Bank Desa di Mojogedang

lxxxi 2. Pangkat II adalah tingkat tengah dengan waktu pembelajaran juga sama dengan pangkat 1 yaitu masuk jam 07.30 sampai 10.00. 3. Pangkat III adalah tingkat paling atas dengan lama belajar dimulai jam 07.30 dan pulang jam 13.00. 73 Jadi untuk kelas I dan II dirangkap dengan satu guru karena rata-rata tiap sekolah desa hanya terdapat dua guru yang mengajar.

2. Bank Desa di Mojogedang

Pada awal abad XX di Praja Mangkunegaran telah didirikan suatu bank desa. Dengan dioperasikannya bank desa itu tentunya memberikan banyak manfaat bagi rakyat di wilayah tersebut yaitu diantaranya adalah untuk memperbesar usaha mereka dalam menambah penghasilan keluarga. Bank desa dimanfaatkan pedagang untuk meminjam uang sebagai penambah modal serta memperlancar usaha perdagangan kecil atau bakulan. Dalam perkembangannya kecil sekali penduduk yang menggunakan bank desa sebagai bank untuk menabung uang mereka. Bank-bank desa ini sebagian modalnya disimpan di Bank Kredit Sala yang terhimpun dalam Dana Tabungan Umum Uang Kas Desa Algemenee Spaarfondsen. 74 Bank kredit Sala didirikan 23 September 1910 dengan dewan pengawasnya terdiri dari Residen Surakarta, Kepala Trah Mangkunegaran, dan Patih Surakarta. Pengurusnya terdiri dari 28 anggota dengan ketuanya asisten 73 Ibid. 74 Wasino, 2008, Kapitalisme Bumi Putra: Perubahan Masyarakat Mangkunegaran, Yogyakarta: PT LKi S Pelangi Aksara, hal 285. lxxxii Residen Surakarta. 75 Pada tahun 1912 karena terjadi reorganisasi agraria maka bank kredit Sala sempat berhenti beroperasi selama beberapa tahun. Selama kurang lebih 10 tahun kinerja bank kredit Sala terhenti namun pada tahun 1922 bank kredit tersebut kembali beroperasi dan mengadakan pengembangan bagi bank-bank desa yang ada di distrik Karanganyar. Tercatat di desa Mojogedang terdapat tiga wilayah yang penduduknya tercatat sebagai nasabah bank pada saat itu yaitu pertama kelurahan Pereng sebanyak 1089 penduduk dengan penjelasan bahwa 36 orang diantaranya adalah berasal dari bakul kecil sedangkan yang lainnya adalah masyarakat biasa atau bisa dikatakan dari golongan petani maupun buruh. Kedua adalah dari kelurahan Munggur terdapat 842 jumlah enduduk sebagai nasabah Bank desa pada tahun 1926 dengan jumlah empat orang yang berasal dari golongan bakul kecil. Ketiga adalah berasal dari kelurahan Pendem dengan jumlah bakul kecil di pasar tradisional adalah empat orang dari total dari keseluruhan penduduknya adalah berjumlah 855 jiwa. 76 Bank desa tersebut dapat menampung nasabah yang berasal dari 2 sampai 3 kelurahan dan dipimpin oleh seorang Mantri Credietwezen yang membawahi 30-35 desa. Semula modal usaha bank desa sebagian besar diperoleh dari pinjaman pada kas desa dan pada tahun 1931. Bank Kredit Sala melakukan kerjasama untuk melakukan kesepakatan kredit dengan bank desa sehingga 75 Ibid, hal 283. 76 Arsip tentang “Staat Dari Adanya Tjajah Djiwa dan Oerang Djang Di Kenakan Padjeg Penghasilan karena akan Diadakan Bank Desa Dalam Tahun 1926”, loc cit. lxxxiii jumlah uang yang dipinjamkan dari bank desa bisa dicatat kembali dalam dana tabungan umum kas desa Praja Mangkunegaran. 77

3. Pasar Desa di Mojogedang