Utang Pajak yang diperbolehkan Mengangsur Jangka Waktu Angsuran

28 Nomor 16 tahun 2009. 1.2 Pasal 8 ayat 1 Undang-undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Pajak sebagaimana telah diubah dengan Undang- undang Nomor 19 Tahun 2000. 1.3 Pasal 9 sampai dengan Pasal 12 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 184PMK.032007 tanggal 28 Desember 2007, sebagaimana terakhir telah diubahPeraturan Menteri Keuangan Nomor 80PMK.032010 tanggal 5 April 2010 tentang Penentuan Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran dan Penyetoran Pajak, Penentuam Tempat Pembayaran Pajak, dan Tata Cara Pembayaran, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak, serta Tata Cara Pengansuran dan Penundaan Pembayaran Pajak. 1.4 Peraturan Direktorat Jendral Pajak Nomor PER-38PJ2008 tanggal 24 September 2008 tentang Tata Cara Pemberian Angsuran atau Penundaan Pembayaran Pajak.

2. Utang Pajak yang diperbolehkan Mengangsur

Ada 2 jenis utang pajak yang bisa dimohon untuk diangsur pembayarannya, yaitu : 2.1 pajak yang masih harus dibayar atas Surat Tagihan Pajak STP, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar SKPKB, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan SKPKBT, Surat Ketetapan Pajak Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, Putusan Universitas Sumatera Utara 29 Peninjauan Kenbali, dan PPh Pasal 29 yang menyebabkan jumlah pajak yang harus di bayar bertambah. 2.2 Kekurangan pembyaran pajak yang terutang berdasarkan Surat Pemberitahuan SPT Tahunan Pajak Penghasilan atau biasa disebut PPh Pasal 29. 3. Wewenang Memberikan Persetujuan Angsuran Atas Utang Pajak Direktur Jenderal Pajak atas permohonan Wajib Pajak dapat memberikan persetujuan untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak termasuk kekurangan pembayaran yang terutang berdasarkan SPT Tahunan PPh paling lama 12 bulan, yang pelaksanaannya diatur dengan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184PMK.032007 sebagaimana terakhir telah diubah PMK-80PMK.032010 dan PER-38PJ2008. Wajib Pajak yang diperbolehkan mengangsur pembayaran utang pajaknya adalah : 3.1 Wajib Pajak mengalami kesulitan likuiditas. Wajib Pajak harus melampirkan neraca akhir bulan atau setidak-tidaknya melampirkan posisi kas, bank dan utang jangka pendek yang menunjukan utang jangka pendek lebih besar dari saldo kas dan bank. 3.2 Wajib Pajak mengalami keadaan di luar kekuasaan force majeure. Wajib Pajak mengalami kesulitan likuiditas karena diluar kekuasaannya Universitas Sumatera Utara 30 force majeure, antara lain rekening bank di blokir, kena bencana alam, dan lain-lain.

4. Jangka Waktu Angsuran

Dalam hal permohonan Angsuran atas utang pajaknyaditerima, maka Kepala Kantor Pelayanan Pajak atas nama Direktorat Jendral Pajak Menerbitkan Surat Keputusan Angsuran Pembayaran Pajak dengan masa angsuran : 4.1 paling lama 12 dua belas bulan sejak diterbitkannya Surat Keputusan Persetujuan Angsuran Pembayaran Pajak dengan angsuran paling banyak 1 satu kali dalam 1 satu bulan, untuk permohonan angsuran atas utang pajak berupa pajak yang masih harus dibayar atau; 4.2 paling lama sampai dengan bulan terakhir Tahun Pajak berikutnya, untuk permohonan angsuran atas kekurangan pembayaran utang pajak berupa pajak yang terutang berdasarkan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan dengan angsuran paling banyak 1 satu kali dalam 1 satu bulan. Dalam hal permohonan angsuran ditolak, maka Kepala Kantor Pelayanan Pajak menerbitkan Surat Keputusan Penolakan Angsuran.

5. Tata Cara Mengangsur Pembayaran Utang Pajak