i. melakukan upaya melarikan diri atau membantu Narapidana atau Tahanan
lain untuk melarikan diri; j.
melakukan  tindakan  kekerasan  terhadap  sesama  penghuni  maupun petugas;
k. melakukan pemasangan atau menyuruh orang lain melakukan pemasangan
instalasi listrik di dalam kamar hunian; l.
melengkapi  untuk  kepentingan  pribadi  di  luar  ketentuan  yang  berlaku dengan  alat  pendingin,  kipas  angin,  kompor,  televisi,  slot  pintu,  danatau
alat elektronik lainnya di kamar hunian; m.
melakukan perbuatan asusila atau penyimpangan seksual; n.
melakukan pencurian, pemerasan, perjudian, atau penipuan; o.
menyebarkan ajaran sesat; p.
melakukan  perbuatan  yang  termasuk  dalam  kategori  yang  mendapatkan hukuman  disiplin  tingkat  sedang  secara  berulang  lebih  dari  1  satu  kali
atau  perbuatan  yang  dapat  menimbulkan  gangguan  keamanan  dan ketertiban berdasarkan penilaian sidang TPP; dan
q. melakukan tindakan yang berdasarkan pertimbangan sidang TPP termasuk
dalam perbuatan yang dapat dikenakan Hukuman Disiplin tingkat berat. Melalui  informasi  media  massa,  sering  terjadi  pelarian  tahanannarapidana  di
lembaga  pemasyarakatan.  Banyak  ahli  yang  mengemukakan  sebab-sebabnya, meskipun  dapat  ditekankan  bahwa  faktor  situasi  extern  serta  faktor  dalam  diri
terpidana  itu  sendiri.  Tentang  adanya  kelengahan  petugas  agaknya  tidak  perlu diketengahkan dalam masalah ini karena bagaimanapun juga niat atau itikad yang
murni untuk melarikan diri bukan hanya karena kelengahan petugas. Sebab-sebab pelarian antara lain:
53
a Adanya  situasi  kehidupan  yang  mencekam,  karena  adanya  tekanan-
tekanan,  pemerasan,  perawatan  makanan,  kesehatan  yang  kurang kesakitan-kesakitan.
b Tindakan yang tidak adil, seperti penahanan yang berlarut-larut, lamanya
hukuman yang dirasakan terlalu berat tidak setimpal. c
Menurut  seorang  terpidanan  di  Amerika,  hukuman  yang  paling  berat dirasakan ialah keinginan untuk memenuhi kebutuhan biologis yang tidak
tersalurkan. d
Kecanduan  atau  terlalu  terikat  dengan  kebiasaan  merokok  dan  obat-obat atau ramuan-ramuan ganja tidak dapat menahan diri, karena lingkungan
yang serba  terbatas terutama dalam bidang materi. e
Kerinduan kepada keluarga dan anak-anak.
53
Tina  Asmarawati,  Pidana  dan  Pemidanaan  Dalam  Sistem  Hukum  Di  Indonesia,  Yogyakarta, Deepublish, 2015. hlm 30.
f Keinginan  membalas  dendam  terhadap  petugas  yang  pernah
“menyakitinya” agar petugas tersebut lalu ditindak oleh  yang berwenang karena peristiwa pelarian tersebut, dan lain-lain sebagainya.
Peran  petugas  sangatlah  penting  untuk  menjaga  keamanan  dan  ketertiban LapasRutan  dari  gangguan-gangguan  yang  disebabkan  oleh  tahanannarapidana
serta menegakkan hukum secara tegas dan adil terhadap tahanan atau narapidana yang  melakukan  pelanggaran  demi  terwujudnya  tujuan  dari  pemasyarakatan  itu
sendiri.
III.  METODE PENELITIAN A.
Pendekatan Masalah
Pendekataan  penelitian  adalah  metode  atau  cara  mengadakan  penelitian.
52
Pendekatan  masalah  yang  digunakan  di  dalam  penelitian  ini  ialah  menggunakan pendekatan  yuridis  normatif  dan  pendekatan  yuridis  empiris.  Pendekatan  yuridis
normatif  adalah  pendekatan  masalah  yang  dilakukan  dengan  cara  mempelajari bahan  pustaka  yang  erat  hubungannya  dengan  permasalahan  yang  akan  diteliti
oleh  penulis  yang  dapat  dilakukan  dengan  pendekatan  dari  segi  hukum  melalui peraturan  perundang-undangan,  buku-buku  literatur  yang  berkaitan  dengan
permasalahan  yang  dibahas.  Pendekatan  hukum  normatif  mencakup  penelitian terhadap asas-asas hukum,  sistematik hukum,  terhadap taraf sinkronisasi  vertikal
dan horizontal, perbandingan hukum, dan sejarah hukum.
53
Pendekatan  yuridis  empiris  adalah  pendekatan  masalah  yang  dilakukan  dengan penelitian  lapangan  untuk  mendapatkan  informasi  dan  data-data  dengan
mewawancarai narasumber yang terkait dengan permasalahan yang akan dibahas. Berdasarkan pengertian tersebut.
52
Suharsimi  Arikunto,  Prosedur  Penelitian:  Suatu  Pendekatan  Praktek,  Rineka  Cipta,  Jakarta, 2002, hlm 23.
53
Soerjono Soekanto dan  Sri  Mamudji,  Penelitian Hukum Normatif, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2012. hlm.14.
B. Sumber dan Jenis Data
Sumber  dan  jenis  data  yang  digunakan  dalam  penelitian  ini  adalah  sebagai berikut:
1. Data Primer
Data  primer  adalah  data  utama  yang  diperoleh  secara  langsung  dari  hasil penelitian  di  lapangan  field  research  secara  langsung  pada  obyek  penelitian
yang  dilakukan  di  Rutan  Klas  IIB  Kotabumi  dengan  cara  wawancara. Wawancara  adalah  proses  tanya  jawab  dalam  penelitian  yang  berlangsung
secara  lisan.  Wawancara  yang  dipilih  adalah  wawancara  terpimpin,  yaitu dengan  mengajukan  pertanyaan  yang  telah  disiapkan  terlebih  dahulu  dan
dilakukan wawancara secara langsung dengan responden.
2. Data Sekunder
Data  sekunder  adalah  data  yang  diperoleh  melalui  studi  kepustakaan  bahan- bahan  hukum  yang  meliputi  perundang-undangan,  buku  literatur  atau  bahan
hukum tertulis lainnya. Data sekunder dalam penelitian ini, terdiri dari: a.
Bahan Hukum Primer, yaitu bahan hukum yang memiliki kekuatan hukum yang mengikat berupa peraturan perundang-undangan. Bahan hukum primer
dalam penelitian ini meliputi: 1.
Undang-Undang No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan. 2.
Undang- Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia b.
Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang erat hubungannya dengan hukum  primer  dan  membantu  menjelaskan  serta  memahami  bahan  hukum
primer, bahan hukum sekunder yang digunakan dalam penulisan ini ialah:
1. Peraturan  Pemerintah  nomor  58  tahun  1999  tentang  Syarat-Syarat  dan
Tata  Cara    Pelaksanaan  Wewenang,  Tugas  dan  Tanggung  Jawab Perawatan Tahanan.
2. Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Nomor 6 Tahun 2013
tentang  Tata  Tertib    Lembaga  Pemasyarakatan  Dan  Rumah  Tahanan Negara.
3. Peraturan Direktorat  Jendral  Bina Tuna Marga Departemen Kehakiman
tentang Peraturan Penjagaan Lembaga Pemasyarakatan PLPP. 4.
Keputusan  Direktur  Jenderal  Pemasyarakatan  Nomor  E.22.PR.08.03. Tahun 2001 tentang Prosedur Tetap Pelaksanaan Tugas Pemasyarakatan
PROTAP Tugas Pemasyarakatan.
c. Bahan  hukum  tersier,  yaitu  bahan  yang  memberikan  penjelasan  tentang
bahan  hukum  primer  dan  bahan  hukum  sekunder.  Bahan  hukum  meliputi buku-buku  literatur,  berita,  koran,  majalah,  artikel,  jurnal-jurnal,  kamus,
ensiklopedia dan sumber dari internet  yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas atau diteliti.
C. Penentuan Narasumber
Narasumber  adalah  pihak-pihak  yang  dijadikan  sumber  informasi  didalam  suatu penelitian  dan  memiliki  pengertahuan  serta  informasi  yang  dibutuhkan  sesuai
dengan  permasalahan  yang  dibahas,  dengan  demikian  maka  dalam  penelitian  ini penentuan narasumber yang akan diwawancarai sangat penting guna mendapatkan