Analisis Bivariat Analisis Kualitatif

pengetahuan, tingkat pendidikan, pelatihan, tugas rangkap, masa kerja, penjaringan suspek, motivasi, dan sikap.

3.10.2.2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi Notoatmodjo, 2010: 183. Analisis bivariat dalam penelitian ini adalah pengetahuan, tingkat pendidikan, pelatihan, tugas rangkap, masa kerja, motivasi, sikap, dan penjaringan suspek TB paru. Uji statistik yang digunakan adalah Chi Square karena dapat digunakan untuk menganalisis semua variabel yang diteliti. Analisis bivariat dilakukan dengan uji chi square yang digunakan untuk menguji hipotesis hubungan yang signifikan. Dasar pengambilan keputusan penerimaan hipotesis penelitian berdasarkan tingkat signifikansi nilai p, jika nilai p 0,05 maka hipotesis penelitian ditolak, dan jika p 0,05 maka hipotesis penelitian diterima. Syarat uji chi square adalah tidak terdapat sel dengan nilai observed nol 0 dan sel dengan nilai expected E kurang dari 5, maksimal 20 dari jumlah sel. Jika syarat chi square tidak terpenuhi maka uji yang digunakan adalah uji alternatif yaitu uji Fisher bila tabel 2x2 Dahlan Sopiyudin, 2009.

3.10.2.3. Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif dimaksudkan untuk melengkapi dan memperjelas analisis data kuantitatif. Pada kajian kualitatif disajikan dalam bentuk narasi dengan menggunakan metode analisis deskripsi isi hasil dari wawancara mendalam in depth interview dengan tahapan pengumpulan data, penyederhanaan datareduksi data, penyajian data, dan verifikasi simpulan. 87

BAB V PEMBAHASAN

5.1. PENELITIAN KUANTITATIF KUALITATIF

5.1.1. Hubungan Pengetahuan dengan Pencapaian Petugas Terhadap Case

Detection Rate pada Program TB Paru di Kabupaten Rembang Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan uji chi-square diperoleh p value sebesar 0,008 0,05, sehingga Ha diterima. Hal ini berarti bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan pencapaian petugas terhadap case detection rate pada program TB paru di kabupaten Rembang. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Bagoes, dkk 2006 dengan nilai p = 0,001 yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan responden dengan penemuan kasus TB paru. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Dian Ayu L, dkk 2014 dengan nilai p = 0,420 bahwa responden yang memiliki pengetahuan yang tinggi maupun yang memiliki pengetahuan yang rendah sama-sama berpeluang untuk memiliki kinerja baik dalam penemuan kasus TB. Penelitian ini sesuai dengan pendapat Carwright dalam Bagoes 2006 menerangkan bahwa peningkatan pengetahuan tidak selalu menyebabkan perilaku, namun ada hubungan yang positif antara variabel pengetahuan tertentu tentang kesehatan sebelum suatu tindakan pribadi tertentu. Menurut Notoatmodjo 2003 menyatakan bahwa pengaruh pengetahuan terhadap praktik dapat bersifat langsung maupun melalui perantara sikap.