PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK SISWA DAN SELF-REGULATED LEARNING MELALUI PENDEKATAN OPEN-ENDED DI SMP NEGERI 3 PADANGSIDIMPUAN.

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK SISWA DAN SELF-REGULATED

LEARNING MELALUI PENDEKATAN OPEN-ENDED DI SMP NEGERI 3

PADANGSIDIMPUAN

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

HAFNI SURYATIS NIM : 8146171030

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

i ABSTRAK

HAFNI SURYATIS. P ening kat an K emamp uan P emecahan Mas alah Mat emat ik S is wa d an S elf -R egu la ted Learn in g melalui P end ekat an O p en -En d ed d i S MP N eg eri 3 P ad angs id imp uan . Tesis. Medan: Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Negeri Medan. 2016.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan open-ended lebih tinggi daripada pembelajaran dengan pendekatan ekspositori; 2) peningkatan self-regulated learning siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan open-ended lebih tinggi daripada pembelajaran dengan pendekatan ekspositori; 3) interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan awal matematika siswa terhadap kemampuan pemecahan masalah matematik siswa; 4) interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan awal matematika siswa terhadap self-regulated learning siswa; 5) keragaman jawaban siswa dalam menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah matematik pada masing-masing pembelajaran. Jenis penelitian ini quasi eksperiment. Populasi seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 3 Padangsidimpuan. Sampel menggunakan random sampling terdiri dari kelas VII-1 diberi pendekatan open-ended dan kelas VIII-4 diberi pendekatan ekspositori. Instrumen penelitian yaitu tes kemampuan pemecahan masalah matematik dan angket self-regulated learning. Analisis data menggunakan ANAVA dua jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) terdapat peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang diajarkan dengan pendekatan open-ended dengan siswa yang diajarkan dengan pendekatan ekspositori, dengan nilai signifikan sebesar 0,010 < 0,05; 2) terdapat peningkatan self-regulated learning siswa yang diajarkan dengan pendekatan open-ended dengan siswa yang diajarkan dengan pendekatan ekspositori,dengan nilai signifikan sebesar 0,022 < 0,05; 3) tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan awal matematika siswa terhadap kemampuan pemecahan masalah matematik siswa, dengan nilai signifikan sebesar 0,425 > 0,05; 4) tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan awal matematika siswa terhadap

self-regulated learning siswa, dengan nilai signifikan sebesar 0,632 > 0,05; 5) proses penyelesaian jawaban siswa yang diajarkan pendekatan open-ended

lebih bervariasi dibandingkan dengan siswa yang diajarkan pendekatan ekspositori.

Kata Kunci: Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik, Self-Regulated Learning, Pendekatan Open-Ended.


(7)

ii ABSTRACT

HAFNI SURYATIS. Upgrades of Mathematical Problem Solving Students and Self-Regulated Learning through Open-Ended Approach in SMP Negeri 3 Padangsidimpuan. Thesis. Medan: Mathematics Education Graduate Program, State University of Medan. 2016.

This study aims to determine: 1) the increase in mathematical problem solving ability of students who received study with open-ended approach is higher than the study with expository approach; 2) an increase in self-regulated learning of students who received study with open-ended approach is higher than the study with expository approach; 3) the interaction between the learning model with early mathematical ability of students to the mathematical problem solving abilities of students; 4) the interaction between the learning model with early mathematical ability of students to the students' self-regulated learning; 5) the diversity of responses of the students in solving problems solving mathematical problems in each lesson. This type of research is quasi experiment. Population entire seventh grade students of SMP Negeri 3 Padangsidimpuan. Sample using random sampling which consists of two classes, a class VII-1 was given an open-ended approach and VIII-4 by expository approach. The instrument used in this study consisted of a test of mathematical problem solving skills and self-regulated learning questionnaire. Analysis of data using ANOVA two paths. The results showed that: 1) there is an increase in mathematical problem solving ability of students taught with an open-ended approach to the students taught by expository approach. This is evident from the significant values obtained for 0.010 < 0.05; 2) there is an increased self-regulated learning of students who are taught by open-ended approach to the students taught by expository approach, This is evident from the significant value gained 0.022 < 0.05; 3) there is no interaction between the learning model with early mathematical ability of students to the mathematical problem solving ability of students. This is evident from the significant values obtained for 0.425 > 0.05; 4) there is no interaction between the learning model with early mathematical ability of students to the students' self-regulated learning. This is evident from the significant values obtained for 0.632 > 0.05; 5) the settlement process responses of the students are taught to use the open-ended approach is more varied than the students taught using expository approach.

Keywords: Mathematical Problem Solving Ability, Self-Regulated Learning Approach Open-Ended


(8)

iii KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis dengan judul “Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa dan Self-Regulated Learning melaui Pendekatan Open-Ended di SMP Negeri 3 Padangsidimpuan. Shalawat beserta salam penulis hanturkan kepada nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang dihiasi iman dan ilmu seperti saat ini. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penulisan sampai terselesaikannya tesis ini. Semoga Allah SWT membalas semua bantuan yang telah saya terima dengan kebaikan yang setimpal. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Asmin. M.Pdselaku Pembimbing I dan Bapak Dr. KMS. Muhammad Amin Fauzi, M.Pd selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan, serta motivasi yang sangat bermanfaat dan berharga bagi penulis dalam penyusunan tesis ini.

2. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pdselaku narasumber I, Prof. Dr. Pargaulan Siagian, M.Pdselaku narasumber II dan Bapak Dr. Edy Surya, M.Si selaku narasumber III yang telah banyak memberikan saran dan kritik yang membangun dalam penyempurnaan tesis ini.

3. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M. Pd. sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Matematik dan Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M. Pd. selaku


(9)

iv

Seketaris Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana UNIMED serta Bapak dan Ibu dosen yang mengajar di Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana UNIMED, Bapak Dapot Tua Manullang, M. Si. selaku Staf Program Studi Pendidikan Matematika.

4. Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd selaku Direktur Program Pascasarjana UNIMED dan Bapak Prof. Dr. Busmin, M.Pd selaku Asisten Direktur II Program Pascasarjana UNIMED serta staf Program Pascasarjana UNIMED yang telah memberikan bantuan dan kesempatan serta bantuan administrasi selama pendidikan di UNIMED.

5. Bapak Drs. Ibnu Hajar, M.Pd, selaku Kepala SMP Negeri 3 Padangsidimpuan yang telah memberi kesempatan dan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian, Ibu Sri Yanna yang telah mengizinkan penulis dan mendampingi penulis saat melakukan penelitian, guru-guru dan staf administrasi yang telah banyak membantu penulis dalam melakukan penelitian ini.

6. Teristimewa kepada Ibunda Dra. Hj. Rosmawati Nasution yang telah memberikan doa, perhatian, serta motivasi yang sangat berharga dalam setiap langkah penulis untuk menyelesaikan penulisan tesis ini. Serta abang, kakak dan adik segenap keluarga besar yang telah mendoakan dan memberi semangat dan dukungan moril bagi penulis dalam menyelesaikan tesis ini. 7. Teman-teman seperjuangan angkatan XXIII Apriadani Harahap, Nova

Junianti, Yessy Jurnala, serta teman-teman kelas A khususnya A-3 yang telah banyak memberikan semangat dan motivasi dalam penulisan tesis ini, dan semua pihak yang telah memberi semangat kepada penulis dari sejak memulai penulisan tesis ini hingga selesai yang tidak dapat disebutkan satu persatu.


(10)

v

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang baik atas bantuan, dukungan dan bimbingan yang diberikan. Dengan segala kekurangan dan keterbatasan penulis berharap semoga tesis ini dapat memberi sumbangan dalam memperkaya khasanah ilmu dalam bidang pendidikan dan menjadi masukan bagi penelitian lebih lanjut.

Medan, April 2016 Penulis


(11)

vi

DAFTAR ISI

Abstrak ... i

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... vii

Daftar Gambar ... x

Daftar Lampiran ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 20

1.3 Pembatasan Masalah ... 21

1.4 Rumusan Masalah ... 21

1.5 Tujuan Penelitian ... 22

1.6 Manfaat Penelitian... 23

1.7 Defenisi Operasional ... 23

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Masalah dalam Matematika ... 25

2.2 Kemampuan Pemecahan Masalah ... 27

2.2.1 Pengertian Kemampuan Pemecahan Masalah ... 27

2.2.2 Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Matematika ... 29

2.2.3 Tahap-Tahap Pemecahan Masalah ... 32

2.2.4 Strategi Pemecahan Masalah... 33

2.3 Self-Regulated Learning ... 33

2.3.1 Pengertian Self-Regulated Learning ... 33

2.3.2 Siklus Self-Regulated Learning ... 35

2.3.3 Karakteristik Self-Regulated Learning ... 36

2.3.4 Peranan Guru dalam Self-Regulated Learning ... 39

2.3.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Self-Regulated Learning ... 41

2.4 Pendekatan Open-Ended ... 42

2.4.1 Pengertian Pendekatan Open-Ended ... 42

2.4.2 Pembelajaran Pendekatan Open-Ended ... 44

2.4.3 Soal Open-Ended ... 48

2.4.4 Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Open-Ended ... 50

2.5 Metode Ekspositori ... 51

2.6 Teori Belajar yang Mendukung ... 54

2.7 Hasil Penelitian yang Relevan ... 59

2.8 Kerangka Konseptual ... 61

2.8.1 Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa yang Memperoleh Pembelajaran menggunakan Pendekatan Open-Ended Lebih Baik daripada yang diajar Menggunakan Metode Ekspositori... 61

2.8.2 Peningkatan Self-Regulated Learning Siswa yangMemperoleh Pembe- lajaran menggunakan Pendekatan Open-Ended LebihBaik daripada yang diajar Menggunakan Metode Ekspositori... 62

2.8.3 Tidak Terdapat Interaksi Antara Pendekatan Pembelajaran yang digunakan DenganKemampuan Awal Matematika Siswa terhadap Peningkatan KemampuanPemecahan Masalah Matematik Siswa ... 62 2.8.4 Tidak Terdapat Interaksi Antara Pendekatan Pembelajaran yang digunakan


(12)

vii

DenganKemampuan Awal Matematika Siswa terhadap Peningkatan

Self-Regulated Learning Siswa ... 64

2.8.5 Pola Jawaban dalam Menyelesaikan Soal Pemecahan Masalah Matematik Pada Masing-Masing Pembelajaran... 64

2.9 Hipotesis Penelitian ... 65

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian... 67

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian... 67

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian... 68

3.4 Variabel Penelitian ... 69

3.5 Desain Penelitian... 69

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 70

3.6.1 Kemampuan Awal Matematika ... 71

3.6.2 Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa ... 72

3.6.3 SkalaSelf-Regulated Learning ... 74

3.7 Uji Coba Instrumen ... 76

3.8 Prosedur Penelitian ... 86

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 94

4.1.1 Deskripsi Kemampuan Awal Matematika Siswa ... 94

4.1.2 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa ... 98

4.1.3 Hasil Angket Self-Regulated Learning ... 113

4.1.4 Keragaman Pola Jawaban Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa ... 130

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 137

4.2.1 Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa... 137

4.2.2 Peningkatan Self-Regulated Learning ... 139

4.2.3 Interaksi Antara Model Pembelajaran dengan Kemampuan Awal Matema- tika Siswa terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa ... 142

4.2.4 Interaksi Antara Model Pembelajaran dengan Kemampuan Awal Matema- tika Siswa terhadap Peningkatan Self-Regulated Learning Siswa ... 144

4.2.5 Keterbatasan Penelitian ... 146

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, dan SARAN 5.1 Simpulan... 149

5.2 Implikasi ... 150

5.3 Saran ... 152


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Nilai UN SMP Negeri 3 Padangsidimpuan dari Tahun 2013-2015.... 5

Tabel 1.2 Rata-Rata Nilai Rapor Semester Genap Kelas VII SMP Negeri 3 Padangsidimpuan Tahun Ajaran 2014/2015... 5

Tabel 2.1 Tahap-Tahap Penyelesaian Masalah Menurut J. Dewey... 32

Tabel 2.2 Keunggulan dan Kelemahan Metode Ekspositori... 53

Tabel 2.3 Perbedaan Pedagogik Pembelajaran Menggunakan Pendekatan Open-Ended dengan Pembelajaran Ekspositori... 54

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian... 70

Tabel 3.2 Keterkaitan Antara Variabel Bebas dan Variabel Terikat... 70

Tabel 3.3 Kriteria Pengelompokan Kemampuan Siswa Berdasarkan KAM... 72

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Tes Pemecahan Masalah... 73

Tabel 3.5 Pedoman Penskoran Kemampuan Pemecahan Masalah... 74

Tabel 3.6 Kisi-Kisi Angket Self-Regulated Learning... 75

Tabel 3.7 Skor Alternatif Jawaban Angket Self-Regulated Learning... 76

Tabel 3.8 Rangkuman Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran... 77

Tabel 3.9 Hasil Validasi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik... 78

Tabel 3.10 Hasil Validasi Angket Self-Regulated Learning... 78

Tabel 3.11 Interpretasi Koefisien Korelasi Product-Moment... 80

Tabel 3.12 Analisis Validasi Soal Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik81 Tabel 3.13 Analisis Validasi Angket Self-Regulated Learning... 81

Tabel 3.14 Klasifikasi Reliabilitas... 82

Tabel 3.15 Analisis Reliabilitas Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik 83 Tabel 3.16 Analisis Reliabilitas Angket Self-Regulated Learning... 83

Tabel 3.17 Rangkuman Hasil Perhitungan Daya Pembeda Tes Kemampuan Peme-cahan Masalah Matematik... 84

Tabel 3.18 Rangkuman Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik... 85

Tabel 3.19 Keterkaitan antara Rumusan Masalah, Hipotesis, Data, dan Jenis Uji Statistik... 92

Tabel 4.1 Hasil Rata-Rata dan Simpangan Baku KAM... 95

Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas KAM Siswa... 96

Tabel 4.3 Hasil Uji Homogenitas KAM Siswa... 97

Tabel 4.4 Sebaran Sampel Penelitian... 98

Tabel 4.5 Deskripsi Pretes Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa Berdasarkan pembelajaran... 98

Tabel 4.6 Deskripsi Postest Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa... 99

Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa... 101

Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Postest Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa... 101

Tabel 4.9 Hasil Uji Homogenitas Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa... 102

Tabel 4.10 Hasil Uji Homogenitas Postest Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa... 103

Tabel 4.11 Deskripsi Data N-Gain Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Kedua Kelompok Pembelajaran untuk Kategori KAM... 104

Tabel 4.12 Deskripsi Data untuk Indikator-1... 106 8


(14)

Tabel 4.13 Deskripsi Data untuk Indikator-2... 106

Tabel 4.14 Deskripsi Data untuk Indikator-3... 106

Tabel 4.15 Deskripsi Data untuk Indikator-4... 107

Tabel 4.16 Hasil Uji Normalitas Skor N-Gain Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa... 109

Tabel 4.17 Hasil Uji Homogenitas Skor N-Gain Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa... 110

Tabel 4.18 Hasil Uji ANAVA Dua Jalur... 111

Tabel 4.19 Deskripsi Pretes Angket Self-Regulated Learning Siswa Berdasarkan Pembelajaran... 114

Tabel 4.20 Deskripsi Postest Angket Self-Regulated Learning Siswa Berdasarkan Pembelajaran... 115

Tabel 4.21 Hasil Uji Normalitas Pretes Angket Self-Regulated Learning Siswa. 116 Tabel 4.22 Hasil Uji Normalitas Postest Angket Self-Regulated Learning Siswa 117 Tabel 4.23 Hasil Uji Homogenitas Pretes Angket Self-Regulated Learning Siswa 118 Tabel 4.24 Hasil Uji Homogenitas Postest Angket Self-Regulated Learning Siswa 118 Tabel 4.25 Deskripsi Data N-Gain Angket Self-Regulated Learning Kedua Kelompok Pembelajaran untuk Kategori KAM... 119

Tabel 4.26 Deskripsi Data untuk Indikator-1... 121

Tabel 4.27 Deskripsi Data untuk Indikator-2... 121

Tabel 4.28 Deskripsi Data untuk Indikator-3... 122

Tabel 4.29 Deskripsi Data untuk Indikator-4... 122

Tabel 4.30 Deskripsi Data untuk Indikator-5... 122

Tabel 4.31 Deskripsi Data untuk Indikator-6... 122

Tabel 4.32 Deskripsi Data untuk Indikator-7... 122

Tabel 4.33 Deskripsi Data untuk Indikator-8... 122

Tabel 4.34 Hasil Uji Normalitas Skor N-Gain Self-Regulated Learning Siswa... 125

Tabel 4.35 Hasil Uji Homogenitas Skor N-Gain Self-Regulated Learning Siswa 126 Tabel 4.36 Hasil Uji ANAVA Dua Jalur... 127

Tabel 4.37 Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesisi Penelitian Kemampuan Pemecahan Masalah dan Self-Regulated Learning pada Taraf Signi- fikansi 5 %... 130


(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Jawaban Siswa... 9

Gambar 1.2 Jawaban Siswa... 9

Gambar 1.3 Jawaban Siswa... 10

Gambar 3.1 Prosedur Pengambilan Sampel... 69

Gambar 3.2 Prosedur Penelitian... 93

Gambar 4.1 Grafik Kemampuan Awal... 95

Gambar 4.2 Peningkatan N-Gain Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Berdasarkan Kategori KAM... 105

Gambar 4.3 Data Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik untuk Setiap Indikator... 107

Gambar 4.4 Interaksi antara Pembelajaran dan KAM Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa... 113

Gambar 4.5 Peningkatan N-Gain Self-Regulated Learning Berdasarkan Kategori KAM... 120

Gambar 4.6 Data Peningkatan Self-Regulated Learning untuk Setiap Indikator. 124 Gambar 4.7 Interaksi antara Pembelajaran dan KAM Terhadap Peningkatan Self-Regulated Learning Siswa... 129

Gambar 4.8 Ragam Pola Jawaban Butir Soal Nomor 1 Kelas Eksperimen... 132

Gambar 4.9 Ragam Pola Jawaban Butir Soal Nomor 1 Kelas Kontrol... 132

Gambar 4.10 Ragam Pola Jawaban Butir Soal Nomor 2 Kelas Eksperimen... 133

Gambar 4.11 Ragam Pola Jawaban Butir Soal Nomor 2 Kelas Kontrol... 134

Gambar 4.12 Ragam Pola Jawaban Butir Soal Nomor 3 Kelas Eksperimen... 135

Gambar 4.13 Ragam Pola Jawaban Butir Soal Nomor 3 Kelas Kontrol... 135

Gambar 4.14 Ragam Pola Jawaban Butir Soal Nomor 4 Kelas Eksperimen... 136

Gambar 4.15 Ragam Pola Jawaban Butir Soal Nomor 4 Kelas Kontrol... 137


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 (Kelas Eksperimen)... 160

Lampiran A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 (Kelas Eksperimen)... 164

Lampiran A.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 3 (Kelas Eksperimen)... 168

Lampiran A.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 4 (Kelas Eksperimen)... 172

Lampiran A.5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 (Kelas Kontrol) ... 176

Lampiran A.6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 (Kelas Kontrol)... 179

Lampiran A.7 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 3 (Kelas Kontrol)... 182

Lampiran A.8 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 4 (Kelas Kontrol)... 185

Lampiran A.9 Lembar Aktivitas Siswa 1 (LAS-1)... 188

Lampiran A.10 Lembar Aktivitas Siswa 2 (LAS-2)... 193

Lampiran A.11 Lembar Aktivitas Siswa 3 (LAS-3)... 198

Lampiran A.12 Lembar Aktivitas Siswa 4 (LAS-4)... 203

Lampiran B.1 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik... 208

Lampiran B.2 Soal PreTes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik... 209

Lampiran B.3 Soal PostTes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik... 211

Lampiran B.4 Alternatif Jawaban PreTes... 213

Lampiran B.5 Alternatif Jawaban PostTes... 220

Lampiran B.6 Kisi-Kisi Angket Self-Regulated Learning... 226

Lampiran B.7 Angket Self-Regulated Learning... 227

Lampiran C.1 Laporan Validasi Perangkat Pembelajaran dan Instrumen Penelitian... 234

Lampiran C.2 Perhitungan Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik... 257

Lampiran C.3 Perhitungan Hasil Uji Coba Angket Self-Regulated Learning.... 261

Lampiran D.1 Nilai Rapor Kelas Eksperimen... 263

Lampiran D.2 Nilai Rapor Kelas Kontrol... 264

Lampiran D.3 Perhitungan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Kelas Eksperimen... 265

Lampiran D.4 Perhitungan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Kelas Kontrol... 266

Lampiran D.5 Perhitungan Pretest Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Tiap Indikator Kelas Eksperimen... 267

Lampiran D.6 Perhitungan Postest Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Tiap Indikator Kelas Kontrol... 268

Lampiran D.7 Perhitungan N-Gain Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Tiap Indikator Kelas Eksperimen... 269

Lampiran D.8 Perhitungan Pretest Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Tiap Indikator Kelas Kontrol... 270

Lampiran D.9 Perhitungan Pretest Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Skor Tiap Indikator Kelas Kontrol... 271

Lampiran D.10 Perhitungan N-Gain Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Skor Tiap Indikator Kelas Kontrol... 272

Lampiran D.11 Perhitungan Angket Self-Regulated learning Kelas Eksperimen 273 Lampiran D.12 Perhitungan Angket Self-Regulated learning Kelas Kontrol... 274

Lampiran D.13 Perhitungan Pretest Angket Self-Regulated learning Siswa Tiap Indikator Kelas Eksperimen... 275

Lampiran D.14 Perhitungan Postest Angket Self-Regulated learning Siswa Tiap Indikator Kelas Eksperimen... 276


(17)

Lampiran D.15 Perhitungan N-Gain Angket Self-Regulated learning Siswa Tiap

Indikator Kelas Kontrol... 277

Lampiran D.16 Perhitungan Pretest Angket Self-Regulated learning Siswa Tiap Indikator Kelas Kontrol... 278

Lampiran D.17 Perhitungan Postest Angket Self-Regulated learning Siswa Tiap Indikator Kelas Kontrol... 279

Lampiran D.18 Perhitungan N-Gain Angket Self-Regulated learning Siswa Tiap Indikator Kelas Kontrol... 280

Lampiran E.1 Foto Dokumentasi Pembelajaran... 281

Lampiran E.2 Surat Pengangkatan Dosen Pembimbing... 282

Lampiran E.3 Undangan Seminar Proposal Tesis... 283

Lampiran E.4 Izin Penelitian Lapangan... 284

Lampiran E.5 Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian... 285

Lampiran E.6 Undangan Ujian Tesis... 286

Lampiran E.7 Riwayat Hidup... 287


(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu upaya manusia untuk melakukan perubahan kearah yang lebih baik, baik dari segi pengetahuan, sikap dan perilaku. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Sagala (2009:1) yang mengatakan pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu sebagai pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala situasi lingkungan dan sepanjang hidup. Karena dengan pendidikan manusia memperoleh pengetahuan dan kecerdasan serta dapat mengembangkan kemampuan, sikap dan tingkah laku. Pendidikan juga membawa seseorang kearah kedewasaan, seperti yang dikemukakan oleh M.J. Langeveld (Gulo, 2011:40) mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha untuk mencapai tingkat kedewasaan secara susila. Yang mana kedewasaan tersebut tidak memandang usia. Pendidikan juga akan menciptakan Sumber Daya Manusia yang berkualitas. Selain itu, pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sekarang ini.

Setiap orang berhak memperoleh pendidikan tanpa memandang keadaan sosialnya. Ini dijelaskan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Pasal 31 Ayat (1) yang mengatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan, dan Ayat (3) yang mengatakan bahwa Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka


(19)

2 mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang. Untuk itu, seluruh komponen bangsa wajib mencerdaskan kehidupan bangsa yang merupakan salah satu tujuan negara Indonesia. Selain itu sistem pendidikan di Indonesia juga mengalami sedikit kemajuan. Ini dapat dilihat dari Program Wajib Belajar 9 Tahun, yang mana mewajibkan setiap warga negara Indonesia memiliki pendidikan paling rendah di tingkat SMP. Sehingga warga negara Indonesia tidak ada lagi yang buta huruf seperti yang terjadi pada masa penjajahan. Walaupun dapat dilihat bahwa pendidikan Indonesia tersebut masih sangat jauh tertinggal dari negara tetangga seperti Singapura. OECD menyatakan bahwa kualitas pendidikan paling baik di dunia berada pada negara Singapura.

Pendidikan tidak dapat diperoleh begitu saja, namun terjadi secara terus menerus dan berlahan-lahan. Sekolah, lingkungan ataupun keluarga adalah wadah untuk memperoleh pendidikan. UU SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa pendidikan adalah proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Tujuan dari pendidikan adalah memperoleh pengetahuan. Dengan pengetahuan tersebut akan tercipta sumber daya manusia yang berkualitas dan bermoral. Ini dapat diwujudkan melaui kreatifitas, berpikir kritis, logis, mandiri serta sikap positif, bertanggung jawab dan berakhlak baik. Bimbingan dari orang dewasa dan yang lebih tahu sangatlah diperlukan agar


(20)

3 tujuan tersebut diperoleh. Sehingga dapat dilihat betapa pentingnya pendidikan itu.

Namun kenyataannya pendidikan di Indonesia masih sangat rendah, salah satunya di bidang matematika. Ini dapat dilihat dari beberapa survey yang telah dilakukan di beberapa negara dan Indonesia selalu berapa di urutan yang bawah. Survey yang dilakukan oleh PISA (Program for International Student Assessment) di bawah Organization Economic Cooperation and Development

(OECD) pada tahun 2012 menyatakan bahwa Indonesia menempati urutan ke-64 dari 65 peserta pada bidang matematika dengan skor rata-rata sebesar 375. Selain itu hasil survey TIMSS (http://litbang.kemdikbud.go.id/index.php/survei-internasional-timss) pada tahun 2011 menyatakan bahwa Indonesia berada pada urutan yang ke-38 dari 63 peserta dengan nilai rata-rata matematika siswanya sebesar 386.

Matematika merupakan pelajaran yang universal dan dipelajari disetiap jenjang pendidikan mulai dari SD, SMP, SMA sampai Perguruan Tinggi. Dan bahkan dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang selalu menggunakan matematika. Matematika dapat meningkatkan cara berpikir seseorang terutama dalam pembelajaran di sekolah. Kemampuan berpikir siswa dapat diasah melalui matematika sehingga siswa dapat berpikir kritis dan kreatif. Perkembangan teknologi yang semakin pesat sekarang ini tidak jauh dari peran serta matematika. Dan bahkan ilmu pengetahuan lainnya juga menggunakan matematika, seperti ekonomi, sosial, fisika dan lain sebagainya. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Hudojo (2005:38), yang menyatakan bahwa ciri matematika yaitu dapat memasuki wilayah bidang studi/cabang ilmu lain.


(21)

4 Sehingga dapat dikatakan bahwa matematika merupakan ilmu pengetahuan yang sangat banyak memiliki manfaat dan tidak dapat terlepas dari kehidupan seseorang.

Matematika sangatlah berperan penting dalam meningkatkan kemampuan berpikir siswa. Hudojo (Agus, 2013:85) menyatakan bahwa matematika merupakan ide-ide abstrak yang diberi simbol-simbol itu tersusun secara hirarkis dan penalarannya deduktif, sehingga belajar matematika itu merupakan kegiatan mental yang tinggi. Matematika memerlukan logika dalam menyelesaikan masalah-masalah dalam matematika. Informasi ataupun pengetahuan yang dimilikinya sebelumnya dan menghubungkannya dengan masalah tersebut dapat dijadikan sebagai dasar untuk menyelesaikan masalah matematika. Paling (Abdurahman, 2012:203) mengatakan bahwa matematika adalah suatu arah untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia; suatu cara menggunakan informasi, menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, menggunakan pengetahuan tentang menghitung, dan yang paling penting adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan hubungan-hubungan. Pengetahuan yang dimiliki oleh siswa tidak dapat menjadi patokan bahwa siswa tersebut bisa atau tidak menyelesaikan masalah-masalah matematika yang dihadapinya. Dan ini akan berpengaruh terhadap tinggi atau rendahnya hasil belajar matematika siswa.

Rendahnya hasil belajar siswa dapat dilihat dari nilai UN SMP Negeri 3 Padangsidimpuan selama tiga tahun terakhir. Dalam kurun dua tahun terakhir, nilai matematika mengalami penurunan dari nilai rata-rata pelajaran lainnya.


(22)

5 Adapun hasil nilai UN SMP Negeri 3 Padangsidimpuan selama tiga tahun terakhir dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut.

Tabel 1.1 Nilai UN SMP Negeri 3 Padangsidimpuan dari Tahun 2013-2015

No Mata Pelajaran 2012/2013 2013/2014 2014/2015 Tahun Ajaran 1 Bahasa Indonesia 7,41 8,45 88,04 2 Bahasa Inggris 6,92 8,78 87,89 3 Matematika 7,43 8,62 86,32

4 IPA 7,11 8,39 80,72

Sumber: Kumpulan Nilai UN SMP Negeri 3 Padangsidimpuan

Rendahnya hasil belajar matematika siswa juga dapat dilihat dari rata-rata nilai rapor kelas VII SMP Negeri 3 Padangsidimpuan pada tahun ajaran 2014/2015 semester genap. Rata-rata nilai setiap pelajaran yang diperoleh siswa kelas VII tersebut dapat dilihat pada tabel 1.2 berikut.

Tabel 1.2 Rata-Rata Nilai Rapor Semester Genap Kelas VII SMP Negeri 3 Padangsidimpuan Tahun Ajaran 2014/2015

NO MATA PELAJARAN RATA-RATA

NILAI RAPOR

1 Agama 85,1

2 PKn 85,7

3 Bahasa Indonesia 85,7 4 Bahasa Inggris 83,5

5 Matematika 83,7

6 IPA 84,0

7 IPS 83,5

8 SBK 85,9

9 Penjaskes 86,5

10 TIK 89,3

11 Mulok 86,4

Sumber: Rata-rata nilai rapor kelas VII SMP Negeri 3 Padangsidimpuan Pembelajaran matematika merupakan sesuatu yang membosankan bagi siswa. Ini dikarenakan matematika memerlukan kemampuan berpikir yang tinggi yang mana matematika selalu berhubungan dengan angka, simbol ataupun rumus. Ini dapat menjadikan alasan bagi siswa tidak menyukai matematika.


(23)

6 Kalimat-kalimat yang digunakan dalam matematika juga berbeda dengan kalimat yang digunakan dalam pelajaran lainnya. Jika seorang peserta didik salah mengartikan kalimat yang ditunjukkan dalam soal matematika maka hasil yang akan diperoleh juga otomatis salah. Pemikiran negatif siswa terhadap matematika membuat siswa kurang berminat dalam belajar matematika. Sehingga diperlukan bantuan guru untuk mengubah pandangan siswa tersebut dengan menjadikan pelajaran matematika menjadi menyenangkan. Dan ketika siswa merasa senang terhadap matematika, maka siswa tersebut akan memiliki motivasi belajar sehingga dapat menyelesaikan atau memecahkan masalah matematika yang dihadapinya.

Namun harus dipikirkan bagaimana cara menghilangkan pandangan buruk siswa terhadap matematika. Matematika selalu berhubungan dengan pemecahan masalah yang mana pemecahan masalah merupakan sarana untuk mengembangkan keterampilan siswa. Terlebih dahulu yang harus dilakukan adalah menghilangkan pandangan negatif siswa terhadap matematika.

NCTM menyatakan bahwa tujuan dari pelajaran adalah untuk mengembangkan dan menguasai keterampilan tertentu. Dalam pelajaran matematika, salah satu keterampilan yang harus dikembangkan adalah keterampilan pemecahan masalah. Namun dapat dikatakan untuk memiliki keterampilan atau kemampuan pemecahan masalah itu bukanlah hal yang mudah karena membutuhkan tingkat pengetahuan yang lebih tinggi.

Dalam Standar Isi Mata Pelajaran Matematika SMP pada Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 dijelaskan bahwa salah satu tujuan mata pelajaran matematika SMP adalah agar siswa mampu memecahkan masalah matematika


(24)

7 yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang di peroleh (Depdiknas, 2006). Dengan kata lain, kemampuan pemecahan masalah sangatlah penting dimiliki oleh siswa agar dapat menyelesaikan masalah-masalah dalam matematika baik di sekolah maupun dalam kehidupan sehari-hari. Soal-soal dalam matematika merupakan masalah yang harus diselesaikan oleh siswa. Namun soal-soal matematika tidak selalu menjadi masalah bagi sebagian siswa karena kemampuan matematika siswa berbeda-beda. Contohnya: ketika guru memberikan soal kepada siswa, siswa yang memiliki pengetahuan yang lebih tinggi mengganggap soal tersebut bukanlah masalah dalam matematika karena dengan mudah dia menyelesaikannya dengan pengetahuan yang dimilikinya. Sedangkan siswa yang memiliki tingkat pengetahuan yang rendah menganggap soal tersebut merupakan masalah karena tidak dapat menyelesaikannya. Jadi dapat dikatakan bahwa suatu soal bisa menjadi masalah bagi seseorang namun soal tersebut belum tentu menjadi masalah bagi orang lain. Hal ini sejalan dengan penjelasan Polya (Suherman, 1992: 253), yang menyatakan bahwa: soal matematika tidak akan menjadi masalah bagi seorang siswa, jika siswa itu: (1) mempunyai kemampuan dalam menyelesaikannya, ditinjau dari segi kematangan mental dan ilmunya; (2) berkeinginan untuk menyelesaikannya. Setiap soal bertujuan untuk dipecahkan. Namun suatu soal dikatakan sebagai soal pemecahan masalah jika soal tersebut memerlukan tingkat pemahaman yang tinggi dalam memecahkannya.

Pemecahan masalah merupakan usaha sadar dari seseorang untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya. Polya (1985) mengatakan bahwa


(25)

8 pemecahan masalah adalah usaha untuk mencari jalan keluar dari kesulitan supaya mencapai sasaran yang tidak dengan serta merta diperoleh. Karena dalam memecahkan masalah matematika memerlukan pengetahuan yang lebih agar dapat menyelesaikan soal-soal dalam matematika. Siswa yang ingin melakukan pemecahan masalah matematika bukan hanya sekedar menyelesaikan masalah tersebut tetapi harus mengikuti langkah-langkah pemecahan masalahnya. Adapun langkah-langkah pemecahan masalah menurut Polya adalah: memahami masalah, membuat rencana pemecahan, menjalankan, dan memeriksa kebenaran hasil.

Dalam kurikulum matematika menyatakan bahwa kemampuan pemecahan masalah merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa yang tercantum dalam standar isi pembelajaran matematika. Sagala (2009:22) mengatakan bahwa memecahkan masalah memerlukan pemikiran dengan menggunakan dan menghubungkan berbagai aturan-aturan yang telah kita kenal menurut kombinasi yang berlainan. Dalam pembelajaran matematika, memecahkan masalah dapat memberikan motivasi bagi siswa untuk bekerja keras dalam menjawab pertanyaan tersebut. Kemampuan pemecahan masalah merupakan kemampuan yang sangat sulit untuk dimiliki oleh siswa karena memerlukan proses berpikir yang lebih tinggi. Ketika siswa memiliki kemampuan pemecahan masalah, maka kemampuan berpikirnya juga akan meningkat. Selain itu pengetahuan yang dimilikinya juga akan ikut berkembang karena siswa tersebut akan mencari cara untuk memecahkan masalah yang dihadapinya dengan bantuan pengetahuan yang dimilikinya sebelumnya. Namun kenyataan sekarang dapat dilihat bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika siswa masih rendah. Shadiq (Kadir, 2009:429) mengatakan bahwa rendahnya kemampuan pemecahan masalah


(26)

9 matematik siswa juga disebabkan oleh proses pembelajaran matematika dikelas kurang meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skill) dan kurang terkait langsung dengan kehidupan nyata sehari-hari.

Kemampuan pemecahan masalah matematik siswa masih rendah. Ini dapat dilihat dari hasil tes yang dilakukan oleh peneliti pada siswa kelas VII SMP Negeri 3 Padangsidimpuan berjumlah 30 orang. Salah satu contoh soal pemecahan masalah yang diberikan kepada siswa SMP Negeri 3 Padangsidimpuan adalah: Seorang pedagang membeli 24 kg mangga seharga Rp. 42.000,-. Pada hari berikutnya, ia membeli lagi 60 kg mangga dengan kualitas yang sama. Tentukanlah besar uang yang harus dibayar oleh pedagang tersebut?

Contoh jawaban siswa dalam soal tersebut dapat dilihat pada gambar 1.1, gambar 1.2 dan gambar 1.3 berikut.

Gambar 1.1 Jawaban Siswa

Pada gambar 1.1, proses dan perhitungan siswa benar tetapi siswa tidak merumuskan apa yang diketahui dan ditanyakan, merencanakan, dan memeriksa kembali jawabannya.


(27)

10 Pada gambar 1.2, siswa melakukan proses dan perhitungan jawaban yang salah, tetapi siswa tidak merumuskan apa yang diketahui dan ditanyakan, merencanakan, dan memeriksa kembali jawabannya.

Gambar 1.3 Jawaban Siswa

Pada gambar 1.3, siswa hanya membuat jawabannya, tidak merumuskan apa yang diketahui dan ditanyakan, merencanakan, melakukan proses jawaban dan memeriksa kembali jawabannya.

Dari soal yang diberikan tersebut, hanya 11 siswa yang menjawab dengan benar dari 31 orang siswa. Namun tidak ada satupun siswa yang melakukan langkah-langkah pemecahan masalah dalam soal tersebut, yaitu menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan, merencanakan penyelesaiannya, serta melakukan strategi memecahan masalah tersebut dan memeriksa jawabannya apakah telah benar atau tidak. Siswa hanya melakukan perhitungan saja dan bahkan ada beberapa siswa yang hanya menuliskan jawabannya saja.

Berdasarkan gambar diatas dapat disimpulkan bahwa siswa masih memiliki kemampuan pemecahan masalah yang rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari bagaimana siswa memecahkan masalah matematika yang telah diberikan. Siswa tidak melakukan langkah-langkah pemecahan masalah secara keseluruhan, sehingga indikator dari kemampuan pemecahan masalah matematik juga tidak dapat dipenuhi seluruhnya oleh siswa. Karena dalam langkah-langkah pemecahan masalah tersebut mencakup indikator pemecahan masalah.


(28)

11 Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematik siswa mungkin disebabkan oleh kesulitan belajar siswa dan lambatnya daya pikir siswa. Dalam pembelajaran matematika, siswa sering mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal cerita. Ini disebabkan karena kurangnya pemahaman siswa tentang apa yang dijelaskan dalam soal tersebut dan keterampilan siswa dalam mengartikan kalimat-kalimat matematika, serta kurangnya keterlibatan siswa dikelas dalam pembelajaran. Dalam memecahkan masalah matematika, siswa juga memerlukan bimbingan dari guru agar mampu mengklarifikasi pengetahuan konseptual dan prosedural, dan mengkaji ulang pemecahan masalah matematika sehingga menjawab benar.

Pentingnya kemampuan pemecahan masalah seperti yang dikemukakan oleh Sumarno (Fauziah, 2010:1) yang menyatakan bahwa pemecahan masalah merupakan hal yang sangat penting sehingga tujuan umum pengajaran matematika bahkan sebagai jantungnya matematika. Kemampuan pemecahan masalah merupakan kemampuan yang wajib dimiliki oleh siswa agar siswa dapat memecahkan masalah matematika yang dihadapinya dan menerapkannya dalam berbagai situasi, serta meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi.

Dalam memecahkan masalah matematika juga dibutuhkan kemauan dalam belajar. Karena tanpa kemauan belajar, tidak mungkin siswa dapat dan mau menyelesaikan masalah matematika. Kemauan belajar tersebut dapat berupa motivasi belajar. Pintrich (Arends, 2009:142) melihat bahwa motivation berasal

dari kata kerja bahasa Latin movere dan mengacu pada “apa yang membuat

individu bergerak” kearah kegiatan dan tugas tertentu. Ketika siswa termotivasi dalam hal belajarnya, maka hasil yang akan diperolehnya juga akan lebih baik


(29)

12 dari sebelumnya. Namun kebanyakan siswa tidak memiliki motivasi untuk belajar terutama dalam pelajaran matematika. Siswa akan mengalami kesulitan dalam belajarnya sehingga siswa mengindar untuk melakukan pembelajaran karena kurang siap untuk belajar. Motivasi belajar siswa dapat dilihat dari kemandirian belajarnya. Kemandirian belajar dikenal dengan self-regulated learning.

Self-regulated learning (kemandirian belajar) merupakan pengaturan atau

pengolahan diri. Pengolahan diri tersebut berupa kemampuan untuk mengatur perilaku yang dimilikinya. Zimmerman (Latipah, 2010:111) mengatakan bahwa

self-regulated learning menekankan pentingnya tanggungjawab personal dan

mengontrol pengetahuan dan keterampilan-keterampilan yang diperoleh. Self-regulated learning membuat siswa aktif di kelas yang mana siswa mencari cara

bagaimana memperoleh pengetahuannya. Keaktifan siswa ini juga berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalahnya. Siswa dapat membangun pengetahuannya melalui self-regulated learning. Ini sesuai dengan teori konstruktivisme dimana siswa membangun pengetahuannya sendiri. Self-regulated learning memberikan kebebasan kepada siswa untuk memperoleh

pengetahuannya. Melalui self-regulated learning, siswa dapat mencari cara-cara

yang sesuai untuk digunakannya dalam pembelajarannya.

Woolfolk (Fauzan, 2013:9) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian belajar meliputi pengetahuan (knowledge), motivasi

(motivation), dan disiplin pribadi (self-discipline).

Namun pada kenyataannya self-regulated learning siswa masih rendah


(30)

13 siswa yang selalu pasif di kelas. Siswa hanya bergantung pada pengetahuan yang diberikan oleh guru tanpa harus berusaha mencari tahu tentang pengetahuan tersebut. Selain itu siswa hanya mengerjakan apa yang disuruh guru saja tanpa memiliki niat atau kemauan untuk melakukan hal yang lebih baik lagi. Sehingga dapat dikatakan bahwa betapa pentingnya self-regulated learning dimiliki oleh

siswa agar siswa tersebut lebih bersemangat dalam melakukan pembelajaran dan memperoleh hasil yang lebih baik dari sebelumnya.

Rendahnya self-regulated learning siswa juga dapat dilihat dari hasil

observasi yang peneliti lakukan kepada 30 siswa berupa angket. Adapun angket yang diberikan oleh peneliti kepada siswa dapat dilihat pada lampiran 1.1. Hasil dari jawaban siswa tersebut menunjukkan bahwa self-regulated learning siswa

masih rendah.

Self-regulated learning sangatlah diperlukan dalam proses pembelajaran

dikelas agar siswa mampu mengetahui dan mengenal pengetahuan yang akan dimilikinya nanti. Karena dalam self-regulated learning, siswa akan melakukan

proses menemukan, mengenal, dan mengidentifikasi serta membuat pertanyaan-pertanyaan yang timbul dari pengetahuan ataupun masalah yang dihadapinya.

Self-regulated learning juga akan membuat siswa menjadi lebih dewasa lagi,

lebih disiplin dan bertanggung jawab terhadap proses pembelajaran yang akan dilakukannya sehingga menuju tujuan yang akan dicapai.

Pentingnya self-regulated learning seperti yang dikemukakan oleh

Zimmerman & Schunk (2011:1) adalah ... to improve achievement of student that range greatly in proficiecy (Schunk 1981, 1984).


(31)

14 Dalam pembelajaran abad ke-21, keaktifan siswa sangatlah diperhatikan. Namun dalam pelajaran matematika, kebanyakan siswa tidak tertarik untuk melakukan pembelajaran tersebut. Ini dikarenakan matematika selalu berkaitan dengan konsep-konsep abstrak berupa simbol-simbol, rumus, ataupun gambar yang susah untuk dimengerti oleh siswa. Hal tersebut dapat menjadi alasan bagi siswa tidak menyukai pelajaran matematika sehingga siswa juga tidak aktif di kelas. Padahal matematika merupakan saran berpikir logis, analisis dan sistematis. Sehingga diperlukan peran guru untuk merubah pandangan buruk siswa terhadap matematika dan membuat pelajaran tersebut menarik bagi siswa dan menyenangkan. Ketika siswa tertarik terhadap matematika, maka minat siswa untuk belajar juga meningkat dan dapat menimbulkan keingintahuan siswa terhadap matematika tersebut. Ketika guru menyajikan pelajaran matematika sedikit berbeda dari biasanya dan menarik, maka perhatian siswa juga akan tertuju kepada apa yang telah dijelaskan oleh guru tersebut. Hal tersebut akan merubah siswa yang pasif menjadi aktif di kelas. Dan ketika siswa aktif dan menyukai pelajaran matematika, maka dengan sendirinya hasil belajar siswa juga akan mengalami peningkatan dari sebelumnya. Selain itu pengetahuan siswa juga akan berkembang. Untuk mewujudkan siswa aktif tersebut dapat dilakukan dengan memilih pendekatan pembelajaran yang tepat. Sehingga dapat dikatakan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematik dan self-regulated learning

tersebut dapat ditingkatkan melalui kemampuan guru mengolah pembelajaran di kelas melalui pendekatan pembelajaran.

Namun pembelajaran saat ini masih banyak yang berpusat pada guru (teacher-centre). Hal ini dapat dari keadaan di kelas, yang mana guru aktif


(32)

15 sedangkan siswanya pasif. Guru memandang bahwa belajar adalah suatu proses mentransfer ilmu pengetahuan (transfer of knowlwdge) dari pengajar ke peserta

didik, sehingga guru secara terus menerus menjelaskan tentang materi yang akan dibahas sedangkan siswa hanya diam dan mendengarkan penjelasan guru tanpa harus bertanya apa yang tidak dimengertinya. Guru tidak memperhatikan kebutuhan siswa. Guru hanya berpikir bahwa tugasnya adalah memberikan materi pelajaran kepada siswa dan untuk mengejar materi selanjutnya agar tidak ketinggalan. Siswa tidak diberi kesempatan untuk bertanya ataupun menyampaikan ide atau gagasan yang dimilikinya. Sehingga siswa yang bersifat pasif akan melakukan proses menghapal daripada memahami. Proses menghapal tersebut akan memberikan kesulitan bagi siswa. Seperti yang dikemukakan oleh Marpaung (Alam, 2012:2) mengatakan bahwa matematika tidak ada artinya bila hanya dihafalkan, namun lebih dari itu dengan pemahaman siswa dapat lebih mengerti akan konsep matematika pelajaran itu sendiri. Ketika siswa diberikan masalah yang sedikit berbeda dari masalah yang sebelumnya diberikan, maka siswa tersebut tidak akan dapat menyelesaikannya karena siswa tersebut tidak memahami bagaimana caranya menyelesaikanya. Sehingga kreativitas dan kemampuan berpikir matematika siswa tidak dapat berkembang secara optimal. Oleh karena itu, guru harus memilih pendekatan pembelajaran yang tepat dikelas. Pembelajaran saat ini harus berpusat pada siswa (student-centre). Hal ini

bertujuan agar siswa dapat mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Guru hanya bersifat fasilitator dan pembimbing. Keaktifan siswa dikelas dapat dilihat dari diskusi kelompok, kreatifitas, percaya diri dalam menyampaikan ide yang dimilikinya. Pendekatan pembelajaran open-ended dapat digunakan sebagai salah


(33)

16 satu pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada siswa. Pendekatan open-ended adalah salah satu pendekatan pembelajaran dalam matematika yang

memungkinkan siswa untuk dapat mengembangkan pola pikir yang dimiliki oleh siswa sesuai dengan minat dan kemauan yang dimiliki oleh siswa tersebut.

Pendekatan open-ended adalah suatu pendekatan pembelajaran berbasis

masalah yang pertama kali dilakukan oleh para ahli pendidikan matematika Jepang dalam upaya inovasi pendidikan matematika. Pendekatan ini lahir sekitar dua puluh tahun yang lalu dari hasil penelitian yang dilakukan Shigeru Shimada, Toshio Sawada, Yoshiko Yashimoto, dan Kenichi Shibuya (Nodha, 2000). Kemunculan pendekatan berasal dari reaksi atas pendidikan matematika sekolah dasar saat itu yang aktifitas kelasnya disebut “isse jugyow” (frontal teaching);

guru menjelaskan konsep baru didepan kelas kepada siswa dan memberikan contoh untuk penyelesaian beberapa soal.

Shimada (Fadillah, tanpa tahun:146) mengatakan bahwa pendekatan

open-ended adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dari

mengenalkan atau menghadapkan siswa pada masalah terbuka. Masalah terbuka adalah masalah yang memiliki banyak cara untuk menyelesaikannya. Jawaban dari suatu pertanyaan ataupun soal dalam pendekatan open-ended tidaklah

tunggal melainkan banyak jawabannya. Ini berbeda dengan pertanyaan yang tertutup yang hanya memiliki satu jawaban saja. Namun kedua jenis pertanyaan tersebut sangatlah penting digunakan dalam pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa sehingga terjadi peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa. Selain itu siswa juga menjadi mandiri dalam melakukan proses belajarnya karena siswa tersebut aktif dalam


(34)

17 membangun pengetahuannya. Hal ini sangat berbanding terbalik dengan pembelajaran yang telah digunakan sebelumnya yang mana siswa hanya bersifat menerima apa yang diberikan oleh guru. Dengan kata lain siswa hanya melakukan tugas dikelas seperti, duduk, diam, mendengarkan dan mengerjakan soal yang diberikan oleh guru.

Dalam pertanyaan terbuka, keterlibatan siswa sangatlah penting dalam proses mencari jawaban ataupun solusinya. Hal ini tidak sejalan dengan pembelajaran yang biasanya hanya berorientasi pada jawaban benar siswa tanpa mengetahui bagaimana proses ataupun cara memperoleh jawaban tersebut. Dalam pertanyaan terbuka, siswa memberikan kontribusi berupa ide-ide yang dimilikinya dalam memecahkan masalah matematika yang diberikan oleh guru. Khabibah (Mustikasari, dkk. 2012:46) mengatakan bahwa gambaran yang tampak dalam pembelajaran matematika sampai saat ini, menekankan lebih pada hapalan dan mencari satu jawaban yang benar untuk soal-soal yang diberikan, sedangkan kemampuan siswa untuk menyelesaikan soal dengan banyak strategi dan banyak solusi kurang mendapat perhatian. Melalui self-regulated learning,

siswa menggunakan kemampuan berpikirnya. Sehingga saat pembelajaran terjadi, pengetahuan siswa akan lebih banyak dan berkembang. Ini dapat dilihat dari hasil yang diperoleh oleh siswa. Ketika guru mengumpulkan hasil tersebut, maka dapat dilihat bahwa jawaban yang diperoleh siswa banyak dan bukan hanya bertumpu pada satu jawaban saja. Jawaban tersebut dapat dilihat hasilnya apakah benar atau tidak melalui diskusi kelas. Sehingga guru dapat mengetahui kemampuan apa saja yang dimiliki oleh siswanya dikelas.


(35)

18 Guru juga dapat memberikan keyakinan kepada siswa bahwa siswa tersebut dapat memecahkan masalah yang dihadapinya. Pendekatan open-ended

adalah salah satu pendekatan yang dapat membuat siswa yakin bahwa dia dapat melakukan suatu hal melalui penguatan positif yang diberikan oleh guru. Penguatan tersebut dapat berupa motivasi belajar. Yang mana telah dijelaskan bahwa motivasi belajar dapat mempengaruhi kemandirian belajar (self-regulated learning). Seperti yang dikemukakan oleh Fadillah (tanpa tahun:147) bahwa

pembelajaran dengan pendekatan open-ended menekankan keterlibatan aktif

siswa belajar, baik dalam tugas-tugas mandiri maupun kelompok, hal ini akan membentuk sikap kerja keras dan sikap mandiri siswa dalam belajar.

Dalam pembelajaran, setiap siswa memliki kemampuan baik sebelum diberikan pembelajaran ataupun setelah diberikan pembelajaran. Kemampuan yang dimiliki oleh siswa sebelum diberikan pembelajaran disebut dengan kemampuan awal. Kemampuan awal siswa berbeda-beda mulai dari rendah, sedang dan tinggi. Untuk melihat kemampuan awal yang dimiliki oleh siswa dapat dilakukan dengan pemberian tes sebelum pembelajaran dimulai ataupun dari nilai rapor siswa.

Hanum (2009:105) menyatakan bahwa matematika merupakan ilmu yang terstruktur karena tersusun atas dasar matematika sebelumnya sehingga penguasaan materi pelajaran matematika pada jenjang pendidikan sebelumnya merupakan kemampuan awal dalam mempelajari matematika berikutnya. Selanjutnya Usdiyah, dkk (2009:8) mengatakan bahwa kemampuan awal matematika siswa perlu diperhatikan guru sebelum melakukan pembelajaran disebabkan adanya hirarki dalam belajar matematika artinya pemahaman materi


(36)

19 atau konsep baru yang mensyaratkan penguasaan materi atau konsep sebelumnya.

Kemampuan awal matematik siswa mempengaruhi proses pembelajaran khususnya dalam metode penemuan. Ruseffendi (1991:97) mengatakan bahwa setiap siswa mempunyai kemampuan yang berbeda, ada siswa yang pandai, ada yang kurang pandai serta bukan merupakan bawaan lahir (hereditas) tetapi dapat juga dipengaruhi oleh lingkungan. Lingkungan belajar tersebut dapat berupa pemilihan pendekatan pembelajaran yang mana dapat mengembangkan kemampuan berpikir matematik siswa. Kemampuan berpikir matematik yang dimiliki siswa tersebut dapat berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah matematik siswa juga tanpa harus adanya perlakuan yang berbeda untuk masing-masing kelompok siswa.

Pengelompokan siswa tersebut dapat memberikan gambaran bahwa kemampuan awal matematik yang dimiliki siswa yang menggunakan pendekatan

open-ended memberikan pengaruh terhadap kemampuan akhir siswa yaitu

kemampuan pemecahan matematik siswa ataupun self-regulated learning siswa.

Karena siswa yang memiliki kemampuan awal matematik yang tinggi lebih mudah memahami pembelajaran dibandingkan siswa yang memiliki kemampuan awal matematik sedang dan rendah. Penggunaan pendekatan open-ended

terhadap siswa yang memiliki kemampuan awal sedang dan rendah dapat memberikan pengaruh berupa peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan

self-regulated learning, dan pada siswa yang memiliki kemampuan awal

matematik yang tinggi tidak memberikan pengaruh yang besar karena siswa tersebut lebih cepat memahami matematika.


(37)

20 Sehingga dapat disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik dan self-regulated learning dipengaruhi oleh pendekatan open-ended dan kemampuan awal matematik yang dimiliki oleh siswa.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik melakukan penelitian tentang “Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa dan Self-Regulated Learning melalui Pendekatan Open-Ended Di SMP

Negeri 3 Padangsidimpuan”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang, dapat diidentifikasi masalah yang dapat menyebabkan rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematik dan self-regulated learning siswa sebagai berikut:

1. Hasil belajar matematika siswa masih rendah.

2. Matematika merupakan pembelajaran yang membosankan.

3. Kurangnya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika. 4. Self-regulated learning siswa masih rendah.

5. Motivasi belajar siswa yang rendah. 6. Pembelajaran berpusat pada guru.

7. Pembelajaran yang digunakan adalah pendekatan ekspositori. 8. Belum menggunakan pendekatan open-ended.

9. Jawaban siswa yang kurang bervariasi dalam memecahkan masalah matematika.


(38)

21

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, masalah yang dikaji dalam penelitian ini perlu dibatasi sehingga penelitian ini menjadi lebih terarah, efektif dan efisien serta memudahkan melakukan penelitian. Adapu batasan masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematik siswa menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan masalah matematika yang ada.

2. Rendahnya self-regulated learning siswa, sehingga kemampuan siswa sulit

untuk melakukan proses pemecahan masalah menggunakan kemampuan yang dimilikinya.

3. Pembelajaran berpusat pada guru, menyebabkan guru tidak tahu kemampuan apa saja yang telah dimiliki oleh siswa serta tingkat pemahaman dari setiap siswanya.

4. Penggunaan pendekatan pembelajaran yang kurang tepat menyebabkan siswa tidak dapat mengembangkan kemampuan berpikir yang dimilikinya. 5. Keragaman jawaban siswa dalam menyelesaikan soal-soal pemecahan

masalah matematika pada masing-masing pembelajaran.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka masalah penelitian yang akan diselidik dapat dirumuskan sebagai berikut:


(39)

22 1. Apakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang

memperoleh pembelajaran dengan pendekatan open-ended lebih tinggi

daripada pembelajaran dengan pendekatan ekspositori?

2. Apakah peningkatan self-regulated learning siswa yang memperoleh

pembelajaran dengan pendekatan open-ended lebih tinggi daripada

pembelajaran dengan pendekatan ekspositori?

3. Apakah terdapat interaksi antara pembelajaran (open-ended dan ekspositori)

dengan pengetahuan awal matematika siswa terhadap kemampuan pemecahan masalah matematik siswa?

4. Apakah terdapat interaksi antara pembelajaran (open-ended dan ekspositori)

dengan kemampuan awal matematika terhadap self-regulated learning siswa?

5. Bagaimanakah keragaman jawaban siswa dalam menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah matematika pada masing-masing pembelajaran?

1.5 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tujuan sebagai berikut:

1. Mengetahui apakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan open-ended lebih

tinggi daripada pembelajaran dengan pendekatan ekspositori.

2. Mengetahui apakah peningkatan self-regulated learning siswa yang

memperoleh pembelajaran dengan pendekatan open-ended lebih tinggi


(40)

23 3. Mengetahui bahwa terdapat interaksi antara pembelajaran (open-ended dan

ekspositori) dengan kemampuan awal matematika siswa terhadap kemampuan pemecahan masalah matematik siswa.

4. Mengetahui bahwa terdapat interaksi antara pembelajaran (open-ended dan

ekspositori) dengan kemampuan awal matematika siswa terhadap self-regulated learning siswa.

5. Mengetahui keragaman jawaban siswa dalam menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah matematika pada masing-masing pembelajaran.

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi guru, diharapkan dapat memberikan masukan dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa dan self-regulated learning

melalui pendekatan open-ended.

2. Bagi siswa, diharapkan dapat menumbuhkembangkan kemampuan pemecahan masalah matematik dan self-regulated learning melalui

pendekatan open-ended.

3. Bagi peneliti, diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya.

1.7 Defenisi Operasional

1. Kemampuan pemecahan masalah matematik merupakan suatu kemampuan bagaimana cara menyelesaikan masalah matematika dengan benar berdasarkan langkah-langkah yang di buat oleh Polya, yaitu: memahami


(41)

24 masalah, membuat rencana pemecahan, menjalankan rencana dan memeriksa kembali hasilnya.

2. Self-regulated learning atau disebut juga kemandirian belajar merupakan

suatu proses belajar dimana siswa diberi keleluasan untuk mengolah sendiri cara pembelajaran sehingga diperoleh hasil yang optimal. Adapun langkah-langkah self-regulated learning adalah mengamati dan mengawasi diri

sendiri, membandingkan posisi diri dengan standar tertentu, dan memberikan respon sendiri (respon positif dan respon negatif).

3. Pendekatan open-ended merupakan pendekatan pembelajaran berbasis

masalah yang memberikan masalah terbuka, yang mana jawabannya tidak tunggal melainkan memiliki banyak cara untuk menyelesaikan masalah tersebut.

4. Pendekatan ekspositori adalah pembelajaran yang berpusat pada guru dimana guru menyiapkan materi pelajaran secara utuh dan sistematis. Langkah-langkahnya adalah guru menyiapkan bahan pelajaran secara sistematis dan rapi, menjelaskan materi pelajaran, memberikan kesempatan bagi siswa untuk bertanya, siswa mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh guru, siswa dan guru membahas soal latihan dan kemudian memberikan soal-soal pekerjaan rumah.


(42)

149

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

5.1 Simpulan

Pembelajaran matematika baik dengan pendekatan open-ended maupun denganmetode ekspositori dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik dan self-regulated learning siswa. Berdasarkan rumusan masalah, hasil penelitian, dan pembahasan seperti yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, diperoleh beberapa simpulan sebagai berikut:

1. Terdapat peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan open-ended dengan siswa yang memperoleh pembelajaran biasa.

2. Terdapat peningkatan self-regulated learning siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan open-ended dengan siswa yang memperoleh pembelajaran biasa.

3. Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran (pendekatan open-ended dan pembelajaran biasa) dengan kemampuan awal matematik (KAM) terhadap kemampuan pemecahan masalah matematik siswa.

4. Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran (pendekatan open-ended dan pembelajaran biasa) dengan kemampuan awal matematik (KAM) terhadap self-regulated learning siswa.

5. Proses penyelesaian jawaban siswa yang diajar dengan pendekatan open-ended lebih bervariasi, lebih mampu mengutarakan ide, mampu


(43)

150

memunculkan cara-cara yang berbeda dalam proses penyelesaian masalah dan menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari dibandingkan dengan proses penyelesaian jawaban siswa yang diajar dengan pembelajaran biasa yang mana siswa hanya menjawab sesuai dengan yang diajarkan guru dan tidak bervariasi.

5. 2 Implikasi

Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini, implikasinya adalah terhadap pemilihan pendekatan pembelajaran oleh guru matematika. Guru matematika di sekolah menengah pertama harus mempunyai cukup pengetahuan teoritis maupun keterampilan dalam memilih pendekatan pembelajaran, mampu mengubah siswa menjadi lebih aktif lagi, memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkontruksi pengetahuannya sendiri.

Adapun implikasi penelitian ini adalah:

1. Terdapat peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang diajarkan dengan pendekatan open-ended dengan siswa yang diajarkan dengan pembelajaran biasa. Ini dapat dilihat dari hasil rata-rata N-Gain yang diajarkan dengan pendekatan open-ended sebesar (0,626), dan rata-rata N-Gain yang diajarkan dengan pembelajaran biasa sebesar (0,529). Selain itu nilai signifikan yang diperoleh sebesar 0,010, yang mana nilai tersebut lebih kecil dari (0,05) Sehingga H0 ditolak. Indikator ke-2 yaitu membuat perencanaan

merupakan indikator yang paling lemah dengan rata-rata sebesar (0,400).


(44)

151

2. Terdapat peningkatan self-regulated learning siswa yang diajarkan dengan pendekatan open-ended dengan siswa yang diajarkan dengan pembelajaran biasa. Ini dapat dilihat dari hasil rata-rata N-Gain yang diajarkan dengan pendekatan open-ended sebesar (0,340), dan rata-rata N-Gain yang diajarkan dengan pembelajaran biasa sebesar (0,288). Selain itu nilai signifikan yang diperoleh sebesar (0,022), yang mana nilai tersebut lebih kecil dari (0,05) sehingga H0 ditolak. Indikator ke-4

yaitu mencari informasi (seeking information) merupakan indikator yang paling lemah dengan rata-rata sebesar (0,230).

3. Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran (pendekatan open-ended dan pembelajaran biasa) dengan KAM terhadap kemampuan pemecahan masalah matematik siswa. Ini dapat dilihat dari nilai rata-rata yang diajarkan dengan pendekatan open-ended untuk KAM rendah, sedang dan tinggi sebesar (0,519), (0,596), (0,783), dan nilai rata-rata yang diajarakan dengan pembelajaran biasa untuk KAM rendah, sedang dan tinggi sebesar (0,494), (0,502), (0,638). Dan jika dibuat dalam bentuk grafik keduanya tidak berpotongan. Selain itu nilai signifikan yang diperoleh sebesar 0,425, yang mana nilai tersebut lebih besar dari 0,05 sehingga H0 diterima.

4. Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran (pendekatan open-ended dan pembelajaran biasa) dengan KAM terhadap self-regulated learning siswa. Ini dapat dilihat dari nilai rata-rata yang diajarkan dengan pendekatan open-ended untuk KAM rendah, sedang dan tinggi sebesar (0,269), (0,341), (0,400), dan nilai rata-rata yang diajarakan dengan


(45)

152

pembelajaran biasa untuk KAM rendah, sedang dan tinggi sebesar (0,214), (0,277), (0,378). Dan jika dibuat dalam bentuk grafik keduanya tidak berpotongan. Selain itu nilai signifikan yang diperoleh sebesar (0,632), yang mana nilai tersebut lebih besar dari (0,05) sehingga H0 diterima.

5. Proses penyelesaian jawaban masalah di kelas eksperimen dengan pendekatan open-ended lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol dengan pembelajaran biasa. Siswa yang pembelajaran menggunakan pendekatan open-ended lebih banyak variasi jawabannya dibandingkan dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran biasa.

Implikasi lainnya yang perlu mendapat perhatian guru adalah dengan pendekatan open-ended menjadikan siswa aktif mengemukakan pendapat. Diskusi kelompok yang terjadi menjadikan siswa yang berkemampuan tinggi membantu siswa yang memiliki kemampuan rendah. Diskusi antar kelompok menjadikan siswa lebih kreatif dalam menanggapi hasil pekerjaan kelompok lain serta dalam diskusi terjadi refleksi atas penyelesaian yang telah dilakukan pada masing-masing kelompok.

5. 3 Saran

Berdasarkan simpulan dari hasil penelitian ini, maka berikut beberapa saran yang perlu mendapat perhatian dari semua pihak yang berkepentingan terhadap penggunaan pendekatan open-ended dalam proses pembelajaran


(46)

153

matematika khususnya pada tingkat pendidikan sekolah menengah. Saran-saran tersebut adalah sebagai berikut.

1) Kepada Guru

a. Pembelajaran menggunakan pendekatan open-ended pada pembelajaran matematika yang menekankan kepada kemampuan pemecahan masalah matematik dan self-regulated learning siswa dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk menerapkan pembelajaran matematika yang inovatif khususnya dalam mengajarkan materi segi-empat di kelas VII.

b. Pada pembelajaran biasa hendaknya guru dapat memberikan motivasi lebih kepada siswa untuk dapat mengajak siswa dalam penekanan “ process of doing mathematics” dengan memberikan lembar aktivitas yang dikerjakan oleh siswa sendiri.

c. Waktu mengerjakan LAS cukup membutuhkan banyak waktu, sehingga untuk memperbaiki hal tersebut guru diharapkan dapat membagi kelompok-kelompok belajar ke dalam 4-5 orang siswa dalam satu kelompok. Dengan demikian siswa lebih mudah mengkomunikasikan masalah yang diberikan dan melakukan diskusi dalam menyelesaikan jawaban tersebut.

d. Dalam setiap pembelajaran guru sebaiknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan-gagasan matematika dalam bahasa dan cara mereka sendiri, sehingga dalam belajar matematika siswa menjadi lebih berani beragumentasi, lebih percaya diri dan lebih kreatif. e. Agar pendekatan open-ended lebih efektif diterapkan pada pembelajaran


(47)

154

membuat perencanaan mengajar yang baik dengan adanya daya dukung sistem pembelajaran yang baik ( Buku Guru, Buku Siswa, LKS, RPP, dan media yang digunakan).

2) Kepada Lembaga Terkait

a. Pendekatan open-ended dengan menekankan kemampuan komunikasi dan self-regulated masih sangat asing bagi guru maupun siswa, oleh karena itu perlu disosiaisasikan oleh kepala sekolah atau lembaga yang terkait dengan harapan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa khususnya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan self-regulated siswa.

b. Pendekatan open-ended dapat dijadikan salah satu alternatif dalam meningkatkan kemampuan komunikasi dan self-regulated learning siswa pada pokok bahasan segi-empat dapat dijadikan masukan bagi sekolah untuk dikembangkan sebagai strategi pembelajaran yang efektif untuk pokok bahasan matematika yang lain.

3) Kepada Peneliti Lanjutan

a. Dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan pendekatan open-ended dalam meningkatkan kemampuan komunkasi dan self-regulated learning siswa secara maksimal untuk memperoleh hasil penelitian yang bagus.

b. Dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan pendekatan open-ended dalam meningkatkan kemampuan/aspek matematika lain dengan menerapkan lebih dalam agar implikasi hasil penelitian tersebut dapat diterapkan disekolah.


(1)

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

5.1 Simpulan

Pembelajaran matematika baik dengan pendekatan open-ended maupun denganmetode ekspositori dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik dan self-regulated learning siswa. Berdasarkan rumusan masalah, hasil penelitian, dan pembahasan seperti yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, diperoleh beberapa simpulan sebagai berikut:

1. Terdapat peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan open-ended dengan siswa yang memperoleh pembelajaran biasa.

2. Terdapat peningkatan self-regulated learning siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan open-ended dengan siswa yang memperoleh pembelajaran biasa.

3. Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran (pendekatan open-ended dan pembelajaran biasa) dengan kemampuan awal matematik (KAM) terhadap kemampuan pemecahan masalah matematik siswa.

4. Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran (pendekatan open-ended dan pembelajaran biasa) dengan kemampuan awal matematik (KAM) terhadap self-regulated learning siswa.

5. Proses penyelesaian jawaban siswa yang diajar dengan pendekatan open-ended lebih bervariasi, lebih mampu mengutarakan ide, mampu


(2)

memunculkan cara-cara yang berbeda dalam proses penyelesaian masalah dan menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari dibandingkan dengan proses penyelesaian jawaban siswa yang diajar dengan pembelajaran biasa yang mana siswa hanya menjawab sesuai dengan yang diajarkan guru dan tidak bervariasi.

5. 2 Implikasi

Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini, implikasinya adalah terhadap pemilihan pendekatan pembelajaran oleh guru matematika. Guru matematika di sekolah menengah pertama harus mempunyai cukup pengetahuan teoritis maupun keterampilan dalam memilih pendekatan pembelajaran, mampu mengubah siswa menjadi lebih aktif lagi, memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkontruksi pengetahuannya sendiri.

Adapun implikasi penelitian ini adalah:

1. Terdapat peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang diajarkan dengan pendekatan open-ended dengan siswa yang diajarkan dengan pembelajaran biasa. Ini dapat dilihat dari hasil rata-rata N-Gain yang diajarkan dengan pendekatan open-ended sebesar (0,626), dan rata-rata N-Gain yang diajarkan dengan pembelajaran biasa sebesar (0,529). Selain itu nilai signifikan yang diperoleh sebesar 0,010, yang mana nilai tersebut lebih kecil dari (0,05) Sehingga H0 ditolak. Indikator ke-2 yaitu membuat perencanaan merupakan indikator yang paling lemah dengan rata-rata sebesar (0,400).


(3)

2. Terdapat peningkatan self-regulated learning siswa yang diajarkan dengan pendekatan open-ended dengan siswa yang diajarkan dengan pembelajaran biasa. Ini dapat dilihat dari hasil rata-rata N-Gain yang diajarkan dengan pendekatan open-ended sebesar (0,340), dan rata-rata N-Gain yang diajarkan dengan pembelajaran biasa sebesar (0,288). Selain itu nilai signifikan yang diperoleh sebesar (0,022), yang mana nilai tersebut lebih kecil dari (0,05) sehingga H0 ditolak. Indikator ke-4 yaitu mencari informasi (seeking information) merupakan indikator yang paling lemah dengan rata-rata sebesar (0,230).

3. Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran (pendekatan open-ended dan pembelajaran biasa) dengan KAM terhadap kemampuan pemecahan masalah matematik siswa. Ini dapat dilihat dari nilai rata-rata yang diajarkan dengan pendekatan open-ended untuk KAM rendah, sedang dan tinggi sebesar (0,519), (0,596), (0,783), dan nilai rata-rata yang diajarakan dengan pembelajaran biasa untuk KAM rendah, sedang dan tinggi sebesar (0,494), (0,502), (0,638). Dan jika dibuat dalam bentuk grafik keduanya tidak berpotongan. Selain itu nilai signifikan yang diperoleh sebesar 0,425, yang mana nilai tersebut lebih besar dari 0,05 sehingga H0 diterima.

4. Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran (pendekatan open-ended dan pembelajaran biasa) dengan KAM terhadap self-regulated learning siswa. Ini dapat dilihat dari nilai rata-rata yang diajarkan dengan pendekatan open-ended untuk KAM rendah, sedang dan tinggi sebesar (0,269), (0,341), (0,400), dan nilai rata-rata yang diajarakan dengan


(4)

pembelajaran biasa untuk KAM rendah, sedang dan tinggi sebesar (0,214), (0,277), (0,378). Dan jika dibuat dalam bentuk grafik keduanya tidak berpotongan. Selain itu nilai signifikan yang diperoleh sebesar (0,632), yang mana nilai tersebut lebih besar dari (0,05) sehingga H0 diterima.

5. Proses penyelesaian jawaban masalah di kelas eksperimen dengan pendekatan open-ended lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol dengan pembelajaran biasa. Siswa yang pembelajaran menggunakan pendekatan open-ended lebih banyak variasi jawabannya dibandingkan dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran biasa.

Implikasi lainnya yang perlu mendapat perhatian guru adalah dengan pendekatan open-ended menjadikan siswa aktif mengemukakan pendapat. Diskusi kelompok yang terjadi menjadikan siswa yang berkemampuan tinggi membantu siswa yang memiliki kemampuan rendah. Diskusi antar kelompok menjadikan siswa lebih kreatif dalam menanggapi hasil pekerjaan kelompok lain serta dalam diskusi terjadi refleksi atas penyelesaian yang telah dilakukan pada masing-masing kelompok.

5. 3 Saran

Berdasarkan simpulan dari hasil penelitian ini, maka berikut beberapa saran yang perlu mendapat perhatian dari semua pihak yang berkepentingan terhadap penggunaan pendekatan open-ended dalam proses pembelajaran


(5)

matematika khususnya pada tingkat pendidikan sekolah menengah. Saran-saran tersebut adalah sebagai berikut.

1) Kepada Guru

a. Pembelajaran menggunakan pendekatan open-ended pada pembelajaran matematika yang menekankan kepada kemampuan pemecahan masalah matematik dan self-regulated learning siswa dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk menerapkan pembelajaran matematika yang inovatif khususnya dalam mengajarkan materi segi-empat di kelas VII.

b. Pada pembelajaran biasa hendaknya guru dapat memberikan motivasi lebih kepada siswa untuk dapat mengajak siswa dalam penekanan “ process of doing mathematics” dengan memberikan lembar aktivitas yang dikerjakan oleh siswa sendiri.

c. Waktu mengerjakan LAS cukup membutuhkan banyak waktu, sehingga untuk memperbaiki hal tersebut guru diharapkan dapat membagi kelompok-kelompok belajar ke dalam 4-5 orang siswa dalam satu kelompok. Dengan demikian siswa lebih mudah mengkomunikasikan masalah yang diberikan dan melakukan diskusi dalam menyelesaikan jawaban tersebut.

d. Dalam setiap pembelajaran guru sebaiknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan-gagasan matematika dalam bahasa dan cara mereka sendiri, sehingga dalam belajar matematika siswa menjadi lebih berani beragumentasi, lebih percaya diri dan lebih kreatif. e. Agar pendekatan open-ended lebih efektif diterapkan pada pembelajaran


(6)

membuat perencanaan mengajar yang baik dengan adanya daya dukung sistem pembelajaran yang baik ( Buku Guru, Buku Siswa, LKS, RPP, dan media yang digunakan).

2) Kepada Lembaga Terkait

a. Pendekatan open-ended dengan menekankan kemampuan komunikasi dan self-regulated masih sangat asing bagi guru maupun siswa, oleh karena itu perlu disosiaisasikan oleh kepala sekolah atau lembaga yang terkait dengan harapan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa khususnya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan self-regulated siswa.

b. Pendekatan open-ended dapat dijadikan salah satu alternatif dalam meningkatkan kemampuan komunikasi dan self-regulated learning siswa pada pokok bahasan segi-empat dapat dijadikan masukan bagi sekolah untuk dikembangkan sebagai strategi pembelajaran yang efektif untuk pokok bahasan matematika yang lain.

3) Kepada Peneliti Lanjutan

a. Dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan pendekatan open-ended dalam meningkatkan kemampuan komunkasi dan self-regulated learning siswa secara maksimal untuk memperoleh hasil penelitian yang bagus.

b. Dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan pendekatan open-ended dalam meningkatkan kemampuan/aspek matematika lain dengan menerapkan lebih dalam agar implikasi hasil penelitian tersebut dapat diterapkan disekolah.