pohon akan berpariasi oleh karenanya maka struktur tegakan ini akan dapat dipakai untuk menduga kerapatan pohon pada berbagai kelas diameter,
apabila dugaan parameter struktur tegakan dan jumlah pohon secara total diketahui.
Diameter batang pohon tidak hanya dapat diduga dengan diameter tajuknya, namun bila ditambah dengan tinggi pohon sebagai peubah bebas
lainnya, maka ada kemungkinan akan dapat meningkatkan ketelitian hasil dugaan yang diperoleh. Tinggi pohon berbanding lurus dengan diameter
batang pohon yang bersangkutan. Dengan kata lain pohon yang tinggi akan mempunyai diameter batang yang besar pula. Sebagai contoh, perbedaan
tinggi pohon pinus putih di Amerika sebesar 10 kaki menunjukkan adanya perbedaan diameter batang sebesar 1 satu kaki dan diameter tajuk 2 dua
kaki Spurr, 1960 dalam Jaya, 2006. Hasil penelitian ditemukan pula adanya korelasi antara diameter tajuk
dengan diameter batang pohon yang diukurdiamati. Hubungan tersebut pada umumnya berbentuk garis lengkung curvilinear yaitu berbentuk sigmoid
huruf-S. Menurut Spurr 1960 dalam Jaya 2007, hubungan yang berbentuk sigmoid tersebut telah dibuktikan dari hasil penelitian Zieger 1928 di
Jerman, Ilvessalo 1950 di Finlandia terhadap pohon pinus; Ferree 1953 di Amerika Serikat terhadap jenis pohon berdaun lebar hardwood; Dilworth
1951 terhadap jenis pohon cemara Douglas; Minor 1951 terhadap jenis pinus bagian Selatan Douglas; Hollerwoger 1954 terhadap jenis kayu jati di
Indonesia; dan dari hasil penelitian para ahli lainnya terhadap berbagai jenis di berbagai tempat. Bentuk-bentuk kurva hubungan antara diameter batang
dan diameter tajuk berbeda-beda untuk setiap jenis dan lokasi pohon bersangkutan. Menurut Eule 1959 dalam Spurr 1960, penjarangan tidak
banyak mempengaruhi bentuk-bentuk hubungan tersebut.
E. Inventarisasi
Inventarisasi hutan diperlukan untuk mengetahui kekayaan yang terkandung di dalam suatu hutan pada saat tertentu. Hutan sebagai asosiasi
masyarakat tumbuh-tumbuhan dengan dominasi pohon-pohonan selalu
mengalami perubahan setiap waktu. Oleh karena itu jumlah kekayaan yang terkandung di dalam hutan juga selalu berubah.
Sejak pemanfaatan teknologi penginderaan jauh berkembang pesat, pada prinsipnya inventarisasi hutan dapat dilakukan dengan 3 tiga macam cara
dan pendekatan Jaya, 2002a, yaitu : 1 Inventarisasi hutan secara terestris; 2 Inventarisasi hutan dengan penginderaan jauh; 3 Inventarisasi hutan
kombinasi terestris dan penginderaan jauh.
Inventarisasi hutan secara terestris adalah kegiatan pengukuran dan pengamatan langsung dilakukan di lapangan, baik dilakukan bila luasan yang
relatif kecil. Metode ini akan memberikan hasil penaksiran lebih akurat, kerena kontak langsung dengan obyeknya, sehingga dapat melihat situasi dan
kondisi sebenarnya obyek. Untuk luasan besar metode ini memerlukan waktu dan dana yang besar. Selain itu, kemungkinan akan mendapatkan banyak jenis
kesalahan, salah satu diantaranya adalah kesalahan ukur yang cenderung lebih besar akibat kelelahan tenaga ukurnya.
Sedangkan Inventarisasi hutan dengan penginderaan jauh, dimana kegiatan pengukuran dan pengamatan dilaksanakan secara tidak langsung
menggunakan sarana bantu berupa citra permukaan bumi, baik potret udara maupun citra satelit. Jika dibandingkan dengan metode terestris, ketelitian
yang didapat relatif lebih rendah terutama apabila hanya menggunakan teknik penginderaan jauh, tetapi metode ini cocok untuk luasan yang besar,
pengukuran lebih cepat. Karena pengukuran dilakukan di atas meja dan sedikit tenaga, maka human error dapat dikurangi.
F. Cara Pengambilan Contoh.
Cara pengambilan contoh dapat dilakukan dengan : a Systematic sampling, pada cara ini setiap anggota atau individu dalam populasi tidak
mempunyai peluang atau kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai contoh; b Random sampling, pada cara ini setiap anggota atau individu
dalam populasi mempunyai peluang yang sama untuk terpilih menjadi contoh Simon, 2007.
Anggota atau individu dalam populasi tersebut dapat bersifat individual ataupun dapat berupa unit sekumpulan anggota atau individu dari populasi
tersebut. Populasi yang dimaksud dalam inventarisasi sumberdaya hutan ini adalah tegakan hutan.
Teknik pengambilan contoh secara sistematik tersebut diatas, dalam kegiatan inventarisasi sumberdaya hutan, jarang atau tidak digunakan.
Biasanya cara sistematik tersebut dimodifikasi dengan menggunakan cara random sampling cara pengambilan contoh secara acak, yaitu pada
pemilihan contoh yang pertama dilakukan secara acak dan pada pemilihan contoh berikutnya ditentukan secara sistematik. Cara ini dikenal sebagai
systematic sampling with random start Simon, 2007.
G. Pengelompokan Contoh