Teori Real Business Cycle

16 Kajian Penelitian Terdahulu Penelitian Bafadal 2005 yang berjudul “Dampak Defisit dan Utang Pemerintah terhadap Stabilitas Makro Ekonomi” dengan menggunakan model ekonommetrika time series yakni Vector Error Corection Model VECM dan menggunakan data tiga bulanan tahun 1980-2003. Hasil penelitian menunjukan bahwa utang dalm negeri sebagai komponen pembiayaan anggaran mulai sejak krisis 1998. Kondisi fiskal adalah sustain dalam jangka panjang dan rasio defisit terhadap produk domestic bruto PDB sebesar 4.35 persen dan rasio total utang terhadap PDB sebesar 75 persen. peningkatan defisit dan cicilan utang akan menurunkan PDB dalam jangka pendek dan jangka panjang. Stabilitas PDB akan dicapai setelah tiga tahun guncangan terjadi. Peneliti an Riyadi 2012 yang berjudul “Early Warning System Krisis Utang di Indonesia : Pendekatan Business Cycle Theory ”. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa terjadinya krisis utang di Indonesia pada periode waktu mendatang sangatlah dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti suku bunga LIBOR 6 bulan dan laju inflasi Jepang. Hal ini membuktikan bahwa Indonesia merupakan negara dengan perekonomian terbuka kecil small open economy yang masih rentan terhadap goncangan makroekonomi global. Model early warning system yang terbentuk dari penelitian ini dapat bekerja dengan cukup baik dalam memprediksi kemungkinan terjadinya krisis utang di Indonesia meskipun proses kaliberasi terhadap variabel-variabel penyusunnya masih perlu dilakukan secara berkala. Penelitian yang dilakukan Berg and Sachs 1988, Lee 1991, Balkan 1992, Lanoie and Lemarbre 1996, dan Marchesi 2003 dalam Riyadi 2012 mendefinisikan krisis utang hanya menggunakan konsep debt rescheduling yang dilakukan suatu negara. Penggunaan konsep debt rescheduling ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi secara tepat kapan periode waktu suatu negara tertentu melakukan penjadwalan ulang atas pembayaran utang luar negerinya. Penelitian Hubbard 2011 yang berjudul “Consequences of Government Deficits and Debt ” yang melakukan penelitian untuk kasus pada negara Amerika Serikat. Penelitian ini menyimpulkan bahwa ada tiga kekhawatiran utama dari utang yakni: 1 kenaikan kumulatif utang yang begitu besar atau bahkan kecil dapat berpengaruh besar terhadap suku bunga riil, 2 besarnya pengaruh utang pemerintah pada suku bunga dapat meningkatkan ketergantungan terhadap tabungan asing, 3 tinggi pengeluaran pemerintah untuk membayar kewajiban utang sangat mungkin membuat beban pajak yang lebih tinggi, mengurangi pembentukan modal, pertumbuhan ekonomi dan standar kehidupan. Penelitian Daryanto 2004 yang berjudul “Pengaruh Utang Luar Negeri terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia” yang meneliti pengaruh utang luar negeri Indonesia terhadap pertumbuhan ekonomi dalam kurun waktu 1977-2001 dengan menggunakan metode Ordinary Least Square OLS menyimpulkan bahwa utang luar negeri berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini terjadi karena kurang tepatnya pemerintah dalam mengalokasikan dana pinjaman yang diperoleh dari luar negeri. Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa pengelolaan utang luar negeri yang dilakukan pemerintah tidak optimal. 17 Hal ini dilihat dari nilai ekspor yang jauh lebih rendah dari utang luar negeri pemerintah, alokasi pengeluaran pembangunan yang jumlahnya jauh lebih kecil dari utang luar negeri pemerintah, jumlah utang luar negeri yang setiap tahunnya hampir sama bahkan melebihi jumlah domestic saving, dan lain-lain. Penelitian ini menyebutkan bahwa pengelolaan utang luar negeri pada orde reformasi cenderung lebih baik dibandingkan orde baru meskipun pengaruhnya terhadap pertumbuhan tetap negatif. Penelitian Georgiev 2012 yang berjudul “Implications of public debt on Economic growth and development” yang meneliti hubungan antara utang, investasi dan pembangunan ekonomi dalam konteks Eropa khususnya Italia dan Portugal yang dianalisis lebih dalam perihal kebijakan fiskal dan manajemen utang. Analisis ini didasarkan pada statistic deskriptif, regresi dan data panel yang terdiri dari 17 negara Eropa dengan menggunakan jenjang waktu dari tahun 1980 hingga tahun 2012. Penelitian ini menunjukan bahwa Italia dan Portugal berada pada kondisi tidak berkelanjutan dalam decade terakhir disertai dengan defisit fiskal yang besar, ekspor neto yang negatif, dan kenaikan suku bunga. Utang public sebagai variabel independen tidak mempengaruhi pertumbuhan ekonomi secara langsung, tetapi menggeser investasi melalui suku bunga yang tinggi dan meningkatnya ketidakpastian yang pada akhirnya secara tidak langsung berpengaruh negatif terhadap PDB. Penelitian Ezeabasili et.al 2011 yang berjudul “Nigeria’s External Debt and Economic Growth: An Error Correction Approach ” yang mengkaji hubungan antara utang luar negeri Nigeria dan pertumbuhan ekonomi antara tahun 1975 hingga 2006 dengan pendekatan kointegrasi menunjukan bahwa adanya satu hubungan kointegrasi pada 1 dan 5 persen level kointegrasi. Penelitian tersebut menyebutkan bahwa untuk kasus Nigeria, peningkatan 1 persen utang luar negeri akan menyebabkan penurunan PDB sebesar 0,027 persen. Kerangka Pemikiran Dalam penelitian ini utang pemerintah merupakan variabel eksogen utama sedangkan fokus penelitian ini menganalisis respon pertumbuhan business cycle dan variabel ekonomi makro Indonesia lainnya sebagai tranmisi dalam mencapai pertumbuhan ekonomi terhadap utang pemerintah. Postur anggaran penerimaan dan belanja negara APBN secara garis besar di susun oleh penerimaan dan pengeluaran, apabila penerimaan lebih besar dari pengeluaran maka keuangan pemerintah mengalami surplus anggaran, jika penerimaan sama dengan pengeluaran maka keuangan pemerintah mengalami anggaran berimbang, sedangkan jika penerimaan lebih kecil dari pengeluaran maka keuangan pemerintah mengalami defisit anggaran. Apabila pemerintah mengalami defisit anggaran, maka ada beberapa hal yang dapat dilakukan pemerintah antara lain melalui Utang, menjual assetprivatisasi, maupun dengan cara mencetak uang, namun hal yang paling sering dilakukan pemerintah yakni membiayai defisit dengan cara melakukan utang. Utang yang dilakukan pemerintah dalam membiayai belanja pemerintah secara teori dapat mendorong pertumbuhan ekonomi baik dari sisi permintaan