7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Pengelolaan Keuangan Daerah
Pengertian Keuangan Daerah berdasarkan penjelasan pasal 156 ayat 1 UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah yang sekarang direvisi menjadi UU No. 12 tahun 2008 “keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah
yang dapat dinilai dengan uang dan segala sesuatu berupa uang dan barang yang dapat dijadikan milik daerah yang
berhubun gan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut”.
Pengertian keuangan daerah sebagaimana dimuat dalam keten- tuan umum Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 58
Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah : “Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban
daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk
didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut.”
Sedangkan pengertian keuangan daerah menurut Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 29 Tahun 2002 yang telah
berubah menjadi Permendagri No. 13 Tahun 2006 dan berubah menjadi Permendagri No. 59 tahun 2007 yang sekarang direvisi
menjadi Permendagri No. 64 tahun 2013 tentang Pedoman
Universitas Sumatera Utara
8
Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah Serta Tata Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan
Belanja Daerah APBD: “Semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka
penyelenggaraan pemerintah daerahyang dapat dinilai dengan uang termaksud didalamnya segala bentuk
kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah, dalam kerangka anggaran pendapatan dan
belanja daerah
.”
Sesuai dengan
Peraturan Mentri
Dalam Negri
Permendagri No. 13 Tahun 2006 yang berubah menjadi Permendagri No. 59 Tahun 2007 yang sekarang direvisi
menjadi Permendagri No 64 Tahun 2013 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah, tidak lagi bertumpu atau
mengandalkan bagian keuangan sekretariat daerah setda kabupaten kota saja, Satuan Perangkat Kerja Daerah SKPD
kini wajib menyusun dan melaporkan posisi keuangannya yang kemudian dikoordinasikan dengan bagian keuangan.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut diatas, pada prinsipnya keuangan daerah memiliki unsur pokok, yaitu :
- Hak Daerah;
- Kewajiban Daerah;
- Kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban
tersebut. Halim 2002 : 19 menjelaskan bahwa yang dimaksud
dengan semua hak adalah hak untuk memungut sumber-sumber
Universitas Sumatera Utara
9
penerimaan daerah seperti pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, dan atau hak untuk menerima sumber-
sumber penerimaan lain seperti dana alokasi umum dan dana alokasi khusus sesuai peraturan yang ditetapkan. Hak tersebut
akan menaikkan kekayaan daerah. Sedangkan yang dimaksudkan kewajiban adalah kewajiban untuk mengeluarkan
uang membayar tagihan-tagihan kepada daerah dalam rangka penyelenggaraan
fungsi-fungsi pemerintahan,
infrastruktur, pelayanan umum, dan pengembangan ekonomi. Kewajiban
tersebut akan menurunkan kekayaan daerah. Disamping memiliki unsur-unsur pokok diatas, pengertian
keuangan daerah selalu melekat dengan pengertian Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD, yaitu
“suatu rencana keuangan tahunan daerah yang ditetapkan berdasarkan
peraturan ”. Selain itu, APBD merupakan salah satu alat untuk
meningkatkan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan tujuan otonomi daerah yang luas, nyata dan
bertanggungjawab. Setelah selama bertahun-tahun Indonesia menggunakan
UU di bidang perbendaharaan negara yang terbentuk semenjak zaman kolonial maka pada abad 21 ini telah ditetapkan tiga
paket perundang-undangan di bidang keuangan negara yang menjadi landasan hukum reformasi di bidang keuangan negara,
yaitu Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Universitas Sumatera Utara
10
Negara, Undang
–Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan Undang-Undang No. 15 Tahun
2005 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.
Pelaporan keuangan pemerintah daerah diselenggarakan berdasarkan peraturan perundang
–undangan yang mengatur keuangan daerah, antara lain :
1 Undang-undang Dasar Republik Indonesia 1945,
khususnya bagian yang mengatur keuangan negara. khususnya pasal 23 ayat 1: Anggaran Pendapatan Dan
Belanja Negara APBN sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-
undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar
–besarnya kemakmuran rakyat; 2
Undang-undang No.28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme; 3
Undang-undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Lembaran Negara Republik Indonesia No. 47,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286;
4 Undang-undang No. 1 Tahun 2003 tentang Perbendaharaan
Negara Lembaran Negara Republik Indonesia No. 5,
Universitas Sumatera Utara
11
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355;
5 Undang-undang No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan PerUndang-undangan; 6
Undang-undang No.15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan, Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara;
7 Undang-undang No. 12 tahun 2008 sebagai perubahan atas
undang-undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang
No. 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang No. 3 Tahun 2005 menjadi
Undang-undang; 8
Undang-undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan
Daerah; 9
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai
Daerah Otonom; 10
Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2000 tentang Kedudukan Keuangan Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah; 11
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan yang telah direvisi ke dalam
Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010;
Universitas Sumatera Utara
12
12 Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang
Dana Perimbangan; 13
Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah;
14 Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Negara; 15
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah;
16 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 17
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 64 tahun 2013 atas perubahan Peraturan Mentri Dalam Negri No. 59 Tahun
2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah;
Menurut PP No. 71 Tahun 2010, bahwa laporan keuangan memiliki tujuan sebagai berikut :
a. Menyediakan
informasi mengenai
kecukupan penerimaan periode berjalan untuk membiayai
seluruh pengeluaran. b.
Menyediakan informasi mengenai kesesuaian cara memperoleh sumber daya ekonomi dan alokasinya
dengan anggaran yang ditetapkan dan peraturan perundang-undangan.
c. Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber
daya ekonomi yang digunakan dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah
dicapai.
Universitas Sumatera Utara
13
d. Menyediakan informasi mengenai bagaimana
entitas pelaporan mendanai seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya.
e. Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan
dan kondisi entitas pelaporan berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka
pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan pajak dan pinjaman.
f. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi
keuangan entitas pelaporan, apakah mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat kegiatan
yang dilakukan selama periode pelaporan.
Laporan keuangan yang telah dibuat harus juga memenuhi karakteristik sebagai berikut :
a. Relevan;
Maksudnya, informasi yang disajikan haruslah lengkap, tepat waktu dan mampu untuk memprediksi
masa depan hingga dapat dijadikan acuan untuk mengambil keputusan
b. Andal;
Yang dikatakan andal disini maksudnya adalah laporan keuangan haruslah bebas dari pengertian yang
menyesatkan serta harus bebas dari kesalahan material. Informasi yang disajikan juga harus diarahkan pada
kebutuhan umum dan tidak berpihak pada kebutuhan pihak tertentu
c. Dapat dibandingkan; dan
Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna jika dapat dibandingkan dengan
Universitas Sumatera Utara
14
laporan keuangan periode sebelumnya atau laporan keuangan
entitas pelaporan
lain pada
umumnya. Perbandingan dapat dilakukan secara internal dan
eksternal. Perbandingan secara internal dapat dilakukan bila suatu entitas menerapkan kebijakan akuntansi yang
sama dari tahun ke tahun. Perbandingan secara eksternal dapat dilakukan bila entitas yang diperbandingkan
menerapkan kebijakan akuntansi yang sama. Apabila entitas pemerintah akan menerapkan kebijakan
akuntansi yang lebih baik daripada kebijakan akuntansi yang sekarang diterapkan, perubahan tersebut
diungkapkan pada periode terjadinya perubahan. d.
Dapat dipahami. Informasi yang disajikan. Dalam laporan
keuangan dapat dipahami oleh pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan
dengan batas pemahaman para pengguna. Untuk itu, pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang
memadai atas kegiatan dan lingkungan operasi entitas pelaporan, serta adanya kemauan pengguna untuk
mempelajari informasi yang dimaksud.
2.1.2 Akuntansi Keuangan Daerah pada SKPD