33
subjek tersebut sedang dalam masa kerja di lahan, yang diselingi dengan waktu pengambilan data untuk penelitian ini, sehingga penerimaan beban
kerja fisik terhadap suatu pekerjaan menjadi lebih rendah dibanding subjek lainnya. Dapat dilihat juga dari klasifikasi tingkat beban kerja pada subjek B3
yang masuk kategori sedang sampai berat. Penyesuaian setiap individu terhadap suatu pekerjaan ataupun alat dan
mesin yang digunakan memerlukan waktu dan cara yang berbeda. Kenyamanan tidak hanya dipengaruhi oleh kesesuaian fisik, tapi juga dari
penyesuaian dalam menggunakan alat atau mesin. Hal tersebut juga dapat dibuktikan oleh kurangnya pengaruh berat badan seseorang terhadap
konsumsi energi yang digunakan, contohnya pada subjek ke-2 A2, dengan berat 55 kg, dengan subjek ke-8 C2, dengan berat 60 kg, nilai konsumsi
energi per satuan waktu dan berat badan lebih besar pada subjek ke-2 yang memiliki berat badan lebih ringan. Untuk pembahasan masing
– masing kasus pada cara kerja pembuatan guludan akan diuraikan berikut ini.
1. Pengaruh tinggi badan subjek terhadap beban kerja pada
pembuatan guludan secara manual
Pada pengukuran beban kerja pembuatan guludan secara manual yang menggunakan cangkul dengan ukuran relatif sama, dapat dilihat
bahwa tinggi badan subjek yang berbeda sesuai dengan kelompoknya, tidak berpengaruh terhadap beban kerja. Data menunjukkan tidak
adanya kecenderungan nilai beban kerja yang sama pada subjek dalam kelompok tinggi yang sama. Hal tersebut dapat disebabkan oleh
penyesuaian secara alami dalam penggunaan cangkul, misalnya penyesuaian posisi tangan jaraknya dari mata cangkul dalam
memegang cangkul saat bekerja, agar dapat digunakan dengan nyaman. Perbedaan tingkat beban kerja pada masing
– masing subjek lebih disebabkan oleh adanya perbedaan karakteristik, baik secara
fisik maupun penyesuaian subjek saat bekerja.
34
2. Pengaruh posisi stang kemudi
cultivator terhadap beban kerja pada pembuatan guludan secara mekanis
Pengaruh posisi stang kemudi terhadap beban kerja pada masing – masing kelompok tinggi subjek kurang terlihat. Berdasarkan data
antropometri yang diperoleh Nurmianto, 2004, ketinggian siku manusia pada selang tinggi badan kelompok subjek A 155 ± 5 cm
sesuai dengan ketinggian cultivator pada posisi stang kemudi bawah 92.2 cm, B165 ± 5 cm sesuai dengan ketinggian cultivator pada
posisi stang kemudi tengah 100.3 cm, dan C 175 ± 5 cm sesuai dengan ketinggian cultivator pada posisi stang kemudi atas 110.5 cm.
Namun kesesuaian tersebut tidak membuat subjek pada kelompok A merasakan beban kerja terendah ketika menggunakan cultivator pada
posisi stang bawah, terlihat nilai konsumsi energi terendahnya tidak pada penggunaan posisi tersebut. Begitu pula yang terjadi pada subjek
kelompok B kaitannya dengan posisi stang tengah, dan subjek kelompok C kaitannya dengan posisi stang atas. Sebagai contoh,
berdasarkan acuan nilai konsumsi energi TEC, kkalmenit, pada operator ke-2 A2 nilai TEC terendah adalah saat posisi stang tengah
2.31 kkalmenit, pada operator ke-4 B1 nilai TEC terendah adalah saat posisi stang bawah 2.32 kkalmenit, dan pada operator ke-9 C3
nilai TEC terendah adalah saat posisi stang tengah 1.69 kkalmenit. Walaupun ada subjek yang memiliki nilai konsumsi energi
terendahnya sesuai antara kelompok subjek dengan posisi stang, yaitu hanya pada subjek ke-1 A1 dengan nilai TEC 2.49 kkalmenit.
Posisi stang kemudi pada cultivator berpengaruh terhadap kenyamanan fisik yang dirasakan oleh operator. Pada kasus ini, beban
yang dirasakan oleh subjek saat bekerja cukup besar, sehingga ketidaknyamanan secara fisik yang dirasakan oleh subjek tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap besarnya beban kerja yang diterima oleh subjek tersebut. Penggunaan cultivator mengakibatkan
operator untuk lebih dari sekedar mengeluarkan tenaga fisik, karena perlu adanya keseimbangan antara operator dengan mesin yang
35
digunakan, dan pengendalian kontrol dalam mengoperasikannya. Untuk pengoperasian cultivator yang digunakan pada penelitian ini,
diperlukan pengendalian yang cukup menguras energi karena tidak memiliki tuas kendali untuk berbelok, sehingga selain tenaga,
diperlukan juga pemikiran bagaimana agar dapat berbelok dengan baik dan seimbang. Penggunaan tenaga dan penyesuaian, ditambah
dengan perlunya pengendalian tersebut biasa disebut dengan beban psiko-fisiologis yang dapat mengakibatkan besarnya beban kerja yang
terhitung.
3. Perbandingan beban kerja pada pembuatan guludan secara