Sekolah Desa DAMPAK PERUSAHAAN SERAT NANAS MOJOGEDANG TERHADAP PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT TAHUN 1922 1937

lxxviii meliputi kemauan dari masyarakat untuk maju serta sebagai mata pencarian sebagai pemenuh kebutuhan. Perubahan yang terjadi di desa Mojogedang dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor pendidikan, pekerjaan, peningkatan pendapatan serta faktor interaksi sosial. Perkembangan ekonomi yang terjadi di desa Mojogedang ditandai oleh adanya sarana penunjang kebutuhan manusia. Sarana penunjang tersebut dapat dimanfaatkan oleh masyarakat pada umumnya sebagai bentuk pemanfaatna sarana yang ada. Sarana tersebut diantranya adalah seperti pembangunan :

1. Sekolah Desa

Sejalan dengan berkembangnya industri gula, kopi dan serat nanas Mangkunegaran maka sekolah-sekolah untuk orang desa mulai dibangun di wilayah pedesaan Mangkunegaran. Lembaga pendidikan yang menonjol di pedesaan Mangkunegaran dikenal dengan sekolah desa. Pendirian sekolah- sekolah desa di wilayah ini dapat dikatakan lebih lambat dibandingkan dengan sekolah-sekolah desa di wilayah Gubernemen. Sekolah-sekolah desa di Mangkunegaran mulai dibangun pada tahun 1918 padahal di wilayah Gubernemen sudah mulai dibangun sejak tahun 1912. 68 Sekolah desa dibangun dengan bantuan dari penduduk desa, pemerintah praja Mangkunegaran dan para pengusaha perkebunan kopi Kerjogadungan maupun perusahaan serat nanas. Sekolah desa dibangun untuk menciptakan siswa- siswa yang mempunyai keahlian di bidang perkebunan dan pabrik yang kelak 68 M.C Ricklefs, 2005, Sejarah Indonesia Modern 1200-2004, Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, hal 240 . lxxix dapat dijadikan sebagai buruh pabrik di Mojogedang. Untuk pegawai perkebunan dan pengurus kebun syarat pengangkatannya sudah berijazah di Cultuurschool atau MLS Middelbare Landbouw School yaitu sekolah pertanian. 69 Kebutuhan akan tenaga yang sesuai bidangnya tersebut mempercepat pemerintah Kolonial untuk mendirikan sekolah-sekolah yang berderajat rendah bagi masyarakat pribumi. 70 Hal tersebut dilakukan karena laju pertumbuhan perekonomian dan perindustrian telah menuntut adanya suatu perluasan dalam sistem administrasi dan sistem birokrasi pemerintahan yang di sisi lain telah menciptakan suatu peluang masuknya tenaga kerja profesional dalam bidang administrasi, jasa pelayanan maupun dalam berbagai sektor bidang teknik serta kejuruan. Sekolah desa yang didirikan di desa Mojogedang terbilang cukup bagus, hal tersebut ditinjau dari jumlah siswanya yang dalam catatan berjumlah 141 pada awal tahun ajaran 1935 dengan jumlah guru pengajarnya berjumlah 2 orang yang merangkap keseluruhan kelas. Rata-rata guru pengajar sekolah desa di Mangkunegaran di setiap sekolahan berjumlah 2 orang kecuali guru yang berada di wilayah Tasikmadu, Karanganyar dan Karangpandan berjumlah 3 orang. 71 Untuk permasalahan guru kebanyakan berasal dari kursus guru dusun meskipun banyak juga yang berasal dari Normaalschool serta diploma guru bantu di daerah 69 Arsip Reksopustoko Mangkunegaran AJ 743 tentang keterangan pada aturan gaji pegawai perkebunan, Surakarta: Reksopustoko Mangkunegaran. 70 Bedjo Riyanto, 2000, Iklan Surat Kabar dan Perubahan Masyarakat di Jawa Masa Kolonial 1870-1915, Yogyakarta: Tarawang, hal 41. 71 Arsip Reksopustoko Mangkunegaran B 110 tentang jumlah sekolah, murid dan guru di kabupaten Kota Mangkunegaran, Surakarta: Reksopustoko Mangkunegaran. lxxx tersebut sehingga sebagai guru memang benar-benar pilihan untuk membimbing siswanya dan hal tersebut telah diatur oleh gubernemen . Pada tahun 1935 guru dusun Mangkunegaran semakin bertambah dan jumlahnya menjadi 184 yang berasal dari 15 orang guru Normalschool, 23 guru bantu, 136 guru dusun dan 10 guru biasa. 72 Gaji dari guru desa tersebut masuk dalam kas milik Praja Mangkunegaran dan untuk banyaknya tidak dicantumkan akan tetapi gaji tersebut diambilkan dari biaya sekolah. Untuk masalah tempat mengajar atau gedung sekolah pihak Sekolah desa tidak mengeluarkan anggaran sendiri melainkan sudah menjadi tanggung jawab dari Gubernemen. Pelengkapan belajar yang meliputi buku-buku, sabak papan untuk menulispengganti buku tulis, grip penghapus dan lainnya yang diberikan oleh Gubernemen dengan mengganti biaya f 60 per satuan. Perlengkapan mengajar bagi siswa yang meliputi meja murid, meja guru lengkap dengan kursinya serta papan pengumuman di pinjami oleh Praja Mangkunegaran. Kesemuanya itu berada di bawah pengawasan Praja Mangkunegaran yang meliputi peralatan, tenaga guru dan yang lainnya. Adapun hal yang menarik dalam hal jam mengajar bagi siswa yaitu para murid dibagi menjadi tiga kelompok yaitu : 1. Pangkat I adalah tingkat siswa paling bawah dengan waktu pembelajaran adalah masuk jam 07.30 dan pulang jam 10.00. 72 Diambil dari majalah Soeryo pada bulan oktober 1935 yang memuat tentang masalah Pamulangan Dhusun Mangkunegaran Tahun 1934-1935, hal 91, Surakarta: Reksopustoko Mangkunegaran, lxxxi 2. Pangkat II adalah tingkat tengah dengan waktu pembelajaran juga sama dengan pangkat 1 yaitu masuk jam 07.30 sampai 10.00. 3. Pangkat III adalah tingkat paling atas dengan lama belajar dimulai jam 07.30 dan pulang jam 13.00. 73 Jadi untuk kelas I dan II dirangkap dengan satu guru karena rata-rata tiap sekolah desa hanya terdapat dua guru yang mengajar.

2. Bank Desa di Mojogedang