Konsep Seluler Klasifikasi Daerah Layanan

rahasia yang disimpan dalam AuC. Database dalam AuC juga diproteksi terhadap mekanisme akses yang tidak berhak.

2.4. Konsep Seluler

Dalam sistem radio seluler terdapat empat bentuk sel yaitu lingkaran, segitiga sama sisi, bujur sangkar dan segi enam beraturan heksagonal. Bentuk sel yang paling cocok untuk sistem radio seluler adalah berbentuk heksagonal karena dengan radius sel yang sedikit untuk mencakup wilayah pelayanan dibandingkan dengan bentuk sel segitiga atau bujur sangkar. Bentuk sel yang sesungguhnya tidak beraturan dan bergantung pada kontur permukaan daerah seperti terlihat pada gambar 2.5. Gambar 2.5. Kondisi sel heksagonal dan bentuk cakupannya Beberapa faktor yang paling mempengaruhi ukuran sel didalam suatu daerah layanan yaitu : kepadatan trafik telepon, kekuatan pemancar, sensitivitas penerima dari BTS maupun dari MS, tinggi antena BTS maupun MS dan keadaan topografinya. Bentuk sel heksagonal sering digunakan dalam perencanaan karena dapat mempermudah dalam menganalisa. Luas daerah yang diliputi oleh sebuah sel heksagonal adalah sebesar : 2 3 2 3 R L × × = 2.1 dimana : 2 Km heksagonal sel sebuah daerah luas = L Km R sel sebuah jari - jari = Universitas Sumatera Utara

2.5 Jenis Antena Untuk Base Station

Pada umumnya GSM Telkomsel mengunakan antena keluaran Kathrein. Berdasarkan jenis antena yang digunakan, sel dapat dibagi menjadi dua yaitu sel omnidireksional dan sel sektoral. Sel omnidireksional hanya mampu melayani dengan luasan yang sempit. Pada sel sektoral terdapat tiga arah pancaran, yang masing-masing melingkupi area sebesar 120 o . Gambar 2.6. Jenis Antena Satu sel akan dilayani oleh site. Dalam satu site bisa memiliki lebih dari satu sel. Setiap site biasanya terdiri atas sebuah menara tower antena dan shelter. Ada juga yang hanya menjadi pengulang repeater untuk minilink saja. Penempatan site biasanya dilakukan di atas tanah, namun untuk daerah yang padat site ditempatkan di atas gedung-gedung yang tinggi. Konfigurasi site dapat dilihat pada Gambar 2.7. Gambar 2.7. Konfigurasi Site 1 2 120 120 120 30 30 a Omnidireksional b Sektoral Universitas Sumatera Utara Menara 1 : Menara digunakan untuk meletakkan berbagai macam antena. seperti antena sektoral, antena dan radio transmisi minilink. Tinggi menara disesuaikan dengan kebutuhan. Shelter 2 : Shelter terbuat dari bahan sejenis besi sebagai tempat untuk menyimpan berbagai komponen site, seperti BTS, perangkat transmisi, batere-BFU Battery Fuse Unit, fan unit, cooling unitair condinditioner, heating unit.

2.5.1 Pola Radiasi Antena

Pola radiasi antena sangatlah komplek, dikarenakan di dalam kenyataannya bentuk radiasi antena adalah tiga dimensi, namun dapat di untuk memudahkan analisa dimodelkan ke dalam sistem Koordinat Cartesian dua dimensi. Pola radiasi biasanya diplotkan dalam dua pola yaitu pola horisontal dan pola vertikal seperti gambar berikut: Gambar 2.8 Polarisasi Antenna

2.5.2 Tilting Antena

Tilting atau lebih dikenal dengan kemiringan antena, berfungsi untuk mengatur cakupan area cell. Downtilting antena ada dua yaitu :  Electrical tilting Nilai Tilt diatur secara elektronik dan dapat diubah ubah.  Mechanical tilting. Nilai Tilt diatur secara manual dengan menggeser antenna sesuai dengan tilt yg diinginkan. Universitas Sumatera Utara

2.6 Klasifikasi Daerah Layanan

Karena tipe daerah baik alamiah maupun buatan manusia ikut menentukan propagasi gelombang radio. Tipe daerah dibedakan berdasarkan struktur yang dibuat manusia human-made structure dan keadaan alamiah daerah . Tipe daerah ini secara garis besar dibagi menjadi daerah urban, daerah suburban dan daerah terbuka open area. Daerah Sub-Urban memiliki ciri-ciri antara lain :  Tingkat halangan lebih rendah dibanding daerah urban, sehingga propagasi sinyal radio relatif lebih baik dan median kuat sinyal tinggi.  Jalan-jalan lebar  Kecepatan pergerakan mobilitas kenderaan lebih tinggi dibanding daerah urban.  Berada dipinggiran kota maupun kota kota kecil 2.7 Penentuan Radius Sel Jaringan GSM Untuk menentukan jari – jari sel harus ditentukan terlebih dahulu model propogasi yang digunakan, sesuai dengan besar frekuensi kerja dan kondisi morfologi daerah yang akan ditentukan jari – jari selnya. Berdasarkan dua hal tadi maka untuk daerah Medan bisa digunakan model propagasi Okumura-Hatta. Radius atau jari – jari sel dapat ditentukan setelah nilai redaman maksimum diperoleh. Penentuan area difokuskan pada arah reverse downlink. Karena redaman propogasi dipengaruhi oleh jarak maka terdapat suatu nilai – nilai maksimal sektor pada arah tertentu yang masih memenuhi syarat MAPL maks alloweble propagation loss tersebut. Bentuk umum persamaan redaman propagasi sebagai fungsi jarak, frekuensi dan tinggi antena. Ld km = L1 + 10 γ log d km 2-2 dimana : d km = jarak link km L1 = redaman propagasi total pada jarak d km γ = propagation power law Universitas Sumatera Utara saat jari-jari sel R km = d km , maka redaman propagasi L sama dengan MAPL. Sehingga persamaannya menjadi : MAPL = LR km = L1 + 10γ log d km 2-3 Model propagasi yang digunakan adalah Okumura – Hata untuk daerah density urban dengan persamaan sebagai berikut : L = 46,3 + 33,9 log f– 13,82 log h BS – ah MS + [44,9 – 6,55 logh BS ] x log r 2-4 Dan faktor koreksi tinggi antena menggunakan persamaan seperti di bawah yaitu untuk kategori urban : ah Ms = 1,1 logf – 0,7h MS – 1,56 logf – 0,8 dB 2-5 Rumusan radius sel propagasi Okumura-Hata sebagai berikut : γ 10 1 10 L MAPL KM R − = 2-6 Substitusi persamaan-persamaan diatas akan menghasilkan persamaan sebagai berikut :     − + + − − = − BS MS BS KM h h a h f MAPL R log 55 , 6 9 , 44 log 82 , 13 log 9 , 33 3 , 46 log 1 2-7 Universitas Sumatera Utara

2.8 Metode Lee