PanjangjalanKm
62 barat dan timur, juga di masing-masing wilayah sendiri. Setelah sepuluh tahun
pelaksanaan desentralisasi yang serentak dan mendadak tanpa adanya penyiapan institusi lokal, ternyata kualitas institusi daerah masih beragam.
4.2 Penyediaan Infrastruktur di Indonesia
4.2.1 Infrastruktur Jalan
Infrastruktur   jalan   mempunyai   peran   penting   dalam   perekonomian Indonesia karena angkutan darat sampai saat ini masih menjadi sistem transportasi
yang utama.
Infrastruktur jalan
merupakan faktor
penunjang bagi
terselenggaranya mobilitas penduduk maupun barang dan jasa, aktivitas ekonomi dalam pembangunan dan menjadi penghubung antar wilayah yang menjadi pusat
produksi dengan daerah pemasarannya. Ketersediaan jalan yang memadai akan memungkinkan   terjadinya    penularan    pertumbuhan   ekonomi   antar   daerah.
Penularan  disini  memiliki  arti  bahwa  prasarana  jalan  turut  berperan  dalam merangsang tumbuhnya wilayah-wilayah baru yang akhirnya akan menimbulkan
trip generation baru yang akan meningkatkan volume lalu lintas yang terjadi.
450000 400000
Jalan Negara Jalan Provinsi
Jalan KabKota 350000
300000 250000
200000 150000
100000 50000
2000 2001
2002 2003
2004 2005
2006 2007
2008 2009
2010 Sumber: BPS diolah
Gambar 4 Perkembangan infrastruktur jalan menurut tingkat kewenangannya di Indonesia periode 2000-2010
Pada  tahun  2010,  panjang  jalan  di  Indonesia  mencapai  487.314  km. Berdasarkan  kewenangan  pembinaannya,  panjang  jalan  kabupatenkota  pada
tahun  2010  mencapai  395.453  km  atau  sekitar  81  persen  dari  panjang  jalan keseluruhan. Selama periode 1995-2010 jalan kabupatenkota mempunyai porsi
Pan jan
gj al
anK m
Ju mlah
ken d
araa nb
ermoto rJu
taun it
63
terbesar dengan tren yang selalu meningkat. Panjang jalan negara tumbuh dengan rata-rata  pertumbuhan  setiap  tahunnya  sekitar  4,5  persen,  sedangkan  jalan
provinsi relatif stagnan Gambar 4.
600.000 Panjang jalan km: sumbu kiri
Jumlah kendaraan bermotor juta unit: sumbu kanan 90,00
80,00 500.000
70,00 400.000
60,00 50,00
300.000 40,00
200.000 30,00
20,00 100.000
10,00 -
2000   2001   2002   2003   2004   2005   2006   2007   2008   2009   2010 Sumber: BPS diolah
Gambar 5 Perkembangan panjang jalan dan jumlah kendaraan bermotor periode 2000-2010
Selama  periode  2000-2010,  walaupun  panjang  jalan  secara  keseluruhan mengalami  pertumbuhan  tetapi  pertumbuhannya  masih  lebih  rendah  daripada
pertumbuhan jumlah kendaraan Gambar 5. Rata-rata pertumbuhan panjang jalan setiap   tahunnya   sekitar   3,46   persen,   atau   hanya   sepertiga   dari   rata-rata
pertumbuhan kendaraan bermotor yang tumbuh sekitar 10,66 persen per tahun. Berdasarkan tingkat mobilitas  yang diukur dengan rasio jumlah kendaraan per
panjang jalan, secara nasional tingkat mobilitas telah meningkat tiga kali sejak tahun 2000 dari sekitar 53 unit kendaraan per km menjadi 158 unit kendaraan per
km   pada   tahun   2010   Gambar   6.   Semakin   tinggi   nilai   rasio   mobilitas menggambarkan  semakin  padat  kendaraan  dan  semakin  menuju  kemacetan.
Kondisi macet terjadi jika nilai rasionya sebesar 1 kendaraan per meter atau 1000 kendaraan per kilometer. Berdasarkan tingkat mobilitas provinsi, Provinsi DKI
Jakarta merupakan satu-satunya provinsi yang sudah masuk dalam kategori macet dengan  rasio  kendaraan  per  panjang  jalan  sekitar  1,96  unit  kendaraan  per
meternya. Hal ini perlu mendapat perhatian serius karena semakin macet suatu wilayah  maka  akan  menyebabkan  peningkatan  biaya,  sehingga  tingat  efisiensi
Jumlah kend
ar aa
n panj
an gjal
an
U ni
tK m
64 menjadi rendah. Namun demikian, permasalahan kemacetan bukan hanya masalah
pertumbuhan panjang jalan yang tidak seimbang dengan pertumbuhan kendaraan, tetapi  juga  menyangkut  kebijakan  transportasi  secara  umum.  Meningkatnya
jumlah penduduk kelas menengah keatas ditambah, murahnya harga kendaraan, serta   masih   rendahnya   kualitas   transportasi   umum   memicu   peningkatan
penggunaan kendaraan pribadi.
180 160
140 120
100 80
60 40
20 2000
2001 2002
2003 2004
2005 2006
2007 2008
2009 2010
Sumber: BPS diolah
Gambar 6 Perkembangan tingkat mobilitas periode 2000-2010 Sejak tahun 2001, sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah, pemerintah
daerah mempunyai sumberdaya lebih berupa alokasi dana perimbangan, sehingga dapat lebih leluasa melaksanakan pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur
jalan kabupatenkota yang menjadi wewenang dan tanggung jawabnya. Alokasi dana perimbangan yang ditransfer ke kabupatenkota sebagai wujud desentralisasi
fiskal  pada  tahun  2010  mencapai  246,23  trilyun  atau  meningkat  3,5  kali dibandingkan dengan alokasi dana perimbangan ke kabupatenkota tahun 2001
sebesar 69,41 trilyun. Berdasarkan kualitasnya, panjang jalan kabupatenkota dapat dibagi menjadi
dua, yaitu  mantap dan tidak mantap. Panjang jalan kualitas mantap yaitu panjang jalan  dengan  kualitas  baik  dan  atau
rusak  ringan.  Sedangkan  panjang  jalan kualitas tidak mantap yaitu panjang jalan yang rusak dan rusak berat, sehingga
tidak  dapat  digunakan secara  optimal.  Walaupun  secara  riil  panjang  jalan
kabupatenkota  kualitas  mantap  meningkat,  tetapi  selama  periode  pelaksanaan
PanjangjalanKm
65
desentralisasi  proporsi   jalan  kualitas  mantap   relatif  tidak  berubah,   bahkan mengalami penurunan dari 64,98 persen pada tahun 2001 menjadi 61,61 persen
pada  tahun  2010   Gambar   7.  Panjang  jalan   kualitas  tidak  mantap   perlu mendapatkan perhatian dengan pengalokasian dana pemeliharaan secara memadai
karena jalan dengan kualitas tidak mantap justru akan meningkatkan biaya sosial dalam kegiatan ekonomi  di wilayah tersebut, sehingga menjadi ekonomi biaya
tinggi.  Meningkatnya  panjang  jalan  kualitas  tidak  mantap  bisa  dikarenakan bencana  maupun  tidak  memadainya  biaya  pemeliharaan  jalan.  Berdasarkan
realisasi APBN kabupatenkota tahun 2010, rata-rata alokasi dana untuk sektor pekerjaan umum hanya mencapai 14 persen. Menurut Analisis Anggaran daerah
tahun 2007-2010 di 40 kabupatenkota, khusus untuk program-program jalan dan jembatan, rata-rata dana yang dialokasikan hanyalah Rp 52 juta per kilometer
jalan,  atau  sekitar  seperempat  dari  dana  yang  dibutuhkan  untuk  pemeliharaan berkala saja.
300.000 250.000
200.000 150.000
100.000
50.000 Kualitas mantap
Kualitas tidak mantap 2001
2002 2003
2004 2005
2006 2007
2008 2009
2010
Sumber: BPS diolah
Gambar  7  Perkembangan  panjang  jalan  kabupatenkota  menurut  kualitasnya periode 2001-2010
Aksesibilitas  jalan  dapat  ditunjukkan  dengan  nilai  rasio  panjang  jalan kabupatenkota kualitas mantap per luas wilayah. Aksesibilitas jalan menunjukkan
tingkat ketersediaan jalan di suatu kabupatenkota. Berdasarkan aksesibilitas jalan menurut  kabupatenkota  pada tahun  2010,  secara umum  masih  terlihat  adanya
ketimpangan,  baik  berdasarkan  wilayah  administrasi  kabupaten-kota  maupun letak  geografis  Jawa-luar Jawa Gambar 8.  Akses  jalan  tertinggi  adalah  Kota