KEDUDUKAN DAN PERANAN OMBUDSMAN DALAM PENEGAKAN

BAB IV KEDUDUKAN DAN PERANAN OMBUDSMAN DALAM PENEGAKAN

HUKUM DI INDONESIA A. Koordinasi Ombudsman dengan Lembaga Penegakan Hukum Lainnya Peradilan, Jaksa dan Komisi Yudisial Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yang baik, selain diperlukan tekad untuk menciptakan pemerintahan yang baik juga diperlukan pengawasan yang akan mengawasi jalannya roda pemerintahan. Bagi negara-negara yang sedang berkembang pengawasan ini menjadi sangat penting karena tanpa ada lembaga pengawasan pun pemerintahan akan berjalan tanpa kontrol. Berbeda dengan negara-negara yang sudah maju, lembaga pengawasannya tidak terlalu dominan lagi peranannya karena negara maju kesadaran hukumnya sudah tinggi. Oleh karena itu, baik orang perorangan maupun penguasa selalu tunduk dan patuh pada peraturan perundang-undangan. Pengawasan yang dilakukan oleh lembaga ombudsman mengandung beberapa dimensi 72 , yaitu : 1. Untuk mencegah pelanggaran terhadap berbagai peraturan perundang- undangan tertentu atau hukum pada umumnya. 2. Untuk menjaga keseimbangan antara berbagai kepentingan baik yang sama atau pun yang berbeda dari aneka ragam kegiatan yang diawasi. 72 Bagir Manan, Teori dan Politik Konstitusi, FH UII Press, Yogyakarta, 2003. Hal. 252. Universitas Sumatera Utara 3. Untuk menjamin keseimbangan pembagian berbagai resources yang memungkinkan tersedia secara terbatas. 4. Untuk melindungi kepentingan umum dari suatu kegiatan yang tidak diawasi atau dikendalikan. 5. Untuk mencegah orang-orang atau badan yang tidak berhak melakukan perbuatan atau tindakan tertentu. Komisi Ombudsman Nasional dalam menjalankan tugas dan peranannya mengawasi pemerintahan senantiasa melakukan koordinasi dengan lembaga negara lainnya, seperti : peradilan, jaksa dan komisi yudisial. Peradilan Salah satu bentuk pengawasan yang lazim dalam rangka menyelenggarakan pemerintahan yang baik adalah lembaga peradilan, khususnya Peradilan Administrasi Negara. 73 Namun tidak semua negara mempunyai Peradilan Administrasi Negara. Bagi negara-negara yang tidak mempunyai Peradilan Administrasi Negara, maka pengawasan penyelenggaraan pemerintahan dilakukan oleh peradilan lain selain Peradilan Administrasi Negara. Di Indonesia, Peradilan Administrasi Negara baru terebntuk setalah adanya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara. Dengan lahirnya peraturan ini, maka setiap penyelesaian sengketa administrasi negara menjadi tanggung jawab Peradilan Administrasi Negara. Eksistensi Peradilan Administrasi Negara merupakan lembaga pengawas atas segala tindakan penyelenggara pemerintahan untuk tetap 73 Wicipto Setiadi, Hukum Acara Pengadilan Tata Usaha Negara-Suatu Perbandingan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1995. Hal. 26-27. Universitas Sumatera Utara berada pada jalur sebagaimana mestinya. Sisi lain mengungkapkan bahwa Peradilan Administrasi Negara juga merupakan wadah perlindungan bagi hak-hak individu dan warga masyarakat dari tindakan penyalahgunaan wewenang dan tindakan malpraktik yang dilakukan oleh penyelenggara negara. Komisi Ombudsman Nasional dalam menjalankan fungsinya bekerjasama dengan Peradilan Administrasi Negara sebagai judicial control, yaitu bersama- sama melakukan: 1. Pengawasan yang bersifat external control terhadap penyelenggara publik karena baik ombudsman maupun peradilan merupakan lembaga yang berada di luar kekuasaan Administrasi Negara. Jadi dapat dikatakan bahwa kedua lembaga ini dalam menjalankan tugasnya berpedoman kepada asas legalitas dan kemandirian, sehingga kinerja mereka tidak dapat dicampuri oleh lembaga pemerintahan lainnya. Kedua lembaga ini mengawasi apakah penyelenggara publik telah melaksanakan fungsinya secara efektif dan efisien. 2. Pengawasan yang dilakukan juga bersifat control a posteriori, artinya pengawasan kedua lembaga ini juga dilakukan terhadap pelanggaran yang telah dilakukan oleh penyelenggara publik. Jika melalui controlling yang dilakukan dan disimpulkan bahwa memang ada pelanggaran publik, maka pihak ombudsman dapat memberikan rekomendasi kepada pihak Peradilan Administrasi Negara untuk menindaklanjuti pelanggaran tersebut. Tindak lanjutnya bisa saja bersifat sanksi administrastif maupun sanksi pidana. Universitas Sumatera Utara 3. Monitoring, meneliti dan mengkaji sejauh mana penghormatan dari pihak penyelenggara publik terhadap nilai-nilai hukum administrasi dan menjalankannya dengan benar. Apabila terdapat adanya penyelenggara publik yang mencemari kehormatan hukum dan negara, maka pihak lembaga ombudsman dan lembaga peradilan dapat memberikan teguran secara tertulis kepada atasan dari lembaga terkait. Seseorang yang tidak puas dengan keputusan administratif yang telah dikeluarkan oleh penyelenggara publik dapat melaporkan permasalahan ini kepada Komisi Ombudsman Nasional. Ombudsman yang mewakili kepentingan individu tersebut kemudian dapat mengajukan banding atas keputusan tersebut, sehingga hal ini dapat menimbulkan permasalahan hukum. Banding yang dilakukan oleh seseorang yang tidak puas atas keputusan administratif dapat mengajukan banding kepada Peradilan Administrasi Negara. Peradilan Administrasi Negara yang telah menerima berkas banding dari lembaga ombudsman dapat menguji bukti, fakta dan penilaian mengenai fakta untuk menyatakan apakah tindakan dan keputusan yang telah dilakukan oleh penyelenggara publik itu dalam keadaan yang terbaik. Jika terbukti ternyata seseorang dirugikan akibat dari keputusan tersebut, maka pihak Peradilan Administrasi Negara dapat menarik keputusan yang dianggap salah dan menggantinya dengan keputusan yang baru dan sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Dalam menjalankan fungsinya ini, Hakim Peradilan Administrasi Negara bersifat independen dan tidak memihak Independence and impartiality. Universitas Sumatera Utara Tidak memihak dan independen merupakan syarat utama yang sangat mendasar dalam etika administrasi. Bagi pihak penyelenggara publik yang akibat kelalaiannya telah merugikan masyarakat akan direkomendasikan oleh ombudsman untuk diberikan sanksi sesuai dengan peraturan yang ada. Jaksa Jaksa prosecutor mempunyai peranan yang besar dalam penegakan hukum yang terkait dengan kewenangan publik. Fungsi utama jaksa adalah berinisiatif untuk melakukan tindakan sebelum badan peradilan menyatakan suatu tindakan itu legal atau tidak, artinya jaksa bertugas untuk mengkaji dan meneliti suatu perkara yang muncul apakah dapat dimajukan ke pengadilan untuk diadili atau tidak. Pendek kata, secara umum jaksa merupakan pejabat publik yang bertanggung jawab untuk menjaga kepentingan publik terhadap tindakan-tindakan administratif yang ilegal. Komisi Ombudsman Nasional dalam kerjasamanya dengan jaksa dalam menjaga tindakan malpraktik, yaitu : 1. Ombudsman memberikan masukan kepada pihak jaksa mengenai hasil kajiannya secara luas, termasuk kelemahan, kejelekan dan ketidaklayakan administrasi poor, bad and improper administration. 2. Memberikan rekomendasi berdasarkan hasil penelitian kepada pihak kejaksaan mengenai langkah-langkah strategis yang dapat dibuat untuk menyelesaikan masalah malpraktik yang dilakukan pleh pejabat publik. Universitas Sumatera Utara Komisi Yudisial Pengawasan merupakan ciri utama dalam pengawasan yang dilakukan oleh Komisi Yudisial dengan menghormati asas-asas legalitas. Pengawasan berasaskan legalitas yang dimaksudkan adalah pengawasan yang bersifat independen untuk menguji suatu tindakan administratif apakah sesuai dengan prinsip-prinsip legalitas. Prinsip legalitas yang dimaksud adalah menyatakan the rule of law. 74 Ciri lainnya dari Komisi Yudisial adalah merupakan suatu lembaga yang bersifat independen dari administrasi dan eksekutif dalam pelaksanaan fungsinya. Komisi Yudisial mempunyai prinsip pengawasan bahwa administrasi publik harus bertingkah laku dalam kerangka hukum dan memutuskan apakah tindakan penyelenggara publik itu masih dalam kerangka hukum atau tudak. Komisi Yudisial dalam menjalankan tugasnya dengan berpedoman kepada macam-macam norma hukum, yakni : Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, undang-undang menentukan kewenangan lembaga- lembaga administratif, undang-undang menentukan cara-cara baku dalam pengambilan keputusan dan undang-undang menentukan prosedur yang harus diikuti. Dari prinsip di atas, dapat kita simpulkan bahwa kajian Komisi Yudisial didasarkan kepada : 74 Prinsip rule of law mengandung arti bahwa semua tindakan administrasi harus tunduk dan didasarkan kepada hukum. Berdasarkan prinsip ini, maka semua instansi kewenangannya ditentukan dan dibatasi oleh hukum dan hanya dapat digunakan sesuai dengan ketentuan hukum tersebut. Hukum yang dimaksudkan di sini adalah baik undang-undang maupun peraturan perundang-undangan lain yang memberikan kewenangan administratif dan prinsip-prinsip hukum. Universitas Sumatera Utara 1. Keputusan administrasi publik harus didasarkan pada peraturan perundang-undangan. Tindakan yang tidak didasarkan kepada peraturan perundang-undangan merupakan tindakan yang tidak mempunyai efek hukum. 2. Kewenangan menentukan bahwa proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pejabat administrasi publik harus sesuai dengan prinsip- prinsip itikad baik, rasional, proporsional, masuk akal, keadilan dan kesetaraan. 3. Menguji keputusan yang telah diputuskan oleh pejabat publik untuk mengetahui apakah putusan tersebut sesuai dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan di atasnya. 4. Menguji apakah keputusan pejabat publik tersebut dapat dijalankan dan disosialisasikan di masyarakat. Dalam hal ini, pihak Komisi Ombudsman Nasional mempunyai kewenangan untuk memberikan saran dan rekomendasi kepada Komisi Yudisial dalam rangka menguji materi keputusan pejabat atau penyelenggara publik, apakah keputusan tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan nasional. B. Angka-angka Statistik Mengenai Investigasi Ombudsman RI terhadap Kinerja Mutu dan Pelayanan Publik Masyarakat yang mengalami malpraktik pelayanan publik dapat melaporkan keluhan tersebut kepada pihak ombudsman dengan beberapa cara sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara 1. Datang langsung ke Kantor Ombudsman Nasional Jalan Adityawarman No. 42 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. 2. Melalui surat. 3. Melalui e-mail. Berdasarkan ketiga cara inilah, maka ombudsman mengetahui kinerja mutu dan pelayanan publik. Komisi Ombudsman Nasional sepanjang triwulan pertama tahun 2011 telah menerima laporan dari masyarakat yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Secara umum, jumlah laporan yang masuk dari masyarakat adalah sebanyak 18 laporan. Adapun jenis-jenis laporan tersebut, yaitu : Tabel 1 Jumlah laporan berdasarkan jenis malpraktik triwulan pertama tahun 2011 No Jenis malpraktik Jumlah Persentase 1 Keterlambatan penanganan 2 11,1 2 Penyalahgunaan wewenang 5 27,7 3 Penyimpangan prosedur 4 22,2 4 Tindakan tidak layak 4 22,2 5 Melalaikan kewajiban 3 16,6 Total 18 100 Sumber : Komisi Ombudsman Nasional Sedangkan instansi yang terkait dengan masalah malpraktik ini adalah sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara Tabel 2 Jumlah laporan berdasarkan instansi Triwulan pertama tahun 2011 No INSTANSI JUMLAH PERSENTASE 1 Kepolisian 5 27,7 2 Kantor Pertanahan BPN 3 16,6 3 Pemerintah Daerah PEMDA 2 11,1 4 Kejaksaan 1 5,5 5 Badan Usaha Milik Negara BUMN 1 5,5 6 Pengadilan Negeri 2 11,1 7 Pengadilan Tinggi 1 5,5 8 Mahkamah Agung 3 16,6 Total 18 100 Sumber : Komisi Ombudsman Nasional Berdasarkan kategori daerah asal instansi terkait yaitu : 1. Laporan mengenai kepolisian, antara lain: a. 2 dari Jawa Barat b. 1 dari DKI Jakarta c. 1 dari Jawa Tengah d. 1 dari Jawa Timur 2. Laporan mengenai Kantor Pertanahan, antara lain : a. 1 dari Sumatera Utara b. 1 dari DKI Jakarta c. 1 dari Nusa Tenggara Timur 3. Laporan mengenai Pemerintah Daerah, antara lain : a. 1 dari Sumatera Utara b. 1 dari Sulawesi Selatan Universitas Sumatera Utara 4. Laporan mengenai kejaksaan terdapat 1 laporan dari Jawa Barat. 5. Laporan mengenai Badan Usaha Milik Negara terdapat 1 laporan dari Sulawesi Selatan. 6. Laporan mengenai Pengadilan Negeri, antara lain : a. 1 dari Kalimantan Barat b. 1 dari Jawa Timur 7. Laporan mengenai Pengadilan Tinggi terdapat 1 laporan dari Jawa Tengah. 8. Laporan mengenai Mahkamah Agung terdapat 3 laporan yang semuanya berasal dari DKI Jakarta. Dari data yang ada tersebut, dapat kita simpulkan bahwa ternyata lembaga kepolisian yang paling banyak mendapatkan laporan dari masyarakat yakni sebanyak 27,7 dua puluh tujuh koma tujuh persen. Laporan yang masuk ke lembaga ombudsman mengenai lembaga kepolisian lebih banyak terkait masalah penyimpangan prosedur penanganan masalah dan tindakan tidak layak yang dilakukan oleh oknum kepolisian. Sulitnya dan banyaknya birokrasi penanganan masalah di lembaga kepolisian disinyalir menjadi banyaknya laporan masyarakat kepada lembaga ombudsman. Lembaga peradilan yang seharusnya memberikan penegakan hukum bagi masyarakat yang mencari keadilan justru juga menjadi sorotan penulis. Sesuai dengan data yang ada, lembaga peradilan juga ternyata memberikan andil yang cukup besar terhadap persentase laporan masyarakat yang tidak puas terhadap kinerja lembaga ini yaitu mencapai angka keseluruhan sebanyak 33,3 tiga puluh tiga koma tiga persen. Dari ketiga jenjang pengadilan ini, Mahkamah Universitas Sumatera Utara Agung yang paling banyak mendapatkan keluhan, yakni sebanyak 3 laporan yang masuk. Adanya dugaan malpraktik di jenjang Mahkamah Agung lebih didasarkan kepada penanganan yang berlarut dan penyalahgunaan wewenang oleh instansi tersebut. Adapun provinsi yang paling banyak mendapat laporan selama triwulan pertama tahun 2011 ini adalah sebagai berikut : 1. DKI Jakarta dengan 5 laporan terhadap berbagai instansi publik. 2. Jawa Barat dengan 3 laporan terhadap berbagai instansi publik. 3. Sumatera Utara, Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan masing-masing 2 laporan terhadap berbagai instansi publik. Adapun data triwulan kedua tahun 2011 mengenai laporan dari masyarakat berbagai daerah, yaitu : Tabel 3 Jumlah Laporan Berdasarkan Jenis Malpraktik Triwulan Kedua Tahun 2011 NO JENIS MALPRAKTIK JUMLAH PERSENTASE 1 Pemalsuan 1 2,7 2 Keterlambatan penanganan 8 21,6 3 Penyalahgunaan wewenang 6 16,2 4 Praktik KKN 3 8,1 5 Penyimpangan prosedur 10 27 6 Tindakan tidak layak 8 21,6 7 Melalaikan kewajiban 1 2,7 Total 37 100 Sumber : Komisi Ombudsman Nasional Sedangkan instansi yang terkait dengan masalah malpraktik ini adalah sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara Tabel 4 Jumlah laporan berdasarkan instansi Triwulan kedua tahun 2011 No INSTANSI JUMLAH PERSENTASE 1 Kepolisian 7 18,9 2 Kantor Pertanahan BPN 2 5,4 3 Pemerintah Daerah PEMDA 4 10,8 4 Kejaksaan 2 5,4 5 Badan Usaha Milik Negara BUMN 2 5,4 6 Pengadilan Negeri 10 27 7 Pengadilan Tinggi 4 10,8 8 Mahkamah Agung 4 10,8 9 Anggota DPRDPRD 2 5,4 Total 37 100 Sumber : Komisi Ombudsman Nasional Berdasarkan kategori daerah asal instansi terkait yaitu : 1. Laporan mengenai kepolisian, antara lain: a. 1 dari Jawa Barat b. 4 dari DKI Jakarta c. 1 dari Sumatera Utara d. 1 dari Kalimantan Tengah 2. Laporan mengenai kantor pertanahan, antara lain : a. 1 dari DKI Jakarta b. 1 dari Jawa Barat 3. Laporan mengenai Pemerintah Daerah, antara lain : a. 1 dari Jawa Barat b. 1 dari Jawa Timur c. 1 dari Bali d. 1 dari Kalimantan Timur Universitas Sumatera Utara 4. Laporan mengenai kejaksaan, antara lain : a. 1 dari DKI Jakarta b. 1 dari Jawa Barat 5. Laporan mengenai Badan Usaha Milik Negara BUMN, antara lain : a. 1 dari DKI Jakarta b. 1 dari Jawa Timur 6. Laporan mengenai Pengadilan Negeri, antara lain : a. 2 dari DKI Jakarta b. 2 dari Sumatera Utara c. 2 dari Jawa Barat d. 1 Jawa Timur e. 1 Sulawesi Utara f. 1 dari Riau g. 1 dari Sumatera Selatan 7. Laporan mengenai Pengadilan Tinggi, antara lain : a. 2 dari Sumatera Utara b. 1 dari Jawa Barat c. 1 dari DI Yogyakarta 8. Laporan mengenai Mahkamah Agung, 4 laporan yang semuanya terjadi di DKI Jakarta. 9. Laporan mengenai anggota DPRDPRD, antara lain : a. 1 dari Nusa Tenggara Barat b. 1 dari DI Yogyakarta Universitas Sumatera Utara Berdasarkan data yang ada, ternyata selama triwukan kedua ini lembaga peradilan memberikan sumbangsih data yang masih tinggi dibandingkan dengan instansi lainnya, yakni sebanyak 48,6 empat puluh delapan koma enam persen. Meningkat sebanyak 15,3 lima belas koma tiga persen bila dibandingkan dengan triwulan pertama tahun ini. Dari data tersebut, penulis menyimpulkan bahwa perlu adanya perbaikan kinerja lembaga peradilan agar pihak masyarakat tetap menaruh kepercayaan terhadap instansi ini. Jika tidak ada perubahan yang signifikan, maka penulis meyakini bahwa suatu saat instansi peradilan akan ditinggalkan masyarakat sehingga akan terjadi proses penyelesaian hukum secara sepihak tanpa melalui proses pengadilan. Persentase yang tinggi ini ternyata lebih banyak disebabkan oleh penanganan berlarut, penyalahgunaan wewenang serta penyimpangan prosedur penanganan masalah. Data statistik juga menunjukkan bahwa kinerja anggota DPRDPRD juga semakin dipertanyakan. Walaupun tahun ini masalah penyimpangan di lembaga dewan tidaklah sebanyak tahun-tahun sebelumnya, namun masih juga ada penyimpangan yang terjadi. Selama triwulan kedua tahun ini, terdapat 2 dua kasus yang menjerat anggota DPRDPRD. Permasalahan yang ada masih seperti tahun sebelumnya, di mana anggota dewan kita terjerat kasus korupsi. Data menunjukkan instansi kepolisian juga mengalami peningkatan dalam jumlah kasus yakni sebanyak 7 kasus. Adapun permasalahan yang ada masih sama seperti triwulan pertama yaitu ditemukan adanya penyimpangan prosedur dan tindakan tidak layak yang dilakukan oleh oknum kepolisian. Selain itu, Universitas Sumatera Utara instansi badan pertanahan juga kembali disorot terkait masalah pemalsuan sertifikat tanah yang ditemukan di provinsi Jawa Barat. Provinsi yang paling banyak mendapatkan laporan masyarakat terkait masalah malpraktik di lingkungan penyelenggara negara di Indonesia selama triwulan kedua tahun 2011 ini adalah : 1. DKI Jakarta dengan 13 laporan terhadap berbagai instansi publik. 2. Jawa Barat dengan 7 laporan terhadap berbagai instansi publik. 3. Sumatera Utara dengan 5 laporan terhadap berbagai instansi publik. Dari data tersebut, jelas bahwa pelanggaran terhadap pelayanan publik justru paling banyak terdapat di DKI Jakarta. Sama seperti laporan triwulan pertama tahun 2011. Berdasarkan data-data tersebut, maka penulis menyusun hasil investigasi Komisi Ombudsman Nasional terhadap kinerja mutu dan pelayanan publik pada pertengahan semester awal tahun 2011 ini dalam beberapa tabel sebagai berikut : Tabel 5 Laporan yang masuk kepada komisi ombudsman nasional Bulan Januari – Juni 2011 LAPORAN JUMLAH Laporan Yang sudah diproses 55 100 Laporan yang belum diproses Jumlah Laporan 55 100 Sumber : Komisi Ombudsman Nasional Universitas Sumatera Utara Tabel 6 Laporan yang diproses Bulan januari – juni 2011 LAPORAN JUMLAH Laporan yang sudah ditindaklanjuti 45 81,8 Laporan yang ditolak karena tidak berwenang 5 9,1 Laporan yang ditolak karena data belum lengkap 2 3,6 Laporan yang sedang diproses 3 5,4 Jumlah Laporan 55 100 Sumber : Komisi Ombudsman Nasional Tabel 7 Tanggapan dari instansi terkait atas rekomendasi Komisi ombudsman nasional Bulan januari – juni 2011 REKOMENDASI JUMLAH Rekomendasi yang ditanggapi 18 40 Rekomendasi yang belum ditanggapi 27 60 Jumlah laporan 45 100 Sumber : Komisi Ombudsman Nasional Berdasarkan data yang disajikan tersebut dapat disimpulkan bahwa berdasarkan hasil investigasi, maka Komisi Ombudsman Nasional akan memberikan rekomendasi kepada instansi-instansi penyelenggara publik yang mendapat keluhan dari masyarakat. Rekomendasi yang diberikan oleh ombudsman kepada instansi terkait dapat berupa teguran maupun permintaan peningkatan kinerja agar tidak ada lagi masyarakat yang merasa dirugikan. Dari data yang ada penulis melihat bahwa dari 45 empat puluh lima kasus yang ditindaklanjuti dan diberikan rekomendasi oleh pihak ombudsman, ternyata hanya sebanyak 18 delapan belas kasus yang ditanggapi rekomendasinya sedangkan 27 dua puluh tujuh kasus tidak ditanggapi rekomendasinya. Universitas Sumatera Utara Untuk mengetahui lebih jelasnya mengenai instansi yang menanggapi rekomendasi dari Komisi Ombudsman Nasional, ada baiknya jika kita melihat tabel di bawah ini. Tabel 8 Instansi yang menanggapi rekomendasi dari Komisi ombudsman nasional Bulan januari – juni 2011 INSTANSI BULAN JUMLAH 1 2 3 4 5 6 Kepolisian - 2 1 1 - 2 6 Badan Pertanahan BPN - - - - - - - Pemerintah Daerah - - - - 3 - 3 Kejaksaan - - - 1 1 - 2 BUMN - - 1 - 1 1 3 Pengadilan Negeri - - - - - 2 2 Pengadilan Tinggi - - - - - - - Mahkamah Agung - - 1 - - 1 2 DPRDPRD - - - - - - - Jumlah - 2 3 2 5 6 18 Sumber : Komisi Ombudsman Nasional Tabel 9 Klasifikasi tanggapan instansi atas rekomendasi Komisi ombudsman nasional Bulan JANUARI – JUNI 2011 INSTANSI KLASIFIKASI TANGGAPAN Jumlah Penelitian Penjelasan Penyelesaian Kepolisian 3 3 - 6 Badan Pertanahan BPN - - - - Pemerintah Daerah - 2 1 3 Kejaksaan 2 - - 2 BUMN 2 1 - 3 Pengadilan Negeri - - 2 2 Pengadilan Tinggi - - - - Mahkamah Agung 1 - 1 2 DPRDPRD - - - - Jumlah 8 6 4 18 Sumber : Komisi Ombudsman Nasional Universitas Sumatera Utara Berdasarkan data-data yang tersaji, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa kinerja mutu dan pelayanan publik adalah kurang baik. Masih banyak hal yang harus diperbaiki kinerjanya pada setiap instansi penyelenggara publik. Hal ini dapat dilihat pada tabel, di sana jelas tertulis bahwa dari 45 keluhan yang ditanggapi oleh ombudsman dan diberikan rekomendasi, namun hanya 18 rekomendasi yang ditanggapi oleh instansi terkait. C. Efektivitas dan Peranan Ombudsman dalam Rangka Peningkatan Mutu Pelayanan Administrasi dan Pelayanan Publik Sejak ombudsman didirikan sampai sekarang telah berjalan selama 11 tahun. Selama rentang waktu yang sedemikian lama ini, telah banyak peranan ombudsman dalam meningkatkan mutu penyelenggara publik. Peranan ombudsman dalam pemerintahan Indonesia dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu : secara konseptual dan faktual. Secara konseptual, ada pun peranan ombudsman dalam meningkatkan mutu pelayanan publik, yaitu : a. Mengawasi penyelenggara negara yang bertugas melindungi kepentingan negara dan melayani masyarakat. Ombudsman mengawasi aktivitas penyelenggara negara dalam melaksanakan fungsi dan wewenangnya. b. Membantu upaya mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan bersih good governance. Upaya ini dilakukan oleh ombudsman dengan cara meyakinkan kepada para pejabat publik bahwa dalam menjalankan tugas dan kewajiban mereka harus memperhatikan dan tunduk kepada peraturan perundang-undangan yang ada. Universitas Sumatera Utara c. Mendorong para penyelenggara negara untuk menaati hukum dan peraturan perundang-undangan. d. Membela hak-hak warganegara dengan melakukan penyelidikan atas keluhan masyarakat mengenai adanya tindakan malpraktik yang dilakukan oleh penyelenggara publik. e. Mengawasi jalannya administrasi pemerintahan, di Indonesia sendiri sistem pengawasan yang dilakukan oleh Komisi Ombudsman Nasional cukup baik, namun masih banyak hal yang harus ditingkatkan kinerjanya. f. Membantu pemberantasan korupsi bersama-sama dengan lembaga pemberantasan korupsi lainnya, seperti : Komisi Pemberantasan Korupsi KPK. g. Memegang peranan yang cukup besar dalam rangka penguatan pemerintahan yang demokratis, penegakan rule of law dan masyarakat madani civil society. h. Jembatan penghubung terhadap kesenjangan yang timbul antara warganegara dengan negara. i. Memberikan sosialisasi mengenai adanya lembaga ombudsman, sehingga masyarakat dapat meningkatkan partisipasinya dalam proses pembuatan kebijakan dan hukum yang merupakan salah satu dimensi penting negara demokrasi. j. Meningkatkan proses internasionalisasi dan globalisasi, yang berarti hal ini akan meningkatkan citra Indonesia di mata dunia sebagai negara yang bersih dari praktik KKN dan negara yang mempunyai pelayanan publik yang baik. Universitas Sumatera Utara Semua peranan ombudsman secara konseptual hanya akan memberikan manfaat apabila didukung dengan adanya : a Landasan hukum yang kuat. Lemahnya landasan hukum di Indonesia akan sangat mempengaruhi kinerja ombudsman. Hal ini dibuktikan dengan jika setiap instansi yang diberikan rekomendasi oleh ombudsman tidak menanggapi dan malah membiarkan adanya pelanggaran di instansinya, maka hal ini akan membuat pekerjaan ombudsman menjadi sia-sia saja. Selain itu, apabila fungsi dan status ombudsman tidak diatur secara tepat sesuai dengan peraturan perundang-undangan, maka dapat menimbulkan duplikasi atau persinggungan dengan fungsi lembaga peradilan, lembaga hak asasi dan lembaga pengawas lainnya. b Sumber daya manusia yang memadai. Faktor sumber daya sangat berpengaruh terhadap efektivitas dan efiseiensi ombudsman. Ketidakefektivan dan ketidakefisiensi ombudsman dapat menimbulkan beberapa ekses administrasi. Bisa dibayangkan jika saja ombudsman tidak dihuni oleh orang-orang yang berkompeten dan ahli di bidangnya, maka akan banyak kendala yang dijumpai dalam menjalankan fungsinya. Oleh karena itu, dalam rangka efektivitas dan efisiensi, maka ombudsman memerlukan sumber daya manusia yang handal dan berintegritas tinggi. Selain sumber daya manusia, ombudsman juga memerlukan sumber daya keuangan yang memadai karena masalah keuangan juga mempengaruhi kinerja ombudsman dalam hal efektivitas Universitas Sumatera Utara dan efisiensi. Anggaran biaya yang kecil sudah tentu akan berpengaruh besar terhadap kinerja ombudsman. Pemerintah dalam hal ini harus menjamin sumber-sumber finansial yang cukup untuk melaksanakan misi dengan fungsi ombudsman. c Adanya penghargaan terhadap kinerja ombudsman. Faktor apresiasi juga berpengaruh terhadap peranan ombudsman. Hal ini mengingat bahwa secara umum kewenangan ombudsman dibatasi hanya memberikan rekomendasi dan bukan sanksi. Apabila rekomendasi yang diberikan ombudsman tidak ditanggapi dan tidak dihargai, maka keberadaan ombudsman akan menjadi sia-sia. Selain itu, kinerja ombudsman juga akan mengalami penolakan dari berbagai instansi publik jika tidak seorang pun mau diselidiki. Oleh karena itu, kinerja ombudsman harus dihargai oleh semua instansi dan rekomendasi ombudsman harus ditanggapi agar kinerja ombudsman menjadi semakin baik dan meningkat. d Wewenang ombudsman yang memadai. Wewenang yang terlalu besar bisa membuat banyak terjadinya penyelewengan bagi pemegang wewenang. Demikian juga dengan wewenang yang terlalu besar akan berpengaruh pada kinerja ombudsman. Pemikiran seperti ini terjadi pada awal pembentukan ombudsman, di mana wewenang ombudsman hanya dibatasi pada permasalahan malpraktik yang dilakukan oleh penyelenggara publik di tingkat nasional saja. Namun, dengan melihat perkembangan yang ada, jika diperlukan dalam rangka membuat ombudsman dapat diakses oleh semua pihak, maka dapat Universitas Sumatera Utara dibentuk ombudsman di tingkat daerah dan juga lembaga ombudsman lainnya. Secara faktual, peranan Komisi Ombudsman Nasional dapat dilihat dari data yang ada sejak tahun 2000 sampai tahun 2010. Laporan yang diterima oleh Komisi Ombudsman Nasional sejak tanggal 1 Januari 2000 sampai 31 Desember 2010 adalah sebanyak 6.758 laporan. 75 Untuk lebih jelasnya, dapat kita lihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 10 Jumlah Laporan Berdasarkan Instansi Tahun 2000 Sampai Tahun 2010 No INSTANSI JUMLAH PERSENTASE 1 Peradilan 3379 50 2 Kepolisian 743 11 3 Lembaga pemerintah 540 8 4 Pemerintah Daerah 540 8 5 Kejaksaan 473 7 6 SwastaBadan Hukum 365 5,4 7 Badan pertanahan BPN 338 5 8 TNI 176 2,6 9 BUMN 136 2 10 Lain-lain 68 1 75 Komisi Ombudsman Nasional, Laporan Tahunan 2010, Jakarta, 2010. Universitas Sumatera Utara Total 6758 100 Sumber : Komisi Ombudsman Nasional Dilihat dari ouputnya, kinerja Komisi Ombudsman Nasional telah memproses semua laporan yang masuk tahun 2000 sampai akhir tahun 2010 dengan mengeluarkan 4.003 sebesar 59,2 rekomendasi atau permintaan klarifikasi kepada instansi-instansi terkait. Dari 4.003 rekomendasi tersebut, hanya 1.890 27 kasus yang mendapat tanggapan dari instansi yang telah diberikan rekomendasi oleh ombudsman. Sisanya tidak ada kejelasan dari instansi terkait. Dengan demikian, respon yang disampaikan masih jauh dari yang diharapkan. Secara umum, dapat dikatakan bahwa berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap kinerja Komisi Ombudsman Nasional sejak tahun 2000 sampai akhir tahun 2010, hasilnya cukup memberikan angin segar terhadap penyelenggaraan pemerintahan karena cukup banyak rekomendasi yang diberikan oleh Komisi Ombudsman Nasional. Sementara itu, rekomendasi yang ditanggapi juga diimbangi dengan adanya beberapa instansi terkait yang telah mengadakan perubahan terhadap kinerjanya. Penghormatan terhadap rekomendasi Komisi Ombudsman Nasional dapat dijadikan sebagai indikator wibawanya ombudsman di mata masyarakat dan instansi pemerintahan. Rekomendasi ombudsman yang ditanggapi dengan positif, dapat dikatakan telah memberikan kontribusi yang cukup besar dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan bersih. Peranan secara faktual dari ombudsman nasional adalah merupakan pengawas penyelenggaraan administrasi pemerintahan. Berdasarkan penelitian, ombudsman melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan administrasi pemerintahan Universitas Sumatera Utara secara luas baik di tingkat pusat maupun tingkat daerah. Selain itu, ombudsman juga melakukan pengawasan di bidang peradilan. Peranan faktual lainnya adalah bahwa Komisi Ombudsman Nasional telah berhasil menyusun Rancangan Undang-Undang tentang Ombudsman, yang kemudian telah disahkan menjadi Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2008 tentang Komisi Ombudsman Nasional. Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN