21 Dari Gambar 6-7. dapat dilihat bahwa pola laju respirasi irisan segar buah sawo berlapis edibel
pada  konsentrasi  0.5,  0.55,  0.6  dan  tanpa  lapisan  edibel  memiliki  pola  yang  hampir  sama dengan  nilai  laju  respirasi  yang  berbeda-beda,  dengan  perbedaan  yang  relatif  kecil.    Dapat  dilihat
semua konsentrasi menunjukan penururan laju respirasinya, terutama pada laju respirasi CO
2
, sedang pada  laju  O
2
lebih  fluktuatif.    Kemungkinan  penurunan  laju  respirasi  terjadi  karena  substrat  yang digunakan  dalam  respirasi  berhenti  bereaksi  dalam  enzim  pada  sel  yang  terdapat  di  permukaan
potongan  buah.    Dari  keempat  konsentrasi  yang  memiliki  laju  respirasi  terkecil  adalah  konsentrasi 0.5 sehingga nantinya konsentrasi ini dipilih untuk melapisi irisan segar buah sawo, dan digunakan
untuk tahapan penelitian selanjutnya.  Pada Gambar 7 terlihat laju respirasi O
2
konsentrasi 0.55  dan 0.6 , laju respirasi meningkat tajam pada jam ke-42.  Sementara pada konsentrasi 0.5  dan tanpa
pelapis,  laju  respirasi  pada  jam  ke-42  menurun.    Sementara  pada  Gambar  6,  laju  respirasi  CO
2
,  di semua  konsentrasi  pada  jam  ke-42,  laju  respirasi  mengalami  kenaikan.    Di  jam  ke-42  diperkirakan
kerusakan  buah  terjadi.    Hal  ini  diperkuat  dengan  perubahan  fisik  yang  terjadi,  seperti  warna  yang semakin gelap, timbul lendir, daging buah semakin lembek, dan mulai timbulnya bau asam.
B. Laju Respirasi pada Berbagai Perlakuan Suhu Penyimpanan
Pada  tahap  kedua  ini  ditentukan  suhu  yang  paling  optimal  untuk  penyimpanan  irisan  segar buah  sawo  dengan  konsentrasi  glukomanan  0.5.    Adapun  suhu  yang  digunakan  untuk  pengujian
penyimpanan irisan segar buah sawo yaitu, 5
o
C, 10
o
C, 15
o
C dan suhu ruang.  Sampel yang digunakan untuk masing-masing suhu sebanyak tiga buah stoples.
Pada pengukuran laju respirasi untuk suhu ruang irisan segar buah sawo berlapis edibel hanya bertahan  selama  empat  puluh  delapan  jam,  setelah  lewat  dua  hari  buah  yang  berada  dalam  stoples
mengeluarkan  bau  yang  kurang  sedap  serta  terjadi  pelunakan  pada  daging  buah  dan  mulai  muncul lendir.    Setelah  dilakukan  perhitungan  laju  respirasi  untuk  suhu  ruang,  yang  dilakukan  selama  dua
hari,  maka didapat nilai laju konsumsi O
2
sebesar 145.963  mlkg.jam dan laju produksi  CO
2
sebesar 205.887 mlkg.jam.  Sedangkan pengukuran laju respirasi irisan segar buah sawo berlapis edibel pada
suhu  5
o
C  dilakukan  selama  empatbelas  hari  dengan  laju  produksi  CO
2
13.215  mlkg.jam,  dan  laju konsumsi O
2
7.427 mlkg.jam.  Pengukuran laju respirasi irisan segar buah sawo  berlapis edibel pada suhu  10
o
C  dilakukan  selama  empatbelas  hari,  pada  jam  ke-240  mulai  mengalami  perubahan  laju respirasi  secara  signifikan,  baik  CO
2,
maupun  O
2.
Diduga  pada  jam  ke-240,  irisan  segar  buah  sawo berlapis  edibel  pada  suhu  10
o
C  mengalami  kerusakan  yang  parah,  namun  dari  pengamatan  secara inderawi pada hari ketujuh  mutu buah  sudah  menurun,  terlihat dengan perubahan  warna  yang sudah
menjadi  semakin  coklat  dan  aroma  yang  tidak  segar.    Pada  suhu  10
o
C  laju  produksi  CO
2
38.116 mlkg.jam,  dan  laju  konsumsi  O
2
29.076  mlkg.jam.    Pada  suhu  15
o
C  laju  produksi  CO
2
89.791 mlkg.jam,  dan  laju  konsumsi  O
2
77.157  mlkg.jam,  dan  perubahan  laju  respirasi  yang  signifikan terjadi setelah jam ke-72.  Perubahan laju produksi CO
2
dan laju konsumsi O
2
irisan segar buah sawo berlapis glukomanan 0.5 pada berbagai suhu penyimpanan disajikan dengan grafik dalam Gambar
8-9 serta tabel pada Lampiran 1.
22 Gambar 8. Laju produksi CO
2
irisan segar buah sawo berlapis glukomanan 0.5 pada berbagai suhu penyimpanan
Gambar 9. Laju konsumsi O
2
irisan segar buah sawo berlapis glukomanan 0.5 pada berbagai suhu penyimpanan
Berdasarkan  Gambar  8-9    laju  respirasi  untuk  penyimpanan  irisan  segar  buah  sawo  berlapis edibel pada suhu ruang sangat jauh berbeda dengan irisan segar buah sawo berlapis edibel pada suhu
dingin, dan  yang  grafiknya paling berdekatan pada suhu 10
o
C dengan 5
o
C.  Kerusakan sudah terjadi lebih awal pada penyimpanan suhu ruang dan suhu 15
o
C.   Sementara pada suhu 10
o
C dan suhu 5
o
C bertahan lebih lama.
Dari  penelitian  tahap  kedua  ini  maka  dapat  disimpulkan  bahwa  suhu  yang  paling  tepat  untuk penyimpanan irisan segar buah sawo berlapis edibel adalah suhu 10
o
C dengan pelapisan edibel dengan konsentrasi  0.5.    Hal  ini  dikarenakan  lamanya  umur  simpan  yang  mencapai  tujuh  hari,  lebih  lama
dibandingkan suhu ruang dan suhu 15
o
C.   Untuk umur simpan irisan segar buah sawo pada suhu 5
o
C tidak  dipilih  karena  laju  respirasinya  yang  mendekati  nol,  yang  memungkinkan  terjadinya  respirasi
23 anaerob.  Pada hari ketujuh penampakan warna terlihat sudah kurang menarik, dan ada kemungkinan
buah sudah tercemar oleh mikroorganisme, dimana permukaan buah terlihat lebih basah.  Energi yang dibutuhkan  juga  akan  dihemat  banyak  dengan  menggunakan  penyimpanan  suhu  10
o
C.    Oleh  karena itu,  dipilih  suhu  10
o
C  dan  konsentrasi  0.5  untuk  penelitian  berikutnya,  yaitu  penentuan  komposisi atmosfer terbaik untuk buah sawo.
C. Penentuan Komposisi O