STRATEGI DAKWAH PROFESOR SALMADANIS BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN DI RUMAH TAHANAN NEGARA KLAS IIB PADANG

STRATEGI DAKWAH PROFESOR SALMADANIS BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN DI RUMAH TAHANAN NEGARA KLAS IIB PADANG TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Mencapai Gelar Magister Dalam Ilmu Agama Islam Program Studi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Islam OLEH ASRUL HARAHAP NIM. 088152326

PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI IMAM BONJOL PADANG

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Tesis ini berjudul “Strategi Dakwah Perofesor Salmadanis Bagi Warga Binaan Pemasyarakatan di Rumah Tahanan Negara Klas IIB Padang”

yang ditulis oleh Asrul Harahap, NIM. 088152326 telah memenuhi persyaratan ilmiah dan dapat disetujui untuk diajukan ke sidang munaqasyah.

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama

: Asrul Harahap

NIM

Tempat/Tgl Lahir : Sialagundi / 24 Oktober 1991 Pekerjaan

: Mahasiswa Program Pascasarjana UIN Imam

Bonjol Padang

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis saya yang berjudul: “Strategi Dakwah Profesor Salmadanis Bagi Warga Binaan Pemasyarakatan di

Rumah Tahanan Negara Klas IIB Padang” benar karya asli saya kecuali yang dicantumkan sumbernya. Apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan dan kesalahan, hal tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya sendiri.

Demikianlah pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya untuk dipergunakan seperlunya.

Padang, 06 Agustus 2017 Saya yang menyatakan,

Asrul Harahap

PERSETUJUAN TIM PENGUJI MUNAQASYAH

Tesis dengan judul “STRATEGI DAKWAH PROFESOR SALMADANIS BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN DI RUMAH TAHANAN

NEGARA KLAS IIB PADANG” yang ditulis oleh Asrul Harahap NIM 088152326 telah diperbaiki sesuai dengan permintaan Tim Penguji Munaqasyah Tesis yang dilaksanakan tanggal 24 Agustus 2017 Demikian untuk dimaklumi

Padang September 2017

Tim Penguji

PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi berfungsi untuk mempermudah penulis dalam memindahkan bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia. Pedoman transliterasi harus konsisten digunakan dalam penulisan tesis ini. Sistem transliterasi yang digunakan di sini disesuaikan dengan Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 158 Tahun 1987 dan Nomor: 0543/u/1987, kecuali beberapa pengecualian yang dipandang perlu. Berikut ini disajikan daftar abjad Arab dan transliterasinya dalam huruf latin:

No. Huruf Arab Nama

Tidak dilambangkan

2 ة Ba B

3 د Ta

4 س Tsa

Ts

5 ط Jim

6 ػ Ha H

7 ؿ Kha

Kh

8 د Dal

9 ر Dzal

Dz

10 س Ra

11 ص Zai

12 ط Sin

13 ش Syin

Sy

14 ص Shad

Sh

No. Huruf Arab Nama

15 ض Dhad

16 ط Tha

Th

17 ظ Zhaa

Zh

18 ع „ain

Gh

19 غ Ghain

20 ف Fa F

21 ق Qaf

22 ن Kaf

23 ي Lam

24 َ Mim

25 ْ Nun

26 ٚ Waw

27 ٖ Ha H

28 ء Hamzah

Apostrof, tetapi lambang ini tidak dipergunakan untuk hamzah di awal kata

29 ٞ Ya

Catatan: A. Vocal tunggal (monoftong)

( َ ) (fathah) = a, misalnya ( ذؾع ) ditulis jahada

B. Vocal rangkap (diftong)

( ِ ) (kasrah) = i, misalnya ( ًئس ) ditulis suila

C. Vocal panjang (maddah)

( ُ ) (dhammah) = u, misalnya ( ٞٚس ) ditulis ruwiya

D. Ta Marbuthah ( ح )

Ta Marbuthah hidup atau mendapat harkat fathah, kasrah, dan dhammah, transliterasinya adalah /t/, misalnya: ( حشٙطٌّا خع٠ششٌا ) = ditulis al-

syar î ‟at al-muthahharah. E. Syaddah (tasydid) Syaddah yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan tanda ( ً ), dalam transliterasi ini dilambangkan dengan huruf, yakni huruf yang sama

dengan mendapat tanda syaddah, misalnya ( دذغِ ¸ خِذمِ ) ditulis muqaddimah,

mujaddid. F. Kata sandang Kata sandang yang dalam sistem penulisan Arab dilambangkan dengan

huruf ( يا ) transliterasinya adalah /al/, misalnya ( ذفٌّا يٛمٌا ) ditulis al-qaul al-

mufid. G. Hamzah Untuk hamzah yang terletak di tengah dan di akhir kata ditransliterasikan dengan apostrof. Adapun hamzah yang terletak di awal kata tidak dilambangkan karena dalam tulisan Arab, huruf hamzah menjadi alif.

Misalnya ( ٗ١ٌا ¸ ءبِٕا ¸ خّئا ) ditulis a‟immah, ummanâ‟, ilaih.

Pengecualian A. Nama atau kata yang dirangkai dengan kata Allah, ditulis menjadi satu, seperti

( لله ا ذجع ) ditulis „abdull â h, ) للها ٌٝا ) ditulis ilall â h.

B. Untuk kata yang diserap secara baku dalam bahasa Indonesia, ditulis dengan ejaan Indonesia seperti ( حلاص ) ditulis salat. ( ش ٠ذؽ ) ditulis hadis.

C. Untuk nama-nama kota yang sudah populer dengan tulisan latin, ditulis sesuai dengan nama populer tersebut seperti ( حش٘بل ) ditulis Cairo, ( كشِد ) ditulis

Damaskus, ( ْدسا ) ditulis Yordania.

D. Singkatan H. = Hijriah H.R

= Hadis Riwayat h. = Halaman

M. = Masehi Q.S.

= Qur‟an Surah RA

= Radhiyallahu „anhu ( ٕٗع للها ٝضس )

SAW = Shalallahu „alaihi wa sallam ( ٍُس ٚ ٗ١ٍع للها ٍٝص )

SWT = Subhânahu wa Ta‟âla ( ٌٝبعر ٚ ٗٔبؾجس)

Terj. = Terjemahan tn.

= Tanpa Nama tp.

= Tanpa Penerbit tt.

= Tanpa Tahun ttp.

= Tanpa Tempat

ABSTRAK

Asrul Harahap NIM: 088152326, “Strategi Dakwah Profesor Salmadanis

Bagi Warga Binaan Pemasyarakatan di Rumah Tahanan Negara Klas IIB

Padang” Tesis: Program Studi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Islam Pascasarjana UIN Imam Bonjol Padang, 2017. 150 halaman

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh dakwah yang dilakukan Salmadanis terhadap warga binaan pemasyarakatan dalam menyadarkan, menumbuhkan keyakinan dan membangun peraturan. Berdakwah terhadap warga binaan bukanlah perkara mudah, namun dakwah sangat dibutuhkan untuk menyadarkan mereka. Agar dakwah yang disampaikan terhadap warga binaan bisa merubah sikapnya, maka dibutuhkan strategi dakwah yang tepat dan mengenai sasaran. Adapun tujuan penelitian ini: (1) untuk mengungkap strategi dakwah Salmadanis dalam penyadaran pikiran warga binaan, (2) untuk mengungkap strategi dakwah Salmadanis dalam penumbuhan keyakinan warga binaan, (3) untuk mengungkap strategi dakwah Salmadanis dalam pembangunan peraturan bagi warga binaan, (4) untuk mengungkap apa saja faktor pendukung dan penghambat strategi dakwah Salmadanis dalam pengembangan pengamalan agama bagi warga binaan.

Adapun metodologi yang dipakai dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriftif dengan memakai studi tokoh. Data yang dikumpulkan berupa kata- kata, tindakan, gambar dan dokumentasi terkait dengan strategi dakwah Salmadanis dalam pengembangan pengamalan agama bagi warga binaan pemasyarakatan. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Untuk mendapatkan hasil penelitiannya, maka dilakukanlah wawancara mendalam terhadap Salmadanis.

Adapun hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menyatakan bahwa: (1) Strategi dakwah yang dilakukan Salmadanis dalam menyadarkan pikiran warga binaan dengan menguasai psikologi warga binaan, meningkatkan aktivitas keagamaan warga binaan dengan konsep Rutan santri, mambangun hubungan sosial dengan pihak Rutandan warga binaan, ini semua dapat dilakukan dengan adanya kemampuan dan keahlian Salmadanis dalam berdakwah. (2) Strategi dakwah dalam penumbuhan keyakinan yang dilakukan Salmadanis dengan memantapkan keyakinan warga binaan melalui ilm al-yaqin yaitu memberikan ilmu pengetahuan sehingga warga binaan menyakini dan memahami segala sesuatu berdasarkan ilmu, ayn al-yaqin yaitu memberikan kesaksian secara nyata kepada warga binaan bagaimana pelaksanaan ibadah dan faedah yang akan diperoleh, haqq al-yakiq yaitu keyakinan yang mendalam dengan cara selalu membiasakan warga binaan beribadah. (3) Strategi dakwah dalam Adapun hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menyatakan bahwa: (1) Strategi dakwah yang dilakukan Salmadanis dalam menyadarkan pikiran warga binaan dengan menguasai psikologi warga binaan, meningkatkan aktivitas keagamaan warga binaan dengan konsep Rutan santri, mambangun hubungan sosial dengan pihak Rutandan warga binaan, ini semua dapat dilakukan dengan adanya kemampuan dan keahlian Salmadanis dalam berdakwah. (2) Strategi dakwah dalam penumbuhan keyakinan yang dilakukan Salmadanis dengan memantapkan keyakinan warga binaan melalui ilm al-yaqin yaitu memberikan ilmu pengetahuan sehingga warga binaan menyakini dan memahami segala sesuatu berdasarkan ilmu, ayn al-yaqin yaitu memberikan kesaksian secara nyata kepada warga binaan bagaimana pelaksanaan ibadah dan faedah yang akan diperoleh, haqq al-yakiq yaitu keyakinan yang mendalam dengan cara selalu membiasakan warga binaan beribadah. (3) Strategi dakwah dalam

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya pada penulis, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis yang berjudul: Strategi Dakwah Profesor Salmadanis Bagi Warga Binaan Pemasyarakatan di Rumah Tahanan Negara Klas IIB Padang. Tesis ini ditulis dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Sosiologi pada Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol Padang.

Penulis menyadari tesis ini dapat diselesaikan berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu, penulis berterima kasih kepada semua pihak yang secara langsung memberikan kontribusi dalam penyelesaian tesis ini. Secara khusus pada kesempatan ini penulis menyampaikna terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Awis Karni, M.Ag dan Bapak Dr. Bukhari, M.Ag sebagai pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama penyusunan tesis ini hingga selesai. Demikian juga kepada Bapak Prof. Dr. Tamrin Kamal, M.Ag, Bapak Dr. Wakidul Kohar, M.Ag, Bapak Prof. Dr. Edi Safri, dan Bapak Dr. Lukmanul Hakim, M.Ag sebagai tim penguji munaqasyah tesis ini. 2. Bapak Dr. Eka Putra Wirman, MA Rektor UIN Imam Bonjol Padang, Bapak Prof. Prof. Dr. Awis Karni, M.Ag Plt. Direktur Program Pascasarjana UIN Imam Bonjol Padang beserta segenap jajarannya. Demikian juga penulis mengucapkan terimakasih kepada seluruh dosen dan staf Program Pascasarjana UIN Imam Bonjol Padang.

3. Bapak Enjat Lukmanul Hakim, Bc, IP, SH sebagai Ka. Rutan Klas IIB Padang beserta segenap jajarannya, demikian juga penulis ucapkan kepada pegawai dan keamanan Rutan Klas IIB Padang. 4. Bapak Prof. Dr. Salmadanis, M.Ag sebagai sumber utama dalam penulisan tesis ini dan sekaligus pemberi motivasi untuk penyelesaian tesis ini. Demikian juga kepada warga binaan pemasyarakatan di Rutan Klas IIB Padang.

5. Teristimewa kepada ayahanda dan ibunda tercinta yang telah mengasuh, mendidik dan memberikan bantuan moril dan materil yang tiada terhingga kepada penulis.

6. Seterusnya terimakasi kepada rekan-rekan mahasiswa dari Jurusan PMI dan ruangan Reguler 4 angkatan 2015 yang telah memberikan dorongan dan motivasinya.

Semoga jasa-jasa dan amal shaleh mereka dibalas oleh Allah SWT dengan pahala dan kebaikan yang setimpal, penulis hanya bisa berdoa jazakumullaha khairan katsira. Dalam penulisan tesis ini masih banyak kekurangan dan kelemahan, untuk itu saran dan keritikan dari pembaca budiman sangat penulis harapkan

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dakwah dalam Islam merupakan suatu tindakan untuk menyeru, mengajak, memanggil umat manusia untuk beriman dan taat kepada Allah SWT serta kembali kepada suatu ajaran yang benar menurut syariat Islam. Dakwah juga merupakan suatu usaha untuk membawa orang lain kepada agama Islam secara kaffah, melaksanakan segala ketetapanNya, melepaskan

diri dari segala kongkongan yang bukan dari pada Allah (taghut), 1 menyeru kepada kebaikan dan mencegah segala kemungkaran dan berjihad pada jalan

Allah. Syaikh Ali Mahfudz mendefenisikan dakwah ialah :

“Mendorong manusia untuk berbuat kebaikan dan petunjuk atau mengikuti ajaran agama, menyeru kepada yang ma‟ruf mencegah

perbuatan yang mungkar agar mendapatkan kesenangan hidup di dunia dan di akhirat. 2 ”

Dakwah sangat berperan dalam membina dan mengembangkan masyarakat Islam, karena tujuan dan target dakwah adalah membimbing manusia menuju Nur Ilahi. Dalam al-Quran dakwah berperan mengeluarkan manusia dari gelap gulita:

mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang (Q.S. Ibrahim :1)

Hamka menafsirkan ayat ini dengan mengatakan :

1 Setan dan apa saja yang disembah selain Allah, Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, (Semarang: Toha Putra,1989), h.42.

2 Ali Mahfuz, Hidayah al-Mursyidin ila Thuruq al- Wa‟zi wa al-Khitabath, (Beirut: Darul Iqtisomi, tt), h.17.

“Dengan mempedomani al-Quran maka akan mengeluarkan manusia dari gelap gulita kejahilan, kerusakan akhlak, kelalaian, terutama tidak mengenal Tuhan tidak mempunyai pendirian dan tujuan hidup. Dari kegelapan itu mengeluarkan manusia kepada terang benderang yaitu nur cahaya Ilahi, cahaya pengetahuan, cahaya tauhid dan m a‟rifat, mengenal diri, mengenal Tuhan dan mengenal jalan mana dalam hidup

ini yang akan ditempuh. 3 ”

Inilah target dan tujuan yang hendak dicapai dari aktivitas dakwah yang dilakukan oleh segenap umat Islam, maka setiap yang bertugas dalam dakwah harus berusaha agar dakwahnya membawa terang bukan membawa gelap.

Dakwah yang dilakukan kepada masyarakat mempunyai tujuan, adapun tujuan dari dakwah itu sendiri menurut Welhendri Azwar: Tujuan dakwah adalah keluarnya manusia dari sempitnya pemahaman, pemikiran dan kebiasaan yang tidak dapat memberi kebaikan. Kemudian memasukkanya pada jalan yang diridhoi Tuhan dengan memperhatikan segenap aturan-Nya

tanpa adanya interpensi apa pun. 4 Sedangkan tujuan dakwah menurut Moh Ali Aziz adalah perubahan sikap dan perilaku mitra dakwah sesuai denga

ajaran Islam. 5 Tujuan dakwah yang ditargetkan tidak bisa dicapai sekaligus, ini juga

bukanlah suatu pekerjaan yang mudah, karena merubah sikap dan perilaku manusia bukanlah pekerjaan sederhana. Oleh karena itu diperlukan strategi yang tepat dan mengena pada sasaran dakwahnya. Strategi dakwah yang dilakukan dalam perencanaan berisi rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai target dari tujuan dakwah. Dalam hal ini ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu: Pertama, rencana tindakan (rangkaian kegiatan dakwah) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan. Dengan demikian, strategi merupakan proses penyusunan rencana kerja, belum sampai pada tindakannya. Kedua, untuk memudahkan mencapai

3 Hamka,Tafsir Al Azhar, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983),h.114. 4 Welhendri Azwar, Sosiologi Dakwah, (Padang : Imam Bonjol Press, 2014), h.19. 5 Moh Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009),h.350.

tujuan tertentu, artinya arah dari semua keputusan dalam penyusunan strategi diarahkan pada tujuannya. 6

Dakwah yang dilakukan kepada masyarakat pada akhir-akhir ini sangat trend dengan istilah dakwah pemberdayaan, sehingga dalam bangku perkuliahan sudah ada mempelajari mata kuliah pemberdayaan berbasis dakwah. Dalam pelaksanaan pemberdayaan berbasis dakwah dilakukan mencakup tiga aktivitas penting, yaitu: membebaskan dan menyadarkan masyarakat, berupaya agar masyarakat dapat mengidentifikasi masalah yang dihadapinya, dan mengarahkan masyarakat agar ia mampu memecahkan

sendiri masalahnya. 7 Pemberdayaan yang dilakukan tidak bisa dipisahkan dari pembinaan, oleh karena itu diperlukan strategi yang sempurna dalam

pelaksanaan pembinaan, karena pembinaan sangat menentukan terjadinya perubahan.

Pemberdayaan yang dilakukan pada masyarakat dengan tujuan supaya ia memperoleh kesajarteraan baik materil maupun immateril, maka yang diberdayakan tidak hanya aspek fisik, tapi aspek spritual juga harus diberdayakan. Menurut Agus Efendi dalam tulisan Nanih Machendrawaty dan Agus Ahmad Safei mengatakan: setidaknya ada tiga kompleks pemberdayaan yang mendasar yang mesti dilakukan bagi masyarakat masa kini, yaitu: pemberdayaan pada ruhaniah, pemberdayaan intelektual dan

pemberdayaan ekonomi. 8 Muhammadal-Ghazali dalam kitab Ma‟allahi Diraasat fid Dakwah

Wad Du‟ah yang dikutib A. Hasjmy menyebutkan bahwa pembinaan serta pengembangan dakwah dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu: penyadaran

pikiran, penumbuhan keyakinan dan pembangunan peraturan atau

6 Ibid., h.350. 7 Aziz Muslim, Metodologi Pengembangan Masyarakat, (Yogyakarta: Teras, 2009),h.3. 8 Nanih Machendrawaty dan Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam,

(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), h. 44.

organisasi. 9 Untuk lebih jelasnya, maka akan saya uraikan ketiga tahapan tersebut, sebagai berikut:

Pertama, manusia pada permulaannya akan selalu mengalami suatu situasi kebutuhan untuk memahami Tuhan dan menyakininya, sebab dalam diri manusia ada fitrah yang ditempatkan Allah, hal ini ditegaskan dalam Al- Quran surat ar-Rum ayat 30 sebagai berikut :

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah 10 yang telah menciptakan manusia menurut

fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.

Dalam ayat ini dapat dipahami bahwa pada dasarnya manusia itu mempunyai fitrah dan tidak akan ada perubahannya. Oleh karena itu diperlukan penyadaran untuk mengembalikan manusia pada fitrah yang sesungguhnya karena sudah terpengaruh oleh lingkungan. Kebutuhan ini dapat dilakukan dengan cara penyadaran pikiran. Dengan kesadaran akallah manusia bisa menerima dan menolak segala sesuatu.

Kedua, setiap keyakinan yang telah menyatu dalam diri seorang akan semakin berkembang semakin kuat. Kondisi demikian akan memungkinkan seseorang untuk semakin melakukan tindakan sinergi yang kuat akibat perkembangan keyakinannya. Ada tiga tahapan yang dilewati dalam usaha meningkatkan kualitas keyakinan, yaitu:

1. Ilm al-yaqin, yaitu meyakini segala sesuatu berdasarkan ilmu atau pengetahuan. Dalam tahapan ini pemberian keyakinan dengan trasfer ilmu pengetahuan, yaitu dengan memberikan pengajaran.

9 A. Hasjmy, Dustur Dakwah Menurut al- Qur‟an, (Jakarta: Bulan Bintang, 1994), h.277. 10 Fitrah Allah: Maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai naluri

beragama Yaitu agama tauhid. kalau ada manusia tidak beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar. mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh lingkungan. Departemen Agama RI, op.cit.,h.407.

2. Ayn al-yaqin, yaitu keyakinan yang timbul karena sudah melihatnya dengan mata kepala sendiri. Dalam tahap ini diperlukan prakteknya, sehingga bisa dilihat dengan mata kepala.

3. Haqq al-yaqin, orang yang telah haqq al-yaqin akan memiliki keyakinan yang dalam dan terbukti kebenarannya. Pada tahap ini adalah tahap aplikasi, dengan demikian keyakinan tersebut sudah bisa dirasakan, sudah

mandiri dan tahap ini adalah tahapan tertinggi. 11 Ketiga , keyakinan yang sudah sangat berkembang dalam diri seseorang

pada akhirnya akan menjadi kontrol untuk semua aktivitasnya, sebab ia akan melaksanakan apa yang disuruh dan meninggalkan apa yang jadi larangan. Pada tahap ini mulailah memberikan peraturan-peraturan, baik yang wajib, haram, makruh dan sebagainya. Kekuatan keyakinan yang sudah menyatu menjadi kekuatan yang luar biasa bagi pengetahuan dan progresifitasnya, akhirnya manusia pada waktu jiwanya telah mengayam sesuatu aqidah, “tercelublah dirinya dengan corak aqidah itu, berbaur perasaannya dengan pengertian akidah itu, hubungannya dengan manusia lain berbaur di dalam sinar aqidah itu, sehingga akidah itu menjadi organisasi pengatur

hidupnya. 12 ” Tahapan-tahapan pembinaan serta pengembangan dakwah yang

dipaparkan di atas merupakan proses pembentukan kembali sebagai suatu mata rantai proses pengembangan peribadi untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Setiap individu mempunyai talenta, kelebihan, dan kekurangan yang berbeda-beda, maka proses pembinaan dan nya juga sangat kontekstual sesuai dengan kemampuan masing-masing individu.

Meningkatnya keagama seseorang itu sangat tergantung terhadap individu itu sendiri, namun lingkungan dan sekitar pun sangat mempengaruhinya. Lingkungan sekolah yang identik dengan pendidikan

11 Ohan Sudjana, Fenomena Aqidah Islamiyah Berdasarkan Quran dan Sunnah, (Jakarta: Media Dakwah, 1994), h. 10-13.

12 Ibid., h.278.

akademisi bisa membentuk manusia berjiwa ilmiah, lingkungan pedesaan yang identik dengan kerja keras bisa membentuk masyarakat menjadi kuat, begitu juga lingkungan penjara yang membatasi segala aktivitas warga binaannya bisa menjadikan warga binaannya semakin baik dan menjadi kesempatan bagi mereka untuk meningkatkan pengamalan agama selama berada di lembaga tersebut.

Pidana penjara dalam sejarahnya dikenal dengan reaksi masyarakat sebagai tindak pidana yang dilakukan pelanggar hukum. Oleh karena itu pidana penjara disebut juga sebagai pidana hilang kemerdekaan, seorang dibuat tidak berdaya dan diasingkan secara sosial dari lingkungan semula. Pada dasarnya yang masuk penjara adalah orang-orang yang dikenakan sanksi pidana akibat dari kelakuannya.

Menurut Sahardjo yang dikutip oleh Harsono mengatakan bahwa dalam memperlakukan masyarakat binaan diperlukan landasan sistem pemasyarakatan. Secara singkat tujuan pemasyarakatan mengandung makna:

“Bahwa tidak saja masyarakat diayomi terhadap perbuatan jahat oleh terpidana melainkan juga orang yang tersesat diayomi dengan

memberikan kepadanya bekal hidup sebagai warga yang berguna dalam masyarakat. Dari pengayoman itu nyata bahwa penjatuhan pidana bukanlah tindakan balas dendam oleh negara. Tobat tidak dapat dicapai dengan penyiksaan melainkan dengan bimbingan. Terpidana juga tidak dijatuhi pada penyiksaan melainkan pada hilangnya kemerdekaan seseorang dan pada waktunya akan mengembalikan orang itu kepada masyarakat yang mempunyai kewajiban terhadap orang terpidana itu

dan masyarakat. 13 ”

Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang pemasyarakatan pada pasal 14 sangat jelas mengatur hak-hak seseorang narapidana selama menghuni Lembaga Pemasyarakata sebagai berikut:

1. Melakukan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya;

2. Mendapatkan perawatan, baik perawatan jasmani maupun rohani;

13 Harsono, Sistem Baru Pembinaan Narapidana, (Jakarta: Djembatan, 1995), h. 1.

3. Mendapatkan pendidikan dan pengajaran;

4. Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak;

5. Menyampaikan keluhan;

6. Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media masa lainnya yang tidak dilarang;

7. Menerima kunjungan keluarga, penasihat hukum, atau orang-orang

tertentu lainnya;

8. Mendapat upah atas pekerjaan yang telah dilakukan;

9. Mendapat pengurangan masa tahanan (remisi);

10. Mendapat kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi keluarga;

11. Mendapat pembebasan bersyarat;

12. Mendapatkan cuti menjelang bebas;

13. Mendapatkan hak-hak yang sesuai peraturan perundang-undangan. 14 Tujuan pemberian sanksi pidana penjara untuk membina, yaitu

membuat pelanggaran hukum bertaubat dan bukan berfungsi sebagai pembalasan dari negara. Pandangan seperti itulah yang sesuai dengan pandangan hidup bangsa yang terkandung dalam Pancasila yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

Pada dasarnya manusia sebagai pelaku kejahatan tidak ingin melakukan tindak kejahatan tersebut, mungkin karena desakan dan tuntutan tertentulah yang mengakibatkan mereka melakukannya. Kenyataan itu terbukti dengan rasa malu dan penyesalan mereka saat kejahatan tersebut diketahui atau saat dilakukan penangkapan. Dengan kondisi demikian maka Lembaga Pemasyarakatan merupakan sebagai tempat shock psikologis atau rasa malu yang mereka tanggung dari situasi keterasingan sosial untuk memperbaiki diri.

14 Eugenia Liliawati Muljono, Peraturan Perundang-undangan TentangPerlindungan Anak, (Jakarta: Harvarindo, 1998), h.230.

Sebelum memvonis orang-orang yang masuk penjara itu adalah orang- orang jahat, maka terlebih dahulu perlu menyadari bahwa belum tentu semua yang merasakan penjara itu disebabkan kesalahannya. Karni Ilyas sebagai Peresiden ILC dalam account Twitter yang di updatenya tangga 19 Juli 2013 menyatakan, “tidak semua yang masuk penjara orang jahat, dan tidak semua yang di luar penjara orang baik. 15 ” Bisa saja orang masuk penjara karena

dijebak, difitnah, atau tidak disukai penguasa. Dalam sejarah Islam, tidak sedikit tokoh Islam yang mendiami penjara karena sebab hal-hal demikian, bahkan dengan keberadaannya di dalam penjara bisa memberi penyadaran bagi warga binaan lainya. Nabi Yusuf AS, salah seorang nabi yang dikisahkan secara detail dalam al-Quran merasakan suasana penjara untuk beberapa saat bukan karena beliau berbuat salah, sebagaimana firman Allah dalam al-Quran surat Yusuf ayat 33:

Yusuf berkata: "Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai dari pada memenuhi ajakan mereka kepadaku. dan jika tidak Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku Termasuk orang-orang yang bodoh.

Nabi Yusuf memilih penjara dari pada memenuhi rayuan istri majikannya yang cantik serta kaya raya. Walaupun Nabi Yusuf berada dalam penjara yang bukan disebabkan kesalahannya, namun Nabi Yusuf tetap menjalankan dakwahnya. Kisah Yusuf ini mengajarkan kepada para da‟i bahwa dalam kondisi apa pun dakwah harus tetap dijalankan dan tidak kenal henti.

Rumah Tahanan Negara Klas IIB Padang yang berada di Jalan Bay Pass Anak Air Kecamatan Koto Tangah Kota Padang, berada di bawah Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Sumatera Barat yang dijadikan sebagai tempat membina narapidana mengingat kapasitas Lembaga

15 Tulisan seorang Napi Anonim di penjara Italia, lihat!;https://twitter.com/karniilyas/ status/358161707941625856 . di akses 31/10/2016, Jam : 22.50.

Pemasyarakatan (LAPAS) Padang yang tidak mencukupi lagi. Penghuni Rumah Tahanan Negara (RUTAN) Padang pada data bulan Juli 2017 mencapai 111 Orang warga binaan pemasyarakatan, diantaranya 35 orang

tahanan dan 76 orang narapidana, 16 sebahagiannya merupakan titipan dari Lapas Padang, Lapas Padang Pariaman, titipan dari kepolisian, titipan dari

kejaksaan, titipan dari pengadilan dan yang berstatus sebagai tahanan. Jenis dan kasus kejahatan yang dilakukan warga binaan Rutan Padang diantaranya: kasus pencurian, kasus narkotika, kasus penipuan, kasus

penadahan, kasus penganiyaan, kasus kesusilaan, kasus perampokan, kasus korupsidan kasus disersi. Dari jenis dan kasus kejahatan yang dilakukan warga binaan yang terdiri dari berbagai macam kasus dengan demikian terjalinlah interaksi antara pelaku kejahatan yang sama atau yang berbeda di dalam Rutan. Jika hukuman penjara tidak memberi jera bagi pelaku kejahatan, maka penjara bisa menjadi tempat berbenah untuk aksi kejahatan selanjutnya.

Antar warga binaan bisa saja bercerita bagaimana kejahatannya sewaktu masih bebas, dari cerita itu bisa menjadi suatu konsep kejahatan baru bagi warga binaan lainnya dengan melihat kendala dan peluangnya. Dalam kondisi demikian sangat memungkinkan terbentuk komplotan kejahatan setelah bebas dari penjara. Untuk mengatasi hal ini, maka sangat tepat teori pembinaan serta pengembangan dakwah yang di kemukakan Muhammad al- Ghazali dalam membina warga binaan dengan melakukan penyadaran pikiran, penumbuhan keyakinan dan pembangunan peraturan atau organisasi. Teori inilah yang akan menjadi acuan dalam penelitian ini yang akan dijadikan sebagai pisau analisis dalam membaca data yang ada dilapangan.

Pada dasarnya kehidupan warga binaan di dalam penjara sangat identik dengan istilah siapa yang hebat dia yang berkuasa. Di penjara juga berpotensi

16 Lihat!; http://smslap.ditjenpas.go.id/public/grl/detail/daily/upt/747f16c0-a75d-175d- ce81-303932303535, diakses 20 juli 2017.

terbentuknya sekta-sekta, dengan demikian terjadikah monopoli kekuasaan dan penindasan terhadap orang-orang lemah. Salmadanis menceritakan bagaimana pengalaman awalnya masuk penjara, awal-awal masuk penjara Salmadanis pernah beberapa kali berkelahi di Rutan Padang , “kalau tidak kuat mungkin sudah tertindas dan selalu diperas. 17 ” Salmadanis

memanfaatkan kondisi ini dalam dakwah, Salmadanis merupakan yang disegani oleh warga binaan, dia juga bekerja sama dengan warga binaan yang berpengaruh terhadap warga binaan lainnya untuk pembinaan keagamaan, seperti mengarahkan warga binaan untuk beribadah dan bekerja.

Dengan dijadikannya para tahanan dan narapidana sebagai warga binaan di Rutan Padang, maka hal ini menjadi peluang bagi mereka untuk mengembangkan potensi keagamaannya, sebagaimana wawancara dengan Salmadanis: “menjadi warga binaan di Rutan ini merupakan suatu kesempatan bagi mereka untuk mengembangkan pengamalan agamanya, seperti ibadah shalat yang biasanya sering tinggal sebelum menjadi warga binaan sekarang shalat yang sunat pun sudah mulai rutin dilakukan, begitu juga dengan pengamalan agama lainnya; seperti puasa, zikir, membaca al-

Quran, mengikuti pengajian dan menjadikan mereka cinta dengan masjid. 18 ”

Dari observasi yang peneliti lakukan sewaktu mengikuti ceramah di Masjid Baitul Anshar Rutan Padang sebelum masuk waktu shalat zuhur, warga binaan yang mengikuti pengajian kurang lebih 45 orang. Sebahagian jamaah yang mendengarkan pengajina badannya dipenuhi dengan tato. Yang menjadi penceramahnya adalah Salmadanis sekaligus menjadi imam shalat

zuhur. 19 Setelah wawancara dengan Salmadanis, dia menceritakan ternyata

17 Salmadanis, sebagai pembina keagamaan di Rutan Padang, wawancara langsung, 22 Oktober 2016.

18 Salmadanis, sebagai pembina keagamaan di Rutan Padang wawancara langsung, 29 Oktober 2016.

19 Hasil observasi, tanggal 15 November 2016.

sebahagian dari mereka yang mengikuti pengajian yang baru saja dilaksanakan sebahagian baru pertama kali mengikuti ceramah dan shalat berjamaah di masjid itu, sebelumnya mereka tidak pernah ikut shalat

berjamaah di masjid itu sama sekali. 20 Melalui observasi yang peneliti lakukan, Masjid Baitul Anshar Rutan

Padang selalu diadakan shalat berjamaah yang lima waktu, masjidnya juga dihiasi dengan kaligrafi yang di kerjakan oleh warga binaan, selain dari itu

masjidnya juga dilengkapi dengan perpustakan. 21 Sebelum Salmadanis menjadi warga binaan, masjid yang ada di Rutan Padang tidak

termakmurkan, pelaksanaan shalat berjamaah pun di masjid itu tidak dilaksanakan dengan aktif begitu juga dengan kebersihannya tidak terjaga, sebagai mana Salmadanis mengatakan:

“Dulunya masjid ini belum termakmurkan dan belum ada nama masjidnya, lukisan kaligrafi pun belum ada seperti sekarang ini.

Keindahan masjid ini muncul dengan bertahap, seperti dalam melakukan kaligrafi, kaligrafi ini dilakukan bersama-sama dengan

warga binaan dengan kesadaran masing-masing. 22 ”

Suasana di Rutan Padang pun terasa ada perubahannya setelah Salmadanis menjadi warga binaan, sebagaimana Awis Karni menceritakan bagaimana pengalamannya saat melakukan kunjungan ke Rutan Padang; dulunya sebelum Salmadanis menjadi warga binaan melihat para warga binaan raut wajahnya seperti ingin menerkam. Setelah Salmadanis menjadi warga binaan di Rutan Padang, sekarang warga binaan nampak sudah santun dan tentram. Saat warga binaan melaksanakan shalat berjamaah ke masjid,

20 Salmadanis, sebagai pembina keagamaan di Rutan Padang, wawancara langsung, 15 November 2016.

21 Hasil observasi, tanggal 29 Oktober 2016. 22 Salmadanis, sebagai pembina keagamaan di Rutan Padang, wawancara langsung, 15

November 2016.

warga binaan nampak beramai-ramai seperti santri. Saat itu Salmadanis pernah mengatakan; 23 “mungkin saya dikirim Tuhan ke sini.”

Pembinaan keagamaan yang dilakukan Salmadanis di Rutan Padang merupakan rekomendasi dari pihak Rutan, sebagai mana wawancara dengan Asrul (Aceng) : “warga binaan perlu dibina dengan pendekatan psikologi maupun agama, kalau pembinaan agama di Rutan ini sudah diserahkan kepada Salmadanis, karena dia juga berkompeten untuk itu, dan memang

peran beliau nampaklah dalam pembinaan warga binaan di Rutan ini. 24 ” Dari wawancara yang peneliti lakukan dengan Asrul, nampaklah bahwa peran

Salmadanis dalam pembinaan keagamaan bagi warga binaan di Rutan Padang merupakan rekomendari dari pihak Rutan walaupun tidak ada Surat Keterangannya secara resmi.

Dari wawancara yang peneliti lakukan dengan Salmadanis dia juga mengatakan bahwa dia sudah dipercayakan untuk membina warga binaan di Rutan Padang. Salmadanis juga mengatakan bagaimana perannya dalam membina warga binaan:

“Sebahagian warga binaan kasus narkoba mengalami depresi di Rutan ini akibat sudah kecanduan dengan narkoba dan lingkungan Rutan yang menghilangkan kebebasannya. Untuk menenangkannya biasanya saya berikan kepada mereka aktivitas ;seperti mewarnai kaligrafi, bersih-

bersih dan mengikuti kegiatan keagamaan di masjid ini. 25 ”

Dari pernyataan Salmadanis melalui wawancara ini nampaklah bagaimana peran yang dilakukananya dalam membina warga binaan di Rutan Padang. Yang menjadi keunikan dalam hal ini Salmadanis merupakan warga binaan pemasyarakatan (WBP) di Rutan Padang yang semestinya dia adalah warga yang dibina, namun dalam realitanya beliau adalah pembina di Rutan Padang yang mengarahkan dan mengajari warga binaan. Salmadanis juga

23 Awis Karni, pengunjung Rutan Padang, wawancara langsung, 11 November 2016. 24 Asrul, Ka. Subsi Pelayanan Tahanan di Rutan Padang, wawancara langsung, 20 Januari

2017. 25 Salmadanis, sebagai pembina keagamaan di Rutan Padang, wawancara langsung, 22

Oktober 2016.

sering memberikan ceramah di Rutan Padang baik dalam acara pengajian, wirid dan khatib Jumat. Melalui mimbar di masjid Rutan Padang Salmadanis juga sering menceramahi seluruh warga yang ada di Rutan Padang; baik pegawai Rutan, kejaksaan, penasehat hukum dan tamu Rutan Padang yang hadir dalam acara pengajian dan shalat Jumat.

Oleh karena itu dengan adanya perubahan pada diri warga binaan akan menjadi pendukung bagi mereka dalam mengembangankan pengetahuan dan pengamalan agamanya, baik dari segi akidah, ibadah, dan akhlak. Dengan demikian kondisi ini sangat membantu para pelaku kriminal untuk berbenah diri di Rutan Padang untuk kembali ke tengah-tengah masyarakat.

B. Rumusan dan Batasan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu: Bagaimana strategi dakwah Profesor Salmadanis bagi warga binaan pemasyarakatan di Rumah Tahanan Negara Klas IIB Padang ?

Karena luasnya pembahasan yang akan diteliti dan untuk menghindari kesalahan dalam memahami substansinya, peneliti merasa perlu membuat batasan sebagai berikut:

1. Bagaimana strategi dakwah Profesor Salmadanis dalam penyadaran pikiran bagi warga binaan pemasyarakatan.

2. Bagaimana strategi dakwah Profesor Salmadanis dalam penumbuhan keyakinan bagi warga binaan pemasyarakatan.

3. Bagaimana strategi dakwah Profesor Salmadanis dalam pembangunan peraturan bagi warga binaan pemasyarakatan.

4. Apa saja faktor pendukung dan penghambat strategi dakwah Profesor Salmadanis bagi warga binaan pemasyarakatan.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Adapun tujuan penelitiannya adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengungkap strategi dakwah Profesor Salmadanis dalam penyadaran pikiran warga binaan pemasyarakatan.

2. Untuk mengungkap strategi dakwah Profesor Salmadanis dalam penumbuhan keyakinan bagi warga binaan pemasyarakatan.

3. Untuk mengungkap strategi dakwah Profesor Salmadanis dalam pembangunan peraturan bagi warga binaan pemasyarakatan.

4. Untuk mengungkap apa saja faktor pendukung dan penghambat strategi dakwah Profesor Salmadanis bagi warga binaan pemasyarakatan.

Sedangkan kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi pihak masyarakat, penelitian ini akan memberi informasi dan kontribusi pemikiran terkait strategi berdakwah khususnya bagi warga binaan pemasyarakatan di Rumah Tahanan.

2. Bagi pihak Rumah Tahanan, penelitian ini akan memberi sumbangsih yang positif dalam rangka perbaikan kualitas dan progresifitas pembinaan khususnya pada pembinaan keagamaan warga binaan pemasyarakatan di Rumah Tahanan.

3. Bagi akademisi, penelitian ini menjadi referensi dalam pembahasan mengena strategi dakwah dalam khususnya di Rumah Tahanan atau Lembaga Pemasyarakatan.

4. Bagi Peneliti, untuk menambah wawasan keilmuan dan sebagai syarat pelengkap dalam memperoleh gelar Megister Sosial dalam ilmu dakwah Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam.

5. Sebagai bahan pertimbangan untuk peneliti lain yang memiliki keinginan membahas pokok masalah yang sama.

D. Definisi Operasional

1. Strategi dakwah

Strategi dakwah terdiri dari dua kata strategi dan dakwah, Kata strategi secara etimologi berasal dari bahasa Yunani ”strato” yang artinya pasukan dan “agenis” yang artinya pemimpin. Jadi strategi berarti hal-hal yang berhubungan dengan pasukan perang. 26 Menurut kamus bahasa

Indoesia, strategi berarti siasat perang, ilmu siasat. Pada mulanya strategi berasal dari peristiwa peperangan (militer) yaitu suatu siasat mengalahkan musuh, namun pada akhirnya strategi berkembang untuk kegiatan

organisasi; termasuk keperluan ekonomi, sosial, budaya dan agama. 27

Strategi secara terminologi menurut M. Aliyasir yang dikutip oleh Sondang adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencari

sasaran yang khusus. 28 Sementara menurut Dwi Sunar Prasetyono, stategi adalah suatu arah dan kebijakan atau rencana yang diutamakan untuk

mencapai tujuan utama lembaga atau perusahaan. 29 Jadi, strategi merupakan faktor yang sangat penting dalam berbagai hal guna mencapai

tujuan yang telah ditetapkan. Kata dakwah secara etimologi merupakan bentuk masdhar dari kata da‟a - yad‟u - da‟watan yang bermakna memanggil, mengundang, mengajak, menyeru, dan mendorong. Sedangkan secara terminology dakwah berarti “mendorong manusia untuk berbuat kebaikan dan petunjuk atau mengikuti ajaran agama, menyeru kepada yang ma‟ruf mencegah perbuatan yang munkar agar mendapatkan kesenangan hidup di dunia dan

di akhirat, 30 ” sedangkan strategi dakwah adalah perencanaan yang berisi rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan dakwah. 31 Dari

26 Mr. Sulaiman Samae, Strategi Dakwah Syekh Daud bin Abdullah al-Fathona di Patani Selatan Thailand

27 Sondang Siagian, Menegemen Stratejik, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1995), h. 15. , “Skripsi” (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga , 2014), h. 14. 28 Ibid .,h.7.

29 Dwi Sunar Prasetyono, Trobosan Strategis Menggali Sumber-sumber kekayaan dalam Bisnis, (Yogyakarta: CV. DIVA Pres, 2005), h.180.

30 Ali Mahfuz, loc.cit. 31 Moh. Ali Aziz, op.cit.,h.349.

pengertian strategi dakwah diatas, dapat disimpulkan bahwa strategi dakwah adalah cara atau upaya untuk mencapai tujuan dalam rangka mengajak orang kembali kepada kebaikan dengan ajaran-ajaran Islam, agar mereka mendapatkan kebahagiaan di dunia maupun diakhirat dengan menegakkan amar ma‟ruf dan nahi munkar.

2. Strategi dakwah Salmadanis Adapun yang dimaksud dengan strategi dakwah Salmadansi adalah perencanaan yang berisi rangkaian kegiatan yang didesain oleh

Salmadanis dalam berdakwah, supaya tujuan yang sudah ditetapkan dapat tercapai. Sedangkan Salmadanis merupakan warga binaan pemasyarakatan di Rutan Padang dan merupakan guru besar Pada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Imam Bonjol Padang.

3. Rumah Tahanan Negara Rutan adalah tempat tahanan selama proses penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan di Indonesia , Rutan juga dijadikan sebagai tempat pembinaan narapidana. Rutan merupakan unit pelaksana teknis di bawah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor : M.HH-07.OT.01.02 Tahun 2014. Rutan didirikan pada setiap Ibu Kota, Kabupaten atau Kota, dan apabila perlu dapat dibentuk pula cabang Rutan. Yang menjadi penghuni Rutan disebut warga binaan pemasyarakata.

Adapun secara keseluruhan yang dimaksut dengan judul ini adalah rencana atau taktik yang dilakukan Salmadanis dalam melaksanakan dakwahnya di Rutan Padang. Dengan adanya strategi dakwah yang dilakukan Salmadanis sehingga warga binaan menjadi sadar sepenuhnya terhadap kesalahan yang mereka lakukan, mereka juga kembali pada jalan yang benar dan mengamalkan apa yang sudah disyariatkan oleh agama Islam secara konsisten dan mandiri.

E. Penelitian yang Relevan

Penelitian ini fokus pada pembahasan mengenai “Strategi dakwah Profesor Salmadanis bagi warga binaan pemasyarakatan di Rumah Tahanan Negara Klas IIB Padang. ” Ada beberapa pembahasan yang memiliki relevansi dengan penelitian ini, hanya saja fokus dan objek kajiannya memiliki perbedaan.

Penelitian terdahulu yang dilakukan Muhammad Saltut NIM : 08807999 Program Studi Ilmu Dakwah Konsentrasi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Islam Program Pascasarjana IAIN Imam Bonjol 2012. Dengan j udul “Pembinaan Keagamaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Pekanbaru ”. Adapun hasil dari penelitian yang dilakukan adalah; Pertama, pembinaan keagamaan yang dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan mencakup aspek akidah, ibadah syariah/fiqih, akhlak/budi Pekerti, aspek kemampuan membaca, menulis dan menghafal al- Quran dan aspek kemampuan mengenal kebudayaan Islam. Kedua, bentuk- bentuk pembinaan tersebut secara rutin dilakukan oleh tenaga pengajar dan muballig dari majelis dakwah Islamiyah melalui ceramah dan pengajian umum. Ketiga, kendala yang dihadapi Lembaga Pemasyarakatan dalam pembinaan keagamaan narapidana anak adalah; minimnya dana, kurangnya petugas dalam pembina narapidana, sarana prasarana/fasilitas kurang memadai, program pembinaan kurang maksimal, kurang diperhatikan kesejahteraan petugas/pembinanya.

Bila dilihat dari satu sisi penelitian ini memiliki kajian yang saling berdekatan yang terletak pada pembinaan keagamaan yang dilakukan terhadap warga binaan pemasyarakatan dan mencari apa saja kendala yang dihadapi dalam pembinaannya, namun pada fokus penelitiannya memiliki perbedaan. Penelitian Muhammad Saltut fokusnya pada kajian terhadap kegiatan keagamaannya yang di lakukan warga binaan yang sudah menjadi paket pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan. Perbedaan selanjutnya pada penelitian Muhammad Saltut fokus kejiannya hanya pada bentuk-bentuk kegiatan keagamaannya. Dalam penelitian ini fokusnya pada strategi dakwah

Salmadanis (sebagai warga binaan) bagi warga binaan pemasyarakatan yang meliputi; penyadara pikiran, penumbuhan keyakinan dan pembangunan peraturan bagi warga binaan pemasyarakatan.

Penelitian selanjutnya adalah penelitian Murni Prihatin NIM : 9941 4587 Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2007. Dengan judul “Pelaksanaan Pembinaan Keagamaan Islam Bagi Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan ”. Adapun hasil penelitian yang dilakukannya adalah; Pertama, tujuan pembinaan keagamaan Islam yang dilakukan bagi narapidana putra dan putri adalah untuk melatih narapidana dalam melakukan ajaran agama Islam, sehingga hal demikian menjadi kebiasaan terpuji yang akan menjadi kerakter dan sifatnya yang sudah terinternalisasi dalam dirinya. Kedua, dalam pelaksanakan pembinaan keagamaan Islam yang dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan terdapat beberapa situasi yang dapat dikategorikan sebagai bias gender, namun pada kondisi tertentu juga bersipat netral. Ketiga, kendala-kendala yang dihadapi dalam pembinaan agama Islam yang dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan adalah pada usaha pembinaan kesetaraan gendernya, karena tempatnya tidak memadai dikarenakan kurangnya pembina, waktunya terbatas, dan minimnya dana untuk itu.

Bila dilihat dari satu sisi penelitian ini juga memiliki kajian yang saling berdekatan yang terletak pada pelaksanaan pembinaan Agama Islam yang dilakukan bagi warga binaan pemasyarakatan dan kendala-kendala yang dihadapi dalam pembinaannya, namun pada fokus penelitian memiliki perbedaan. Penelitiannya Murni Prihatin fokusnya pada tujuan pembinaan keagamaan Islam, pembinaan kegiatan keagamaan Islam terkait kesetaraan gendernya, dan kendala yang dihadapi dalam pembinaan. Dalam penelitian ini fokusnya pada strategi dakwah Salmadanis (sebagai warga binaan) bagi Bila dilihat dari satu sisi penelitian ini juga memiliki kajian yang saling berdekatan yang terletak pada pelaksanaan pembinaan Agama Islam yang dilakukan bagi warga binaan pemasyarakatan dan kendala-kendala yang dihadapi dalam pembinaannya, namun pada fokus penelitian memiliki perbedaan. Penelitiannya Murni Prihatin fokusnya pada tujuan pembinaan keagamaan Islam, pembinaan kegiatan keagamaan Islam terkait kesetaraan gendernya, dan kendala yang dihadapi dalam pembinaan. Dalam penelitian ini fokusnya pada strategi dakwah Salmadanis (sebagai warga binaan) bagi

F. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian Apabila dilihat dari jenis penelitiannya, maka penelitian dalam tesis

ini memakai studi tokoh dan penelitian lapangan (field research). Studi tokoh merupakan jenis penelitian kualitatif, 32 dalam studi tokoh, metode

yang digunakan untuk meneliti subyek penelitian akan mempengaruhi cara peneliti memandang subyek tersebut.

Melalui metode kualitatif, peneliti dapat mengenal lebih jauh dan mendalam mengenai sang tokoh tersebut secara peribadi dan melihat dia mengembangkan definisinya sendiri tentang dunia dengan berbagai

pemikiran, karya dan perilaku yang dijalaninya. 33 Peneliti dapat merasakan apa yang dirasakan, dipikirkan dan diucapkan sang tokoh

dalam pergulatan dengan komunitasnya. Disinilah pentingnya peneliti membangun keakraban dengan sang tokoh agar sang tokoh secara terbuka bersedia menyampaikan cerita tentang dirinya dan pengalamannya. Dengan adanya penelitian lapangan maka peneliti akan melihat kesesuaian apa yang disampaikan tokoh dengan realitanya. Dalam penelitian ini yang menjadi tokohnya adalah Salmadanis, peneliti akan melakukan pendekatan dan menggali bagaimana strategi dakwah yang dilakukan Salmadanis di Rutan Padang, seterusnya peneliti juga akan melihat kesesuaian apa yang disampaikan Salmadanis dengan realita di Rutan Padang.

Jenis penelitian kualitatif ini dengan melakukan metode deskriptif yaitu data yang dikumpulkan berupa kata-kata, tindakan, gambar dan

32 Arief Furchan, Studi tokoh Metode Penelitian Mengenai Tokoh, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2005),h.1.

33 Ibid., h.16.

dokumentasi terkait dengan strategi dakwah Salmadanis bagi warga binaan pemasyarakatan di Rutan Padang. 34 Semua data yang dikumpulkan

akan menjadi kunci terhadap apa yang akan diteliti. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta -fakta serta hubungan

antar fenomena yang diteliti. 35 peneliti ingin menggambarkan bagaiman strategi dakwah Salmadanis bagi warga binaan pemasyarakatan di Rutan

Padang. Peneliti mengumpulkan data dan menyajikannya sedemikian rupa, sehingga informan dibiarkan berbicara, tujuannya adalah agar mendapatkan laporan apa adanya, kemudian kondisi yang diuraikan harus relepan dengan keadaan yang sebenarnya.

2. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Tahanan Negara Klas II B Padang. Yang bertempat di Jalan. By Pass Anak Air Kecamatan Koto Tangah Kota Padang. Dengan luas tanah 30,456 (meter persegi) dan luas bangunan 16,750 (meter persegi). yang dipimpin oleh Kepala Rutan Enjat Lukmanul Hakim, B.Sc, IP, SH, dengan jumlah pegawai keseluruhan 32 orang dan 111 Orang warga binaan.