Uji Unjuk Kerja Traktor Yanmar Tipe TF 85 pada Lahan Basah dan Lahan Kering di Desa Dolok Hataran, Kabupaten Simalungun

(1)

KABUPATEN SIMALUNGUN

SKRIPSI

TOMAN HARRY DUGA L. TOBING 040308007 / TEKNIK PERTANIAN

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2010


(2)

KABUPATEN SIMALUNGUN

SKRIPSI

TOMAN HARRY DUGA L. TOBING 040308007 / TEKNIK PERTANIAN

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Teknologi Pertanian pada Program Studi Teknik Pertanian Departemen Teknologi Pertanian

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Disetujui oleh, Komisi Pembimbing

(Taufik Rizaldi, STP, MP) (Ainun Rohanah, STP, M.Si

Ketua Anggota

)

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2010


(3)

TOMAN H D L. TOBING: Uji Unjuk Kerja Traktor Yanmar Tipe TF 85 pada Lahan Basah dan Lahan Kering di Desa Dolok Hataran, Kabupaten Simalungun. Dibimbing oleh TAUFIK RIZALDI dan AINUN ROHANAH

Uji unjuk kerja traktor meliputi kemampuan kerja traktor dalam pengolahan lahan dengan menggunakan implemen pendukung untuk mengukur kapasitas kerja, efisiensi, kecepatan kerja, dan slip roda. Tujuan penelitian ini adalah untuk menghitung kapasitas olah dari traktor Yanmar tipe TF 85 pada lahan basah dan lahan kering di Desa Dolok Hataran Kabupaten Simalungun. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok faktorial 2 faktor yaitu perlengkapan (bajak singkal, glebek, dan garu) dan kecepatan (1 m/s, 1,2 m/s, dan 1,4 m/s). Parameter yang diamati adalah kapasitas olah, konsumsi bahan bakar, dan efisiensi traktor.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kecepatan berpengaruh nyata terhadap kapasitas, konsumsi bahan bakar, dan efisiensi traktor pada penggunaan masing-masing perlengkapan. Hasil kapasitas olah terbesar pada lahan basah diperoleh pada kombinasi kecepatan 1,4 m/s dan perlengkapan garu. Dan hasil kapasitas terbesar pada lahan kering diperoleh pada kombinasi kecepatan 1,4 m/s dan perlengkapan gelebek.


(4)

TOMAN H D L. TOBING: Performance of Yanmar TF 85 Tractor on Wet land and Dry land at Desa Dolok Hataran Kabupaten Simalungun. Under the supervision of TAUFIK RIZALDI and AINUN ROHANAH.

The performance test of tractor is its ability to prepare land using implements to know the work capacity, efficiency, work velocity, and wheel skid. The objective of this research is to know the capacity of Yanmar TF 85 tractor on wet land and dry land at Desa Dolok Hataran Kabupaten Simalungun. This research used factorial randomized block design with two factors, i.e. implement (moldboard plow, pulverizer, and harrow) and velocity (1 m/s, 1,2 m/s, and 1,4 m/s). Parameters measured were capacity, fuel consumption and tractor efficiency.

The result showed that velocity affected significantly the capacity, fuel consumption, and tractor efficiency when used the implements. The highest capacity at wet land was found in the combination of 1,4 m/s velocity and harrow implement. At dry land the highest capacity was found in the combination of 1,4 m/s velocity and pulverizer implement.


(5)

Penulis dilahirkan di Pematangsiantar pada tanggal 11 Mei 1986 dari ayah J L. Tobing dan ibu E br Hutabarat. Penulis merupakan putra kedua dari tiga bersaudara.

Tahun 2004 penulis lulus dari SMU Negeri II, Pematangsiantar dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur ujian tertulis Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru. Penulis memilih program studi Teknik Pertanian, Departemen Teknologi Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Teknik Pertanian.

Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di Pabrik Kelapa Sawit Pabatu PTPN IV dari tanggal 07 Juni sampai 07 Juli 2008.


(6)

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan karunia Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Uji Unjuk Kerja Traktor Yanmar Tipe TF85 pada Lahan Basah dan Kering di Desa Dolok Hataran Kabupaten Simalungun.”

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis yang telah membesarkan, memelihara, dan mendidik penulis selama ini. Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Taufik Rizaldi, STP, MP dan Ibu Ainun Rohanah, STP, M.Si selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis dari mulai menetapkan judul, melakukan penelitian, sampai pada ujian akhir. Khusus untuk Bapak P. Sinabariba di Desa Dolok Hataran Kabupaten Simalungun, Penulis menyampaikan banyak terimakasih atas bantuannya selama penulis mengumpulkan data.

Disamping itu, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua staf pengajar dan pegawai di Program Studi Teknik Pertanian Departemen Teknologi Pertanian, serta semua rekan mahasiswa yang tidak dapat disebutkan satu persatu disini yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat.


(7)

Hal.

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR TABEL ...viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

Hipotesa Penelitian... 3

Manfaat Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Traktor ... 4

Klasifikasi Traktor ... 4

Tanah dan Air ... 6

Tujuan Pengolahan Tanah ... 7

Macam-macam Alat Pengolahan Tanah Primer ... 7

Kedalaman Olah Tanah ... 8

Kapasitas Pengolahan Tanah ... 9

Kecepatan Kerja... 10

Efesiensi Pengolahan Tanah ... 11

BAHAN DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ... 13

Bahan dan Alat Penelitian ... 13

Metode Penelitian ... 13

Pelaksanaan Penelitian ... 17

Parameter Penelitian ... 20

HASIL DAN PEMBAHASAN Kapasitas lapang efektif ... 22

Konsumsi bahan bakar... ... 26

Efisiensi ... 29

Kapasitas lapang sampai siap tanam... ... 32

Efisiensi sampai siap tanam ... 34

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... ... 37


(8)

(9)

1. Data pengamatan hasil penelitian pada lahan basah... 21

2. Data pengamatan hasil penelitian pada lahan kering ... 21

3. Uji BNT efek utama pengaruh kecepatan terhadap kapasitas lapang efektif di lahan basah... 22

4. Uji BNT efek utama pengaruh kecepatan terhadap kapasitas lapang efektif di lahan kering...24

5. Uji BNT efek utama pengaruh kecepatan terhadap konsumsi bahan bakar di lahan basah...26

6. Uji BNT efek utama pengaruh kecepatan terhadap konsumsi bahan bakar di lahan kering... 28

7. Uji BNT efek utama pengaruh kecepatan terhadap efisiensi di lahan basah... 29

8. Uji BNT efek utama pengaruh kecepatan terhadap efisiensi di lahan kering... 31

9. Kapasitas lapang sampai siap tanam di lahan basah... 32

10.Kapasitas lapang sampai siap tanam di lahan kering... 33

11.Efisiensi traktor sampai siap tanam pada lahan basah... 34


(10)

No. Hal. 1. Pengaruh kecepatan terhadap kapasitas lapang tiap perlengkapan

di lahan basah... 23

2. Pengaruh kecepatan terhadap kapasitas lapang tiap perlengkapan di lahan kering... 25

3. Pengaruh kecepatan terhadap konsumsi bahan bakar di lahan basah... 27

4. Pengaruh kecepatan terhadap konsumsi bahan bakar di lahan kering... 28

5. Pengaruh kecepatan terhadap efisiensi di lahan basah... 30

6. Pengaruh kecepatan terhadap efisiensi di lahan kering... 32

7. Pengaruh kecepatan terhadap kapasitas lapang sampai siap tanam di lahan basah... 33

8. Pengaruh kecepatan terhadap kapasitas lapang sampai siap tanam di lahan kering... 34

9. Pengaruh kecepatan terhadap efisiensi sampai siap tanam di lahan basah... 35

10.Pengaruh kecepatan terhadap efisiensi sampai siap tanam di lahan kering... 36


(11)

No.

Hal.

1. Diagram alir penelitian ... 42

2. Data teknis traktor roda dua... 43

3. Data pengamatan kapasitas lapang efektif di lahan basah ... 44

4. Data pengamatan kapasitas lapang efektif di lahan kering ... 45

5. Data pengamatan konsumsi bahan bakar di lahan basah ... 46

6. Data pengamatan konsumsi bahan bakar di lahan kering ... 47

7. Data pengamatan efisiensi di lahan basah ... 48

8. Data pengamatan efisiensi di lahan kering ... 49

9. Data perhitungan slip roda... 50

10. Perhitungan kapasitas lapang teoritis sampai siap tanam di lahan basah ... 52

11. Perhitungan kapasitas lapang teoritis sampai siap tanam di lahan kering ... 53

12. Dokumentasi penelitian ... 54


(12)

TOMAN H D L. TOBING: Uji Unjuk Kerja Traktor Yanmar Tipe TF 85 pada Lahan Basah dan Lahan Kering di Desa Dolok Hataran, Kabupaten Simalungun. Dibimbing oleh TAUFIK RIZALDI dan AINUN ROHANAH

Uji unjuk kerja traktor meliputi kemampuan kerja traktor dalam pengolahan lahan dengan menggunakan implemen pendukung untuk mengukur kapasitas kerja, efisiensi, kecepatan kerja, dan slip roda. Tujuan penelitian ini adalah untuk menghitung kapasitas olah dari traktor Yanmar tipe TF 85 pada lahan basah dan lahan kering di Desa Dolok Hataran Kabupaten Simalungun. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok faktorial 2 faktor yaitu perlengkapan (bajak singkal, glebek, dan garu) dan kecepatan (1 m/s, 1,2 m/s, dan 1,4 m/s). Parameter yang diamati adalah kapasitas olah, konsumsi bahan bakar, dan efisiensi traktor.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kecepatan berpengaruh nyata terhadap kapasitas, konsumsi bahan bakar, dan efisiensi traktor pada penggunaan masing-masing perlengkapan. Hasil kapasitas olah terbesar pada lahan basah diperoleh pada kombinasi kecepatan 1,4 m/s dan perlengkapan garu. Dan hasil kapasitas terbesar pada lahan kering diperoleh pada kombinasi kecepatan 1,4 m/s dan perlengkapan gelebek.


(13)

TOMAN H D L. TOBING: Performance of Yanmar TF 85 Tractor on Wet land and Dry land at Desa Dolok Hataran Kabupaten Simalungun. Under the supervision of TAUFIK RIZALDI and AINUN ROHANAH.

The performance test of tractor is its ability to prepare land using implements to know the work capacity, efficiency, work velocity, and wheel skid. The objective of this research is to know the capacity of Yanmar TF 85 tractor on wet land and dry land at Desa Dolok Hataran Kabupaten Simalungun. This research used factorial randomized block design with two factors, i.e. implement (moldboard plow, pulverizer, and harrow) and velocity (1 m/s, 1,2 m/s, and 1,4 m/s). Parameters measured were capacity, fuel consumption and tractor efficiency.

The result showed that velocity affected significantly the capacity, fuel consumption, and tractor efficiency when used the implements. The highest capacity at wet land was found in the combination of 1,4 m/s velocity and harrow implement. At dry land the highest capacity was found in the combination of 1,4 m/s velocity and pulverizer implement.


(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pangan adalah kebutuhan utama bagi manusia di samping papan dan sandang. Kebutuhan pangan akan semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk Indonesia yang kini mencapai 200 juta jiwa lebih. Pemenuhan kebutuhan pangan akan terpenuhi apabila ada pemasukan pangan, baik melalui produksi pangan maupun melalui impor. Dalam hal ini, diutamakan pemenuhan kebutuhan pangan melalui produksi pangan oleh karena Indonesia masih tergolong negara agraris yang berpotensi untuk meningkatkan produksi pangan, untuk dapat meningkatkan produksi pangan tersebut perlu digalakkan upaya-upaya yang mengarah ke peningkatan produksi pangan nasional (Pramuhadi, 2004).

Salah satu penyebab banyaknya impor pangan Indonesia adalah seringnya terjadi kegagalan panen karena diserang hama tertentu, manusia tidak dapat menghentikan siklus hidup dari hama tersebut karena masyarakat tidak dapat melakukan pola tanam tepat waktu dan serentak. Menurut Rachman (2000) cara efektif untuk memutuskan siklus hama adalah dengan melakukan pola tanam serentak namun hal ini tidak dapat dilakukan oleh masyarakat sebab sering terjadi keterlambatan penyiapan lahan karena kurangnya tenaga traktor.

Kapasitas bajak singkal dipengaruhi oleh banyak faktor seperti tipe dan bentuk telapak bajak khususnya singkalnya, kedalaman mata bajak, pengaturan bajak secara keseluruhan, kedalaman dan lebar paliran pengolahan tanah serta


(15)

bermacam-macam tipe dan karakteristik tanah, kecepatan bajak merupakan suatu faktor yang mempengaruhi bajak (Smith dan Wilkes, 1990).

Untuk meningkatkan produksi pangan nasional dapat dilakukan dengan ekstensifikasi. Maka untuk mengolah tanah yang semakin luas diperlukan tenaga traktor yang lebih banyak. Untuk menghindari penambahan unit traktor maka perlu dicari solusi untuk meningkatkan kapasitas kerja dan efesiensi traktor.

Uji unjuk kerja lapang, meliputi uji lapang pengolahan tanah di lahan kering dan lahan sawah dengan implemen pendukung untuk mengukur kapasitas kerja, kedalaman pembajakan, lebar kerja pembajakan, kecepatan kerja pembajakan, kecepatan kerja penggaruan, lebar kerja penggaruan, slip roda, efisiensi lapang sampai lahan yang dikerjakan siap untuk ditanami (Rachman, 2000).

Untuk mengatasi kendala kekurangan tenaga traktor tanpa menambah unit traktor tersebut diatas perlu dicari cara memanfaatkan traktor secara optimal. Karena salah satu faktor yang mempengaruhi kapasitas dan efisiensi kerja traktor dalam mengolah suatu lahan adalah kecepatan traktor sehingga dilakukan penelitian tentang pengaruh berbagai kecepatan terhadap kapasitas pembajakan, pengglebekan dan penggaruan hingga lahan tersebut siap untuk ditanami.

Tujuan Penelitian

Untuk menghitung waktu dan kapasitas pengolahan dari traktor yanmar tipe TF85 pada lahan basah dan lahan kering.


(16)

Hipotesa Penelitian

Ada pengaruh kecepatan traktor terhadap kapasitas pengolahan tanah, konsumsi bahan bakar dan efisiensi traktor roda dua pada lahan basah dan lahan kering.

Manfaat Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

2. Sebagai bahan informasi bagi masyarakat tani.


(17)

Sejarah Traktor

Sejarah traktor dimulai pada abad ke-18, motor uap barhasil diciptakan dan pada permulaan abad ke-19 traktor dengan motor uap mulai diperkenalkan, sementara itu penelitian untuk membuat motor bakar internal mulai sekitar tahun 1800. Antara 1800-1860 banyak motor bakar internal yang dibuat, tetapi satupun belum ada yang memuaskan. Baeu de roches Insyiniur Prancis memberikan sumbangan yang besar pada perkembangan traktor yang ada sekarang. Selanjutnya pada tahun 1898 Rudolf Diesel seorang Insyiniur Jerman berhasil membuat motor diesel dan sejak itu traktor berkembang terus (Daywin,dkk, 1976). Di Indonesia sendiri mekanisasi dimulai sejak 1914 diperkebunan gula tebu di Sidoarjo kemudian berkembang dari perkebunan ke kehutanan. Pada tahun 1946 pemerintah mulai melakukan percobaan mekanisasi pertanian di dataran Sekom Pulau Timur dan pada tahun 1951 sampai 1970 pemerintah berusaha mencetak kader-kader mekanisasi dan pada tahun 1970 berhasil mencetak lulusan pertama Fatemeta IPB (Daywin,dkk, 1976).

Klasifikasi traktor

Menurut Daywin dkk (1976) Penggolongan traktor belum diperoleh keseragaman karena umumnya didasarkan menurut selera dan kepentingan masing-masing. Pada umumnya traktor digolongkan menurut daya yang tersedia pada motor penggerak traktor, maka klasifikasi traktor menjadi berkembang.


(18)

Klasifikasi traktor yang digunakan terutama dalam bidang pertanian dapat didasarkan pada :

1. Menurut besar tenaganya :

a.Traktor Besar ( diatas 15 HP )

b.Traktor Kecil ( lebih kecil atau sama dengan 15 HP ) 2. Menurut bahan bakar :

a.Traktor Diesel b.Traktor Kerosine

3. Menurut bentuk dan jumlah roda dan sistem traksinya serta putaran roda: a.Traktor Roda Ban

- Traktor dengan roda satu - Traktor dengan roda dua - Traktor dengan roda tiga - Traktor dengan roda empat b.Traktor Roda Rantai

c.Traktor Beroda kombinasi roda ban dan rantai. ( Yunus, 2004 ).

Menurut Hardjosentono dkk (2000) berdasarkan cara penggandengan peralatannya traktor kecil diklasifikasikan dalam tiga kelompok :


(19)

1. Tipe unit (Integral Maunted Tractor) adalah traktor roda dua yang peralatannya langsung dihubungkan dengan poros (sumbu as) dengan gigi transmisi.

2. Tipe Gusur (Trailing Type), peralatannya digandengkan ke traktor dengan pen (pasak) jadi bekerjanya berdasarkan kekuatan tarik maju kedepan dari traktor. 3. Tipe Kombinasi (Combination Type), traktor yang dapat dipakai secara tipe

gusur dan tipe unit. Tipe kombinasi menggunakan rantai (chain) sebagai penerus tenaga dari transmisi ke peralatan cangkul/garu berputar (rotari tiller).

Tanah dan Air

Tanah merupakan suatu sistem yang dinamis, tersusun dari empat bahan utama yaitu bahan mineral, bahan organik, air dan udara. Bahan-bahan penyusun tanah tersebut berbeda komposisinya untuk setiap jenis tanah, kadar air dan perlakuan terhadap tanah. Sebagai suatu sistem yang dinamis, tanah dapat berubah keadaannya dari waktu ke waktu, sesuai sifat-sifatnya yang meliputi sifat fisik, kimia, dan sifat mekanis, serta keadaan lingkungan yang keseluruhannya menentukan produktifitas tanah. Pada tanah pertanian, sifat mekanis tanah yang terpenting adalah reaksi tanah terhadap gaya-gaya yang bekerja pada tanah, dimana salah satu bentuknya yang dapat diamati adalah perubahan tingkat kepadatan tanah (Yunus, 2004).

Kandungan air tanah sangat berpengaruh terhadap pengolahan tanah. Pada saat kandungan air tanah relatif sedikit (pF 3,5) tahanan tanah meningkat,


(20)

sehingga mengurangi daya penetrasi alat pengolahan tanah untuk menembus lapisan tanah serta memperbesar tenaga untuk menarik alat (Djoyowasito, 2002). Tujuan Pengolahan Tanah

Tujuan pengolahan tanah dengan traktor adalah untuk menciptakan keadaan fisik tanah yang sesuai, untuk pertumbuhan tanaman yaitu memanfaatkan peralatan yang bekerja secara mekanis dan dengan kapasitas yang besar. Sedangkan pengolahan tanah pertama (primary tillage) adalah suatu tahap pengolahan tanah dalam mempersiapkan tanah untuk pertanaman dan membersihkan tumbuhan pengganggu, dimana pada tahap ini tanah dipotong, dilonggarkan dan dibalik, alat yang digunakan adalah bajak piring atau bajak singkal (Yunus, 2004).

Macam-macam Alat Pengolahan Tanah Primer

Peralatan yang digunakan traktor dalam mengolah tanah sangat beragam. Dalam pemilihan peralatan untuk pengolahan tanah harus diperhatikan hubungan karakteristik peralatan dengan tanah lahan yang akan diolah (Yunus, 2004).

a. Bajak Singkal

Bajak Singkal adalah alat pengolah tanah pertanian yang dihubungkan dengan traktor pertanian dan berfungsi untuk memotong dan membalikkan tanah, dimana sudut vertikal bajak menentukan kedalaman pembajakan dan jumlah mata bajak serta lebar mata bajak menentukan lebar kerja pembajakan (Hendriadi, 2002).


(21)

b. Bajak Piring

Seperti halnya bajak singkal, bajak piring juga dipergunakan untuk mengolah tanah. Tanah/lahan yang umumnya menggunakan bajak piring adalah tanah plastis, berbatu, berakar alang-alang, keras, kasar dan lain-lain sebagainya (Yunus, 2004).

Bajak piring berbentuk piringan yaitu bulat dan cekung serupa dengan alat penggorengan dengan garis tengah berkisar antara 60-80 cm. Bajak jenis ini hanya untuk yang ditarik traktor besar roda empat. Jumlahnya antara dua sampai delapan bajak piring tergantung pada tenaga traktor (Pranoto, dkk, 1983).

c. Bajak Rotari

Bajak rotari ini ditarik kedepan oleh traktor, namun mempunyai pisau pemotong yang digerakkan oleh mesin pembantu yang dipasang pada rangka bajak tersebut. Tipe bajak ini dibuat dalam ukuran 4,5,6 inchi dan memerlukan daya sebesar 90 daya kuda (Smith dan Wilkes, 1990).

Kedalaman Olah Tanah

Bajak pada prinsipnya mempunyai fungsi yang sama dengan cangkul. Bajak berguna untuk memecah tanah menjadi bongkahan-bongkahan tanah. Dalam pembajakan tanah biasanya ditentukan oleh jenis tanaman dan ketebalan lapisan tanah atas. Kedalaman lapisan olah tanah untuk tanaman padi lebih kurang 18 cm (IRRI) bahkan ada tanah yang harus dibajak lebih dalam lagi sekitar 20 cm (AKK, 1990).

Penyiapan lahan dengan pengolahan tanah menggunakan traktor tangan merupakan salah satu alternatif yang bisa dikembangkan. Hasil penelitian


(22)

menunjukkan bahwa penyiapan lahan dengan mengolah tanah menggunakan traktor tangan dapat dilakukan dengan kedalaman olah kurang dari 20 cm untuk menghindari terkupasnya lapisan pirit. Pengolahan tanah dengan traktor tangan dapat menekan kebutuhan waktu kerja dari 142 jam/ha menjadi 17 jam/ha dengan hasil padi yang relatif sama (Rachman, 2000).

Kapasitas Pengolahan tanah

Kapasitas lapang suatu alat/mesin dibagi menjadi dua yaitu kapasitas lapang teoritis atau kemampuan kerja suatu alat di dalam sebidang tanah jika berjalan maju sepenuhnya, waktunya 100 % dan alat tersebut bekerja dalam lebar maksimum (100%) serta kapasitas lapang efektif yaitu rata-rata kerja dari alat di lapangan untuk menyelesaikan suatu bidang tanah dengan luas lahan yang diolah dengan waktu kerja total (Darun, 1990).

Hasil pengumpulan data-data lapang di empat lokasi daerah pertanian padi sawah di Kabupaten Karawang pada tahun 1998 hingga tahun 2000 yaitu di Desa Bayur Kidul (1998), Desa Cadas Kertajaya (1999), Desa Lemah Mulya (2000) dan Desa Teluk Buyung (2000) diperoleh kapasitas lapang pengolahan menggunakan traktor roda dua dan bajak singkal berkisar antara 0,109 ha/jam hingga 0,13 ha/jam atau 7,70 jam/ha hingga 9,10 jam/ha (Pramuhadi, 2004).

Persamaan yang dapat digunakan untuk menentukan kapasitas lapang adalah sebagai berikut :

KLT = W . V ...(1) dimana :


(23)

W = lebar kerja alat (m) V = kecepatan (m/jam)

KLE =

T L

...(2)

dimana :

KLE = kapasitas lapang efektif (ha/jam) L = luas lahan (ha)

T = total waktu tempuh (jam) (Yunus, 2004).

Kecepatan kerja

Kecepatan maju merupakan salah satu metode untuk meningkatkan kapasitas kerja alat pertanian yaitu dengan menambah kecepatan maju berarti meningkatkan kapasitas kerja alat pengolah tanah tanpa harus menambah berat dan jumlah unit tenaga penggerak yang membebani tanah (Yunus, 2004).

Menurut Djoyowasito (2002) mengatakan bahwa semakin dalam kedalaman olah tanah kecepatan kerjanya semakin rendah. Fenomena ini terjadi karena selip roda sangat tinggi pada waktu alat bekerja dan juga banyaknya gulma yang terpotong serta bongkahan tanah yang terolah besar, sehingga waktu untuk menempuh jarak yang ditentukan menjadi lama.

Hasil uji lapang prototipe menunjukkan bahwa pada lahan sayuran dataran tinggi dengan hasil rata-rata uji lapang pada rata-rata kedalaman olah 10 cm kecepatan kerja sebesar 3,5 km/jam (Harjono dkk, 2000).


(24)

Efisiensi Pengolahan Tanah

Efisiensi suatu traktor tergantung dari kapasitas lapang teoritis dan kapasitas lapang efektif. Karena efisiensi merupakan perbandingan antara kapasitas lapang efektif dengan kapasitas lapang teoritis yang dinyatakan dalam bentuk (%). Persamaan yang digunakan untuk mengetahui efisiensi pengolahan tanah adalah sebagai berikut :

Efisiensi = 100% KLT

KLE×

...(3)

dimana :

KLE = kapasitas lapang efektif KLT = kapasitas lapang teoritis (Yunus, 2004).

Pada saat mengolah tanah menggunakan traktor dan alat bajak maka akan diperoleh tanah terolah dengan luas tertentu dan selesai ditempuh dalam waktu tertentu, sehingga kemampuan kerja lapang mengolah tanah tersebut, atau yang dapat dinyatakan dalam satuan luas tanah terolah persatuan waktu. Semakin luas tanah yang diselesaikan dalam waktu yang semakin singkat maka dikatakan bahwa pekerjaan mengolah tanah tersebut mempunyai efisiensi tanah yang tinggi (Yunus, 2004).

Dalam pengolahan lahan sampai lahan tersebut siap untuk ditanami mengalami beberapa proses. Tergantung jenis lahan yang mau diolah. Ada dua jenis lahan yang dapat diolah menggunakan traktor roda dua yaitu lahan basah/sawah dan lahan kering atau lahan yang biasa ditanami sayur-sayuran. Pada


(25)

lahan sawah memerlukan tiga tahapan proses perlakuan dengan menggunakan implemen traktor roda dua hingga lahan siap untuk ditanami. Tahapan itu adalah pembajakan, pengglebekan, dan penggaruan. Sementara pada lahan kering hanya memerlukan dua tahapan yaitu pembajakan dan penggaruan atau pengglebekan tergantung jenis tanah pada lahan kering tersebut dan kebiasaan masyarakat sekitar (Yunus, 2004).

Hasil uji lapang prototipe menunjukkan bahwa untuk pengolahan tahap pertama efisiensi pengolahan tanah tahap pertama sebesar 78,2 % (Yunus, 2004).


(26)

BAHAN DAN METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai bulan Agustus 2009 di Desa Dolok Hataran, Kabupaten Simalungun.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah lahan basah, lahan kering, dan minyak solar. Sedangkan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah traktor roda dua merk Yanmar TF85, stopwatch, meteran, bajak singkal, gelebek, garu, dan gelas ukur.

Metode Penelitian

Metode Penelitian ini adalah metode eksperimen dengan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) faktorial pada masing-masing jenis lahan. Dimana faktor pertama adalah perlengkapan atau implemen dan faktor kedua adalah variasi kecepatan.

a. Lahan basah

Faktor 1 : Perlengkapan dengan 3 taraf P1 =Bajak

P2 = Glebek P3 = Garu


(27)

Faktor 2 : variasi kecepatan dengan 3 taraf K1 = 1 m/s

K2 = 1,2 m/s K3 = 1,4 m/s

Sehingga diperoleh 9 kombinasi, yaitu : P1K1 P2K1 P3K1 P1K2 P2K2 P3K2 P1K3 P2K3 P3K3

Maka diperoleh jumlah ulangan terhadap perlakuan adalah :

Tc (n-1) ≥ 15

9(n-1) ≥ 15

9n – 9 ≥ 15

n ≥ 2,6 ≈ 3

Model analisa yang digunakan adalah sidik ragam dengan model linier sebagai berikut :

Yij = µ + τi + τk + εijk dimana :


(28)

Yij = hasil pengamatan pada perlakuan ke-i dan perlakuan ke-k dalam ulangan ke-j

µ = efek nilai tengah perlakuan

τi = efek perlakuan perlengkapan

τk = efek perlakuan kecepatan

εijk = efek galat pada perlakuan perlengkapan ke-i dan perlakuan

kecepatan ke-k ulangan ke-j

b. Lahan Kering

Faktor 1 : Perlengkapan dengan 2 taraf P1 =Bajak

P2 = Glebek

Faktor 2 : variasi kecepatan dengan 3 taraf K1 = 1 m/s

K2 = 1,2 m/s K3 = 1,4 m/s

Sehingga diperoleh 6 kombinasi, yaitu : P1K1 P2K1

P1K2 P2K2 P1K3 P2K3


(29)

Maka diperoleh jumlah ulangan terhadap perlakuan adalah :

Tc (n-1) ≥ 15

6(n-1) ≥ 15

6n – 6 ≥ 15

n ≥ 3,5 ≈ 4

Model analisa yang digunakan adalah sidik ragam dengan model linier sebagai berikut :

Yij = µ + τi + τk + εijk dimana :

Yij = hasil pengamatan pada perlakuan ke-i dan perlakuan ke-k dalam ulangan ke-j

µ = efek nilai tengah perlakuan

τi = efek perlakuan perlengkapan

τk = efek perlakuan kecepatan

εijk = efek galat pada perlakuan perlengkapan ke-i dan perlakuan


(30)

Pelaksanaan Penelitian

Pengolahan tanah pada lahan basah untuk kegiatan : 1. Pembajakan

- Membagi lahan sebanyak 9 petak dengan ukuran 6 m x 20 m - Menghidupkan mesin traktor.

- Mengisi tangki bahan bakar traktor sampai penuh sebelum traktor dijalankan.

- Traktor mengolah lahan dengan kecepatan 1 m/s, 1,2 m/s, 1,4 m/s. - Setelah selesai mengolah satu petakan, operator mematikan mesin - Mencatat waktu kerja traktor.

- Mengisi bahan bakar kedalam tangki sampai penuh dan mencatat volume penambahan bahan bakar yang dimasukkan ke dalam tangki. - Hal ini dilakukan dengan 3 kali pengulangan untuk masing-masing

perlakuan kecepatan. 2. Pengglebekan

- Mengisi tangki bahan bakar traktor sampai penuh sebelum traktor dijalankan.

- Traktor mengolah lahan dengan kecepatan 1 m/s, 1,2 m/s, 1,4 m/s. - Setelah selesai mengolah satu petakan, operator mematikan mesin - Mencatat waktu kerja traktor.

- Mengisi bahan bakar kedalam tangki sampai penuh dan mencatat volume penambahan bahan bakar yang dimasukkan ke dalam tangki. - Hal ini dilakukan dengan 3 kali pengulangan untuk masing-masing


(31)

3. Penggaruan

- Mengisi tangki bahan bakar traktor sampai penuh sebelum traktor dijalankan.

- Traktor mengolah lahan dengan kecepatan 1 m/s, 1,2 m/s, 1,4 m/s. - Setelah selesai mengolah satu petakan, operator mematikan mesin - Mencatat waktu kerja traktor.

- Mengisi bahan bakar kedalam tangki sampai penuh dan mencatat volume penambahan bahan bakar yang dimasukkan ke dalam tangki. - Hal ini dilakukan dengan 3 kali pengulangan untuk masing-masing

perlakuan kecepatan.

Pengolahan tanah pada lahan kering untuk kegiatan : 1. Pembajakan

- Membagi lahan sebanyak 12 petak dengan ukuran 2,5 m x 12 m - Menghidupkan mesin traktor.

- Mengisi tangki bahan bakar traktor sampai penuh sebelum traktor dijalankan.

- Traktor mengolah lahan dengan kecepatan 1 m/s, 1,2 m/s, 1,4 m/s. - Setelah selesai mengolah satu petakan, operator mematikan mesin - Mencatat waktu kerja traktor.

- Mengisi bahan bakar kedalam tangki sampai penuh dan mencatat volume penambahan bahan bakar yang dimasukkan ke dalam tangki. - Hal ini dilakukan dengan 4 kali pengulangan untuk masing-masing


(32)

2. Pengglebekan

- Mengisi tangki bahan bakar traktor sampai penuh sebelum traktor dijalankan.

- Traktor mengolah lahan dengan kecepatan 1 m/s, 1,2 m/s, 1,4 m/s. - Setelah selesai mengolah satu petakan, operator mematikan mesin - Mencatat waktu kerja traktor.

- Mengisi bahan bakar kedalam tangki sampai penuh dan mencatat volume penambahan bahan bakar yang dimasukkan ke dalam tangki. - Hal ini dilakukan dengan 4 kali pengulangan untuk masing-masing


(33)

Parameter Penelitian

1. Kapasitas lapang efektif

Kapasitas lapang efektif dari masing-masing penggunaan implemen/perlengkapan pada lahan basah dan lahan kering. Kapasitas lapang efektif diperoleh dari luas yang dapat dikerjakan traktor tangan dalam satuan waktu tertentu dan dapat dihitung dengan persamaan (2) :

KLE =

ja ker waktu

luaslahan

(ha/jam) (Yunus, 2004).

2. Efisiensi lapang

Efisiensi lapang traktor merupakan perbandingan antara kapasitas lapang efektif dengan kapasitas lapang teoritis dalam satuan persen atau dengan persamaan (3) :

Efisiensi lapang =

apangTeori KapasitasL

if apangEfekt KapasitasL

×100%

(Yunus, 2004).

3. Konsumsi bahan bakar

Konsumsi bahan bakar diperoleh dari pembagian jumlah volume penambahan bahan bakar minyak dibagikan dengan satuan luas yang dikerjakan atau dengan rumus :

Konsumsi bahan bakar = volume penambahan / luas ( l/ha) Hardjosentono (2000).


(34)

Dari hasil penelitian secara umum dapat dilihat bahwa uji berbagai kecepatan pada masing-masing penggunaan perlengkapan memberikan pengaruh terhadap kapasitas kerja, konsumsi bahan bakar dan efisiensi traktor roda dua pada lahan basah dan kering. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2.

Tabel 1. Data pengamatan hasil penelitian pada lahan basah

Perlakuan Parameter

Perlengkapan Kecepatan

KLE

(Ha/jam) KBB (l/ha) Efisiensi (%)

P1 K1 0,098 2,287 77,78%

K2 0,127 4,107 83,99%

K3 0,158 5,450 89,57%

P2 K1 0,119 3,437 22,04%

K2 0,146 4,427 22,58%

K3 0,178 4,990 23,54%

P3 K1 0,262 1,810 36,39%

K2 0,447 2,017 51,70%

K3 0,591 2,243 58,66%

Tabel 2. Data pengamatan hasil penelitian pada lahan kering

Perlakuan Parameter

Perlengkapan Kecepatan

KLE (Ha/jam)

KBB (l/ha)

Efisiensi (%)

P1 K1 0,071 2,815 56,151%

K2 0,088 3,780 58,201%

K3 0,115 4,605 65,051%

P2 K1 0,154 3,978 28,426%

K2 0,186 4,410 28,742%

K3 0,273 4,830 36,045%

Keterangan :

P1 = Perlengkapan bajak K1 = Kecepatan 1 m/s P2 = Perlengkapan gelebek K2 = Kecepatan 1,2 m/s P3 = Perlengkapan garu K3 = Kecepatan 1,4 m/s KLE = Kapasitas Lapang Efektif KBB = Konsumsi Bahan Bakar


(35)

Dari Tabel 1 dan Tabel 2 dapat dilihat bahwa kapasitas kerja efektif masing-masing perlengkapan tertinggi diperoleh pada K3 atau kecepatan 1,4 m/s dan terendah pada K1 atau kecepatan 1 m/s.

Kapasitas Lapang Efektif (ha/jam)

Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 3 dapat dilihat bahwa perlakuan kecepatan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kapasitas lapang dari penggunaan perlengkapan traktor roda dua pada lahan basah. Hasil pengujian Beda Nyata Terkecil (BNT) menunjukkan pengaruh kecepatan terhadap kapasitas lapang untuk tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Uji BNT efek utama pengaruh kecepatan terhadap kapasitas lapang (Ha/jam) di lahan basah

Perlakuan Rataan BNT

Perlengkapan

Kecepatan (m/s)

kapasitas lapang

(Ha/jam) F.05 F.01

Bajak 1 0,098 a A

1,2 0,127 b B

1,4 0,158 c C

Gelebek 1 0,119 a A

1,2 0,146 b B

1,4 0,178 c C

Garu 1 0,262 a A

1,2 0,447 b B

1,4 0,591 c C

Keterangan : Notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5 % dan sangat nyata pada taraf 1 % Dari Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan kecepatan pada perlakuan perlengkapan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata satu sama lainnya. Kapasitas tertinggi diperoleh pada perlakuan perlengkapan garu dengan kecepatan 1,4 m/s yaitu 0,591 Ha/jam dan terendah pada perlakuan perlengkapan bajak


(36)

dengan kecepatan 1 m/s yaitu 0,098 Ha/jam. Pengaruh kecepatan terhadap kapasitas lapang masing-masing perlengkapan mengikuti garis regresi linier seperti terlihat pada Gambar 1.

y = 0,15x - 0,0523 r = 0,9979 y = 0,1475x - 0,0292

r = 0,9991 y = 0,8233x - 0,5547

r = 0,9975

0.000 0.100 0.200 0.300 0.400 0.500 0.600 0.700

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4

Kecepatan (m/s) K apa si ta s L apa ng E fe kt if ( ha /j am

P1 = bajak P2 = gelebek P3 = garu

Gambar 1. Pengaruh kecepatan terhadap kapasitas lapang tiap perlengkapan di lahan basah

Dari gambar di atas menunjukkan bahwa semakin besar kecepatan pada penggunaan masing-masing perlengkapan maka kapasitas lapang efektifnya semakin besar.

Perlakuan kecepatan memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap kapasitas lapang efektif dari masing-masing perlengkapan traktor roda dua pada lahan basah dan lahan kering. Dimana semakin besar kecepatan traktor maka kapasitas kerja efektifnya semakin besar juga. Menurut Yunus (2004) pada pengolahan tanah di lahan basah kapasitas lapang efektif dipengaruhi oleh kecepatan, slip roda, tahanan penetrasi tanah, nilai bobot isi dan porositas total. Pada penelitian ini kapasitas lapang efektif yang paling besar terdapat pada penggaruan. Hal ini disebabkan karena tahanan penetrasi tanah pada proses penggaruan lebih kecil, bobot isi dan slip roda yang lebih kecil dibanding


(37)

penggunaan glebek dan bajak. Begitu juga dengan pengglebekan yang memiliki kapasitas lapang yang lebih besar di banding pembajakan. Hal ini disebabkan tahanan penetrasi tanah pada proses pengglebekan lebih kecil dibanding proses pembajakan di lahan basah.

Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 4 dapat dilihat bahwa perlakuan kecepatan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kapasitas lapang dari penggunaan perlengkapan traktor roda dua pada lahan kering. Hasil pengujian Beda Nyata Terkecil (BNT) menunjukkan pengaruh kecepatan terhadap kapasitas lapang untuk tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Uji BNT efek utama pengaruh kecepatan terhadap kapasitas lapang (Ha/jam) di lahan kering

Perlakuan Rataan BNT

Perlengkapan Kecepatan (m/s)

kapasitas lapang

(Ha/jam) F.05 F.01

Bajak 1 0,071 a A

1,2 0,088 b B

1,4 0,115 c C

Gelebek 1 0,154 a A

1,2 0,186 b B

1,4 0,273 c C

Keterangan : Notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5 % dan sangat nyata pada taraf 1 % Dari Tabel 4 menunjukkan bahwa perlakuan kecepatan pada perlakuan perlengkapan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata satu sama lainnya. Kapasitas tertinggi diperoleh pada perlakuan perlengkapan gelebek dengan kecepatan 1,4 m/s yaitu 0,273 Ha/jam dan terendah pada perlakuan perlengkapan bajak dengan kecepatan 1 m/s yaitu 0,071 Ha/jam. Pengaruh kecepatan terhadap


(38)

kapasitas lapang masing-masing perlengkapan mengikuti garis regresi linier seperti terlihat pada Gambar 2.

y = 0,2975x - 0,1529 r = 0,9679 y = 0,11x - 0,0408

r = 0,9923

0.000 0.050 0.100 0.150 0.200 0.250 0.300

0 0.5 1 1.5

Kecepatan (m/s)

K

apa

si

tas

L

apa

ng

ef

ekt

if

(

ha

/j

am

)

P1 = bajak P2 = glebek

Gambar 2. Pengaruh kecepatan terhadap kapasitas lapang tiap perlengkapan di lahan kering

Dari gambar di atas menunjukkan bahwa semakin besar kecepatan pada penggunaan masing-masing perlengkapan maka kapasitas lapang efektifnya semakin besar.

Pada penelitian ini kapasitas lapang efektif yang paling besar terdapat pada kecepatan 1,4 m/s. Dimana Pada pengglebekan memiliki kapasitas lapang yang lebih besar yaitu 0,273 ha/jam di banding kapasitas pembajakan pada kecepatan yang sama yaitu 0,115 ha/jam. Hal ini disebabkan tahanan penetrasi tanah pada proses pengglebekan lebih kecil dibanding proses pembajakan di lahan kering. Menurut Harjono (2000) pada kecepatan kerja 0,7 m/s diperoleh kapasitas pembajakan sebesar 0,068 ha/jam dan kapasitas pengglebekan 0,098 ha/jam. Hal ini tidak berbeda jauh dengan hasil penelitian yang dilakukan. Pada kecepatan 1 m/s hasil pembajakan adalah 0,071 ha/jam dan pengglebekan 0,154 ha/jam.


(39)

Konsumsi bahan bakar (l/ha)

Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 5 dapat dilihat bahwa perlakuan kecepatan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap konsumsi bahan bakar traktor di lahan basah. Hasil pengujian Beda Nyata Terkecil (BNT) menunjukkan pengaruh kecepatan terhadap kapasitas lapang untuk tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Uji BNT efek utama pengaruh kecepatan terhadap konsumsi bahan bakar (l/ha) di lahan basah

Perlakuan Rataan BNT

Perlengkapan

Kecepatan

(m/s) konsumsi bahan bakar (l/ha) F.05 F.01

Bajak 1 2,287 a A

1,2 4,107 b B

1,4 5,450 c C

Gelebek 1 3,437 a A

1,2 4,427 b B

1,4 4,990 c C

Garu 1 1,810 a A

1,2 2,017 b B

1,4 2,243 c C

Keterangan : Notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5 % dan sangat nyata pada taraf 1 % Dari Tabel 5 menunjukkan bahwa perlakuan kecepatan pada perlakuan perlengkapan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata satu sama lainnya. Konsumsi bahan bakar tertinggi diperoleh pada perlakuan perlengkapan bajak dengan kecepatan 1,4 m/s yaitu 5,450 l/ha dan terendah pada perlakuan perlengkapan garu dengan kecepatan 1 m/s yaitu 1,810 l/ha. Pengaruh kecepatan terhadap konsumsi bahan bakar mengikuti garis regresi linier seperti terlihat pada Gambar 3.


(40)

y = 1,0833x + 0,7233 r = 0,9996 y = 7,9083x - 5,5422

r = 0,9962 y = 3,8833x - 0,3756

r = 0,9876

0.000 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4

Kecepatan (m/s)

K

ons

um

si

B

aha

n B

aka

r (

l/

ha

P1 = bajak P2 = glebek P3 = garu

Gambar 3. Pengaruh kecepatan terhadap konsumsi bahan bakar traktor pada penggunaan tiap perlengkapan di lahan basah.

Dari Gambar 3 menunjukkan bahwa semakin besar kecepatan traktor pada penggunaan masing-masing perlengkapan maka konsumsi bahan bakarnya semakin besar.

Pada penelitian ini konsumsi bahan bakar semakin besar saat kecepatan semakin besar. Dari data yang didapat konsumsi bahan bakar paling besar adalah penggunaan bajak pada kecepatan 1,4 m/s. Hal ini disebabkan oleh tahanan penetrasi tanah yang lebih besar dibanding penggunaan gelebek dan garu. Dari gambar 3 pada kecepatan 1 m/s dan 1,2 m/s konsumsi bahan bakar yang paling besar terdapat pada pengglebekan karena pada proses pengglebekan masih ada beberapa bagian lahan yang belum diglebek sempurna sehingga perlu dilakukan penglebekan yang berulang-ulang agar hasil lebih merata.

Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 6 dapat dilihat bahwa perlakuan kecepatan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap konsumsi bahan bakar traktor di lahan kering. Hasil pengujian Beda Nyata Terkecil (BNT) menunjukkan pengaruh kecepatan terhadap konsumsi bahan bakar untuk tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 6.


(41)

Tabel 6. Uji BNT efek utama pengaruh kecepatan terhadap konsumsi bahan bakar (l/ha) traktor di lahan kering.

Perlakuan

Rataan BNT

Perlengkapan Kecepatan (m/s) konsumsi bahan bakar

(l/ha) F.05 F.01

Bajak 1 2,815 a a

1,2 3,780 b b

1,4 4,605 c c

Gelebek 1 3,978 a a

1,2 4,410 b b

1,4 4,830 c c

Keterangan : Notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5 % dan sangat nyata pada taraf 1 % Dari Tabel 6 menunjukkan bahwa perlakuan kecepatan pada perlakuan perlengkapan memberikan pengaruh nyata. Konsumsi bahan bakar tertinggi diperoleh pada perlakuan perlengkapan gelebek dengan kecepatan 1,4 m/s yaitu 4,830 l/ha dan terendah pada perlakuan perlengkapan bajak dengan kecepatan 1 m/s yaitu 2,815 l/ha. Pengaruh kecepatan terhadap konsumsi bahan bakar mengikuti garis regresi linier seperti terlihat pada Gambar 4.

y = 3.3031x + 0.1058 r = 0,9994

0.000 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000

0 0.5 1 1.5

Kecepatan (m/s)

K

ons

um

si

B

aha

n B

aka

r (

l/ha

Gambar 4. Pengaruh kecepatan terhadap konsumsi bahan bakar traktor di lahan kering.


(42)

Dari Gambar 4 menunjukkan bahwa semakin besar kecepatan traktor maka konsumsi bahan bakarnya semakin besar.

Pada pengolahan di lahan kering konsumsi bahan bakar yang paling besar terdapat pada kecepatan 1,4 m/s. Menurut Pramuhadi (2004) penambahan tenaga traktor memerlukan pembakaran yang lebih besar sehingga konsumsi bahan bakar traktor semakin besar selain itu tahanan penetrasi tanah juga mempengaruhi konsumsi bahan bakar traktor. Pada penelitian ini tahanan penetrasi tanah pada lahan kering lebih besar dibanding lahan basah sehingga konsumsi bahan bakar traktor lebih besar pada pengerjaan di lahan kering.

Efisiensi (%)

Dari hasil sidik ragam lampiran 7 dapat dilihat bahwa perlakuan kecepatan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap efisiensi di lahan basah. Hasil pengujian Beda Nyata Terkecil (BNT) menunjukkan pengaruh kecepatan terhadap efisiensi untuk tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Uji BNT efek utama pengaruh kecepatan terhadap efisiensi (%) di lahan basah

Perlakuan Rataan BNT

Perlengkapan

Kecepatan

(m/s) Efisiensi (%) F.05 F.01

Bajak 1 77,778 a A

1,2 83,995 b B

1,4 89,569 c C

Gelebek 1 22,037 a A

1,2 22,582 b B

1,4 23,545 c C

Garu 1 36,389 a A

1,2 51,698 b B

1,4 58,664 c C

Keterangan : Notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5 % dan sangat nyata pada taraf 1 %


(43)

Dari Tabel 7 menunjukkan bahwa perlakuan kecepatan pada perlakuan perlengkapan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata satu sama lainnya. Efisiensi tertinggi diperoleh pada perlakuan perlengkapan bajak dengan kecepatan 1,4 m/s yaitu 89,569 % dan terendah pada perlakuan perlengkapan gelebek dengan kecepatan 1 m/s yaitu 22,037 %. Pengaruh kecepatan terhadap efisiensi mengikuti garis regresi linier seperti terlihat pada Gambar 5.

y = 0,2948x + 0,4841 r = 0,9994 y = 0,5569x - 0,1791

r = 0,9773 y = 0,0377x + 0,182

r = 0,9874 0.000

0.200 0.400 0.600 0.800 1.000

0 0.5 1 1.5

Kecepatan (m/s)

E

fe

si

ens

i (

%) P1 = bajak

P2 = glebek P3 = garu

Gambar 5. Pengaruh kecepatan terhadap efisiensi penggunaan perlengkapan traktor di lahan basah.

Dari gambar 5 menunjukkan bahwa semakin besar kecepatan traktor pada masing-masing perlakuan perlengkapan maka efisiensi semakin besar.

Efisiensi penggunaan alat diperoleh dari pembagian kapasitas lapang efektif dan kapasitas lapang teoritis dikali 100 % dimana kapasitas lapang teoritis diperoleh dari perkalian antara lebar kerja alat dan kecepatan (Yunus, 2004). Pada penelitian ini efisiensi yang paling besar terdapat pada penggunaan bajak. Hal ini disebabkan karena nilai kapasitas lapang efektif dan kapasitas lapang teoritisnya hampir sebanding. Sedangkan pada pengglebekan dan penggaruan nilai kapasitas lapang efektifnya jauh lebih kecil dibanding nilai kapasitas lapang teoritisnya hal


(44)

ini disebabkan pada proses penggaruan dan pengglebekan di lapangan ada beberapa bagian lahan yang harus dilakukan pengulangan agar hasil lebih merata.

Dari hasil sidik ragam lampiran 8 dapat dilihat bahwa perlakuan kecepatan memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap efisiensi di lahan kering. Hasil pengujian Beda Nyata Terkecil (BNT) menunjukkan pengaruh kecepatan terhadap efisiensi untuk tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Uji BNT efek utama pengaruh kecepatan terhadap efisiensi (%) di lahan kering.

Perlakuan Rataan BNT

Perlengkapan Kecepatan (m/s) Efisiensi (%) F.05 F.01

Bajak 1 56,151 a a

1,2 58,201 b b

1,4 65,051 c c

Gelebek 1 28,426 a a

1,2 28,742 b b

1,4 36,045 c c

Keterangan : Notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5 % dan sangat nyata pada taraf 1 % Dari Tabel 8 menunjukkan bahwa perlakuan kecepatan pada perlakuan perlengkapan memberikan pengaruh nyata satu sama lainnya. Efisiensi tertinggi diperoleh pada perlakuan perlengkapan bajak dengan kecepatan 1,4 m/s yaitu 65,051 % dan terendah pada perlakuan perlengkapan gelebek dengan kecepatan 1 m/s yaitu 28,426 %. Pengaruh kecepatan terhadap efisiensi mengikuti garis regresi linier seperti terlihat pada Gambar 6.


(45)

y = 0.2065x + 0.2066 r = 0.9246

0.000% 10.000% 20.000% 30.000% 40.000% 50.000% 60.000%

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4

kecepatan (m/s)

E

fe

si

ens

i (

%)

Gambar 6. Pengaruh kecepatan terhadap efisiensi traktor di lahan kering. Dari gambar di atas menunjukkan bahwa semakin besar kecepatan traktor maka efisiensi semakin besar.

Pada penelitian di lahan kering efisiensi yang paling besar diperoleh pada kecepatan 1,4 m/s. Menurut Hendriadi (2002) dari sifat fisik tanah, meningkatnya kadar bahan organik, kadar lengas dan tekstur tanah sangat berpengaruh terhadap mobilitas dan unjuk kerja alsintan pengolahan tanah. Semakin cepat traktor menyelesaikan pengolahan lahan maka efisiensi traktor tersebut semakin baik. Kapasitas Lapang ( KL ) sampai siap tanam

Kapasitas Lapang sampai siap tanam pada lahan basah dan lahan kering dapat dilihat pada Tabel 9 dan Tabel 10.

Tabel 9. Kapasitas Lapang sampai siap tanam di lahan basah

Kecepatan

Rataan Rataan Rataan Rataan KLE

Bajak

KLE

Gelebek KLE Garu KL sampai siap tanam (jam/ha) (jam/ha) (jam/ha) (ha/jam)

K1=1,0m/s 10,10 8,40 3,82 0,045

K2=1,2m/s 7,87 6,85 2,24 0,059


(46)

Dari Tabel 9 menunjukkan bahwa Kapasitas Lapang sampai siap tanam yang tertinggi adalah pada kecepatan 1,4 m/s yaitu 0,073 ha/jam dan terendah pada kecepatan 1 m/s yaitu 0,045 ha/jam. Pengaruh kecepatan terhadap kapasitas lapang sampai siap tanam dapat dilihat pada Gambar 7.

0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0.07 0.08

1 1,2 1,4

kecepatan (m/s)

ka

pa

sita

s (

ha

/ja

m)

1 1,2 1,4

Gambar 7. Pengaruh kecepatan terhadap Kapasitas Lapang sampai siap tanam pada lahan basah.

Dari gambar di atas menunjukkan bahwa semakin besar kecepatan traktor maka kapasitas lapang sampai siap tanam semakin besar. Pada penelitian ini nilai dari kapasitas lapang sampai siap tanam diperoleh dari penjumlahan kapasitas lapang efektif pembajakan, kapasitas lapang efektif pengglebekan dan kapasitas lapang efektif penggaruan.

Tabel 10. KLE sampai siap tanam di lahan kering. Kecepatan

Rataan Rataan

KL sampai siap tanam KLE Bajak KLE gelebek

(jam/ha) (jam/ha) (ha/jam)

K1=1,0m/s 14,09 6,49 0,0484

K2=1,2m/s 10,99 5,38 0,0597


(47)

Dari Tabel 10 menunjukkan bahwa Kapasitas Lapang sampai siap tanam yang tertinggi adalah pada kecepatan 1,4 m/s yaitu 0,0807 ha/jam dan terendah pada kecepatan 1 m/s yaitu 0,0484 ha/jam. Pengaruh kecepatan terhadap kapasitas lapang sampai siap tanam dapat dilihat pada Gambar 8.

0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1

1 1,2 1,4

kecepatan (m/s)

ka

pa

sita

s (

ha

/ja

m)

1 1,2 1,4

Gambar 8. Pengaruh kecepatan terhadap kapasitas lapang sampai siap tanam pada lahan kering.

Dari gambar di atas menunjukkan semakin besar kecepatan traktor maka kapasitas lapang sampai siap tanam semakin besar. Pada penelitian ini nilai dari kapasitas lapang sampai siap tanam diperoleh dari penjumlahan kapasitas lapang efektif pembajakan dan kapasitas lapang efektif pengglebekan.

Efisiensi sampai siap tanam

Efisiensi sampai siap tanam pada lahan basah dan lahan kering dapat dilihat pada Tabel 11 dan Tabel 12.

Tabel 11. Efisiensi traktor sampai lahan siap tanam pada lahan basah

Perlakuan Pengamatan

KLEsst KLT sst Efisiensi sst

K1 0,044595 0,089467 49,84%

K2 0,059009 0,107361 54,96%


(48)

Dari Tabel 11 menunjukkan bahwa efisiensi sampai siap tanam yang tertinggi adalah pada kecepatan 1,4 m/s yaitu sebesar 58,54 % dan terendah pada kecepatan 1 m/s yaitu 49,84 %. Pengaruh kecepatan terhadap efisiensi sampai siap tanam dapat dilihat pada Gambar 9.

44.00% 46.00% 48.00% 50.00% 52.00% 54.00% 56.00% 58.00% 60.00%

1 1,2 1,4

kecepatan (m/s)

ka

pa

sita

s (

ha

/ja

m)

1 1,2 1,4

Gambar 9. Pengaruh kecepatan terhadap efisiensi sampai siap tanam pada lahan basah

Dari gambar di atas menunjukkan semakin besar kecepatan maka efisiensi sampai siap tanam semakin besar. Hal ini sesuai dengan persamaan (1), dimana kecepatan berbanding lurus dengan kapasitas. Jika kecepatan semakin besar maka kapasitas pun akan semakin besar (Yunus,2004). Dalam menentukan efisiensi, kapasitas merupakan faktor yang sangat mempengaruhi. Hal ini dapat dilihat pada persamaan (2).

Tabel 12. Efisiensi traktor sampai lahan siap tanam pada lahan kering.

Perlakuan Pengamatan

KLEsst KLT sst Efisiensi sst

K1 0,048429 0,102162 47,40%

K2 0,059763 0,122595 48,75%


(49)

Dari Tabel 12 menunjukkan bahwa efisiensi sampai siap tanam yang tertinggi adalah pada kecepatan 1,4 m/s yaitu sebesar 56,46 % dan terendah pada kecepatan 1 m/s yaitu 47,40 %. Pengaruh kecepatan terhadap efisiensi sampai siap tanam dapat dilihat pada Gambar 10.

42.00% 44.00% 46.00% 48.00% 50.00% 52.00% 54.00% 56.00% 58.00%

1 1,2 1,4

kecepatan (m/s)

ka

pa

sita

s (

ha

/ja

m)

1 1,2 1,4

Gambar 10. Pengaruh kecepatan terhadap efisiensi sampai siap tanam pada lahan kering

Dari gambar di atas menunjukkan semakin besar kecepatan maka efisiensi sampai siap tanam semakin besar. Hal ini sesuai dengan persamaan (1), dimana kecepatan berbanding lurus dengan kapasitas. Jika kecepatan semakin besar maka kapasitas pun akan semakin besar begitu juga dengan efisiensi (Yunus,2004).


(50)

Kesimpulan

1. Pada lahan basah waktu kerja untuk mengelola lahan seluas 1 ha pada masing-masing kegiatan adalah sebagai berikut :

a. Penggunaan bajak pada kecepatan : 1 m/s = 10,10 jam/ha = 0,099 ha/jam 1,2 m/s = 7,87 jam/ha = 0,127 ha/jam 1,4 m/s = 6,33 jam/ha = 0,158 ha/jam b. Penggunaan glebek pada kecepatan :

1 m/s = 8,40 jam/ha = 0,119 ha/jam 1,2 m/s = 6,85 jam/ha = 0,146 ha/jam 1,4 m/s = 5,62 jam/ha = 0,178 ha/jam c. Penggunaan garu pada kecepatan :

1 m/s = 3,82 jam/ha = 0,262 ha/jam 1,2 m/s = 2,24 jam/ha = 0,447 ha/jam 1,4 m/s = 1,69 jam/ha = 0,591 ha/jam

2. Pada lahan kering waktu kerja untuk mengelola lahan seluas 1 ha pada masing-masing kegiatan adalah sebagai berikut :

a. Penggunaan bajak pada kecepatan : 1 m/s = 14,09 jam/ha = 0,071 ha/jam


(51)

1,2 m/s = 10,99 jam/ha = 0,091 ha/jam 1,4 m/s = 8,70 jam/ha = 0,115 ha/jam b. Penggunaan glebek pada kecepatan :

1 m/s = 6,49 jam/ha = 0,15 ha/jam 1,2 m/s = 5,38 jam/ha = 0,186 ha/jam 1,4 m/s = 3,66 jam/ha = 0,273 ha/jam

3. Pada lahan basah kapasitas lapang efektif tertinggi terdapat pada perlakuan perlengkapan garu dengan perlakuan kecepatan 1,4 m/s yaitu sebesar 0,591 ha/jam sedangkan kapasitas lapang terendah terdapat pada perlakuan perlengkapan bajak dengan perlakuan kecepatan 1 m/s yaitu sebesar 0,098 ha/jam.

4. Pada lahan kering kapasitas lapang efektif tertinggi terdapat pada perlakuan perlengkapan gelebek dengan perlakuan kecepatan 1,4 m/s yaitu sebesar 0,273 ha/jam. Sedangkan kapasitas lapang yang terendah terdapat pada perlakuan perlengkapan bajak dengan perlakuan kecepatan 1 m/s yaitu sebesar 0,071 ha/jam.

5. Pada lahan basah konsumsi bahan bakar yang tertinggi terdapat pada perlakuan perlengkapan bajak dengan perlakuan kecepatan 1,4 m/s yaitu sebesar 5,45 l/ha. Sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan perlengkapan garu dengan perlakuan kecepatan 1 m/s yaitu sebesar 1,81 l/ha.


(52)

6. Pada lahan kering konsumsi bahan bakar yang tertinggi terdapat pada perlakuan perlengkapan glebek dengan perlakuan kecepatan 1,4 m/s yaitu sebesar 4,83 l/ha. Sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan perlengkapan bajak dengan perlakuan kecepatan 1 m/s yaitu sebesar 2,815 l/ha.

7. Pada lahan basah efisiensi yang tertinggi terdapat pada perlakuan perlengkapan bajak dengan perlakuan kecepatan 1,4 m/s yaitu sebesar 89,57 %. Sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan perlengkapan glebek dengan perlakuan kecepatan 1 m/s yaitu sebesar 22,04 %.

8. Pada lahan kering efisiensi yang tertinggi terdapat pada perlakuan perlengkapan bajak dengan perlakuan kecepatan 1,4 m/s yaitu sebesar 65,05 %. Sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan perlengkapan glebek dengan perlakuan kecepatan 1 m/s yaitu sebesar 28,43 %.

9. Kapasitas lapang sampai lahan basah siap ditanami yang tertinggi terdapat pada perlakuan kecepatan 1,4 m/s yaitu sebesar 0,073 ha/jam. Sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan kecepatan 1 m/s yaitu sebesar 0,045 ha/jam.

10.Kapasitas lapang sampai lahan kering siap ditanami yang tertinggi terdapat pada perlakuan kecepatan 1,4 m/s yaitu sebesar 0,081 Ha/jam. Sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan kecepatan 1 m/s yaitu sebesar 0,048 ha/jam.

11.Efisiensi traktor pada lahan basah sampai lahan siap ditanami yang tertinggi terdapat pada perlakuan kecepatan 1,4 m/s yaitu sebesar 58,54 %.


(53)

Sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan kecepatan 1 m/s yaitu sebesar 49,84 %.

12.Efisiensi traktor pada lahan kering sampai lahan siap ditanami yang tertinggi terdapat pada perlakuan kecepatan 1,4 m/s yaitu sebesar 56,46 %. Sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan kecepatan 1 m/s yaitu sebesar 47,40 %.

13.Kecepatan 1,4 m/s adalah kecepatan yang paling optimal pada penelitian ini karena memberikan kapasitas kerja dan efisiensi yang paling tinggi. 14.Traktor Yanmar tipe TF 85 lebih optimal dioperasikan di lahan basah

daripada di lahan kering karena lebih efisien dan kapasitas lapang dari masing-masing perlengkapan rata-rata lebih besar pada lahan basah. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian uji unjuk kerja traktor Yanmar TF 85 dengan perlakuan kecepatan yang lebih besar dari 1,4 m/s dan pada petakan lahan yang lebih luas agar traktor dapat bekerja lebih maksimal. Adapun pada penelitian ini ukuran petakan lahan basah 6 m x 20 m, dan lahan kering 2,5 m x 12 m.

2. Perlu dilakukan penelitian uji unjuk kerja traktor merk lain yang sejenis atau yang bertenaga maksimum 8,5 HP.


(54)

DAFTAR PUSTAKA

AAK. 1990. Budidaya Tanaman Padi. Kanisius, Yogyakarta.

Darun. 1990. Pengantar Mekanisasi Pertanian. Fakultas Pertanian Universitas Islam Sumatera Utara. Medan.

Daywin, F.J., L.Katu., M.Djojomartono., R.G.Sitompul dan S.Supardjo. 1976. Diktat Kuliah Tenaga Pertanian. IPB Press, Yogyakarta.

Djoyowasito, G.A., Mustofa., M,Lutfi., Darmono., M.Sahid dan Soebandi. 2002. Rancang Bangun dan Uji Traktor Tangan Roda Satu sebagai Penyiang. Jurnal Ilmu Teknik, Fakultas Teknologi Pertanian Brawijaya. Malang.

Hardjosentono., M.Wajito., E.Rachlan., I.W.Badra dan R.D.Tarmana. 2000. Mesin-mesin Pertanian. Bumi Aksara, Jakarta.

Hardjono., Marsudi., Harmanto. 2000. Pengembangan Alsin Penyiapan Lahan Untuk Budidaya Sayuran di Dataran Tinggi dalam

http://mekanisasi.deptan.litbang.go.id./abstrak/th_2000/budidaya. [24 Mei 2009]

Hendriadi, A., K.Sulistiadji dan A.Prabowo. 2002. Analisis Sistem Dalam Pengembangan Alsintan Pengolahan Berbagai Jenis Tanah dalam

http://mekanisasi.litbang.deptan.go.id/abstrak/th-2000/alsin-pengolahan _tanah.htm [12 Juni 2009]

Pramuhadi, G. 2004. Studi Hubungan Antara Beban Enjin Traktor dan Efisiensi Pengolahan Tanah. Program Studi Ilmu Keteknikan Pertanian IPB, Bogor. Pranoto, M. dan Kohar. 1983. Alat dan Mesin Pertanian 3. Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.

Rachman, A. 2000. Penyiapan Lahan dalam http://balitra.net/berita/menu.php

[24 Mei 2009]

Smith, H.P. dan Wilkes, H.L. 1990. Mesin dan Peralatan Usaha Tani. UGM Press, Yogyakarta.


(55)

Lampiran 1. Diagram Alir Pelaksanaan Penelitian mulai

Mengukur luas lahan sawah

Membagi menjadi 9 petakan

Pembajakan

Pengglebekan

Penggaruan

Mengukur luas lahan kering

Membagi menjadi 12 petakan

Pembajakan

Pengglebekan

Analisis data

Selesai

Kecepatan bajak: -1 m/s -1,4m/s -1,2 m/s

Kecepatan glebek: -1 m/s -1,4m/s -1,2 m/s

Kecepatan garu: -1 m/s -1,4m/s -1,2 m/s

Kecepatan bajak: -1 m/s -1,4m/s -1,2 m/s

Kecepatan glebek -1 m/s -1,4m/s -1,2 m/s Waktu

pembajakan

Waktu pengglebekan

Waktu penggaruan

Waktu pembajakan

Waktu pengglebekan


(56)

Lampiran 2. Data teknis traktor roda dua.

Model YST PRO

Type YANMAR DIESEL ENGINE TF 85 MLY - di

Panjang 2483 mm

Dimensi Lebar 770 mm

Tinggi 1135 mm

Berat dengan ban karet 120,5 kg Model YANMAR DIESEL ENGINE TF 85 MLY - di Type 1 silinder - horisontal - berpendingin air Mesin Tenaga maksimum 8,5 HP

Sistem pendinginan Air dengan radiator

Isi tangki bahan bakar 10,5 ltr

Type Gear - chain - gear

Transmisi Susunan gigi 6 tingkat

Tingkat kecepatan Maju 2 Kopeling Jalan Puli penegang tali sabuk

Belok Gigi cakar

(Brosur PT. Yamindo, 2009)

Kajian kapasitas traktor Yanmar tipe TF85 pada lahan basah dan lahan kering. Lahan basah

Kegiatan Kecepatan 1 m/s Kecepatan 1,2 m/s Kecepatan 1,4 m/s Pembajakan 0,098 ha/jam 0,127 ha/jam 0,158 ha/jam Pengglebekan 0,119 ha/jam 0,146 ha/jam 0,178 ha/jam Penggaruan 0,262 ha/jam 0,447 ha/jam 0,591 ha/jam Lahan kering

Kegiatan Kecepatan 1 m/s Kecepatan 1,2 m/s Kecepatan 1,4 m/s Pembajakan 0,071 ha/jam 0,088 ha/jam 0,115 ha/jam Pengglebekan 0,154 ha/jam 0,186 ha/jam 0,273 ha/jam


(57)

Lampiran 3. Data pengamatan kapasitas lapang efektif (ha/jam) pada lahan basah

Perlakuan

Ulangan

Total Rataan

I II III

P1K1 0.103 0.096 0.095 0.294 0.098

P1K2 0.119 0.129 0.133 0.381 0.127

P1K3 0.158 0.152 0.164 0.474 0.158

P2K1 0.109 0.122 0.126 0.357 0.119

P2K2 0.157 0.139 0.143 0.439 0.146

P2K3 0.187 0.173 0.174 0.534 0.178

P3K1 0.252 0.271 0.263 0.786 0.262

P3K2 0.395 0.465 0.480 1.340 0.447

P3K3 0.613 0.609 0.552 1.774 0.591

Total 2.093 2.156 2.130 6.379

Rataan 0.233 0.240 0.237 0.236

Analisa sidik ragam Kapasitas lapang efektif (ha/jam) pada lahan basah

SK dB JK KT F hit

F tabel 0.05 0.01 Ulangan 2 0.000223 0.00011 0.25178 tn 3.63 6.23 Perlakuan 8 0.700259 0.08753 197.89 ** 2.59 3.86 Perlengkapan 2 0.526136 0.26307 594.734 ** 3.63 6.23 Kecepatan 2 0.100690 0.05035 113.818 ** 3.63 6.23 Linier 1 0.100501 0.1005 227.21 ** 4.49 8.53 Kuadratik 1 0.000189 0.00019 0.42707 tn 4.49 8.53 PK 4 0.073433 0.01836 41.5038 ** 3.01 4.47

Galat 16 0.007077 0.00044

Total 26 0.707559

Keterangan : FK = 1.507098 KK = 8.90%

** = Sangat nyata * = Nyata tn = tidak nyata


(58)

Lampiran 4. Data pengamatan kapasitas lapang efektif (ha/jam) pada lahan kering

Perlakuan

Ulangan

Total Rataan

I II III IV

P1K1 0.073 0.067 0.066 0.077 0.283 0.071

P1K2 0.097 0.092 0.084 0.079 0.352 0.088

P1K3 0.118 0.101 0.126 0.114 0.459 0.115

P2K1 0.147 0.130 0.171 0.166 0.614 0.154

P2K2 0.195 0.189 0.185 0.176 0.745 0.186

P2K3 0.316 0.277 0.240 0.257 1.090 0.273

Total 0.946 0.856 0.872 0.869 3.543

Rataan 0.158 0.143 0.145 0.145 0.148

Analisa sidik ragam kapasitas lapang efektif (ha/jam) pada lahan kering

SK dB JK KT F hit

F tabel 0.05 0.01 Ulangan 3 0.000831 0.0002769 0.5895682 tn 3.86 6.99 Perlakuan 5 0.110663 0.0221327 47.11911 ** 3.48 6.06

Perlengkapan 1 0.076501 0.076501 162.86603 ** 5.12 10.56 Kecepatan 2 0.027892 0.013946 29.69018 ** 4.26 8.02 Linier 1 0.026569 0.026569 56.563775 ** 5.12 10.56 Kuadratik 1 0.001323 0.001323 2.816586 tn 5.12 10.56 PK 2 0.006270 0.0031352 6.6745779 * 4.26 8.02

Galat 9 0.004227 0.0004697

Total 17 0.115722

Keterangan :

FK = 0.5230354 KK = 14.68% ** = Sangat nyata * = Nyata tn = tidak nyata


(59)

Lampiran 5. Data pengamatan konsumsi bahan bakar (l/ha) pada lahan basah

Perlakuan

Ulangan

Total Rataan

I II III

P1K1 2.080 2.290 2.490 6.860 2.287

P1K2 3.370 4.370 4.580 12.320 4.107

P1K3 5.040 6.020 5.290 16.350 5.450

P2K1 3.490 3.430 3.390 10.310 3.437

P2K2 4.390 4.430 4.460 13.280 4.427

P2K3 5.020 4.960 4.990 14.970 4.990

P3K1 1.870 1.830 1.730 5.430 1.810

P3K2 2.020 2.040 1.990 6.050 2.017

P3K3 2.210 2.250 2.270 6.730 2.243

Total 29.490 31.620 31.190 92.300

Rataan 3.277 3.513 3.466 3.419

Analisa sidik ragam konsumsi bahan bakar (l/ha) pada lahan basah

SK dB JK KT F hit

F tabel 0.05 0.01 Ulangan 2 0.281919 0.14096 1.91183 tn 3.63 6.23 Perlakuan 8 45.904141 5.73802 77.8246 ** 2.59 3.86 Perlengkapan 2 26.788363 13.3942 181.665 ** 3.63 6.23 Kecepatan 2 13.391296 6.69565 90.813 ** 3.63 6.23 Linier 1 13.261250 13.2613 179.862 ** 4.49 8.53 Kuadratik 1 0.130046 0.13005 1.76382 tn 4.49 8.53 PK 4 5.724481 1.43112 19.4103 ** 3.01 4.47

Galat 16 1.179681 0.07373

Total 26 47.365741

Keterangan : FK = 315.5293 KK = 7.94% ** = Sangat nyata * = Nyata tn = tidak nyata


(60)

Lampiran 6. Data pengamatan konsumsi bahan bakar (l/ha) pada lahan kering

Perlakuan

Ulangan

Total

Rataan

I II III IV

P1K1 2.670 2.730 3.330 2.530 11.260 2.815 P1K2 4.470 3.990 3.330 3.330 15.120 3.780 P1K3 4.490 4.670 4.730 4.530 18.420 4.605 P2K1 3.990 4.060 3.930 3.930 15.910 3.978 P2K2 4.390 4.460 4.330 4.460 17.640 4.410 P2K3 4.730 4.730 4.990 4.870 19.320 4.830 Total 24.740 24.640 24.640 23.650 97.670

Rataan 4.123 4.107 4.107 3.942 4.070

Analisa sidik ragam konsumsi bahan bakar pada lahan kering

SK dB JK KT F hit

F tabel

0.05 0.01 Ulangan 3 0.132012 0.044 0.310116 tn 3.86 6.99 Perlakuan 5 10.588421 2.11768 14.92422 ** 3.48 6.06 Perlengkapan 1 2.713538 2.71354 19.12345 ** 5.12 10.56 Kecepatan 2 6.990558 3.49528 24.63271 ** 4.26 8.02 Linier 1 6.982806 6.98281 49.21079 ** 5.12 10.56 Kuadratik 1 0.007752 0.00775 0.054632 tn 5.12 10.56 PK 2 0.884325 0.44216 3.116106 tn 4.26 8.02

Galat 9 1.277063 0.1419

Total 17 11.997496

Keterangan : FK = 397.476 KK = 9.26% ** = Sangat nyata * = Nyata tn = tidak nyata


(61)

Lampiran 7. Data pengamatan efisiensi (%) pada lahan basah

Perlakuan

Ulangan

Total Rataan

I II III

P1K1 81.75% 76.19% 75.40% 233.33% 77.78%

P1K2 78.70% 85.32% 87.96% 251.98% 83.99%

P1K3 89.57% 86.17% 92.97% 268.71% 89.57%

P2K1 20.19% 22.59% 23.33% 66.11% 22.04%

P2K2 24.23% 21.45% 22.07% 67.75% 22.58%

P2K3 24.74% 22.88% 23.02% 70.63% 23.54%

P3K1 35.00% 37.64% 36.53% 109.17% 36.39%

P3K2 45.72% 53.82% 55.56% 155.09% 51.70%

P3K3 60.81% 60.42% 54.76% 175.99% 58.66%

Total 460.70% 466.48% 471.59% 1398.77%

Rataan 51.19% 51.83% 52.40% 51.81%

Analisa sidik ragam efisiensi (%) pada lahan basah

SK dB JK KT F hit

F tabel 0.05 0.01 Ulangan 2 0.000660 0.00033 0.294444 tn 3.63 6.23 Perlakuan 8 1.788101 0.22351 199.3999 ** 2.59 3.86

Perlengkapan 2 1.688968 0.84448 753.3804 ** 3.63 6.23 Kecepatan 2 0.064500 0.03225 28.77101 ** 3.63 6.23 Linier 1 0.063277 0.06328 56.45071 ** 4.49 8.53 Kuadratik 1 0.001223 0.00122 1.091321 tn 4.49 8.53 PK 4 0.034632 0.00866 7.724051 ** 3.01 4.47

Galat 16 0.017935 0.00112

Total 26 1.806695

Keterangan : FK = 7.2465011 KK = 6.46% ** = Sangat nyata * = Nyata tn = tidak nyata


(62)

Lampiran 8. Data pengamatan efisiensi (%) pada lahan kering

Perlakuan

Ulangan

Total

Rataan

I II III IV

P1K1 2.670 2.730 3.330 2.530 11.260 2.815 P1K2 4.470 3.990 3.330 3.330 15.120 3.780 P1K3 4.490 4.670 4.730 4.530 18.420 4.605 P2K1 3.990 4.060 3.930 3.930 15.910 3.978 P2K2 4.390 4.460 4.330 4.460 17.640 4.410 P2K3 4.730 4.730 4.990 4.870 19.320 4.830 Total 24.740 24.640 24.640 23.650 97.670

Rataan 4.123 4.107 4.107 3.942 4.070

Analisa sidik ragam efisiensi (%) pada lahan kering

SK dB JK KT F hit

F tabel 0.05 0.01 Ulangan 3 0.132012 0.044 0.310116 tn 3.86 6.99 Perlakuan 5 10.588421 2.11768 14.92422 ** 3.48 6.06

Perlengkapan 1 2.713538 2.71354 19.12345 ** 5.12 10.56 Kecepatan 2 6.990558 3.49528 24.63271 ** 4.26 8.02 Linier 1 6.982806 6.98281 49.21079 ** 5.12 10.56 Kuadratik 1 0.007752 0.00775 0.054632 tn 5.12 10.56 PK 2 0.884325 0.44216 3.116106 tn 4.26 8.02

Galat 9 1.277063 0.1419

Total 17 11.997496

Keterangan : FK = 397.476 KK = 9.26% ** = Sangat nyata * = Nyata tn = tidak nyata


(63)

Lampiran 9. Perhitungan slip roda

Dimana jarak yang ditempuh traktor tanpa beban pada : 4 putaran roda = 14,80m

5 putaran roda = 17,60m 6 putaran roda = 20,45m

Jarak yang ditempuh traktor dengan beban : Bajak 4 putaran roda = 14,30m

5 putaran roda = 17,05m 6 putaran roda = 19,80m Glebek 4 putaran roda = 14,0m

5 putaran roda = 16,70m 6 putaran roda = 19,30m Garu 4 putaran roda = 14,50m 5 putaran roda = 17,20m 6 putaran roda = 20,05m

• Bajak

Slip Roda (4) =

pabeban tan jarak n nbeba jarakdenga eban araktanpab j − X 100% = m 80 , 14 m 30 , 14 14,80m−

x 100% = 3,38 %

Slip Roda (5) =

m 60 , 17 m 05 , 17 m 60 , 17 −

x 100% = 3,13%

Slip Roda (6) =

m 45 , 20 m 80 , 19 m 45 , 20 −


(64)

Slip roda dengan beban bajak = 3 % 18 , 3 % 13 , 3 % 38 ,

3 + +

= 3,23 %

 Glebek

Slip Roda (4 putaran) =

pabeban tan jarak n nbeba jarakdenga eban araktanpab j − x 100% = m 8 , 14 m 0 , 14 m 8 , 14 −

x 100 % = 5,41 %

Slip Roda (5 putaran) =

m 6 , 17 m 70 , 16 m 6 , 17 −

x 100 % = 5,11 %

Slip Roda (6 putaran) =

m 45 , 20 m 30 , 19 m 45 , 20 −

x 100 % = 5,62%

Slip roda dengan beban glebek =

3 % 62 , 5 % 11 , 5 % 41 ,

5 + +

= 5,38 %  Garu

Slip Roda (4 putaran) =

pabeban tan jarak n nbeba jarakdenga eban araktanpab j −

x 100 %

= m 8 , 14 m 5 , 14 m 8 , 14 −

x 100 % = 2,03 %

Slip Roda (5 putaran) =

m 6 , 17 m 2 , 17 m 6 , 17 −

x 100 % = 2,27 %

Slip Roda (6 putaran) =

m 45 , 20 m 05 , 20 m 45 , 20 −

x 100 % = 1,96%

Slip roda dengan beban garu =

3 % 96 , 1 % 27 , 2 % 03 ,

2 + +


(65)

Lampiran 10. Perhitungan kapasitas lapang teoritis sampai siap tanam (ha/jam) pada lahan basah.

Lebar kerja bajak = 0,35 m lebar kerja garu = 2 m Lebar kerja glebek = 1,5 m

 K1 = 1 m/s

Bajak = 0,35 m x 1 m/s = 0,35 m2/s = 0,126 ha/jam = 7,75 jam/ha Glebek = 1,5 m x 1 m/s = 1,5 m2/s = 0,54 ha/jam = 1,85 jam/ha Garu = 2 m x 1 m/s = 2 m2 /s = 0,72 ha/jam =1,39 jam/ha KLT sampai siap tanam = 7,75 jam/ha + 1,85 jam/ha + 1,39 jam/ha

= 10.99 jam/ha = 0,091 ha/jam  K2 = 1,2m/s

Bajak = 0,35 m x 1,2 m/s = 0,42 m2/s = 0,1512 ha/jam = 6,614 jam/ha Glebek = 1,5 m x 1,2 m/s = 1,8 m2/s = 0,648 ha/jam = 1,543 jam/ha Garu = 2 m x 1.2 m/s = 2,4 m2/s = 0,864 ha/jam = 1,157 jam/ha KLT sampai siap tanam = 6,614 jam/ha + 1,543 jam/ha + 1,157 jam/ha

= 9,314 jam/ha = 0,107 ha/jam  K3 = 1,4m/s

Bajak = 0,35m x 1,4m/s = 0,49 m2/s = 0,1764 ha/jam = 5,67 jam/ha Glebek = 1,5m x 1,4m/s = 2,1m2/s = 0,756 ha/jam = 1,32 jam/ha Garu = 2m x 1,4m/s = 2,8m2/s =1,008 ha/jam = 0,99 jam/ha KLT sampai siap tanam = 5,67 jam/ha + 1,32 jam/ha + 0,99 jam/ha


(66)

Lampiran 11. Perhitungan kapasitas lapang teoritis sampai siap tanam (ha/jam) pada lahan kering.

Lebar kerja bajak = 0,35 m Lebar kerja garu = 2 m Lebar kerja glebek = 1,5 m

 K1 = 1 m/s

Bajak = 0,35 m x 1 m/s = 0,35 m2/s = 0,126 ha/jam = 7,75 jam/ha Glebek = 1,5 m x 1 m/s = 1,5 m2/s = 0,54 ha/jam = 1,85 jam/ha KLT sampai siap tanam = 7,75 jam/ha + 1,85 jam/ha

= 9,6 jam/ha = 0,104 ha/jam  K2 = 1,2 m/s

Bajak = 0,35 m x 1,2 m/s = 0,42 m2/s = 0,1512 ha/jam = 6,614 jam/ha Glebek = 1,5 m x 1,2 m/s = 1,8 m2/s = 0,648 ha/jam = 1,543 jam/ha KLT sampai siap tanam = 6,614 jam/ha + 1,543 jam/ha

= 8,157 jam/ha = 0,123 ha/jam  K3 = 1,4m/s

Bajak = 0,35 m x 1,4 m/s = 0,49 m2/s = 0,1764 ha/jam = 5,67 jam/ha Glebek = 1,5 m x 1,4 m/s = 2,1 m2/s = 0,756 ha/jam = 1,32 jam/ha KLT sampai siap tanam = 5,67 jam/ha + 1,32 jam/ha

= 6,99 jam/ha = 0,143 ha/jam


(67)

Lampiran 12. Dokumentasi

Gambar bajak Gambar glebek

Gambar garu Gambar pembajakan


(68)

Gambar lahan kering setelah dibajak Gambar lahan kering setelah diglebek

Gambar lahan basah dan lahan kering yang siap untuk ditanami


(69)

Lampiran 13. Analisa Ekonomi traktor Yanmar tipe TF85 Harga traktor : Rp. 15.900.000,- Harga implemen bajak : Rp. 600.000.- Harga implemen glebek : Rp. 750.000.- Harga implemen garu : Rp. 750.000.-

Umur ekonomi : 6 Tahun

Jam kerja/ tahun : 2 x 26 x 8 jam / tahun = 416 jam/tahun Nilai akhir : 10 % dari nilai awal

Bunga modal : 18 % / tahun

Biaya gudang : 1 % dari nilai awal / tahun Biaya pajak : 2 % dari nilai awal

Biaya operator : Rp. 100.000.-

• PEMBAJAKAN PADA LAHAN BASAH Biaya tetap

1. Penyusutan =

i

UmurEkonom

Nilaiakhir

Nilaiawal

= 6 000 . 650 . 1 . Rp 000 . 500 . 16 . Rp −

= Rp. 2.475.000,00 / tahun 2. Biaya bunga modal =

mi

xumurekono

2

)

1

i

umurekonom

(

alx

alxNilaiaw

mod

Bunga

+

= 6 x 2 ) 1 6 ( x 000 . 500 . 16 . xRp % 18 +


(70)

3. Biaya gudang = 1 % x Nilai awal

= 1 % x Rp.16.500.000 = Rp. 165.000,00 / tahun 4. Biaya pajak = 2 % x Nilai awal

= 2 % x Rp. 16.500.000 = Rp. 330.000,00 / tahun Biaya tidak tetap

1. Biaya bahan bakar = konsumsi bahan bakar x harga pasar = 0,861 l/jam x Rp.4500

= Rp. 3874,5 / jam

2. Biaya pelumas =

jam 416 aoli arg xh ) Hp ( xtenaga Hp L 1 , 0 = jam 416 000 . 30 . xRp 5 , 8 x 5 , 8 L 1 , 0

= Rp. 7, 21 / jam 3. Biaya operator =

ja ker waktu 000 . 100 . Rp = jam 8 000 . 100 . Rp

= Rp. 12.500,00 / jam Biaya pokok roduksi =

416 000 . 330 000 . 165 500 . 732 . 1 000 . 475 .

2 + + +

+ 3.874,5 + 7,21 + 12.500 = Rp. 27.685,79

Biaya pokok produksi (1 m/s) = Biaya pokok produksi x (1/kapasitas kerja) = Rp. 27.685,79 x (1/ 0,098)


(71)

Biaya pokok produksi (1,2 m/s) = Biaya pokok produksi x (1/ kapasitas kerja) = Rp. 27.685,79 x (1/ 0,127)

= Rp. 217.998,35 /ha

Biaya pokok produksi (1,4 m/s) = biaya pokok produksi x (1/ kapasitas kerja) = Rp. 27.685,79 x (1/ 0,158)

= Rp. 175.226,52 /ha

• PENGGLEBEKAN PADA LAHAN BASAH Biaya tetap

1. Penyusutan =

i

UmurEkonom

Nilaiakhir

Nilaiawal

= 6 000 . 665 . 1 . Rp 000 . 650 . 16 . Rp −

= Rp. 2.497.500,00 / tahun 2. Biaya bunga modal =

mi

xumurekono

2

)

1

i

umurekonom

(

alx

alxNilaiaw

mod

Bunga

+

= 6 x 2 ) 1 6 ( x 000 . 650 . 16 . xRp % 18 +

= Rp. 1.748.250,00 / tahun 3. Biaya gudang = 1 % x Nilai awal

= 1 % x Rp.16.650.000 = Rp. 166.500,00 / tahun 4. Biaya pajak = 2 % x Nilai awal

= 2 % x Rp. 16.650.000 = Rp. 333.000,00 / tahun Biaya tidak tetap

1. Biaya bahan bakar = konsumsi bahan bakar x harga pasar = 0,8882 l/jam x Rp.4500


(72)

= Rp. 3996,9 / jam

2. Biaya pelumas =

jam 416 aoli arg xh ) Hp ( xtenaga Hp L 1 , 0

= Rp.7,21 / jam 3. Biaya operator =

ja ker waktu 000 . 100 . Rp = jam 8 000 . 100 . Rp

= Rp. 12.500,00 / jam Biaya pokok roduksi =

416 000 . 333 500 . 166 250 . 748 . 1 500 . 497 .

2 + + +

+ 3.996,9 + 7,21 + 12.500 = Rp. 27.910,96

Biaya pokok produksi (1 m/s) = Biaya pokok produksi x (1/kapasitas kerja) = Rp. 27.910,96 x (1/ 0,119)

= Rp. 234.545,88 / ha

Biaya pokok produksi (1,2 m/s) = Biaya pokok produksi x (1/ kapasitas kerja) = Rp. 27.910,96 x (1/ 0,146)

= Rp. 191.170,96 /ha

Biaya pokok produksi (1,4 m/s) = Biaya pokok produksi x (1/ kapasitas kerja) = Rp. 27.910,96 x (1/ 0,178)

= Rp. 156.803,15 /ha

• PENGGARUAN PADA LAHAN BASAH Biaya tetap

1. Penyusutan =

i

UmurEkonom

Nilaiakhir


(73)

= 6 000 . 665 . 1 . Rp 000 . 650 . 16 . Rp −

= Rp. 2.497.500,00 / tahun 2. Biaya bunga modal =

mi

xumurekono

2

)

1

i

umurekonom

(

alx

alxNilaiaw

mod

Bunga

+

= 6 x 2 ) 1 6 ( x 000 . 650 . 16 . xRp % 18 +

= Rp. 1.748.250,00 / tahun 3. Biaya gudang = 1 % x Nilai awal

= 1 % x Rp.16.650.000 = Rp. 166.500,00 / tahun 4. Biaya pajak = 2 % x Nilai awal

= 2 % x Rp. 16.650.000 = Rp. 333.000 / tahun Biaya tidak tetap

1. Biaya bahan bakar = konsumsi bahan bakar x harga pasar = 1,3256 l/jam x Rp.4500

= Rp. 5965,2 / jam

2. Biaya pelumas =

jam 416 aoli arg xh ) Hp ( xtenaga Hp L 1 , 0

= Rp.7,21 / jam

Biaya operator =

ja ker waktu 000 . 100 . Rp = jam 8 000 . 100 . Rp

= Rp. 12.500,00 / jam Biaya pokok roduksi =

416 000 . 333 500 . 166 250 . 748 . 1 500 . 497 .

2 + + +


(74)

= Rp. 29.879,26

Biaya pokok produksi (1 m/s) = Biaya pokok produksi x (1/kapasitas kerja) = Rp. 29.879,26 x (1/ 0,262)

= Rp.114.042,98 / ha

Biaya pokok produksi (1,2 m/s) = Biaya pokok produksi x (1/ kapasitas kerja) = Rp. 29.879,26 x (1/ 0,447)

= Rp. 66.843,98 /ha

Biaya pokok produksi (1,4 m/s) = Biaya pokok produksi x (1/ kapasitas kerja) = Rp. 29.879,26 x (1/ 0,591)

= Rp. 50.557,12 /ha  PEMBAJAKAN PADA LAHAN KERING Biaya tetap

1. Penyusutan =

i

UmurEkonom

Nilaiakhir

Nilaiawal

= 6 000 . 650 . 1 . Rp 000 . 500 . 16 . Rp −

= Rp. 2.475.000,00 / tahun 2. Biaya bunga modal =

mi

xumurekono

2

)

1

i

umurekonom

(

alx

alxNilaiaw

mod

Bunga

+

= 6 x 2 ) 1 6 ( x 000 . 500 . 16 . xRp % 18 +

= Rp. 1.732.500,00 / tahun 3. Biaya gudang = 1 % x Nilai awal

= 1 % x Rp.16.500.000 = Rp. 165.000,00 / tahun 4. Biaya pajak = 2 % x Nilai awal


(75)

= 2 % x Rp. 16.500.000 = Rp. 330.000 / tahun Biaya tidak tetap

1. Biaya bahan bakar = konsumsi bahan bakar x harga pasar = 0,53 l/jam x Rp.4500

= Rp. 2385 / jam

2. Biaya pelumas =

jam 416 aoli arg xh ) Hp ( xtenaga Hp L 1 , 0 = Rp. 7,21 / jam

3. Biaya operator =

ja ker waktu 000 . 100 . Rp = jam 8 000 . 100 . Rp

= Rp. 12.500,00 / jam Biaya pokok roduksi =

416 000 . 330 000 . 165 500 . 732 . 1 000 . 475 .

2 + + +

+ 2385 + 7,21 + 12.500 = Rp. 26.196,29

Biaya pokok produksi (1 m/s) = Biaya pokok produksi x (1/kapasitas kerja) = Rp. 26.196,29 x (1/ 0,071)

= Rp. 368.961,83 / ha

Biaya pokok produksi (1,2 m/s) = Biaya pokok produksi x (1/ kapasitas kerja) = Rp. 26.196,29 x (1/ 0,088)

= Rp. 297.685,11 /ha

Biaya pokok produksi (1,4 m/s) = Biaya pokok produksi x (1/ kapasitas kerja) = Rp. 26.196,29 x (1/ 0,115)


(76)

 PENGGLEBEKAN PADA LAHAN KERING Biaya tetap

1. Penyusutan =

i

UmurEkonom

Nilaiakhir

Nilaiawal

= 6 000 . 665 . 1 . Rp 000 . 650 . 16 . Rp −

= Rp. 2.497.500,00 / tahun 2. Biaya bunga modal =

mi

xumurekono

2

)

1

i

umurekonom

(

alx

alxNilaiaw

mod

Bunga

+

= 6 x 2 ) 1 6 ( x 000 . 650 . 16 . xRp % 18 +

= Rp. 1.748.250,00 / tahun 3. Biaya gudang = 1 % x Nilai awal

= 1 % x Rp.16.650.000 = Rp. 166.500,00 / tahun 4. Biaya pajak = 2 % x Nilai awal

= 2 % x Rp. 16.650.000 = Rp. 333.000,00 / tahun Biaya tidak tetap

1. Biaya bahan bakar = konsumsi bahan bakar x harga pasar = 1,319 l/jam x Rp.4500

= Rp. 5935,5 / jam

2. Biaya pelumas =

jam 416 aoli arg xh ) Hp ( xtenaga Hp L 1 , 0

= Rp. 7,21 / jam 3. Biaya operator =

ja ker waktu 000 . 100 . Rp


(1)

= Rp. 3996,9 / jam

2. Biaya pelumas =

jam 416

aoli arg xh ) Hp ( xtenaga Hp

L 1 , 0

= Rp.7,21 / jam 3. Biaya operator =

ja ker waktu

000 . 100 . Rp

=

jam 8

000 . 100 . Rp

= Rp. 12.500,00 / jam Biaya pokok roduksi =

416

000 . 333 500 . 166 250 . 748 . 1 500 . 497 .

2 + + +

+ 3.996,9 + 7,21 + 12.500 = Rp. 27.910,96

Biaya pokok produksi (1 m/s) = Biaya pokok produksi x (1/kapasitas kerja) = Rp. 27.910,96 x (1/ 0,119)

= Rp. 234.545,88 / ha

Biaya pokok produksi (1,2 m/s) = Biaya pokok produksi x (1/ kapasitas kerja) = Rp. 27.910,96 x (1/ 0,146)

= Rp. 191.170,96 /ha

Biaya pokok produksi (1,4 m/s) = Biaya pokok produksi x (1/ kapasitas kerja) = Rp. 27.910,96 x (1/ 0,178)

= Rp. 156.803,15 /ha • PENGGARUAN PADA LAHAN BASAH

Biaya tetap

1. Penyusutan =

i UmurEkonom

Nilaiakhir Nilaiawal−


(2)

=

6

000 . 665 . 1 . Rp 000 . 650 . 16 .

Rp −

= Rp. 2.497.500,00 / tahun 2. Biaya bunga modal =

mi xumurekono 2

) 1 i umurekonom (

alx alxNilaiaw mod

Bunga +

=

6 x 2

) 1 6 ( x 000 . 650 . 16 . xRp %

18 +

= Rp. 1.748.250,00 / tahun 3. Biaya gudang = 1 % x Nilai awal

= 1 % x Rp.16.650.000 = Rp. 166.500,00 / tahun 4. Biaya pajak = 2 % x Nilai awal

= 2 % x Rp. 16.650.000 = Rp. 333.000 / tahun

Biaya tidak tetap

1. Biaya bahan bakar = konsumsi bahan bakar x harga pasar = 1,3256 l/jam x Rp.4500

= Rp. 5965,2 / jam

2. Biaya pelumas =

jam 416

aoli arg xh ) Hp ( xtenaga Hp

L 1 , 0

= Rp.7,21 / jam

Biaya operator =

ja ker waktu

000 . 100 . Rp

=

jam 8

000 . 100 . Rp

= Rp. 12.500,00 / jam Biaya pokok roduksi =

416

000 . 333 500 . 166 250 . 748 . 1 500 . 497 .

2 + + +


(3)

= Rp. 29.879,26

Biaya pokok produksi (1 m/s) = Biaya pokok produksi x (1/kapasitas kerja) = Rp. 29.879,26 x (1/ 0,262)

= Rp.114.042,98 / ha

Biaya pokok produksi (1,2 m/s) = Biaya pokok produksi x (1/ kapasitas kerja) = Rp. 29.879,26 x (1/ 0,447)

= Rp. 66.843,98 /ha

Biaya pokok produksi (1,4 m/s) = Biaya pokok produksi x (1/ kapasitas kerja) = Rp. 29.879,26 x (1/ 0,591)

= Rp. 50.557,12 /ha  PEMBAJAKAN PADA LAHAN KERING

Biaya tetap

1. Penyusutan =

i UmurEkonom

Nilaiakhir Nilaiawal−

=

6

000 . 650 . 1 . Rp 000 . 500 . 16 .

Rp −

= Rp. 2.475.000,00 / tahun 2. Biaya bunga modal =

mi xumurekono 2

) 1 i umurekonom (

alx alxNilaiaw mod

Bunga +

=

6 x 2

) 1 6 ( x 000 . 500 . 16 . xRp %

18 +

= Rp. 1.732.500,00 / tahun 3. Biaya gudang = 1 % x Nilai awal

= 1 % x Rp.16.500.000 = Rp. 165.000,00 / tahun 4. Biaya pajak = 2 % x Nilai awal


(4)

= 2 % x Rp. 16.500.000 = Rp. 330.000 / tahun

Biaya tidak tetap

1. Biaya bahan bakar = konsumsi bahan bakar x harga pasar = 0,53 l/jam x Rp.4500

= Rp. 2385 / jam

2. Biaya pelumas =

jam 416

aoli arg xh ) Hp ( xtenaga Hp

L 1 , 0

= Rp. 7,21 / jam

3. Biaya operator =

ja ker waktu

000 . 100 . Rp

=

jam 8

000 . 100 . Rp

= Rp. 12.500,00 / jam Biaya pokok roduksi =

416

000 . 330 000 . 165 500 . 732 . 1 000 . 475 .

2 + + +

+ 2385 + 7,21 + 12.500 = Rp. 26.196,29

Biaya pokok produksi (1 m/s) = Biaya pokok produksi x (1/kapasitas kerja) = Rp. 26.196,29 x (1/ 0,071)

= Rp. 368.961,83 / ha

Biaya pokok produksi (1,2 m/s) = Biaya pokok produksi x (1/ kapasitas kerja) = Rp. 26.196,29 x (1/ 0,088)

= Rp. 297.685,11 /ha

Biaya pokok produksi (1,4 m/s) = Biaya pokok produksi x (1/ kapasitas kerja) = Rp. 26.196,29 x (1/ 0,115)


(5)

 PENGGLEBEKAN PADA LAHAN KERING

Biaya tetap

1. Penyusutan =

i UmurEkonom

Nilaiakhir Nilaiawal−

=

6

000 . 665 . 1 . Rp 000 . 650 . 16 .

Rp −

= Rp. 2.497.500,00 / tahun 2. Biaya bunga modal =

mi xumurekono 2

) 1 i umurekonom (

alx alxNilaiaw mod

Bunga +

=

6 x 2

) 1 6 ( x 000 . 650 . 16 . xRp %

18 +

= Rp. 1.748.250,00 / tahun 3. Biaya gudang = 1 % x Nilai awal

= 1 % x Rp.16.650.000 = Rp. 166.500,00 / tahun 4. Biaya pajak = 2 % x Nilai awal

= 2 % x Rp. 16.650.000 = Rp. 333.000,00 / tahun

Biaya tidak tetap

1. Biaya bahan bakar = konsumsi bahan bakar x harga pasar = 1,319 l/jam x Rp.4500

= Rp. 5935,5 / jam

2. Biaya pelumas =

jam 416

aoli arg xh ) Hp ( xtenaga Hp

L 1 , 0

= Rp. 7,21 / jam 3. Biaya operator =

ja ker waktu

000 . 100 . Rp


(6)

=

jam 8

000 . 100 . Rp

= Rp. 12.500,00 / jam Biaya pokok roduksi =

416

000 . 333 500 . 166 250 . 748 . 1 500 . 497 .

2 + + +

+ 5935,5 + 7,21 + 12.500 = Rp. 29.849,56

Biaya pokok produksi (1 m/s) = Biaya pokok produksi x (1/kapasitas kerja) = Rp 29.849,56. x (1/ 0,154)

= Rp. 193.828,31/ ha

Biaya pokok produksi (1,2 m/s) = Biaya pokok produksi x (1/ kapasitas kerja) = Rp. 29.849,56 x (1/ 0,186)

= Rp. 160.481,51 /ha

Biaya pokok produksi (1,4 m/s) = Biaya pokok produksi x (1/ kapasitas kerja) = Rp. 29.849,56 x (1/ 0,273)