belum adanya dokter khusus untuk menangani aborsi bagi korban yang hamil
akibat perkosaan. Keempat, faktor masyarakat yang masih kurang pemahaman mengenai peraturan yang berlaku. Serta faktor kelima adalah
faktor kebudayaan dimana dalam kebudayaan maupun agama di Indonesia aborsi dianggap suatu perbuatan yang tidak lazim dan sangat dilarang oleh
agama.
B. Saran
1. Sebaiknya pemerintah perlu meninjau kembali mengenai Peraturan
Pemerintah No. 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi khususnya dalam aspek pembuktian kehamilan akibat korban perkosaan agar tidak
menimbulkan suatu kesan melegitimasi perbuatan aborsi dalam bentuk apapun. Serta, dalam waktu pembuktian korban perkosaan yang dibatasi
hanya dalam waktu 40 hari hendaknya di tinjau kembali, karena batasan waktu tersebut belum relatif bagi aparat hukum untuk membuktikannya.