Tebal Bibir Atas Strain Bibir Atas Sudut Fasial Kurvatura Bibir Atas Sudut H

7. Jarak puncak hidung ke garis H 8. Kedalaman sulkus labialis superior 9. Kedalaman sulkus labialis inferior 10. Jarak bibir bawah ke garis H 11. Tebal dagu Menurut Jacobson dan Vlachos, analisis Holdaway lebih terperinci, jelas dan luas pembahasannya tentang analisis profil jaringan lunak. 4 Gambar 3. Analisis jaringan lunak wajah menurut Holdaway H line. 15

2.3.1.1 Tebal Bibir Atas

Pengukuran tebal bibir atas diukur dari 2 mm dibawah titik A skeletal ke bagian luar kulit labialis superior. Idealnya tebal bibir atas adalah berkisar 14 mm Gambar 4. 4,16

2.3.1.2 Strain Bibir Atas

Pengukuran Strain bibir atas secara horizontal dari titik perbatasan vermillion superior umumnya pada titik Labrale superior Ls ke permukaan labial insisivus sentralis atas. Sebaiknya ukuran tebal dari titik perbatasan vermillion superior ke permukaan labial insisivus sentralis atas ini hampir sama atau sedikit lebih tipis dari tebal bibir atas yaitu idealnya sekitar 12 mm Gambar 4. Jika strain bibir atas mencapai setengah dari tebal bibir atas maka sebaiknya insisivus sentralis atas diretraksi ke palatinal. 4,16 Gambar 4. Tebal bibir atas dan strain bibir atas. 4

2.3.1.3 Sudut Fasial

Sudut fasial merupakan sudut yang terbentuk oleh perpotongan garis Frankfurt dengan garis N’-Pog yang membentuk sudut A Gambar 5. Sudut fasial yang ideal adalah berkisar antara 90 o sampai 92 o . Apabila sudut fasial lebih kecil dari 90 o menunjukkan profilnya cembung karena letak titik Pog’ lebih ke posterior sedangkan sudut fasial lebih besar dari 92 o menunjukkan profil cekung karena letak Pog’ lebih ke anterior. 4,16

2.3.1.4 Kurvatura Bibir Atas

Kurvatura Bibir Atas berbentuk lekukan yang dibentuk titik Sn-Sls-Ls. Yang dimaksud dengan kedalaman kurvatura bibir atas yaitu jarak titik Sls ke garis yang ditarik dari titik Ls tegak lurus ke bidang Frankfurt Gambar 5. 4,16 Jarak Sls ke garis tersebut berkisar 2,5 mm pada pasien yang mempunyai bibir dengan ketebalan normal, sedangkan pada kelompok yang mempunyai bibir tipis berkisar 1,5 mm dan 4 mm pada kelompok bibir tebal masih dapat diterima. Pada kelompok bibir tipis menunjukkan kurvatura bibir atas lebih datar sedangkan pada kelompok bibir tebal menunjukkan lebih dalam. 4,16 Gambar 5. Sudut fasial dan kurvatura bibir atas. 4

2.3.1.5 Sudut H

Sudut H adalah sudut yang dibentuk oleh perpotongan garis H dengan garis N’-Pog’ Gambar 6. Sudut H merupakan penentuan bentuk profil jaringan lunak wajah apakah cembung, cekung, atau lurus. 4,16 Besar sudut H yang harmonis dan seimbang adalah sekitar 7 o sampai 15 o . Ketika besar sudut H lebih kecil dari 7 o maka bentuk profil wajah adalah cekung karena letak Pog’ lebih ke posterior atau letak titik Ls lebih ke anterior, begitu juga sebaliknya apabila besar sudut H lebih besar 15 o maka bentuk profil wajah adalah cembung. Apabila kecembungan skeletal dengan besar sudut H tidak sesuai maka kemungkinan terjadi pertumbuhan fasial yang tidak seimbang. 4,16

2.3.1.6 Kecembungan Skeletal

Dokumen yang terkait

Hubungan Sudut Interinsisal Dengan Profil Jaringan Lunak Wajah Menurut Analisis Holdaway Pada Mahasiswa FKG USU Ras Campuran Proto Dengan Deutro-Melayu

3 18 64

Hubungan Sudut Interinsisal Dengan Profil Jaringan Lunak Wajah Menurut Analisis Holdaway Pada Mahasiswa FKG USU Ras Campuran Proto Dengan Deutro-Melayu

2 9 64

Hubungan Sudut Interinsisal Dengan Profil Jaringan Lunak Wajah Menurut Analisis Holdaway Pada Mahasiswa FKG USU Ras Campuran Proto Dengan Deutro-Melayu

0 0 13

Hubungan Sudut Interinsisal Dengan Profil Jaringan Lunak Wajah Menurut Analisis Holdaway Pada Mahasiswa FKG USU Ras Campuran Proto Dengan Deutro-Melayu

0 0 2

Hubungan Sudut Interinsisal Dengan Profil Jaringan Lunak Wajah Menurut Analisis Holdaway Pada Mahasiswa FKG USU Ras Campuran Proto Dengan Deutro-Melayu

0 0 5

Hubungan Sudut Interinsisal Dengan Profil Jaringan Lunak Wajah Menurut Analisis Holdaway Pada Mahasiswa FKG USU Ras Campuran Proto Dengan Deutro-Melayu

0 0 17

Hubungan Sudut Interinsisal Dengan Profil Jaringan Lunak Wajah Menurut Analisis Holdaway Pada Mahasiswa FKG USU Ras Campuran Proto Dengan Deutro-Melayu Chapter III VI

0 1 15

Hubungan Sudut Interinsisal Dengan Profil Jaringan Lunak Wajah Menurut Analisis Holdaway Pada Mahasiswa FKG USU Ras Campuran Proto Dengan Deutro-Melayu

1 4 3

Hubungan Sudut Interinsisal Dengan Profil Jaringan Lunak Wajah Menurut Analisis Holdaway Pada Mahasiswa FKG USU Ras Campuran Proto Dengan Deutro-Melayu

0 0 9

Hubungan Sudut Interinsisal Dengan Tebal Bibir Atas Dan Tebal Dagu Berdasarkan Analisis Holdaway Pada Mahasiswa Fkg Usu Ras Deutro Melayu

0 0 12