13 merupakan definisi dari business cycle yang digunakan dalam penelitian ini.
Dapat disimpulkan bahwa tahapan ini akan datang silih berganti sepanjang waktu dalam perekonomian suatu negara.
Teori Business Cycle 1.
Definisi Business Cycle
Definisi Business Cycle atau trade cycle siklus perekonomin atau siklus perdagangan menurut Wesley C. Mitchell dan Arthur F. Burns dalam Niemira
dan Klein 1994 adalah: “Business cycles are a type of fluctuation found in the aggregate economic
activity of nations that organized their work mainly in business enterprises: a cycle consist of expansion occurring at about the same time in many economic
activites, followed by similiarly general recessions, contractions, and revival which merge into the expansion phase of the next cycle; this sequence of changes
is recurrent but not periodic; in duration business cycle vary from more than one year to ten or twelve years; they are not divisible into shoerter cycles of similar
character with amplitudes approximating their own”
A. Teori Real Business Cycle
Teori Real Business Cycle memberi kontribusi penting dalam ilmu ekonomi dengan memberi sudut pandang baru yang berbeda dalam mengkaji fluktuasi
jangka pendek dari output dan kesempatan kerja employment yang dijelaskan dengan menggunakan substitusi tenaga kerja antar-waktu, dimana dalam teori ini
dianggap sebagai perubahan dalam tingkat output alami, atau keseimbangan. Dengan tetap mempertahankan model klasik sebagai acuan, teori ini
mengasumsikan bahwa harga dan upah adalah fleksible, bahkan dalam jangka pendek. Dengan asumsi complete price flexibility, teori ini menganut classical
dichotomy
dimana variable-variabel nominal, seperti pergerakan uang dan tingkat harga tidak mempengaruhi pergerakan variabel di sektor riil seperti output dan
pengangguran Mankiw, 2000. Untuk menjelaskan pergerakan sektor riil, teori ini menyatakan pergerakan
tersebut disebabkan oleh factor alami di sector itu sendiri seperti terjadinya technological shock
yang membuat produktivitas meningkat berakhir pada perekonomian yang juga meningkat. Dengan kata lain semua fluktuasi di sector
riil seperti pertumbuhan ekonomi, tingkat pengangguran, tingkat konsumsi dan investasi merupakan hasil reaksi dari indivisu-individu terhadap perubahan dalam
perekonomian.
Sementara selama periode resesi atau yang disebut sebagai kemunduran teknologi, output dan insentif untuk bekerja akan berkurang yang dikarenakan
teknologi produksi yang menurun. Asumsi lain yang juga penting dalam teori ini adalah netralitas uang dalam perekonomian, yang juga berlaku untuk jangka
pendek, dimana kebijakan moneter tidak akan mempengaruhi veriabel-variabel riil, seperti output dan kesempatan kerja.
Teori ini banyak mendapat kritik, karena para pengkritik berpendapat bahwa kemunduran teknologi adalah hal yang tidak masuk akal, dimana
akumulasi pengetahuan teknologi hanya akan melambat dan tidak mungkin terjadi sebaliknya. Bukan hanya technological shock yang dikritik tetapi mereka juga
tidak mendukung netralitas uang, dengan pemberian bukti bahwa data
14 menunjukkan penurunan money supply selalu disertai dengan perubahan di sector
riil seperti tingginya pengangguran dan rendahnya output. Penganut teori ini memberikan keterangan ebaliknya dengan argumentasi bahwa perubahan dalam
perekonomian seperti tingginya output akibat factor alami akan mempengaruhi permintaan akan uang. Meningkatnya permintaan uang ini akan direspon oleh
bank sentral denagn menambah money supply Mankiw, 2000.
Perubahan dalam perekonomian karena faktor-faktor alami ini akan menyebabkan terjadinya sik;us dalam pergerakan variabel-variabel di sektor riil.
Siklus ini dipercaya terjadi dalam setiap variabel di sektor riil dan dapat dilihat dengan menghilangkan faktor-faktor musiman, trend dan irregular dari data.
Sampai saat ini teori real business cycle yang dianut oleh sedikit ekonom namun cukup signifikan ini terus berkembang. Bahkan, ada sebuah organisasi di Amerika
Serikat yang terus nelakukan penelitian dan menciptakan terobosan baru dalam model-model ekonomi untuk menjelaskan teori real business cycle ini.
B. Teori Ekonomi New Keynessian
Para pengkritik teori real business cycle umumnya berasal dari penganut aliran new keynessian. Banyak dari meraka percaya bahwa fluktuasi output dan
kesempatan kerja dalam jangka pendek disebabkan oleh terjadinya fluktuasi dalam permintaan agregat akibat lambatnya upah dan harga dalam menyesuaikan
dengan kondisi ekonomi yang sedang berubah. Dengan kata lain teori ini percaya bahwa upah dan harga bersifat kakusulit berubah, sehingga peranan pemerintah
melalui kebijakan moneter dan fiskal sangat diperlukan untuk menstabilkan perekonomian. Karena teori ini dibangun di atas ,odel permintaan agregat dan
penawaran agregat tradisional, maka dalam teori ini dikatakan bahwa perubahan harga dari biaya beli sekesil apapun akan memilki dampak makroekonomi yang
besar karena adanya eksternalitas permintaan agregat. Toeri ini telah memasukkan guncangan pada sisi penawaran, ketidakstabilan moneter dan guncangan terhadap
permintaan uang dan modelnya Mankiw, 2000.
Metode Penelitian Empirik Business cycle
1. Hodrick-Prescott
Filter HPF
Hodrick-Prescott Filter HPF merupakan pendekatan statistik yang secara khusus mengestimasi trend dan komponen siklikal atau menghilangkan komponen
trend dan siklikal dalam suatu data deret waktu time series. Fakta secara empirik
stylized fact menunjukan bahwa business cycle Indonesia dianalisis dengan memisahkan komponen trend dan siklikal dari data time series makroekonomi .
dalam analisis HPF, komponen siklikal variabel makroekonomi dapat dilihat pola dan karakteristiknya dengan melihat korelasinya dengan variabel referensi.
2. Cross Corelation
Cross corelation merupakan suatu pendekatan untuk melihat detrended
berdasarkan lag periode ke belakang dan lead periode ke depan. Detrended merupakan cara untuk memisahkan komponen trend, sehingga sebelum cross
corelation maka ditentukan terlebih dahulu variabel trend dan siklikal berdasarkan
hasil analisis HPF. Cross corelation dapat memperlihatkan antara lag detrended dan lead detrended pada suatu variabel. Cross corelation menunjukan detrended
dengan komponen siklikal mempunyai korelasi atau tidak.
15
A. Karakteristik Hubungan Indikator dalam
Business Cycle
Setiap variabel-variabel ekonomi yang termasuk ke dalam salah satu dari indikator dini yang telah dijelaskan di atas, memiliki hubuingan yang bermacam-
macam terhadap business cycle. Berikut ini akan dijabarkan mengenai hubungan antara indikator-indikator dengan business cycle, yang terbagi menjadi tiga, yaitu:
Procyclical
, hubungan dimana arah pergerakan dari indikator-indikator ekonomi sama dengan perubahan yang terjadi pada perekonomian suatu
negara. Ketika perekonomian membaik, maka dapat dipastikan bahwa indikatornya akan mengalami peningkatan Gambar 9
Countercyclical
, hubungan diman indikator-indikator ekonomi memiliki arah gerak yang berlawanan dengan perekonomian suatu negara yang
sedang terjadi Gambar 10
Acyclical , indikator-indikator ekonomi tidak memiliki hubungan dengan
perubahan yang terjadi pada perekonomian suatu negara. Adapun kondisi perekonomian tersebut, baik dalam kondisi yang cukup bagus
maupun dalam kondisi buruk, perubahan yang terjadi dalam indikator tersebut tetap tidak terpengaruh dan berada pada trend-nya sendiri.
Sumber : Gail 1998 Gambar 9 Pergerakan procyclical variabel a dan b
Sumber : Gail 1998 Gambar 10 Pergerakan countercyclical variabel c
16
Kajian Penelitian Terdahulu
Penelitian Bafadal 2005 yang berjudul “Dampak Defisit dan Utang Pemerintah terhadap Stabilitas Makro Ekonomi” dengan menggunakan model
ekonommetrika time series yakni Vector Error Corection Model VECM dan menggunakan data tiga bulanan tahun 1980-2003. Hasil penelitian menunjukan
bahwa utang dalm negeri sebagai komponen pembiayaan anggaran mulai sejak krisis 1998. Kondisi fiskal adalah sustain dalam jangka panjang dan rasio defisit
terhadap produk domestic bruto PDB sebesar 4.35 persen dan rasio total utang terhadap PDB sebesar 75 persen. peningkatan defisit dan cicilan utang akan
menurunkan PDB dalam jangka pendek dan jangka panjang. Stabilitas PDB akan dicapai setelah tiga tahun guncangan terjadi.
Peneliti an Riyadi 2012 yang berjudul “Early Warning System Krisis
Utang di Indonesia : Pendekatan Business Cycle Theory ”. Hasil penelitian
menyimpulkan bahwa terjadinya krisis utang di Indonesia pada periode waktu mendatang sangatlah dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti suku bunga LIBOR
6 bulan dan laju inflasi Jepang. Hal ini membuktikan bahwa Indonesia merupakan negara dengan perekonomian terbuka kecil small open economy yang masih
rentan terhadap goncangan makroekonomi global. Model early warning system yang terbentuk dari penelitian ini dapat bekerja dengan cukup baik dalam
memprediksi kemungkinan terjadinya krisis utang di Indonesia meskipun proses kaliberasi terhadap variabel-variabel penyusunnya masih perlu dilakukan secara
berkala.
Penelitian yang dilakukan Berg and Sachs 1988, Lee 1991, Balkan 1992, Lanoie and Lemarbre 1996, dan Marchesi 2003 dalam Riyadi 2012
mendefinisikan krisis utang hanya menggunakan konsep debt rescheduling yang dilakukan suatu negara. Penggunaan konsep debt rescheduling ini dimaksudkan
untuk mengidentifikasi secara tepat kapan periode waktu suatu negara tertentu melakukan penjadwalan ulang atas pembayaran utang luar negerinya.
Penelitian Hubbard 2011 yang berjudul “Consequences of Government Deficits and Debt
” yang melakukan penelitian untuk kasus pada negara Amerika Serikat. Penelitian ini menyimpulkan bahwa ada tiga kekhawatiran utama dari
utang yakni: 1 kenaikan kumulatif utang yang begitu besar atau bahkan kecil dapat berpengaruh besar terhadap suku bunga riil, 2 besarnya pengaruh utang
pemerintah pada suku bunga dapat meningkatkan ketergantungan terhadap tabungan asing, 3 tinggi pengeluaran pemerintah untuk membayar kewajiban
utang sangat mungkin membuat beban pajak yang lebih tinggi, mengurangi pembentukan modal, pertumbuhan ekonomi dan standar kehidupan.
Penelitian Daryanto 2004 yang berjudul “Pengaruh Utang Luar Negeri terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia” yang meneliti pengaruh utang luar
negeri Indonesia terhadap pertumbuhan ekonomi dalam kurun waktu 1977-2001 dengan menggunakan metode Ordinary Least Square OLS menyimpulkan
bahwa utang luar negeri berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini terjadi karena kurang tepatnya pemerintah dalam mengalokasikan dana
pinjaman yang diperoleh dari luar negeri. Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa pengelolaan utang luar negeri yang dilakukan pemerintah tidak optimal.