Dampak perubahan pemanfaatan tanah situ kuru terhadap pemberdayaan ekonomi masyarakat sektor

(1)

i Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh:

Nur Atikah Nasution

NIM: 107054000134

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1432 H./2011 M


(2)

ii

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi salah satu syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam ( S.Sos.I )

Di Susun Oleh :

Nur Atikah Nasution

Nim : 107054000134

Pembimbing

Prof . Dr. Syamsir Salam. MS NIP. 194507201978031002

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1432 H./ 2011 M


(3)

iii

Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Selasa tanggal 23 Agustus 2011 skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) pada Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam

Jakarta, 23 Agustus 2011

Sidang Munaqasyah

Ketua Sekretaris

Drs. H. Mahmud Jalal, MA M. Hudri, M.Ag. NIP. 195204221981031002 NIP. 19720606 199803 1 003

Anggota,

Penguji I Penguji II

Nurul Hidayati, M.Pd Tantan Hermansah, M.Si

NIP. 196903221996032001 NIP. 197606172005011006

Pembimbing,

Prof . Dr. Syamsir Salam, MS. NIP. 194507201978031002


(4)

iv

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli yang saya ajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan guna memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Segala sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah di cantumkan sesuai ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Apaila dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau plagiat dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 18 Agustus 2011

Nur Atikah Nasution 107054000134


(5)

v

Dampak Perubahan Pemanfaatan Tanah Situ Kuru terhadap Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Sekitar

Situ Kuru yang terletak di samping kampus Universitas Islam Negeri pada mulanya berfungsi sebagai daerah resapan air, adapun warga yang memanfaatkan airnya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti mencuci, namun kini semakin besar kampus UIN semakin mengecil lah Situ Kuru, karena kini makin banyak lahan Situ Kuru yang dikeruk dan menjadi lahan bisnis seperti rental komputer, warnet, rumah makan, kos-kosan, toko buku dan toko-toko lainnya serta rumah tinggal.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak apa saja yang dirasakan masyarakat sekitar akibat perubahan pemanfaatan lahan situ yang semula sebagai daerah resapan air yang kini menjadi lahan bisnis, oleh karena itu semakin banyak lahan situ yang di uruk untuk kepentingan tersebut. Serta siapa saja orang-orang yang pernah memegang kekuasaan atau menjadi orang yang disegani di daerah tersebut, sehingga bagi siapa pun yang ingin menempati Situ Kuru haruslah berhadapan dengan orang tersebut. Dan apakah orang tersebut juga memiliki izin atas bangunan yang didirikan di lahan situ kuru tersebut. Oleh karena itu penelitian ini lebih menegaskan ke dampak dari perubahan alih fungsi lahan situ kuru tersebut.


(6)

vi

ridho-Nya kepada penulis sehingga bisa menyelesaikan penulisan dan penelitian skripsi ini. Shalawat serta salam juga tak lupa penulis curahkan kepada Rasulullah Saw yang telah membawa umtnya dari zaman kegelapan menuju zaman terang benderang.

Penulis sangat bersyukur dapat melalui berbagai macam halangan dan rintangan yang muncul selama melakuakan penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul “Dampak Perubahan Pemanfaatan Tanah Situ Kuru Terhadap

Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Sekitar ” , yang tak lain adalah syarat

untuk mendapatkan gelar sarjana komunikasi islam dari Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis pun menyadari bahwa dalam penulisan karya ilmiah yang berbntuk skripsi ini masih terdapat kekurangan, namun penulis berharap agar skrips ini bisa membanu dan bermanfaat bagi pembaca nanti baik kalangan mahasiswa mapupun dosen. Tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, penulis juga tidak akan mampu menyelesaikan karya ini dengan baik. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya pada:

1. Prof. Dr. Komaruddin Hidayat MA, selaku rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Arief Subhan MA, sebagai Dekan Fakultas Ilmu dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajarannya.

3. Ibu Wati Nilam Sari, M. Si selaku Ketua Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam. atas segala ilmu yang telah diberikan.


(7)

vii

5. Dosen pembimbing, Prof. Dr. Syamsir Salam yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan dan menyempurnakan skripsi ini. 6. Dosen mata kuliah Ekologi Tantan Hermansah yang membantu penulis

pada awal penentuan skripsi.

7. Specially for My beloved parents, H. Aminuddin Nasution (Alm) semoga beliau selalu diberikan ketentraman di alam sana cinta kasih selalu tercurah untuk Ayah, My lovely Mom Hj. Samsul Rangkuti, beliau single parents yang hebat, seorang wanita yang survive dan mengajarkan ketegaran hidup bagi anak-anaknya, sungguh penulis sangat mencintai mu mama. Kaka ku bang Oky dan Adik ku Beni.

8. Seluruh dosen serta para staff TU dan akademik Fakultas Ilmu dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Yang telah memberikan ilmu, pelayanan dan bantuan kepada mahasiswa. Semoga amal dan kebaikannya di balas lebih dari apa yang diberikan kepada penulis khususnya civitas akademika Fakultas Ilmu dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

9. Seluruh staff Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu dakwah dan Komunikasi yang telah memberikan pelayanan yang ramah kepada penulis dalam peminjaman buku untuk kebutuhan data skripsi ini.

10. Teman-teman seperjuangan di Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, berjuang terus mempertahankan nama baik jurusan Febiansyah Rifki Saputra, Usni, Yovi, Ega, Azhar, Imron, Juliantono, Imron, Nawi, Bayu, Deden, Rijal.

11. Teman-teman LSO VOC yang sangat saya cintai. VOC is the second familly for me

12. Sahabat terbaikku selama menjalani perkuliahan di UIN ( Abe, Naya, Nuris, Iis, Leni, Tammy, Ika, Ummie, Rika, Bilqis, Lala, Amel, Selly dan yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu.


(8)

viii

bahan yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini.

Penulis mempercayai proses untuk membuahkan hasil dalam sebuah pencapaian yang ditempuh dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu tentu banyak kekurangan yang dialami dan terdapat dalam penulisan skripsi ini, kiranya penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki dalam penulisan karya ilmiah lain nantinya.

Harapan penulis semoga hasil skripsi ini dapat berguna dan membawa manfaat bagi siapapun yang membacanya, amin ya robbal alamin.

Wasallam

Jakarta, 18 Agustus 2011

Nur Atikah Nasution


(9)

ix KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 10

C. Rumusan masalah... 11

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 11

E. Metodologi Penelitian ... 12

F. Pedoman Penulisan... 19

G. Sistematika Penulisan... 20

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian Perubahan ... 21

B. Pengertian Pemberdayaan ... 28

C. Pengertian Pendapatan... 35

BAB III GAMBARAN UMUM SITU KURU A. Kondisi Geografis Kota Tangerang Selatan ... 36

B. Data Topografi Situ Kuru... 37

C. Sejarah Situ Kuru ... 44

D. Gambaran Penduduk Warga Situ Kuru ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Analisis disfungsi lahan Situ Kuru ... 48

B. Dampak Pasca Perubahan Alih Fungsi Lahan... 50

1. Dampak positif... 50

2. Dampak negatif... 51


(10)

x BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan... 58 B. Hasil wawancara... 61 C. Saran-saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

xi

Gambar 3.2 ... 41

Gambar 3.3 ... 42

Gambar 3.4 ... 42

Gambar 3.5 ... 42

Gambar 3.6 ... 43

Gambar 3.7 ... 43

Gambar 3.8 ... 43

Gambar 3.9 ... 43

Gambar 3.10 ... 45


(12)

xii

Table 3.2 ……… 38

Table 3.3 ………. 47

Table 3.4 ………. 48


(13)

1

A. Latar Belakang Masalah

Suatu perubahan terjadi dikarenakan terdapat suatu proses pergeseran dari bentuk awal ke bentuk baru dan dari pergeseran inilah dapat menimbulkan beberapa perubahan baik dari segi fisik dan non fisik, materi dan non materi. Oleh karena itu peneliti mengangkat tema Dampak Perubahan Pemanfaatan Tanah Di Situ Kuru Terhadap Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Sekitar, karena dari perubahan yang terjadi seputar alih fungsi lahan Situ Kuru tersebut menimbulkan beberapa dampak yang dirasakan masyarakat setempat. Tak bisa dipungkiri dari perubahan ini juga mengakibatkan perubahan sosial, seperti pada pola fikir individu yang turut merubah Situ Kuru menjadi lahan bisnis yang pada awalnya daerah ini adalah daerah resapan air. Banyak ditemukan fakta bahwa sebagian lahan di perkoataan di uruk atau di keruk untuk kepentingan bisnis maupun kepentingan yang menguntungkan pribadi atau individu lainnya dengan mengorbankan fungsi awal lahan tersebut.

Mengingat pentingnya suatu danau atau Situ bagi kehidupan dan keseimbangan alam ini, berikut penjelasan mengenai pengertian dari Situ serta fungsinya. Situ secara alamiah mempunyai manfaat untuk konservasi air tanah dan pengendalian banjir. Situ-situ merupakan aset negara yang berupa cekungan atau bagian dari sungai yang membengkak, Situ juga merupakan kekayaan alam dan merupakan sumber air, pengimbuh air tanah, penampung


(14)

air banjir atau parkir air, untuk perikanan, pariwisata dan lain-lain, namun yang sangat disayangkan akhir-akhir ini keberadaan Situ sangat memprihatinkan dan terancam kelestariannya, akibat terjadinya pengendapan sedimen, pengurugan pemukiman sekitar Situ dan penyerobotan tanah di keliling Situ. Selain bermanfaat untuk konservasi air tanah dan pengendalian banjir, Situ dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan diantaranya yaitu untuk irigasi, perikanan air tawar, air baku dan pariwisata.

Di wilayah Jabotabek keberadaan Situ-situ sangat bermanfaat dan merupakan sumber daya air yang perlu dilestarikan keberadaannya, dan perlu dikembangkan guna keperluan yang bermanfaat. Kenyataanya pada saat ini Situ berada dalam keadaan yang memprihatinkan dan semakin terancam kelestariannya, akibat pengendapan sedimentasi, pengurugan pemukiman sekitar situ dan penyerobotan tanah sekeliling situ, maka kapasitas tampung situ berkurang. Akibat berkurangnya luas Situ tersebut maka fungsi Situ menjadi menurun sehingga menimbulkan masalah banjir, kekeringan, air tanah menurun, sarana rekreasi berkurang dan lain-lain. Dengan banyaknya manfaat yang dimiliki oleh Situ, maka diperlukan suatu usaha untuk mempertahankan keberadaan Situ-situ tersebut.1

Oleh karena itu melihat dari permasalahan di atas peneliti tertarik melakukan penelitian di Situ Kuru hal ini pun sebagai salah satu upaya untuk mencegah punahnya atau hilangnya Situ Kuru karena bukan hal yang tidak mungkin suatu saat nanti jika lahan Situ benar-benar tidak ada pengawasan

1Sumber data diperoleh dari Balai Besar Sungai Ciliwung Cisadane dalam penelitian”Studi Detail Desain Situ-situ di Kabupaten Tangerang dan Kabupaten Bekasi”,


(15)

akan dibangun atau didirikan bangunan yang nantinya akan mengilangkan fungsi daerah lingkungan tersebut yang berfungsi sebagai daerah resapan air. Bahkan mirisnya Situ Kuru dinyatakan hilang karena sudah tidak terpantau oleh satelit. Hal ini justru akan menjadi masalah terlebih berkaca pada beberapa Situ yang telah hilang atau tidak diketahui lagi letak persis lahan tersebut.

Mengingat banyaknya bangunan-bangunan yang berdiri di atas lahan Situ Kuru, Pak widya selaku Ketua Rt setempat pun menyatakan “Ada sekitar 30 bangunan yang berdiri tanpa surat izin”. Ia menyebut, pemilik bangunan di kawasan itu tak hanya warga pendatang melainkan juga ada di antaranya pegawai dan dosen UIN Jakarta.2 Hal ini lah yang menjadi salah satu penyebab hilangnya sebagian lahan Situ Kuru.

Berbicara soal kabar mengenai hilangnya Situ-stu di daerah Tangerang Selatan, Dosen Planologi Institut Teknologi Indonesia (ITI) Tangerang Kusparmadi mengatakan, di Kota Tangerang Selatan ini terdapat sembilan Situ, yakni Situ Pamulang atau Tujuh Muara di Pamulang, Situ Kedaung di Pamulang, Situ Parigi di Pondok Aren, Situ Rawa Kutub di Serpong Utara, Situ Gintung di Cirendeu Ciputat Timur, Situ Legoso (sekarang Situ Kuru) di Kelurahan Cempaka Putih, Ciputat Timur, Situ Rumpang di Kecamatan Ciputat, Situ Bungur di Kelurahan Pondok Ranji Kecamatan Ciputat Timur, dan Situ Antap di Ciputat.

2

http://www.uinjkt.ac.id/index.php/component/content/article/3-seputar-kampus/1593-situ-kuru-riwayatmu-kini.html)


(16)

“Dari sembilan situ yang telah kita inventarisir, empat di antaranya telah

hilang keberadaannya,” kata Kusparmadi seperti dikutip Radar Banten (20/2).

Dijelaskan Kusparmadi, keempat situ yang dinyatakan hilang itu masing-masing adalah Situ Kuru di Kelurahan Cempaka Putih, Kecamatan Ciputat Timur, Situ Rumpang di Kecamatan Ciputat, Situ Bungur, di Kelurahan Pondok Ranji, Ciputat Timur, dan Situ Antap di Ciputat.

“Keempat Situ itu keberadaannya kini sudah tak terlihat di peta bahkan tak terpantau satelit,” jelasnya. Kusparmadi mengaku prihatin dengan keberadaan situ-situ tersebut. Ke depan, ia berharap agar Pemkot Tangsel segera melakukan pendataan kembali terhadap keberadaan situ-situ yang ada di kawasan tersebut. 3

Sementara itu, Kepala Bidang Pengairan Dinas Bina Marga Kabupaten Tangerang Yulianto mengatakan, awalnya keberadaan situ-situ itu tidak terurus. Akibatnya, terjadi pendangkalan dan oleh warga lalu dijadikan area permukiman.

Rektor UIN Jakarta Prof Dr Komaruddin Hidayat saat berdialog dengan Pejabat Walikota Tangsel HM Saleh MT dalam beberapa kesempatan sempat meminta agar Situ Kuru dibenahi dan dikembalikan fungsinya sebagai daerah resapan air. Harapan yang sama dikemukakan kembali saat berdialog dengan

sejumlah anggota DPRD Kota Tangsel di kampus UIN Jakarta. “Kami

meminta agar Situ Kuru dibenahi karena sekarang sudah banyak diambil alih

3

http://www.uinjkt.ac.id/index.php/component/content/article/3-seputar-kampus/1593-situ-kuru-riwayatmu-kini.html)


(17)

sebagai permukiman warga,” katanya.

Tak hanya itu, UIN Jakarta melalui Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat (LPM) belum lama ini juga telah melayangkan surat permohonan serupa. Surat yang ditujukan ke Pemkot Tangsel, DPRD Tangsel, dan Balai Besar Kali Ciliwung dan Cisadane itu mendesak agar Situ Kuru segera dialihfungsikan kembali sebagai daerah resapan air dan taman wisata. “Kami ingin Situ Kuru seperti tahun 70-an dan kelak dibuatkan joging track untuk olahraga.4

Harian republika pun sempat melakukan wawancara dengan Profesor Amsal Bachtiar pada hari Ahad (minggu) 28 November terkait Situ Kuru,, dan memuat artikel yang menyatakan bahwa, Situ Kuru adalah sebuah Situ alam yang terletak di belakang Kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan (Tangsel) memprihatinkan. Pihak UIN Syarif Hidayatullah dan Pemerintah Kota (Pemkot) Tangsel meminta pemerintah pusat untuk segera memperbaiki Situ Kuru supaya fungsinya sebagai daerah konservasi air dikembalikan. Hal tersbut justru turut menjadi tanggungan Universitas Islam Negeri pula yang berlabelkan Islam dan menjunjung tinggi kebersihan, karena dalam suatu hadist dijelasan bahwa kebersihan adalah sebagian dari iman. Jika dikatakan insan akademis UIN beriman, maka sudah sepatutnya lah turut menjaga kebersihan lingkungan sekitar. Namun kini mirisnya kondisi Situ Kuru justru seperti

4 http://www.uinjkt.ac.id/index.php/component/content/article/3-seputar-kampus/1593-situ-kuru-riwayatmu-kini.html


(18)

kebalikannya. Jika UIN makin membesar, maka Situ Kuru makin mengecil. Jika UIN makin megah, Situ Kuru justru makin merana. Jika UIN makin Indah, Situ Kuru makin membuat jengah. Jika UIN setiap pagi dihampiri bau parfum yang dipake mahasiswa dan pegawainya, Situ Kuru justru melawannya dengan bau air tak bisa mengalir. Jika UIN dipoles warna hijau menyejukkan, Situ Kuru justru berbalut hitam menyedihkan.5

Seperti yang telah diuraikan sebelumnya salah satu Situ yang menjadi lokasi penelitian peneliti yaitu Situ Kuru ini sendiri yang berada persis di samping kampus UIN Jakarta yang dibelah Jalan Pesanggrahan. Luas danau semula mencapai sekitar lima hektar, namun kini telah menyusut hingga 7.500 meter persegi saja. Belum diketahui persis kapan sejarah situ tersebut dibangun. Tapi yang jelas, riwayat Situ Kuru kini semakin memprihatinkan. Selain sudah banyak yang diurug, tak sedikit pula warga mendirikan bangunan berupa hunian dan tempat usaha. Ironisnya, bangunan-bangunan itu didirikan tanpa izin yang jelas. 6

Kebanyakan orang mungkin tidak mengetahui apa yang terjadi dengan danau Situ Kuru. Bahkan tidak sedikit orang yang tidak tahu bahwa sebenarnya kubangan air yang terdapat di Situ Kuru tersebut merupakan danau alam yang memang berasal dari alam bukan merupakan danau buatan manusia. Suasana yang dapat dilihat saat ini justru kubangan tersebut menjadi tempat

5

http://save-our-situ.blogspot.com/

6


(19)

pembuangan sampah yang sangat menjijikan, menjadi lahan yang tidak seharusnya menjadi tempat pembuangan akhir. 7 Lagi-lagi hal ini disebabkan karena penyempitan lahan yang terjadi di area strategis. Bisa dikatakan demikian karena letak situ kuru yang dekat dengan area kampus membuat atau menumbuhkan sektor perdagangan dan menjadikannya lahan bisnis.

Sumber daya lahan di perkotaan memiliki masalah yang serius sebagai akibat dari keterbatasan lahan. Jumlah penduduk yang meningkat mengindikasikan bahwa penggunaan lahan juga akan semakin meningkat. Lahan di perkotaan sudah mulai terbatas karena telah banyak dimanfaatkan untuk kepentingan umum maupun kepentingan pribadi sehingga menimbulkan persaingan dalam memperoleh lahan terutama lahan yang berada di lokasi strategis pusat kota. Semakin strategis suatu kawasan maka harga lahan akan semakin tinggi. Nilai komersial lahan yang terus naik mendorong pemilik modal melakukan penguasaan lahan. Investasi di sektor lahan dipandang sangat menguntungkan karena dalam waktu yang relatif singkat bisa memberikan capital gain. Maka banyak spekulan memburu lahan-lahan yang berpotensi untuk dijadikan pusat bisnis.8 Dari penjelasan yang dikutip peneliti pada artikel tersebut, peneliti menemukan kesamaan permasalahan seperti yang terjadi di Situ Kuru, lahan tersebut kini di manfaatkan untuk kebutuhan pribadi yang komersial.

Diakui bersama bahwa lingkungan kita saat ini masuk dalam kondisi

7Tantan Hermansah dalam artikel “Situ Kuru Sebuah Pandangan Lapangan”.

Monografi Situ Kuru: Dinamika Sunyi Danau dekat Masyarakat Intelektual

8


(20)

krisis, jika tidak mau dinyatakan ‘rusak di mana-mana’. Tidak hanya bentuk krisis lingkungan fisik seperti krisis air, tanah, udara, bahkan iklim, tetapi juga krisis lingkungan biologis dan tentunya lingkungan sosial. Dalam kerangka pendekatan historis sosiologis, jelas bahwa saat berinteraksi dengan alamlah kebudayaan diciptakan. Manusia lebih cerdas, kemudian menemukan langkah-langkah bagaimana lebih memanfaatkan alam demi memenuhi kebutuhan mereka itu. Alam merupakan sarana untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Interaksi manusia dengan lingkungan ditandai dengan watak yang berubah-ubah. Ketika ilmu pengetahuan modern berkembang pesat industrialisasi menjelma sebagai gaya hidup baru, manusia tak lagi memanfaatkan lingkungan dalam jumlah yang wajar namun mereka sudah menjadikan alam sebagai objek apa yang bisa dilakukan. Mungkin cara berpikir mereka kurang lebihnya seperti ini “ kalau sanggup mengeruk alam sebanyak-banyaknya mengapa

tidak?”. Muncul sifat baru manusia yang jelas-jelas tidak sama dengan karakter

sebelumnya, yakni “ manusia sebagai penakluk lingkungan”. Penakluk di sini

berarti menjadikan alam menjadi makhluk pelayan, tidak berkutik dan sekadar menghamba untuk memenuhi kebutuhan manusia.9

Situ Kuru yang tanahnya berada di bawah kekuasaan PEMDA kini makin tidak jelas bentuk pengawasannya , dan hal ini yang membuat banyak penyerobot lahan berdatangan untuk turut memenuhi area bisnis tersebut, karena letaknya yang di samping kampus Universitas Islam Negeri, dan seperti yang kita ketahui Situ Kuru merupakan daerah resapan air, di masa

9Rachmad K. Dwi Susilo SOSIOLOGI LINGKUNGAN ( jakarta, PT RajaGrafindo Pesada 2008).


(21)

keemasannya Situ Kuru pun masih sesuai fungsinya, bahkan sampai ada yang mempergunakan airnya untuk kebutuhan sehari-hari seperti mencuci dan pernah pula di jadikan objek wisata bermain masyarakat setempat, seperti terdapat perahu karena ukurannya dulu yang masih luas. Namun kini logikanya semakin besar kampus UIN dan bertambahnya jumlah mahasiswa semakin mengecil lah Situ Kuru, karena banyak berdiri bangunan-bangunan baru untuk kepentingan lahan bisnis atau tempat tinggal, seperti rumah makan, rental komputer, warnet, kos-kosan, toko sembako, toko buku, toko aksesoris dan lain sebagainya yang kini memadati Situ Kuru.

Selama melakukan penelitian tentang Situ Kuru pada semester lalu tepatnya saat mendapat mata kuliah Ekologi, peneliti mendapat informasi dari hasil wawancara pada salah satu dosen Fakultas Ilmu Dakwah Dan Komunikasi

bahwa “mulanya lahan Situ Kuru ada di bawah pengawasan PEMDA, namun

karena kurang pengawasan atau seperti tidak ada yang mengelola maka bermunculan orang-orang yang ingin mengambil alih lahan tersebut. Pernah ada suatu perjanjian bahwa lahan Situ Kuru sejauh 12 M dari jalan masih boleh di dirikan bangunan namun apabila sudah melebihi batas tersebut maka bisa disebut menyerobot atau mengeruk lahan Situ Kuru.”10

Pada masa kejayaan atau belum terjadi perubahan manfaat lahan karena penyerobotan tersebut luas Situ Kuru masih terbentang dan mirisnya kini hanya seluas 7.500 meter dan sebatas kubangan air yang berwarna hijau kelam dan dipadati sampah di bantaran Situ tersebut. Meningkatnya jumlah mahasiswa

10Hasil Wawancara dengan salah satu dosen fakultas ilmu dakwah dan komunikasi Maret 2010


(22)

Universitas Islam Negeri memicu perubahan alih fungsi dari daerah resapan air yang ini menjadi lahan bisnis.

Hal ini terbukti saat kita melintasi daerah sekitar Situ Kuru yang kini terlihat sudah banyak bangunan-bangunan yang memadati lahan tersebut dan membuat Situ Kuru pun semakin mengecil dan tak lagi berfungsi sebagai daerah resapan air. Bahkan seperti yang peneliti jelaskan lebih mirip seperti kubangan air, airnya kini hijau kelam dan tak lagi mengalir, banyak sampah menumpuk di pingggiran Situ Kuru karena sudah tak terawat juga kini menimbulkan bau tak sedap, bisa saja menimbulkan banyak macam virus penyebab penyakit. Hal ini mungkin terjadi karena sebagian besar yang berkuasa pada lahan tersebut hanya mementingkan keuntungan yang di dapat dan tidak berimbas pada kelestariaan Situ sehingga kini hanya menjadi kubangan air yang berbau tak sedap.

Dalam penelitian kali ini peneliti juga akan meninjau dari segi pemberdayaan masyarakat sekitar Situ Kuru. Apakah ada letak pemberdayaan bagi masyarakat setempat atas terjadinya perubahan pemanfaatan tanah Situ tersebut. Karena jika dilihat Situ sebagai lahan bisnis apakah mengurangi tingkat pengangguran atau tidak.

B. Batasan masalah

Dari beberapa pertanyaan penelitian di atas terlihat bahwa untuk membicarakan dampak perubahan pemanfaatn lahan Situ Kuru mempunyai wawasan yang luas oleh karena itu agar penelitian dapat fokus untuk


(23)

membicarakan dampak perubahan tersebut, maka penulis hanya akan melihat beberapa hal diantaranya:

1. Bagaimana Pengaruh perubahan pemanfaatan lahan tersebut terhadap tingkat pendapatan masyarakat sekitar?

2. Apakah ada dampak perubahan tersebut terhadap pengembangan lapangan kerja di kalangan masyarakat situ kuru?

C. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka terlihat bahwa telah terjadi pemanfaatan lahan situ kuru yang semula dari daerah resapan air menjadi lahan bisnis bagi kepentingan masyarakat, perubahan ini telah berdampak pula terhadap perubahan sosial, dengan demikian ada ubungan antara perubahan pemanfaatan lahan dengan perubahan sosial

D. Tujuan penelitian dan Manfaat penelitian

1. Tujuan penelitian

a. Untuk mempelajari dengan seksama pengaruh perubahan lahan Situ Kuru terhadap perubahan sosial terutama menyangkut perubahan sosial ekonomi melalui pemberdayaan ekonomi masyarakat.

b. Untuk mengetahui dampak perubahan tersebut bagi masyarakat sekitar Situ Kuru dan tingkat kesejahteraan masyarakat.

2. Manfaat penelitian a. Pengembangan ilmu


(24)

Diharapkan penelitian ini bisa menjadi acuan dan bermanfaat untuk perkembangan ilmu, khusunya di bidang pengembangan masyarakat dan dapat dijadikan sebagai kajian awal bagi para peneliti di bidang pengembangan masyarakat

b. Praktis

Sebagai bahan pertimbangan bagi para pengambil kebijakan dalam mengubah lingkungan dan masyarakat sekitar Situ Kuru.

E. Metodologi Penelitian

Dalam penelitian kali ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari sumber-sumber yang diperoleh.

Lokasi Penelitian dan Sumber Data 1. Lokasi

Lokasi Penelitian ini ditetapkan secara purposive yaitu di Situ Kuru, yang pertama kali dilakukan saat penelitian pada mata kuliah Ekologi dan saat melanjutkan ke dalam penelitian skripsi ini penulis kembali mendatangi lokasi dan mulai menentukan fokus dan responden yang akan diwawancarai pula dengan alasan di daerah tersebut telah terjadi perubahan pemanfaatan lahan yang semula daerah resapan air dan kini berubah menjadi lahan bisnis, dari perubahan tersebut telah menimbulkan beberapa permasalahan seperti yang dijelaskan pada batasan penelitian diatas yaitu seputar, pengaruh perubahan pemanfaatan lahan tersebut terhadap tingkat pendapatan masyarakat sekitar, dan apakah ada dampak


(25)

perubahan tersebut terhadap pengembangan lapangan kerja di kalangan masyarakat situ kuru.

2. Sumber data a. Data Primer

Yaitu data-data yang diperoleh pada saat penelitian itu dilakukan. Baik dalam bentuk dokumen, wwancara atau observasi.

b. Data Sekunder

Yaitu data-data yang diperoleh dari berbagai tulisan atau informasi lainnya yang telah ada sebelumnya.

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analisis yaitu penelitian tentang data yang dikumpulkan dan dinyatakan dalam bentuk kata-kata dan gambar, laporan penelitian akan bersifat kutipan-kutipan atau untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut.11

Kata-kata dalam laporan penelitian disusun dalam kalimat, misalnya kalimat hasil wawancara antara peneliti dan informan. Penelitian kualitatif bertolak dari filsafat konstruktivisme yang berasumsi bahwa kenyataan itu berdimensi jamak, interaktif dan suatu pertukaran pengalaman sosial yang diinterpretasikan oleh individu-individu. Penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena

11Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2003), Cet ke-2, h. 39


(26)

sosial dari sudut perspektif partisipan yaitu orang-orang yang diajak berwawancara, diobservasi, diminta memberikan data, pendapat, pemikiran, persepsinya (Sukmadinata, 2006: 94).

2. Pendekatan yang digunakan

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif, karena penulis bermaksud untuk meneliti sesuatu secara mendalam. Dalam hal ini yang diteliti adalah dampak perubahan dari pemnafaatan lahan terhadap pemberdayan ekonomi masyarakat sekitar.

Pendekatan yang bersifat kualitatif dilakukan melalui kegiatan pengamatan secara langsung di lapangan dan wawancara mendalam dengan beberapa informan yang telah direncanakan sebelumnya. . Hasil pengamatan tersebut dicatat sesuai dengan prinsip-prinsip pendekatan kualitatif, yaitu sejak dari catatan ringkas atau catatan lapangan, diteruskan kepada bentuk laporan yang diperluas atau dikembangkan dan diakhiri dengan analisa dan interpretasi data.

Catatan atau laporan-laporan ringkas dalam bentuk deskripsi dibuat setiap kegiatan pengamatan yang dilakukan. Oleh karenanya peneliti dibekali dengan beberapa macam alat perekam sebagai pembantu catatan dan ingatan, seperti tape recorder, alat-alat tulis dan salah seorang diantaranya dibekali dengan alat audio visual. Buku-buku catatan dibagi kedalam beberapa bagian seperti catatan peserta, catatan harian, mingguan dan bulanan. Pada bagian-bagian tertentu pada catatan


(27)

tersebut dilengkapi dengan analisa awal atau interpretasi serta deskripsi data yang diperoleh.

Analisa sementara ini bukan saja ditujukan kepada data hasil rekaman dari pengamatan secara langsung, tetapi juga ditujukan kepada data-data hasil wawancara, baik wawancara mendalam ataupun wawancara terstruktur. Hal ini dimaksudkan agar hasil pengamatan dan wawancara tersebut dapat dimengerti dan dipahami pada saat penulisan dimulai. Pada waktu pelatihanpun telah diberikan contoh yang jelas kepada semua anggota tim, misalnya bila pengamatan atau wawancara dilakukan siang hari maka malam harinya diberikan interpretasi data dan didalam menginterpretasi data tersebut dilakukan melalui diskusi dan hasilnya dirumuskan dalam bentuk penelitian sementara. Hal ini dimaksudkan agar berjaga-jaga, sehingga apabila terjadi perbedaan pandangan diantara sesama peneliti, atau antara peneliti dengan para informan akan memudahkan anggota tim untuk mengeceknya kembali di lapang, atau untuk merumuskan kembali deskripsi yang dikembangkan sebagai hasil pengamatan terlibat atau wawancara mendalam.

3. Penetapan subyek penelitian

Subyek dalam penelitian kali ini yaitu warga seputar Situ Kuru, baik yang menggunakan lahan ataupun warga setempat serta beberapa para pelaku usaha atau bisnis di area tersebut untuk keperluan data terkait dalam kegiatan pemberdayaan ekonomi, karena hal tersebut menyebabkan terjadinya perubahan dari pemanfaatan tanah yang semula daerah resapan


(28)

air dan menjadi lahan bisnis.

Berikut perwakilan yang akan di wawancarai, yaitu;

1) Segi formal meliputi ketua RT Situ Kuru dan dari segi informal seperti tokoh masyarakat wilayah itu sendiri.

2) Para pelaku usaha di sekitar situ kuru dan orang-orang yang memiliki kekuasaan di daerah tersebut seperti pemilik tanah yang disewakan kepada pelaku usaha

3) Perwakilan masyarakat atau warga setempat.

4. Tekhnik pengumpulan dan analisis data

Dalam penelitian kali ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara:

a. Observasi

Observasi ini dilakukan peneliti langsung di lokasi penelitian yaitu Situ Kuru. Observasi itu sendiri merupakan pengamatan dan penelitian dengan sistematika fenomena-fenomena yang diselidiki12.

Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, dan perasaan. Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku manusia, dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap

12Sutrisno Hadi, Metodologi Riset II, ( Yogyakarta : Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM, 1984),h. 141


(29)

aspek tertentu melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut. Bungin (2007: 115)

b. Wawancara

Selain melakukan observasi peneliti juga melakukan wawancara kepada msyarakat yang tinggal di sekitar Situ Kuru untuk memperoleh data terkait tentang penelitian kali ini.

Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Tehnik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam dalam hal ini adalah percakapan yang diarahkan pada masalah tertentu atau pusat perhatian untuk mendapatkan informasi dengan bertanya langsung pada responden atau informan.13

Selain dengan wawancara mendalam penulis juga menggunakan jenis wawancara pembicaraan informal, dalam jenis ini pertanyaan yang diajukan sangat tergantung pada pewawancara, jadi bergantung pada spontanitasnya dalam mengajukan pertanyaan kepada terwawancara. Hubungan pewawancara dengan terwawancara adalah dalam suasana biasa, wajar, sedangkan pertanyaan dan jawabannya berjalan seperti pembicaraan biasa dalam kehidupan sehari-hari saja. Sewaktu pembicaraan berjalan, terwawancara malah barangkali tidak

13


(30)

menegetahui atau tida menyadari bahwa ia sedang diwawancarai14. Dalam rangka mengembangkan hasil wawancara peneliti menempuh dua cara yang berbeda, namun saling melengkapi, yaitu (1) Meningkatkan hubungan antara peneliti dengan beberapa

responden ataupun informan

(2) Menguji informasi yang telah diperoleh, serta mengembangkannya ke arah suatu pembentukan deskripsi yang valid.

Dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan dapat diketahui makna yang terkandung dari suatu tindakan atau fenomena yang berlaku dalam masyarakat. Atau dengan wawancara yang dilakukan secara berulang-ulang serta observasi terlibat, diperoleh informasi tentang konsep dan teori yang digunakan para informan dalam menjelaskan beberapa masalah yang diamati dalam suatu penelitian. c. Studi Dokumen

Maksud dari studi dokumen yaitu studi tentang data-data terkait. Dan dalam penelitian kali ini penulis melakukan pengumpulan tentang data-data yang bekaitan tentang situ kuru, baik dari peorangan maupun instansi. Sebagai pelengkap data yang dibutuhkan untuk keperluan penelitian.

5. Proses penafsiran dan cara penyimpulan hasil penelitian

Kelanjutan dari pengolahan data, penulis melakuakan analisis dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif, maksudnya yaitu penulis menganalisis data berdasarkan informasi-informasi yang diperoleh dari

14Lexy. J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, ( Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2009 cet- ke 26 edisi revisi h.187


(31)

hasil wawancara, observasi dan dokumentasi. Dengan cara memaprakan semua data yang diperoleh dari hasil penelitian kemudian diklasifikasi secara sistematis dan di ambil kesimpulan dari data tersebut.

6. Teknik pemeriksaan keabsahan data

Dalam proses pemeriksaan keabsahan data, penulis menggunakan teknik Triangulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain, di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Denzin (1978) membedakan triangulasi menjadi emapt bagian yaitu;

1. Triangulasi dengan sumber 2. Triangulasi dengan metode

3. Triangulasi dengan jalan memanfaatkan peneliti untuk keperluan pengecekan

4. Triangulasi dengan teori

Jadi triangulasi berarti cara terbaik untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan konstruksi kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai pandangan. Dengan kata lain, peneliti dapat me recheck temuannya dengan jalan membandingkannya dengan berbagai sumber, metode atau teori. Untuk itu maka peneliti dapat melakukan dengan cara

1. Mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan 2. Mengeceknya dengan berbagai sumber data


(32)

dapat dilakukan.15

F. Pedoman Penulisan

Penulisan skripsi ini mengacu pada buku Pedoman Penulisan Skripsi yang diterbitkan oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

G. Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan dibahas mengenai latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, pedoman penulisan dan sistematika penulisan

BAB I : LANDASAN TEORI

Dalam bab ini akan dibahas tentang pengertian perubahan, pengertian pendapatan dan pengertian lapangan kerja

BAB III : GAMBARAN UMUM SITU KURU

Dalam bab ini akan dijelaskan gambaran umum seputar Situ Kuru.

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

Dalam bab ini penulis menguraikan hasil penelitian tentang dampak yang terjadi dari perubahan pemanfaatan lahan situ kuru terhadap pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar

BAB V : Pada bab ini terdapat saran-saran dan kesimpulan.

15Lexy. J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, ( Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2009 cet- ke 26 edisi revisi h.330-332


(33)

21

A. Pengertian Perubahan

Pada dasarnya perubahan yaitu adanya perbedaan dari bentuk awal menjadi bentuk baru baik dari segi positif ataupun negatif, contohnya pada yang positif perbedaan dari cara membajak sawah yang dahulu memakai tenaga manusia dan prosesnya lambat namun kini ditemukan tenaga mesin yang prosesnya lebih cepat. Sedangkan perubahan negatif yaitu perubahan yang menuju ke arah yang semakin memperburuk keadaan awal walaupun dengan adanya perubahan tersebut bisa menambah wawasan si pengguna, seperti internet jika dipergunakan dengan baik maka akan memudahkan kita untuk mengakses berbagai hal yang awalnya sulit dijangkau namun belakangan banyak juga yang menyalah gunakan dari fungsi teknologi ini dan inilah yang dilihat dari sisi negatif perubahan tersebut.

Namun yang akan dibahas dalam penelitian kali ini yaitu Perubahan dalam bentuk lingkungan. Perubahan lingkungan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan. Perubahan yang terjadi pada lingkungan hidup manusia menyebabkan adanya gangguan terhadap keseimbangan karena sebagian dari komponen lingkungan menjadi berkurang fungsinya. Perubahan lingkungan dapat terjadi karena campur tangan manusia dan dapat pula karena faktor alami. Dampak dari perubahannya belum tentu sama, namun akhirnya


(34)

Perubahan pemanfaatan lahan dalam pengertian pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang merupakan gejala umum yang terjadi di kota-kota yang pesat pertumbuhannya. Gejala perubahan pemanfaatan lahan biasanya terjadi pada lahan yang strategis. Selain mengalami perubahan fungsi pemanfaatan lahan biasanya akan menyebabkan terjadinya perubahan pada tatanan bangunan. Sebagai contoh gejala tersebut juga terjadi pada kawasan LC. Gatot Subroto Barat yaitu perubahan fungsi pemanfaatan lahan dari fungsi permukiman menjadi fungsi perdagangan dan jasa. Gejala yang diawali dengan adanya penetrasi kegiatan perdagangan dan jasa pada kawasan studi menimbulkan berbagai dampak negatif. Hal ini menunjukkan bahwa gejala tersebut tidak cukup diantisipasi, dan memungkinkan terjadi di kawasan permukiman lainnya. Dengan pertimbangan, tidak seharusnya pada kawasan permukiman terjadi perubahan pemanfaatan lahan yang hanya berorientasi ekonomi, maka perlu upaya pengendalian yang dapat mengurangi dampak negatif perubahan pemanfaatan lahan. Perubahan fungsi pemanfaatan lahan juga berpengaruh terhadap perubahan (pelanggaran) tata bangunan. Faktor daya tarik tapak, kemudahan fungsional, daya tarik fungsional dan gengsi kawasan merupakan faktor penyebab investor untuk mengubah pemanfaatan lahan pada kawasan studi. Pola perubahan pemanfaatan lahan yang terjadi menimbulkan dampak pada aspek ekonomi, sosial dan lingkungan terhadap pemerintah daerah,

1http://bebas.ui.ac.id/v12/sponsor/Sponsor-Pendamping/Praweda/Biologi/0038%20Bio


(35)

lahan yang dilakukan sehingga dapat mengantisipasi dampak negatif yang terjadi adalah melalui mekanisme perijinan dan pemberlakuan disinsentif.2 Suatu perubahan dikatakan berpengaruh besar jika perubahan tersebut mengakibatkan terjadinya per- ubahan pada struktur kemasyarakatan, hubungan kerja, sistem mata pencaharian, dan stratifikasi masyarakat. Sebagaimana tampak pada perubahan masyarakat agraris menjadi industrialisasi. Pada perubahan ini memberi pengaruh secara besar-besaran terhadap jumlah kepadatan penduduk di wilayah industri dan mengakibatkan adanya perubahan mata pencaharian.3

Perubahan revolusi merupakan perubahan yang berlangsung secara cepat dan tidak ada kehendak atau perencanaan sebelumnya. Secara sosiologis perubahan revolusi diartikan sebagai perubahan-perubahan sosial mengenai unsur-unsur kehidupan atau lembaga- lembaga kemasyarakatan yang berlangsung relatif cepat. Dalam revolusi, perubahan dapat terjadi dengan direncanakan atau tidak direncanakan, dimana sering kali diawali dengan ketegangan atau konflik dalam tubuh masyarakat yang bersangkutan.4

Bicara soal perubahan lingkungan memang tidak terlepas dari perubahan iklim dan cuaca. Dimana salah satu penyebab utama perubahan itu adalah manusia itu sendiri. Proses pengrusakan alam yang telah terjadi sejak ratusan

2http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=oai:digilib.its.ac.id:ITSMaster

3100003017383

3Abdulsyani, 1992, Sosiologi Skematika Teori dan Terapan, Jakarta, Bumi Aksara. Hlm. 10-36

4Susanto, Astrid, 1985, Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial, Bandung, Bina Cipta. Hlm. 28


(36)

Dari pernyataan dalam artikel tersebut yang penulis rasa memiliki kesamaan pada kasus perubahan fungsi lahan di situ kuru yang salah satu faktor penyebabnya adalah ulah manusia yang tidak puas akan nafsu dalam pemanfaatan lahan untuk bisnis sehingga situ kuru tak lagi berfungsi sebagai daerah resapan air.

Dapat kita ketahui pula dai perubahan iklim lingkungan tersebut nantinya akan berpengaruh ke dalam perubahan sosial karena perubahan lingkungan tersebut turut mengubah suatu pola kehidupan sosial masyarakat seperti yangterjadi di Situ Kuru, bisa saja di dalamnya terjadi konflik dalam memperebutkan suatu lahan tersebut untuk kepentingan pribadi dan bangunan lahan bisnis.

Everett E. Hagen dan David Mc Clelland, melihat perubahan dari sudut pandang pembangunan ekonomi dan modernisasi. Modernisasi dalam konteks ini adalah mengacu pada asumsi bahwa meciptakan masyarakat modern pada dasarnya identik dengan masyarakat barat. Dalam pandangna Hagen perubahan dalam masyarakat terjadi karena kemajuan teknologi yang berdampak pada peningkatan pendapatan perkapita masyarakat.6

Perubahan-perubahan sosial dewasa ini sebagai akibat pembangunan ekonomi hendaknya perlu untuk ditegaskan apa saja. Perubahan-perubahan di luar ekonomi itu tidak dapat dihindarkan oleh karena setiap perubahan dalam

5

http://waroengkemanx.blogspot.com/2011/01/dampak-perubahan-lingkungan-di-rumah.html

6Prof. Dr. Syamsir Salam, MS. Dan Amir Fardhilah, S. Sos., M.Si Sosiologi Pedesaan. Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Hal. 125


(37)

perubahan pula di dalam lembaga kemasyarakatan lainnya. Proses yang demikian itu dapat dimengerti apabila diingat, bahwa lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat senantiasa saling mempengaruuhi secara timbal balik. Hal ini menunjukan bahwa perubahan itu bersifat kompleks. Perubahan-perubahan di dalam masyarakat dapat mengenai norma-norma, nilai-nilai, pola-pola perilaku orang, organisasi, susunan dan stratifikasi kemasyarakatan, juga dpat mengenai lemabaga masyarakat seperti yang telah dijelaskan diatas.7

Tidak semua gejala-gejala sosial yang mengakibatkan perubahan dapat dikatakan sebagai perubahan sosial, gejala yang dapat mengakibatkan perubahan sosial memiliki ciri-ciri antara lain;

1. Setiap masyarakat tidak akan berhenti berkembang karena mereka mengalami perubahan baik lambat maupun cepat.

2. Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu akan diikuti dengan perubahan pada lembaga-lembaga sosial lainnya.

3. Perubahan sosial yang cepat dapat mengakibatkan terjadinya disorganisasi yang bersifat sementara sebagai proses penyesuaian diri. 4. Perubahan tidak dibatasi oleh bidang kebendaan atau bidang spiritual

karena keduanya memiliki hubungan timbal balik yang kuat.8

Berdasarkan cepat lambatnya, perubahan sosial dibedakan menjadi dua

7Ir. Yayuk Yuliati, MS dan Mangku Poernomo, SP SOSIOLOGI PEDESAAN (Yogyakarta, LAPPERA PUSTAKA UTAMA 2003, h. 120-121

8Robert M.Z. Lawang,1985. Buku Materi Pokok Pengantar Sosiologi Modul 46, Jakarta, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Universitas Terbuka. Hlm. 79


(38)

berlangsung lambat. Kedua bentuk perubahan tersebut dalam sosiologi dikenal dengan evolusi dan revolusi. 9

Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai kedua bentuk perubahan tersebut; Perubahan evolusi adalah perubahan-perubahan sosial yang terjadi dalam proses lambat, dalam waktu yang cukup lama dan tanpa ada kehendak tertentu dari masyarakat yang bersangkutan. Perubahan-perubahan ini berlangsung mengikuti kondisi perkembangan masyarakat, yaitu sejalan dengan usaha-usaha masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Dengan kata lain, perubahan sosial terjadi karena dorongan dari usaha-usaha masyarakat guna menyesuaikan diri terhadap kebutuhan-kebutuhan hidupnya dengan perkembangan masyarakat pada waktu tertentu. Contoh, perubahan sosial dari masyarakat berburu menuju ke masyarakat meramu.

Menurut Soerjono Soekanto, terdapat tiga teori yang mengupas tentang evolusi, yaitu:

a. Unilinier Theories of Evolution: menyatakan bahwa manusia dan

masyarakat mengalami perkembangan sesuai dengan tahap-tahap tertentu, dari yang sederhana menjadi kompleks dan sampai pada tahap yang sempurna.

b. Universal Theory of Evolution: menyatakan bahwa perkembangan

masyarakat tidak perlu melalui tahap-tahap tertentu yang tetap. Menurut

9Abdulsyani, 1992, Sosiologi Skematika Teori dan Terapan, Jakarta, Bumi Aksara. Hlm. 10-36


(39)

tertentu.

c. Multilined Theories of Evolution: menekankan pada penelitian terhadap tahap perkembangan tertentu dalam evolusi masyarakat. Misalnya, penelitian pada pengaruh perubahan sistem pencaharian dari sistem berburu ke pertanian.

Perubahan revolusi merupakan perubahan yang berlangsung secara cepat dan tidak ada kehendak atau perencanaan sebelumnya. Secara sosiologis perubahan revolusi diartikan sebagai perubahan-perubahan sosial mengenai unsur-unsur kehidupan atau lembaga-lembaga kemasyarakatan yang berlangsung relatif cepat. Dalam revolusi, perubahan dapat terjadi dengan direncanakan atau tidak direncanakan, dimana sering kali diawali dengan ketegangan atau konflik dalam tubuh masyarakat yang bersangkutan.

Revolusi tidak dapat terjadi di setiap situasi dan kondisi masyarakat. Secara sosiologi, suatu revolusi dapat terjadi harus memenuhi beberapa syarat tertentu, antara lain adalah:

a. Ada beberapa keinginan umum mengadakan suatu perubahan. Di dalam masyarakat harus ada perasaan tidak puas terhadap keadaan, dan harus ada suatu keinginan untuk mencapai perbaikan dengan perubahan keadaan tersebut.

b. Adanya seorang pemimpin atau sekelompok orang yang dianggap mampu memimpin masyarakat tersebut.


(40)

masyarakat, untuk dijadikan program dan arah bagi geraknya masyarakat.

d. Pemimpin tersebut harus dapat menunjukkan suatu tujuan pada masyarakat. Artinya adalah bahwa tujuan tersebut bersifat konkret dan dapat dilihat oleh masyarakat. Selain itu, diperlukan juga suatu tujuan yang abstrak. Misalnya perumusan sesuatu ideologi tersebut.

e. Harus ada momentum untuk revolusi, yaitu suatu saat di mana segala

keadaan dan faktor adalah baik sekali untuk memulai dengan gerakan revolusi. Apabila momentum (pemilihan waktu yang tepat) yang dipilih keliru, maka revolusi apat gagal.10

B. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat

1. Pengertian secara bahasa

Kata pemberdayaan bearasal dari bahasa inggris empowerment yang berarti memberi kekuatan, memberi daya, menguasakan atau memberi kekuasaan atau wewenang11

Dalam buku Pemberdayaan Masyarakat yang ditulis oleh Drs. H. Roesmidi, M.M. dan Dra. Riza Risyanti menjelaskan pengertian Pemberdayaan yang berasal dari kata daya dan bila ditambahkan awalan ber menjadi berdaya yang artinya mempunyai daya, dan apabila diberi awalan pe disisipkan –m- dan akhiran an menjadi pemberdayaan artinya membuat sesuatu menjadi berdaya atau mempunyai daya atau kemampuan. Dalam

10http://id.wikipedia.org/wiki/Perubahan_sosial

11John M. Echols, Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta : Gramedia, 2006), h. 211


(41)

baru, melainkan sudah sering dilontarkan semenjak adanya kesadaran bahwa factor manusia memegang peran penting dalam pembangunan.

Carlzon dan Macauley, sebagaimana dikutip oleh Wasistiono (1998 : 46) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan pemberdayaan adalah:

“Membebaskan seseorang dari kendali yang kaku, dan memberi orang

tersebut kebebasan untuk bertanggung jawab terhadap ide-idenya, keputusan-keputusan dan tindakan-tindaknnya”.

Sedangkan pengertian Masyarakat dalam konteks pemberdayaan

masyarakat secara etimologis “community” berasal dari kata communitat yang berakar pada comunete atau common .

Community mempunyai dua arti (Talizi, 1990-49):

a. Sebagai kelompok sosial yang bertempat tinggal di lokasi tertentu, memiliki kebudayaan dan sejarah yang sama.

b. Sebagai satuan pemukiman yang terkecil, di atasnya ada kota kecil (town), dan di atas kota kecil ada kota besar (city).

Pendapat lain mengatakan bahwa komunitas diidentikan sebagai pemukiman kecil penduduk, bersifat mandiri (self contained) dan yang satu berbeda dengan yang lainnya:

a. Komunitas memiliki kesadaran kelompok (group consciousness) yang kuat.

b. Komunitas tidak terlalau besar sehingga dapat saling mengenal secara pribadi tetapi tidak terlalu kecil, sehingga dapat berusaha


(42)

c. Komunitas bersifat homogen. d. Komunitas hidup mandiri. 12

2. Pengertian Secara Istilah

Istilah pemberdayaan lahir sebagai sebuah konsep dari perkembangan alam pikiran dan kebudayaan masyarakat. Berdasarkan peneltian kepustakaan Pranarka, proses pemberdayaan mengandung dua kecenderungan,

a. Kecenderungan primer, yaitu pemberdayaan yang menekankan pada proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan, kemamapuan kepada masyarakat agar individu menjadi lebih berdaya b. Kecenderungan sekunder, yaitu pemberdayaan yang menekankan pada

proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yangmenjadi pilihan hidupnya.13

Dilihat dari tujuannya, pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan social; yaitu masyarakat yangberdaya memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi,, maupun social sepert mampu menyampaikan aspirasi,

12Drs

H. Roesmidi, M.M. dan Dra. Riza Risyanti 2006 PEMBERDAYAAN

MASYARAKAT.

Bandung, ALQAPRINTJATINANGOR hal. 1-7

13Bambang Sutrisno, Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengembangan Ekonomi

Kerakyatan dalam Akses Peran Serta Masyarakat, Lebih Jauh Memahami Community Development, Bambang Rudito dkk, (ed), (Jakarta: ICSD, 2003), h.133


(43)

mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.14

Kata pemberdayaan juga menunjuk pada kemampuan orang khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam;

a. Memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan (freedom), dalam arti bukan saja bebas mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, kebodohan dan dari rasa sakit.

b. Menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang dan asa yang mereka perlukan.

c. Berpartisipasi dalam pembanguan dan keputusan yang mempengaruhi mereka15

Dalam perspektif islam secara etimologi, pemberdayaan masyarakat berarti membina dan meningkatkan kualitas. Masyarakat islam berarti kumpulan masyarakat yang beragama islam. Secara terminology, pemberdayaan masyarakat Islam berarti mentransformasikan dan melembagakan semua segi ajaran islam dalam kehidupan kelompok, sosial dan masyarakat.

Amrullah Ahmad menyebutkan bahwa pemberdayaan masyarakat islam

14Syahril Harahap, Islam Konsep Implementasi Pemberdayaan, (Yogyakarta: PT. Tiatra Wacana Yogya, 1999, h. 58-60

15Edi Suharto, Membangun Masyarakat, Memberdayakan Masyarakat, (Bandung: PT Refika Aditama, 2005), h.58


(44)

masalah ummah dalam bidang sosial, ekonomi dan lingkungan.16

3. Kendala-kendala Pemberdayaan

Meskipun proses pemberdayaan masyarakat merupakan proses yang berkesinambungan, dalam penerapannya tidak semua strategi yang telah direncanakan dapat berjalan mulus. Terdapat berbagai kendala-kendala dalam proses pemberdayaan seperti kelompok masyarakat yang melakukan penolakan terhadap perubahan dan pembaharuan yang dilakukan yang merupakan kendala atau hambatan yang dapat menghalangi terjadinya perubahan atau pembangunan tersebut.

Watson dalam bukunya “Planning of Change” (Isbandi R, 2003 : 306-321) menyebutkan tentang kendala-kendala dalam upaya pemberdayaan, sebagai berikut;

1. Kendala yang berasal dari kepribadan individu

a. Kestabilan (home ostasis)

Merupakan doronganindividu yang berfungsi untuk menstabilkan dorongan-dorongan dari luar. Kemampuan tubuh manusia mengatur dan mengadaptasi perubahan fisiologis yang terjadi. Pelatihan dan penguatan yang berlanjut dapat membuat seseorang tidak receptive terhadap perubahan. Contoh: “pelatihan singkat”, kebanyakan hasilnya gagal.

b. Kebiasaan (habit)

Setiap individu akan beraksi sesuai kebiasaanya. Walaupun kebiasaan ini

16Amrullah Ahmad, Strategi Dakwah Islam di Tengah Reformasi Menuju Indonesia Baru dalam Memasuki abad ke-21, (Bandung: Makalah pada Sarasehan Nasional SMF Dakwah IAIN 1999), h.9


(45)

c. Hal yang utama (primacy)

Hal-hal yang berhasil mendatangkan kepuasan. Orang cenderung akan melakukan hal yang sama ketika menghadapi situasi yang sama.

d. Seleksi ingatan dan persepsi (selective perception and retention)

Sikap yang sudah terbentuk dalam menghadapi sikap yang dijumpai, dimana setiap tindakan akan disesuaikan dengan sikap yang sudah terbentuk tadi.

e. Ketergantungan (dependence)

Ketergantungan terhadap orang lain dalam menghambat proses

“pemandirian” masyarakat.

f. Superego

Superego yang terlalu kuat membuat seseorang tidak mau menerima perubahan dan menganggap perubahan adalah hal yang tabu. Dorongan dari ide untuk hasil yang baik dikalahkan oleh kekuatan superego.

g. Rasa tidak percaya diri (self distrust)

Hal ini merupakann konsekuensi ketergantungan dari superego. h. Rasa tidak aman dan regresi (insecurity and regression)

Rasa tidak nyaman atau tidak senang dengan keadaan saat ini. Perubahan dirasakan dapat meningkatkan kecemasan dan ketakutan.

Dari beberapa kendala yang terdapat pada teori di atas jelas terlihat dalam konteks pemberdayaan masyarakat tidak semudah mengubah boneka untuk mengikuti kemauan tuannya. Kita sebagai pendamping masyarakat harus


(46)

baik dan dibutuhkan oleh masyarakat setempat. Karena bisa saja kita berfikir perlu melakukan perubahan namun masyarakat setempat merasa sudah ada pada level kehidupan yang cukup baik, dalam hal ini dibutuhkan sosialisasi dan pendekatan yang baik antara client dan partner sehingga proses perubahan bisa berjalan baik dan tepat sasaran sesuai tujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat setempat

2. Prosedur dalam melakukan perubahan

Kendala-kendala yang muncul dan menghambat perubahan dapat di minimalisir dengan cara;

a. Warga masyarakat dilibatkan dalam mendiagnosis masalah, sehingga mereka tahu dan setuju masalahnya memang penting.

b. Proyek yang dikembangkan diadopsi berdasarkan diskusi dan kesepakatan kelompok .

c. Kelompok pendukung dan kelompok penentang menyadari tujuan perubahannya, serta dapat mengurangi rasa khawatir dalam masyarakat. d. Warga masyarakat dapat memberikan umpan balik dan mengklasifikasikan

program perubahan yang dilakukan, sehingga kesalah pahaman dan ketidak mengertian masyarakat dapat dikurangi.

e. Warga masyarakat percaya, mau menerima dengan senang hati, serta mendukung relasi yang sudah berkembang.17

Dari beberapa cara di atas dapat membantu para pengembang masyarakat

17Drs H. Roesmidi, M.M. dan Dra. Riza Risyanti 2006 PEMBERDAYAAN

MASYARAKAT.


(47)

sehingga masyarakat merasa adanya keterbukaan dalam menuju perubahan ini, sehingga masyarakat setempat pun bebas menyalurkan aspirasai dan ide-ide mereka yang terkait seputar kebutuhan perubahan sehingga proses menuju perubahan pun dapat berjalan lancar dan diterima oleh masyarakat.

C. Pengertian Pendapatan

Dalam pengertian umum pendapatan adalah hasil pencaharian usaha. Budiono (1992 : 180) mengemukkan bahwa pendapatan adalah hasil dari penjualan faktor-faktor produksi yang dimilikinya kepada sektor produksi. Sedangkan menurut Winardi (1992 : 171) pendapatan adalah hasil berupa uang atau materi lainnya yang dapat dicapai dari pada penggunaan faktor-faktor produksi. Berdasarkan kedua pengertian para tokoh dapat disimpulkan bahwa pendapatan merupakan nilai dari seluruh barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu badan usaha dalam suatu periode tertentu. Dengan demikian maka yang dimaksud dengan pendapatan jasa adalah nilai dari seluruh jasa yang dihasilkan suatu badan usaha dalam suatu periode tertentu.

Selanjutnya, pendapatan juga dapat di definisikan sebagai berikut : “

Pendapatan menunjukan jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu ( biasanya satu tahun ), pendapatan terdiri dari upah, atau penerimaan tenaga kerja, pendapatan dari kekayaan seperti : ( sewa, bunga dan deviden ) serta pembayaran transfer atau penerimaan dari pemerintah seperti tujangan sosial atau asuransi


(48)

36

A.

Kota Tangerang Selatan merupakan salah satu kota dari 8 kabupaten/kota di Provinsi Banten, Kota Tangerang Selatan merupakan pemekaran dari Kabupaten Tangerang, diresmikan sebagai daerah otonom pada tanggal 28 Oktober 2008 dengan diberlakukannya Undang-undang Nomor 51 tahun 2008. Kota Tangerang Selatan merupakan daerah strategis karena berbatasan langsung dengan DKI Jakarta, berjarak ±20 kilometer ke ibukota negara dan ±20 menit dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta.

Batas-batas wilayah administrasi Kota Tangerang Selatan menurut Undang-undang 51 Tahun 2008 adalah sebagai berikut :

1. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Pinang, Kecamatan Larangan, Kecamatan Ciledug Kota Tangerang;

2. Sebelah timur berbatasan dengan Kota Jakarta Selatan Provinsi DKI Jakarta;

3. Sebelah selatan berbatasan dengan Kota Depok dan Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat dan;

4. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Cisauk, Kecamatan Pagedangan, Kecamatan Kelapa Dua Kabupaten Tangerang.

Secara administratif Kota Tangerang Selatan terdiri dari 7 (tujuh) kecamatan yakni : Pamulang, Ciputat, Ciputat Timur, Pondok Aren, Setu,


(49)

Serpong dan Serpong Utara. Kota Tangerang Selatan memiliki luas wilayah 147,19 Km2. Secara umum Kota Tangerang Selatan merupakan dataran rendah dengan letak ketinggian dari permukaan laut ±44 m. 1

B. Data Topografi Situ Kuru

Lokasi Situ kuru berada di Desa Cempaka Putih, Kecamatan Ciputat, Kabupaten Tangerang. Secara geografis, terletak di 6°18'29.40" LS dan 106°45'18.30" BT.

Tabel 3.1 Data Umum Situ Kuru

Keterangan : Dalam tabel ini dijelaskan data umum mengenai Situ Kuru yang peneliti peroleh dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane yang dilakukan pada tahun 2008

1

http://pemdatangerangselatan.blogspot.com/

Kelurahan

Cempaka Putih

Koordinat (LS)

6° 18' 29,4"

Kecamatan

Ciputat Timur

Koordinat (BT)

106° 45' 18,3"

Kabupaten

Tangerang

Elevasi

65 mdpl

DAS

Pesanggrahan

Luas Asal*

4.00 ha

Luas Hasil Survey

0.89 ha

Sumber: Data dan Hasil Survey Topografi

22.32%


(50)

Tabel 3.2 Hasil Identifikasi dan Inventarisasi Situ Legoso

Keterangan : Tabel ini menjelaskan tentang kondisi dari Situ Kuru itu sendiri data diperoleh dari hasil penelitian yang dilakukan Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane pada tahun 2008

Berikut penjelasan jika ingin meninjau lokasi Situ Kuru;

1. Dari Jakarta menuju ke Kecamatan Ciputat, tepatnya Jl. Ir. H. Juanda, Kabupaten Tangerang.

2. Untuk menuju ke lokasi, kita harus berbelok ke arah kanan (barat ) ke Jl. Pesanggrahan.

3. Situ terletak di belakang Rumah Makan Serba Nikmat atau belakang kampus UIN Syarif Hidayatullah

4. Kita dapat menuju lokasi dengan berjalan kaki sekitar 100 meter.

Situ Kuru ini masuk dalam wilayah kota Tangerang Selatan dan bahkan sudah

No. Nama Situ Lokasi

4 Situ Legoso/ Situ Kuru Kel. Cempaka Putih - Kondisi perairan sudah sangat buruk Kec. Ciputat Timur

-- Pendangkalan terjadi hampir di seluruh bagian situ

-- Inlet berupa gorong--gorong sebanyak 3 (tiga) buah - Outlet berupa gorong-gorong sebanyak 1 (satu) buah

-- Masyarakat tidak memanfaatkan situ sebagaimana mestinya

-Sumber: Hasil Kegiatan Identifikasi dan Inventarisasi PT. Aria Jasa Konsultan 2008

Kapasitas tampungan yang minim tidak dapat menampung beban banjir di musim hujan

Batas situ di sebelah utara dan timur berupa tembok rumah milik warga setempat

Batas situ di sebelah barat dan selatan merupakan jalan aspal dan rumah warga

Secara umum kondisinya sudah sangat buruk dan tidak lagi tampak sebagai suatu situ

Kondisi situ terbengkalai dan dijadikan tempat pembuangan sampah


(51)

ada sebelum kota tangerang selatan disahkan, Tangerang Selatan baru disahkan sekitar empat tahun yang lalu sedangkan situ kuru saat itu sudah berubah fungsi sebagai lahan bisnis. Dahulu situ kuru sekitar tahun 70-an luasnya masih terbentang dan berfungsi sebagai daerah resapan air. Namun pada tahun 90 akhir sampai 2000-an, kini itu semua telah berubah. Perubahan tersebut terjadi akibat banyak yang menjadikan lahan Situ Kuru menjadi lahan bisnis yang menjual berbagai keperluan kebutuhan perkuliahan ataupun segala jasa dan fasilitas yang dibutuhkan mahasiswa mulai dari rumah makan, foto copy-an, rental komputer atau Play Station, warnet, kos-kosan dan lain sebagainya. Situ Kuru kini menyempit hanya seperti kubangan air yang berwarna hijau kelam dan berbau tak sedap, dan tentunya tak lagi berfungsi sebagai daerah resapan air.

Situ Kuru berada persis di samping kampus UIN Jakarta yang dibelah Jalan Pesanggrahan. Luas danau semula mencapai sekitar lima hektar, namun kini telah menyusut hingga 7.500 meter persegi saja. Belum diketahui persis kapan sejarah situ tersebut dibangun. Tapi yang jelas, riwayat Situ Kuru kini semakin memprihatinkan. Selain sudah banyak yang diurug, tak sedikit pula warga mendirikan bangunan berupa hunian dan tempat usaha. Ironisnya, bangunan-bangunan itu didirikan tanpa izin yang jelas.

Berdasarkan informasi yang diterima Republika dari pihak Rektorat UIN Syarif Hidayatullah, pada tahun 1980-an dulu luas Situ Kuru mencapai empat hektare. Namun, seiring dengan perkembangan UIN Syarif Hidayatullah sebagai salah satu pusat kajian Islam terbesar di Indonesia yang menarik minat ribuan mahasiswa Indonesia untuk menuntut ilmu di sana, luas situ itu berkurang saat ini


(52)

hingga mencapai satu hektare saja. Warga sekitar UIN memanfaatkan Situ Kuru dengan menguruk dan membangun pemukiman atau kos-kosan bagi mahasiswa.

Saat ini pun, area situ yang telah berkurang sebanyak tiga hektare itu sangat memprihatinkan. Enceng gondok tumbuh subur di permukaan air situ dan menyumbat saluran air dari pemukiman ke arah situ hingga tidak jarang membuat pemukiman di sekitar situ dan kampus UIN itu kebanjiran karena aliran air tidak lancar.

Menghadapi kondisi seperti itu, pihak Rektorat UIN Syarif Hidayatullah segera mengambil tindakan. Dalam rencana jangka pendeknya, mereka meminta Pemkot Tangsel dan pemerintah pusat melalui Balai Besar Sungai Ciliwung-Cisadane untuk membersihkan enceng gondok yang tumbuh subur di atas permukaan air situ. Rencana jangka panjangnya adalah pihak Rektorat UIN menginginkan bangunan yang sudah didirikan oleh warga di area situ untuk dibongkar sehingga tiga hektare luas situ yang hilang bisa kembali.

“Namun tentunya rencana jangka panjang seperti itu sangat sulit untuk dilakukan,” ujar Pembantu Rektor Bidang Administrasi Umum UIN Syarif Hidayatullah, Profesor Amsal Bachtiar kepada Republika, Ahad (28/11).2

2

http://tangerangselatan.wordpress.com/2010/11/28/luas-situ-kuru-kota-tangsel-berkurang-sebanyak-tiga-hektare/


(53)

Adapun lokasi situ Kuru dapat dilihat sebagaimana dalam peta berikut ini :

Gambar 3.1 Peta Lokasi Situ kuru (Peta Megapolitan 2008)3

Gambar di bawah ini di akses melalui google earth untuk mengetahui luas Situ Kuru dari udara

Gambar 3.2 diakses melalui google earth, tanggal pencitraan April 2010

3Sumber data dan hasil survey topografi berdasarkan Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane


(54)

Gambar 3.3 Gambar 3.4

Gambar 3.5

Keterangan : Gambar di atas merupakan keadaan Situ saat belum di padati sampah pada pinggiran-pinggiranya


(55)

Gambar 3.6 Gambar 3.7

Gambar 3.8 Gambar 3.9

Keterangan : Gambar ini merupakan keadaan situ yang mulai dipadati sampah, karena Situ Kuru merupakan tempat pembuangan akhir dari saluran pengairan baik dari Pisangan, kampus UIN, Kp Utan dan saluran air lainnya yang berujung di Situ Kuru sehingga membuat situ dipadati sampah pada pinggirannya dan membuat kualitas warna dan bau air berubah bahkan bisa menjadi sumber penyakit.


(56)

C. Sejarah Situ Kuru

Berbicara mengenai keadaan Situ Kuru pada saat ini, tidak bisa terlepas pada keadaan Situ Kuru masa lalu. Lebih jelasnya kita harus menggali terlebih dahulu secara lebih mendalam mengenai sejarah Situ Kuru itu sendiri. Perlunya digali lebih mendalam mengenai sejarah Situ Kuru adalah untuk membandingkan keadaan Situ Kuru pada masa lalu dan penyebab tercemarnya atau perubahan drastis Situ Kuru saat ini, karena pada tahun 1990-an Situ Kuru dikatakan masih dalam keadaan bersih, jernih, dan masih bisa dinikmati keindahannya, dan tak jarang sebagian warga menjadikan Situ Kuru sebagai objek wisata, disamping airnya yang masih terlihat bening, juga terdengar kicauan burung yang kian menambah asri Situ pada saat itu.

Menurut Engkong Gamur, salah satu warga yang tinggal paling lama di sekitar Situ, dirinya memang sangat merasakan perbedaan yang cukup besar. Dahulu pada tahun 80-an ia masih melihat sepanjang jalan pesangrahan tersebut sangat lengang dan tidak banyak bangunan-bangunan seperti sekarang ini. Kondisi Situ juga masih asri seperti yang dijelaskan sebelumnya. Kong Gamur pun mengaku turut prihatin akan perubahan yang banyak terjadi di sekitar Situ, karena ia kehilangan banyak kenangan dengan beberapa kerabat yang dulunya sama-sama meneteap di Situ Kuru. Sekarang kerabat tersebut sudah banyak yang pindah bahkan meninggal dunia.4

Dengan demikian pentingnya mempelajari lebih dalam mengenai sejarah Situ Kuru adalah untuk mempermudah proses kajian mengenai Situ Kuru.


(57)

Ketika sejarah situ kuru telah dipahami, maka dengan sendirinya dapat mengungkap misteri mengenai siapakah yang menjadi pelopor tinggal di sekitar situ. Siapa yang harus bertanggung jawab atas kerusakan ekosistem Situ Kuru?5

Berikut gambar perbandingan Situ Kuru pada sekitar tahun 70-an dan tahun 2008.

Gambar 3.10 Gambar 3.11

Keterangan : Gambar di atas adalah perbandingan depan jalan pesangrahan gambar 3.10 adalah foto yang diambil pada sekitar tahun 70-an sed70-angk70-an gambar 3.11 diambil pada tahun 2008.

Dari gambar tersebut terlihat perbedaan yang cukup signifikan, dari keadaan depan jalan pesangrahan pada gambar 3.10 adalah keadaan jalan pesangrahan yang belum banyak di dirikan bangunan-bangunan, jalan masih terlihat sangat luas sampai ke dalam arah Aula Insan Cita, sedangkan pada

5Bahan baku dari laporan penelitian Ega Prasetya Noor dan Usniawati pada mata kuliah ekologi 2010


(58)

gambar 3.11 kini banyak perubahan yang bisa dilihat, banyak bangunan berdiri sampai ke belakang dan ke pinggir jalan dari arah samping kampus. Terlebih kini banyak kendaraan berlalu lalang yang menambah kesemrawutan jalan menuju kampus.

D. Gambaran Penduduk Warga Situ Kuru

Warga sekitar situ kuru dominan berasal dari etnis betawi, namun itu pun yang masih warga pribumi asli. Karena kebanyakan sekarang area Situ Kuru ditempati oleh para pendatang, terlebih sekitar pesangrahan. Jadi mereka hanya membuka atau mendirikan usaha di Situ Kuru karena mereka melihat income yang didapatkan cukup mendatangkan keuntungan. Para pelaku usaha pun menydari akan usaha yang ia bangun di sekitar area Situ tersebut tidaklah atas izin yang legal sehingga untuk rumah tempat tinggal para pelaku usaha tersebut rata-rata tidak bermukim di area tersbut. Sehingga mengantisipasi jika ada penggusuran lahan sekitar Situ Kuru mereka tak lagi kelimpungan harus mencari tempat tinggal. Mereka semua tak lain juga kebanyakan ada yang berasal dari kalangan akademisi baik dari UIN ataupun yang lainnya.

Warga asli yang benar-benar mengetahui perubahan Situ Kuru pun perlahan mulai menghilang, sebagian tak lagi bertempat tinggal di wilayah tersebut (Pindah) dan sebagian memang ada yang sudah wafat sehingga tak banyak orang yang bisa dimintai informasi seputar perubahan Situ secara perlahan dan detail.


(59)

Berbicara tentang gambaran warga Situ Kuru, peneliti mecoba menjelaskan tentang banyaknya perubahan yang terjadi. Sekitar tahun 2006 saat terjadi perdebatan antara warga dengan pihak aparat terkait akan dibangunnya kantor lurah di atas Tanah Situ Kuru, maka terbentuklah suatu Tim yang diberi nama Tim peduli Eks Situ Kuru, dikatakan demikian karena memang sumber air yang mengaliri Situ tersebut telah hilang yaitu Situ Legoso.

Tim peduli eks Situ Kuru ini dibentuk atas persetujuan masyarakat setempat dan saat itu tercatat sebanyak 77 kepala keluarga yang tinggal di area tersebut dan sudah memiliki sertifikat atau surat yang sah untuk izin tinggal. Namun kenyatannya pada tahun 2011 ini jumlah penduduk meningkat drastis.6

Berikut dilampirkan tabel yang menggambarkanjumlah penduduk di sekitar Situ Kuru dan pengklasifikasiannya menurut gender atau jenis kelamin

Tabel 3.3 Jumlah penduduk menurut gender

No klasifikasi

Tahun 1991-2001

1 Laki-laki 110

2 Perempuan 99

6Hasil wawancara dengan Bpk. Syahroni selaku ketua Tim Peduli Eks Situ Kuru pada tanggal, 04 Juli 2011


(60)

Tabel 3.4 Jumlah pertambahan penduduk dalam dua periode

No keterangan 1991-2001 2002-2011

1

Jumlah pendudu yang terdaftar di KK (Kartu Keluarga)

72 137

Tabel 3.5 Jumlah penduduk menurut gender pada periode tahun 1991-2001 dan 2002-2011

No klasifikasi Tahun

1991-2001

Tahun 2002-2011

1 Laki-laki 36 71

2 perempuan 36 60

Keterangan : data yang diperoleh pada tabel diatas bersumber pada KK atau Kartu Kleuaga periode lima tahun terakhir dan hanya diambil diwulayah rt 03, yang mencakup Pesangrahan dan masih bersentuhan atau berhubungan langsung dengan lahan Situ Kuru


(61)

49

A. Analisis Disfungsi lahan Situ Kuru

Pada awalnya memang Situ Kuru digunakan warga Ciputat sebagai daerah resapan air, namun kini keadaanya berubah Situ mulai dipenuhi oleh tanaman Eceng Gondok dan Kangkung Liar. Sampah dari dapur warung-warung makanan dan kos-kosan mahasiswa pun turut menghiasi Situ Kuru saat ini. Kondisinya kini amat memprihatinkan. Dari mulai disfungsi lahan, pendangkalan Situ Kuru, kesemrawutan daerah sekitar Situ Kuru, Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang semakin menyempit, bangunan-bangunan ilegal di sepanjang Situ Kuru, dan kepedulian warga sekitar yang masih minim terhadap sampah, ditambah dengan volume air yang tinggi di waktu hujan turun yang berpotensi menyebabkan banjir dan penyebaran penyakit akibat lingkungan yang kurang bersih dan sehat. Sangat menyedihkan kondisi tersebut, mengingat di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sendiri tercatat dua Lembaga Kemahasiswaan yang bergerak di bidang lingkungan hidup dan pecinta alam, tapi lingkungan sekitar kampus yang paling dekat pun seakan tidak tersentuh oleh tangan-tangan para mahasiswa yang memproklamirkan

diri sebagai ‘pecinta alam dan lingkungan hidup’. Bukan juga bermaksud menyalahkan mereka tetapi secara awam terlihat sangat ironis sekali dengan kondisi yang ada di Situ Kuru sendiri.


(1)

TIM KERJA EKS SITU KURU

JL. Pesanggrahan No. 59 RT 003/03 Cempaka putih Ciputat 15412

Tlp: 021 7498764

CATATAN KRONOLOGIS BANTARAN EKS SITU KURU

1. Bantaran eks Situ Kuru sampai pertengahan tahun 60 an lebih dikenal oleh masyarakat sekitar dengan sebutan tempat jin buat anak. Karena menurut penuturan warga sekitar kawasan itu jarang dijamahh oleh warga. Dan Situ tersebut juga dimanfaatkan oleh warga untuk memandikan kerbau-kerbaunya

2. Situ itu berbatasan langsung dengan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syarif Hidayatullah. Sehubungan denga iu kawasan eks Situ Kuru berkembang mengikuti perkembangan yang terjadi pada UIN itu sendiri terutama perkembangan yang menyangkut civitas akademikanya.

3. Sekitar tahun 1963 di kawasan bantaran eks situ kuru mulai ada bangunan-bangunan baik bangunan itu merupakan pondok-pondok mahasiswa untuk belajar dari daerah luar Jakarta, maupun rumah makan untuk kepentingan mahasiswa.

4. Bangunan-bangunan pada butir tiga di atas memiliki izin secara variatif baik dari kelurahan, pejabat pengairan setempat, ketua RT maupun oper garapan.

5. Dari tahun 1963 sampai 2006 situ kuru pernah mengalamai kekeringan tiga kali pada tahun 1962, 1971 dan 1983.

6. Eks Situ Kuru sampai sekarang masih berfungsi sebagai kantong-kantong air yang berasal dari beberapa tempat antara lain limbah kampus UIN, limbah perumahan eks Situ Legoso, limbah kompleks IAIN, limbah RT 4 RW 4 Kp. Utan dan limbah Rt 02 kelurahan Pisangan. Di atas bantaran eks Situ Kuru telah berdiri bangunan-bangunan berupa rumah, toko, asrama mahasiswa HMI dan KOHATI, musholla, lembaga pendidikan seperti TK, kursus-kursus

7. Warga yang bermukim di bantaran eks Situ Kuru terdiri dari 40% pensiunan PNS, 20% PNS dan pegawai swasta aktif, 40% wiraswasta pengusaha golongan ekonomi lemah (pegel).


(2)

8. Di atas bantaran eks Situ Kuru sudah ada lahan yang telah disertifikasi (SK No.47 tanggal 17 November 1971 seluas 6200 M2 atas nama Itra bin Nasan anak mantan lurah Nasan.

9. Sebagian lahan bantaran eks Situ Kuru yang ditempati oleh warga telah memiliki surat-surat dari antara lain Kepala Dinas Pekerjaan Umum atas nama Gubernur KDH tingkat 1 Jawa Barat (U.b Kepala Wilayah Pengairan Banten), Kepala Desa, dan oper garapan dari petugas desa serta dari orang per orang. Dari surat-surat tersebut dia atas sudah ada warga yang telah membayar restribusi untuk pemeinah disamping warga tetap membayar kewajiban iuran desa setiap tahun. Jumlah warga yang bermukim di bantaran eks Situ Kuru sebanyak 86 kepala keluarga.

10. Luas bantaran yang telah dimanfaatkan oleh warga di luar bantaran sertifikat No.47 sisanya seluas 11.700 m2 dmanfaatkan untuk kantong air limbah dan pencegah banjir. 11. Selama ini warga telah berusaha memperoleh hak atas tanah tersebut tapi banyak

hambatan. Oleh sebab itu warga bantaran eks Situ Kuru sangat mengharapkan legalitas hak atas tanah bantaran eks Situ Kuru sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Demikianlah kronologis bantaran eks Situ Kuru ini kami buat dengan sebenar-benarnya untuk diperunakan seperlunya sebagai bahan pertimbangan lebih lanjut.

Ciputat, 12 Februari 2007 Atas nama warga TIM KERJA PEDULI SITU KURU


(3)

Hasil wawancara

Dalam proes pengumpulan data peneliti melakukan wawancara dengan berbagai informan seperti ketua RT, kepala seksi kelurahan Cempaka Putih yang memang mengurus penanganan Situ-situ se Tang-Sel, Balai Besar Sungai Ciliwung Cisadane, Ketua dan wakil selaku pengurus tim pengendali ex Situ Kuru, warga dan perwakilan pelaku usaha. Permasalahan awal di lapangan terdapat perbedaan nama yang dipakai untuk Situ ini. Saat peneliti melakukan wawancara dan meminta data ke Balai Besar Sungai Ciliwung Cisadane justru nama Situ Kuru tidak ada dalam data pengelolaan Situ, nama yang digunakan yaitu Situ Legoso yang sekarang ini telah menjadi komplek perumahan.

1. Wawancara dengan Pak Widya selaku ketua Rt

Selama proses melakukan wawancara di lapangan (daerah Situ Kuru), peneliti menemukan berbagai informasi dan fakta yang terungkap terkait Situ Kuru. Menurut pa Widya atau Wiwid ( begitu beliau biasa di sapa), selaku ketua RT setempat, saat dia mulai pertama kali pindah dari kampung halamannya di Cirebon ke Situ Kuru sekitar tahun 85-an. Saat itu Situ Kuru masih berfungsi sebagai daerah resapan air dan beliau pun masih merasakan ketika situ masih berada pada fungsi awal dan juga sebagai tempat wisata yang sedap dipandang airnya jernih, dan masih bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Situ Kuru sendiri mulai mengalami perubahan sekitar tahun 90-an dan itu pun belum signifikan hanya sudah mulai ada yang mendirikan kos-kosan dan mereka menyalah gunakan izin tersebut. Pada awalnya mereka mendatangi kementrian perairan dan meminta izin untuk pemeliharaan daerah sekitar situ atau pemeliharaan ikan namun ternyata izin tersebut di salah gunakan. Sehingga jadilah


(4)

mereka menyulap sebagian lahan tersebut untuk kepentingan pribadi yang terkait dengan bisnis dan perubahan yang sesungguhnya terlihat sekitar akhir tahun 90 menjelang tahun 2000 yang sudah mulai bertumbuhan lahan-lahan bisnis yang berdiri di atas lahan situ kuru, dan kebanyakan mereka adalah pendatang yang membuka usaha di situ kuru. Hal ini terbukti jika moment pekan hari raya maka daerah sekitar pesangrahan yang kini lebih banyak terlihat sebagai lahan bisnis itu terasa begitu sepi seperti daerah yang tak ada penduduknya. Adapun warga asli atau pribumi yang turut mengeksploitasi Situ Kuru sekitar sepuluh orang.

Pa Wiwid pun pernah membuat peraturan untuk mengeluarkan iuran terkait pemeliharaan situ kuru sekitar enam tahun yang lalu setiap warga khususnya yang menggunakan lahan situ kuru ditarik iuran untuk pelestarian Situ tersebut, nominalnya tidak tentu semampu mereka memberi ada yang memberi satu juta rupiah ada yang lebih dan ada yang kurang. 1 Dari uang yang terkumpul dibuat semacam pagar pembatas untuk menentukan mana yang masih lahan situ kuru dan mana yang bukan, namun iuran itu hanya berjalan sementara karena hal yang menyinggung financial memang sangat sensitive banyak warga yang mempertanyakan kemana saja uang yang mereka keluarkan untuk iuran Situ Kuru tersebut.

2. Wawancara dengan Drs. H. Fachruddin selaku Wakil Ketua Tim Peduli Eks Situ Kuru

Lain lagi dengan pendapat seorang warga sekaligus wakil dari tim peduli ex Situ Kuru yang bernama Drs. H. Fachruddin, beliau berasal dari etnis Sumatra Barat (Padang)


(5)

yang mulai datang ke ciputat tepatnya sekarang tinggal di pesangrahan Situ Kuru sejak tahun 1971 dari hasil wawancara yang dilakukan dengan beliau peneliti menemukan fakta baru yang terungkap seputar Situ Kuru, ternyata terdapat tim peduli ex Situ Kuru yang bertujuan untuk memelihara kebersihan lingkungan sekitar terlebih fokus di daerah danau yang kini semakin menyempit tersebut. Awal mula terbentuk tim pengendali ini pun berawal dari pasca kedatangan pihak Bupati yang berencana mendirikan kantor Bupati yang akan di bangun tepat di atas lahan Situ tersebut. Karena memang fungsi daerah tersebut sebagai daerah resapan air, warga pun menolak rencana tersebut sehingga sebagian warga membentuk suatu tim yang saat itu dipilih oleh warga setempat untuk mengendalikan Situ agar tetap menjadi danau yang berfungsi sebagai daerah resapan air, walaupun saat ini lebih terlihat seperti kubangan namun setidaknya tidak sampai hilang dan menjadi sebuah kantor Bupati.

Tim peduli ex Situ Kuru ini mempekerjakan seorang pemulung yang biasanya dibayar sebesar tiga ratus ribu rupiah perbulan dan ditugaskan untuk membersihkan Situ dari sampah-sampah yang menumpuk di pinggiran, karena sampah tersebut tidak serta merta sampah yang berasal dari rumah tangga warga setempat, bahkan terdapat dari beberapa aliran yang berasal dari saluran pisangan sampai saluran kampus UIN sendiri dan pembuangan akhirnya menumpuk di Situ Kuru ini.2

Kemudian seorang warga pendatang yang bernama Pak Joe, saat ini sudah lima belas tahun tinggal di samping situ Pak Joe sendiri berprofesi sebagai tukang siomay keliling awalnya beliau tinggal di daerah Pisangan dan baru pada tahun 2007 beliau pindah dan menetap persis di samping danau Situ dekat arah semanggi. Pak Joe mengontrak karena keperluan berdagang siomay keliling, beliau pun dulu masih


(6)

merasakan situ yang belum berubah seperti saat ini pertama kali ia datang kondisi situ masih terlihat sebagai danau yang bersih bahkan menurut Pak Joe Situ Kuru terlihat seperti rawa-rawa karena belum ada jalan yang menuju kontrakannya sekarang kondisi airnya pun masih bening, walaupun sudah tidak dipakai warga setempat untuk keperluan sehari-hari setidaknya tidak banyak sampah yang menghiasi pinggiran situ seperti sekarang ini.