PENDAHULUAN Population abundance, biology and management of pineapple Mealybug Dysmicoccus brevipes (Cockerell) (Hemiptera Pseudococcidae) at Jalancagak district, Subang regency

2 Asbani 2005. Selain itu serangan hama ini telah dijumpai di beberapa sentra pertanaman nenas antara lain: Simalungun Sumatera Utara dan Blitar Jawa Timur Hutahayan 2006. Serangan hama kutu putih berakibat secara langsung pada tanaman yaitu: pertumbuhan tanaman terhambat dan kualitas buah menurun Rohrbach Johnson 2003, tetapi serangan tidak langsung lebih berbahaya karena peranannya sebagai vektor virus pineapple mealybug wilt associated virus PMWaV penyebab penyakit layu Sether et al. 1998; 2005; Petty et al. 2002; Sether Hu 2002. Akibat adanya virus ini pada tanaman dalam kondisi serangan berat, tanaman nenas tidak berproduksi Sether Hu 2002. Sampai saat ini cara penanggulangan penyakit layu nenas adalah dengan menekan perkembangan serangga vektor D. brevipes menggunakan insektisida Pitaksa et al. 2000. Akan tetapi penggunaan insektisida harus diperhatikan karena penggunaan yang berlebihan dapat berpengaruh negatif yaitu: resistensi dan resurgensi hama, terbunuhnya serangga bukan sasaran, pencemaran lingkungan dan kandungan residu Manuwoto 1999; Setiawati et al. 2000. Oleh karena itu usaha pengendalian kutu putih yang efektif serta dapat mengurangi pengaruh negatif akibat pestisida seperti uraian di atas perlu dikembangkan. Salah satu usaha pengendalian yang sudah dikembangkan dalam budidaya nenas di Amerika yaitu melalui sistem pengendalian hama terpadu PHT. Sistem pengendalian hama ini merupakan tindakan yang mengutamakan perlindungan terhadap lingkungan dan keamanan bahan makanan Rohrbach Johnson 2003 dengan menggunakan berbagai teknik pengendalian yang tersedia Djunaidi 2003. Beberapa hal yang perlu diketahui menjadi dasar dalam PHT antara lain: keberadaan hama, kondisi tanaman dan lingkungan Norris et al. 2003. Keberhasilan pengendalian hama tergantung pada beberapa faktor antar lain: pemahaman tentang biologi dan ekologi hama serta faktor-faktor yang berbubungan dengan hama tersebut Rohrbach Johnson 2003, petani sebagai pelaku pengendalian dan teknik yang diterapkan dalam pengendalian Norris et al. 2003. Untuk mendapatkan berbagai informasi yang diperlukan tersebut, dalam penyusunan program PHT hama kutu putih D. brevipes pada tanaman nenas, maka penelitian yang lebih menyeluruh tentang kutu putih ini telah dilakukan. 3 Pendekatan Masalah Seperti usahatani tanaman buah-buahan pada umumnya, usahatani nenas dipengaruhi oleh dua faktor, antara lain faktor internal dan eksternal dari petani. Faktor internal petani antara lain: modal, pendidikan, keterampilan dan umur, sedangkan faktor eksternal antara lain: penyuluhan, harga, pemasaran, iklim, topografi, kondisi lahan serta serangan hama dan penyakit Gambar 1.1. Faktor- faktor tersebut saling berinteraksi dan mempengaruhi petani dalam mengambil keputusan budidaya tanaman dan perlindungan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit Rukka et al. 2006. Proses pengambilan keputusan PHT sangat ditentukan oleh kemampuan petani dalam mendiagnosis tentang masalah dan kondisi lahannya Untung 1996. Penelitian ini diawali dengan melakukan survei berbagai aspek tentang petani dan pengendalian hama dan penyakit yang diterapkan oleh petani di Kabupaten Subang. Dalam PHT survei terhadap petani perlu dilakukan untuk mendapatkan data tentang identifikasi masalah yang dihadapi petani termasuk berbagai aspek teknik budidaya dan pengendalian hama dan penyakit. Menurut Rauf 1996 survei mengenai pengetahuan, sikap dan tindakan petani sangat penting dalam membuat rekomendasi teknologi. Selain itu identifikasi faktor-faktor kunci yang mempengaruhi perkem- bangan populasi hama merupakan hal yang penting dalam pengembangan PHT Walter 2003. Penelitian mengenai bioekologi populasi kutu putih D. brevipes cukup banyak dilaporkan di luar negeri. Beberapa penelitian yang telah dilaporkan antara lain biologi di Malaysia Lim 1973 dalam Waterhouse 1998 dan di Brasil Cecilia et al. 2004, populasi dan musuh alaminya di Hawai Hernandez et al. 1999. Penelitian kutu putih di Indonesia masih terbatas antara lain: keberadaannya sebagai vektor PMWaV Sartiami 2006, tingkat serangan kutu putih dan musuh alami Asbani 2005, pola penyebaran Widyanto 2005 dan uji penularan penyakit layu PMWaV dengan vektor Hutahayan 2006. Kutu putih D. brevipes memiliki lebih dari 100 genus tanaman inang Dove 2005 Lampiran 1. Umumnya nenas ditanam secara polikultur dengan tanaman kencur. Untuk itu dilakukan penelitian di laboratorium mengenai biologi D. brevipes pada tanaman nenas dan dibandingkan dengan kencur. 4 Faktor Internal • Modal • Pendidikan • Umur • Jumlah keluarga • Luas kepemilikan lahan Faktor Eksternal • Harga produk • Harga input • Pemasaran • Penyuluhan Topografikondisi lahan • Luasan • Kemiringan • Tipe tanah • Ketinggian tempat Iklim • Curah hujan • Temperatur • Kelembaban Hama D. brevipes • Sumber infeksi • Tanaman inang • Tingkat serangan Penyakit Layu nenas • Vektor • Gejala Keputusan Petani dalam Praktek Usahatani • Pemilihan bibit • Jarak tanam • Tumpangsari • Pemupukan • Pestisida Pengendalian hama Dysmicoccus brevipes mencakup pengendalian penyakit layu nenas PMWaV Iklim • Curah hujan • Temperatur • Kelembaban Gambar 1.1. Kerangka kerja analisis faktor-faktor yang mempengaruhi petani dalam pengambilan keputusan praktek usahatani dan pengendalian hama nenas Pemilihan teknik pengendalian yang tepat menentukan keberhasilan pengendalian PHT. Tindakan prefentif juga merupakan salah satu tindakan PHT untuk mencegah keberadaan hama Untung 1996: Globalgap 2007. Tindakan prefentif dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan budidaya antara lain: varietas tahan, pengolahan tanah, penggunaan bibit sehat, sanitasi dan pemupukan yang optimal. Kegiatan-kegiatan tersebut bertujuan untuk mengelola lingkungan 5 tanaman sedemikian rupa sehingga lingkungan tersebut kurang sesuai bagi perkembangan hama tapi sangat menunjang bagi perkembangan tanaman dan musuh alami Norris et al. 2003. Mengingat masih terbatasnya informasi tentang kutu putih D. brevipes, dilakukan serangkaian penelitian dasar mengenai kelimpahan populasi, biologi kutu putih dan teknik pengendaliannya pada tanaman nenas di Kecamatan Jalancagak, Kabupaten Subang. Pengembangan teknik-teknik pengendalian hama perlu disesuaikan dengan kondisi setempat serta mudah diaplikasikan oleh petani Untung 1996. Rumusan Masalah Penelitian ini diharapkan dapat menjawab beberapa masalah seperti berikut ini : 1. Identifikasi masalah petani dan upaya pengendalian kutu putih D. brevipes pada tanaman nenas di tingkat petani. 2. Kelimpahan populasi, tingkat serangan kutu putih D. brevipes di beberapa desa penghasil nenas di Kecamatan Jalancagak, Kabupaten Subang. 3. Perkembangan populasi kutu putih pada musim kemarau dan hujan. 4. Biologi kutu putih D. brevipes pada tanaman nenas dan kencur di laboratorium. 5. Pengendalian yang efektif terhadap kutu putih D. brevipes dan penyakit layu PMWaV pada tanaman nenas. Tujuan Penelitian Tujuan Umum Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menyusun strategi pengendalian hama terpadu PHT kutu putih D. brevipes dan penyakit layu PMWaV pada tanaman nenas melalui pemahaman bioekologi kutu putih D. brevipes dan penerapan berbagai teknik budidaya untuk pengendaliannya. Tujuan Khusus 1 Mengidentifikasi berbagai aspek tentang karakteristik petani serta tindakan petani dalam pengendalian kutu putih dan penyakit layu pada tanaman nenas. 6 2 Memahami kelimpahan populasi kutu putih D. brevipes di beberapa tempat penghasil nenas. 3 Mengkaji perkembangan populasi kutu putih D. brevipes pada dua musim. 4 Mengkaji biologi kutu putih D. brevipes pada tanaman nenas dan kencur. 5 Mengkaji efektivitas pengendalian kutu putih D. brevipes dan penyakit layu PMWaV dengan menggunakan beberapa teknik budidaya nenas. Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan menjadi acuan dalam menyusun strategi pengendalian hama secara terpadu PHT terhadap kutu putih D. brevipes dan penyakit layu PMWaV pada tanaman nenas dalam rangka peningkatan produksi dan pendapatan petani nenas. Penelitian ini juga diharapkan bermanfaat bagi penelitian-penelitian dasar dan terapan lainnya yang ada kaitannya dengan kutu putih D. brevipes dan penyakit layu PMWaV. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian yang dilakukan meliputi empat topik penelitian yang terdiri dari : Penelitian 1: Identifikasi teknik pengendalian kutu putih D. brevipes pada tingkat petani. Penelitian 2: Kelimpahan kutu putih D. brevipes pada tanaman nenas tiga desa dan dua musim yang berbeda. Penelitian 3: Biologi kutu putih D. brevipes pada tanaman nenas dan kencur. Penelitian 4: Pengendalian kutu putih D. brevipes dan penyakit layu PMWaV menggunakan beberapa teknik budidaya pada tanaman nenas. Keterkaitan berbagai topik penelitian ini dan bagan alir penelitian ditampilkan pada Gambar 1.2. 7 Gambar 1.2. Bagan alir penelitian Daftar Pustaka Asbani N. 2005. Kelimpahan dan parasitoid kutu putih Dysmicoccus brevipes Cockerell Hemiptera: Pseudococcidae serta keanekaragaman semut pada tanaman nenas. [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, IPB. Cecilia LVCS, Bueno VHPB, Prado E. 2004. Desenvolvimento de Dysmicoccus brevipes Cockerell Hemiptera: Pseudococcidae emduas cultivars de abaxi. Cienc agrotec 285:1015-1020. KUTU PUTIH Dysmicoccus brevipes Cockerell MORFOLOGI DAN BIOLOGI KELIMPAHAN POPULASI PADA BEBERAPA TEMPAT PENGENDALIAN KUTU PUTIH Dysmicoccus brevipes Cockerell PADA TANAMAN NENAS SECARA TERPADU PHT PENGETAHUAN, SIKAP TINDAKAN PETANI BERBAGAI TEKNIK BUDIDAYA DATA MORFOLOGI SIKLUS HIDUP PADA DUA INANG DATA JUMLAH POPULASI TINGKAT SERANGAN DATA BASE PETANI DATA JUMLAH POPULASI KARAKTER FISIK PRODUKSI ANALISIS DESKRIPTIF UJI t ANALISIS RAGAM UJI t ANALISIS DESKRIPTIF ANALISIS RAGAM PERBEDAAN MORFOLOGI BIOLOGI KUTU PUTIH PADA DUA TANAMAN INANG KELIMPAHAN POPULASI TINGKAT SERANGAN KUTU PUTIH PADA BEBERAPA TEMPAT MUSIM TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP TINDAKAN PETANI TERHADAP KUTU PUTIH TEKNIK BUDIDAYA YANG EFEKTIF KUTU PUTIH Dysmicoccus brevipes Cockerell MORFOLOGI DAN BIOLOGI KELIMPAHAN POPULASI PADA BEBERAPA TEMPAT PENGENDALIAN KUTU PUTIH Dysmicoccus brevipes Cockerell PADA TANAMAN NENAS SECARA TERPADU PHT PENGETAHUAN, SIKAP TINDAKAN PETANI BERBAGAI TEKNIK BUDIDAYA DATA MORFOLOGI SIKLUS HIDUP PADA DUA INANG DATA JUMLAH POPULASI TINGKAT SERANGAN DATA BASE PETANI DATA JUMLAH POPULASI KARAKTER FISIK PRODUKSI ANALISIS DESKRIPTIF UJI t ANALISIS RAGAM UJI t ANALISIS DESKRIPTIF ANALISIS RAGAM PERBEDAAN MORFOLOGI BIOLOGI KUTU PUTIH PADA DUA TANAMAN INANG KELIMPAHAN POPULASI TINGKAT SERANGAN KUTU PUTIH PADA BEBERAPA TEMPAT MUSIM TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP TINDAKAN PETANI TERHADAP KUTU PUTIH TEKNIK BUDIDAYA YANG EFEKTIF IDENTIFIKASI MASALAH HAMA DAN TINDAKAN ANALISI S RAGAM KARAKTERISTI K PETANI, STATUS HAMA KUTU PUTIH TINDAKAN PENGENDALIA N KUTU PUTIH DATA MORFOLOGI SIKLUS HIDUP PADA DUA TANAMAN INANG KUTU PUTIH Dysmicoccus brevipes Cockerell PENGENDALIAN KUTU PUTIH Dysmicoccus brevipes Cockerell PADA TANAMAN NENAS SECARA TERPADU 8 [DEPTAN] Departemen Pertanian. 2008. Volume ekspor komoditas buah-buahan di Indonesia periode 2003-2006. http:www.hortikultura.deptan.go.id. [8 Desember 2009]. [DAK] Departement of Agriculture Kualalumpur. 2004. Pineapple. Market Access on Pineapple Ananas comosus. Malaysia: Crop Protection and Plant Quarantine Service Devision. Departement of Agriculture Kualalumpur Malaysia. Djunaidi D. 2003. Peranan industri pada pengelolaan hama terpadu dalam pertanian berkelanjutan. Di dalam. Kongres PEI dan Simposium Entomologi VI. PEI: Cipayung, 5-7 Maret 2003. Dove B. 2005. Catalogue Query Results Dysmicoccus brevipes Cockerell. http: www.sel.barc.usda.govcatalogspseudoco Dysmicoccusbrevipes.htm. [12 Feb 2008 ]. DPTP [Dinas Pertanian Tanaman Pangan]. 1994. Penuntun Budidaya Hortikultura Nenas. Proyek Peningkatan Produksi Tanaman Pangan. Dinas Pertanian Tanaman Pangan. Propinsi Daerah Tingkat I Bengkulu. 238 hal. [FAO] Food Agriculture of Organization. 2007. Database Faostat: FAO Statistics http:faostat.fao.org site535 DesktopDefault.aspx? PageID=535ancor . [8 Desember 2009]. Globalgap 2007. Control Points and Compliance Criteria Integrated Farm Assurance Crop Base. German: Globalgap. http:www.globalgap.org. hlm 23-28. [5 Mei 2007]. Hernandez HG, NJ Reimer, Jhonson MW. 1999. Survey of natural enemies of Dysmicoccus mealybugs on pineapple in Hawaii. Bio Control 44:47-58. Hutahayan AJ. 2006. Peranan strain pineapple mealybug wilt associated virus PMWaV dan kutu putih Dysmicoccus spp. dalam menginduksi gejala penyakit layu pada tanaman nenas. [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana IPB. Khan AA, Avesi GM, Masud SZ, Rizvi SWA. 1998. Incidence of mealybug Dysmicoccus brevipes Cockerell on pineapple. Tr J Zool 22:159-161. Manuwoto S. 1999. Pengendalian hama ramah lingkungan dan ekonomis. Makalah utama seminar PEI. Peranan Entomologi dalam Pengendalian Hama yang Ramah Lingkungan dan Ekonomis. Bogor: 16 Februari 1999. PEI Cabang Bogor. Miller GL, Miller DR. 2002. Dysmicoccus Ferries and similar genera Hemiptera; Cocoidea; Pseudococcidae of the Gulf state region including a description of a new species and new United State records. Proc Entomol Soc Wash 104: 968-979. Norris RF, Chen EPC, Kogan M. 2003. Concept in Integrated Pest Management. New Jersey: Prentice Hall. 586 hlm. Petty GJ. Stirling GJ, Bartholomew DP. 2002. Pest of Pineapple. Di dalam. Pena JE, Sharp J, Wisoki M, editor. Tropical Fruit Pests and Pollinators. USA: CABI Publ. 9 Pitaksa C, Chantarasuwan A, Kongkanjana A. 2000. Ant control in pineapple field. Act Hort 529: 309-316. Rauf A, 1996. Analisis ekosistem dalam pengendalian hama terpadu. Di dalam: Pelatihan Peramalan Hama dan Penyakit Tanaman Padi dan Palawija Tingkat Nasional . Jatisari: 2-19 Jan 1996. Rohrbach KG, Johnson MW. 2003. Pest, Diseases and Weed. Di dalam. Bartholomew DP, Paull RE, Rohrbach KG, editor. Pineapple Botany Production and Uses. Wallingford: CABI Publ. hlm 203-251. Rohrbach KG, Leal F, d’Eeckenbrugge GC. 2003. History, Distribution and Word Production. Di dalam. Ploetz RC, editor. Diseases of Tropical Fruit Crops. South Applefield Circle, Elizabeth USA: CAB International Publ. hlm 1-12. Rukka H. Buhaerah, Sunaryo. 2006. Hubungan karakteristik petani dengan respon petani terhadap penggunaan pupuk organik pada padi sawah Oryza sativa L.. J. Agrisistem: 21:1858-4430. Sartiami D. 2006. Keberadaan Dysmicoccus brevipes Cockerell Hemiptera: Pseudococcidae sebagai vektor pineapple mealybug wilt associated virus PMWaV pada tanaman nenas. J Pert Indon 111:1-6 Sether DM, Ulman DE, Hu JS. 1998. Transmission of pineapple mealybug wilt- associated virus by two species of mealybug Dysmicoccus spp. Phytopathology 88:1224-1230. Sether DM, Hu JS. 2002. Yield impact and spread of pineapple mealybug wilt associated virus-2 and mealybug wilt of pineapple in Hawaii. Plant Disease 86:867-874. Sether DM, Melzer MJ, Busto JL, Zee F, Hu JS. 2005. Diversity and mealybug transmissibility of ampeloviruses in pineapple. Plant Disease 895:450- 456. Setiawati WS, Soeriatmadja RE, Sastrosiswojo S, Prabaningrum L, Moekasan TK, Sulastrini L, Abidin Z. 2000. Dampak penerapan cara PHT terhadap keanekaragaman fauna pada pertanaman kubis. Di dalam: Prosiding Simposium Keanekaragaman Hayati Artropoda . Cipayung: 16-18 Okt 2000. PEI dan Yayasan Kehati Indonesia. hlm 349-354. Untung K. 1996. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 271 hlm. Walter GH. 2003. Insect Pest Management and Ecological Research. United Kingdom. Cambridge University Press. 387 hlm. Waterhouse DF. 1998. Biological Control of Insect Pest, Southeast Asian Prospects Monograph 51 Canberra: ACIAR. Widyanto H. 2005. Pola penyebaran penyakit layu dan kutu putih pada perkebunan nenas Ananas comosus Linn. Merr. rakyat di desa Bunihayu, Kecamatan Jalancagak, Kabupaten Subang. [skripsi]. Bogor: Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Nenas Nenas Ananas comosus Linn. Merr. termasuk dalam famili Bromeliaceae merupakan tanaman herba, monokotil dan perenial yang berasal dari Brasil Amerika Selatan Collins 1968; Rohrbach et al. 2003. Berdasarkan habitus tanaman terutama berdasarkan bentuk daun dan buah, dikenal 4 jenis golongan nenas yaitu: Smooth Cayenne daun halus tidak berduri, kulit buah berwarna oranye dan buah berbentuk silindris, berukuran besar mencapai 2.3 kg atau lebih, Queen daun pendek berduri tajam, kulit buah kuning, buah lonjong mirip kerucut, beratnya 0.5-1.1 kg, Spanish daun panjang kecil, berduri halus sampai kasar, kulit buah oranye-merah, buah berbentuk bulat, beratnya 0.9-1.8 kg dan Abacaxi daun panjang berduri kasar, kulit buah berwarna kuning, bentuk buah silindris atau seperti piramida dan berat rata-rata 1.4 kg Deptan 2006b; PKBT 2007a. Nenas yang banyak ditanam di Indonesia adalah golongan Queen dan Smooth Cayenne. Golongan Spanish dikembangkan di kepulauan India Barat, Puerte Rico, Mexico dan Malaysia. Golongan Abacaxi banyak ditanam di Brazil. Dewasa ini ragam kultivar nenas Indonesia yang dikategorikan unggul adalah nenas Bogor dan Palembang yang termasuk golongan Queen dan nenas Subang yang termasuk golongan Smooth Cayenne PKBT 2007a. Tanaman nenas tersebar di daerah tropik dan subtropik Collins 1968; Rohrbach et al. 2003. Pertanaman nenas di Indonesia tersebar di berbagai propinsi, antara lain: Sumatera Utara Tapanuli Selatan, Simalungun, Riau Kampar, Siak, Dumai, Jambi Bungo, Batanghari, Sumatera Selatan Ogan Ilir, Muara Enim, Prabumulih, Lampung Lampung Tengah, Tulang Bawang, Jawa Barat Subang, Jawa Tengah Pemalang, Wonosobo, Jawa Timur Blitar, Kediri, Kalimantan Timur Kutai Kartanegara Kalimantan Barat Sambas, Pontianak, Kalimantan Tengah Kapuas, Kotawaringin dan Sulawesi Utara Bolaang Mongondow Deptan 2006b. Tanaman nenas dapat tumbuh pada keadaan iklim basah maupun kering. Tanaman ini sangat toleran terhadap musim kemarau dan musim hujan, dapat 11 tumbuh pada curah hujan sekitar 635-2500 mm per tahun, tetapi curah hujan optimal adalah 1000-1500 mm Purseglove 1978. Suhu yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman nenas sekitar 7-40 o C. Suhu optimal untuk pertumbuhan daun 32 o C dan untuk akar 29 o C Hepton 2003. Di Hawai pada ketinggian di bawah 840 m dpl, suhu yang sesuai untuk mendapatkan buah berkualitas yaitu 21-32 o C Evans et al. 2002. Perbanyakan tanaman nenas yaitu secara asexual dari bagian tanaman Evans et al. 2002. Umumnya bibit untuk perbanyakan tanaman nenas yang digunakan adalah bagian vegetatif tanaman yaitu: mahkota, anakan, tunas samping, tunas buah Collins 1968; Ploetz et al. 1994; Hepton 2003 dan plantlet yang berasal dari kultur jaringan Hepton 2003. Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh tanaman bibit yang baik yaitu: 1 berasal dari tanaman normal dan sehat, 2 bibit berasal dari tanaman yang benar varietasnya dan sesuai deskripsinya, 3 memiliki daya adaptasi tinggi, 4 produksi tinggi, 5 bermahkota tunggal, 6 bentuk dan ukuran buah normal sesuai varietasnya dan 7 memiliki mata buah seragam PKBT 2007b. Bibit yang diharapkan tidak terserang hama dan penyakit serta memiliki daya produksi yang tinggi. Tanaman nenas dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah. Pada tanah liat berpasir dengan pH tanah sekitar 5.0–6.5 lebih disukai bagi pertumbuhan nenas Purseglove 1978. Bahan-bahan organik dan kandungan kapur yang terkandung tanah mempengaruhi pertumbuhan tanaman secara langsung, sehingga diperlukan bahan-bahan nutrisi tambahan dalam upaya meningkatkan kondisi fisik dan kimia tanah Hepton 2003. Standar pemberian pupuk pada tanaman nenas adalah campuran pupuk yang mengandung N, P dan K masing-masing 10, 6 dan 10 Collins 1968. Pemupukan pada lahan mineral dapat dilakukan dua kali yaitu pada 3 bulan setelah tanam BST dengan dosis: Urea 300 kgha, SP 36 100 kgha dan KCl 100 kgha, selanjutnya pemberian pupuk kedua diberikan 10-14 BST dengan dosis: Urea 150 kgha, SP 36 50 kgha dan KCl 300 kgha PKBT 2007b. Di Hawai penanaman nenas biasanya menggunakan sistem dua baris double-row. Jarak tanam yang digunakan adalah jarak tanaman di dalam baris 28 cm, jarak baris 55-60 cm dan jarak antar baris 122 cm sehingga jumlah populasi nenas 58 700 tanamanha Evans et al. 2002. Pada sistem pertanaman