Preference Ranking Organizational Method for Enrichment Evaluation PROMETHEE

2.1.2. Tujuan Sistem Pengambilan Keputusan Tujuan dari sistem pendukung keputusan SPK adalah[3]: 1. Membantu dalam pengambilan keputusan atas masalah yang terstruktur. 2. Memberikan dukungan atas pertimbangan manajer dan bukannya dimaksudkan untuk menggantikan fungsi manajer. 3. Meningkatkan efektivitas keputusan yang diambil lebih daripada perbaikan efisiensinya. 4. Kecepatan komputasi. Komputer memungkinkan para pengambil keputusan untuk melakukan banyak komputasi secara cepat dengan biaya yang rendah. 5. Peningkatan produktivitas. 6. Dukungan kualitas. 7. Berdaya saing. 8. Mengatasi keterbatasan kognitif dalam pemprosesan dan penyimpanan.

2.2. Preference Ranking Organizational Method for Enrichment Evaluation PROMETHEE

Promethee adalah suatu metode penentuan urutan prioritas dalam analisis multikriteria. Masalah pokoknya adalah kesederhanaan, kejelasan, dan kestabilan. Dugaan dari dominasasi kriteria yang digunakan dalam Promethee adalah penggunaan nilai dalam hubungan outrangking. Semua parameter yang dinyatakan mempunyai pengaruh nyata menurut pandangan ekonomi. Promethee menyediakan kepada user untuk menggunakan data secara langsung dalam bentuk tabel multikriteria sederhana. Promethee mempunyai kemampuan untuk menangani banyak perbandingan, pengambil keputusan hanya mendefenisikan skala ukurannya sendiri tanpa batasan, untuk mengindikasi Universitas Sumatera Utara prioritasnya dan preferensi untuk setiap kriteria dengan memusatkan pada nilai value, tanpa memikirkan tentang metode perhitungannya[9]. Metode Promethee menggunakan kriteria dan bobot dari masing-masing kriteria yang kemudian diolah untuk menentukan pemilihan alernatif lapangan, yang hasilnya berurutan berdasarkan prioritasnya. Penggunaan metode Promethee dapat dijadikan metode untuk pengambilan keputusan di bidang pemasaran, sumber daya manusia, pemilihan lokasi, atau bidang lain yang berhubungan dengan pemilihan alternatif[14]. Prinsip yang digunakan adalah penetapan prioritas alternatif yang telah ditetapkan berdasarkan pertimbangan       | . i i f Real    , dengan kaidah dasar:           1 2 3 , , ,..., | k Max f x f x f x f x x  Di mana K adalah sejumlah kumpulan alternatif,   1, 2,3,..., i f i K  merupakan nilaiukuran relatif kriteria untuk masing-masing alternatif. Dalam aplikasinya sejumlah kriteria telah ditetapkan untuk menjelaskan K yang merupakan penilaian dari   . Real  Data dasar untuk evaluasi dengan metode Promethee disajikan sebagai berikut[9]: Tabel 2.1: Data Dasar Analisis Promethee   1 . f   2 . f ...   . j f ...   . k f 1 a   1 1 f a   2 1 f a ...   1 j f a ...   1 k f a 2 a   1 2 f a   2 2 f a ...   2 j f a ...   2 k f a ... ... ... ... ... ... ... i a   1 i f a   2 i f a ...   j i f a ...   k i f a ... ... ... ... ... ... ... n a   1 n f a   2 n f a ...   j n f a ...   k n f a Universitas Sumatera Utara Keterangan: 1. 1 2 , ,..., , : i n a a a a n alternatif potensial 2. 1 2 , ,..., , : j k f f f f k kriteria evaluasi 2.2.1. Dominasi Kriteria Nilai f merupakan nilai real dari suatu kriteria dan tujuan berupa prosedur optimasi: : . f K   Untuk setiap alternatif , a K f a  merupakan evaluasi dari alternatif tersebut untuk suatu kriteria. Pada saat dua alternatif dibandingkan, , a b K  , harus dapat ditentukan perbandingan preferensinya. Penyampaian intensitas   P dari preferensi alternatif a terhadap alternatif b sedemikian rupa sehingga: a.   , 0, P a b  berarti tidak ada beda antara a dan b , atau tidak ada preferensi dari a lebih baik dari . b b.   , 0, P a b  berarti lemah, preferensi dari a lebik baik dari . b c.   , 1, P a b  berarti kuat, preferensi dari a lebih baik dari . b d.   , 1, P a b  berarti mutlak, preferensi dari a lebih baik dari . b Dalam metode ini, fungsi preferensi seringkali menghasilkan nilai fungsi yang berbeda antara dua evaluasi, sehingga:         , P a b P f a f b   di mana: a = alternatif a b = alternatif b Universitas Sumatera Utara   , P a b = preference index alternatif a terhadap alternatif b   f a = nilai fungsi alternatif a   f b = nilai fungsi alternatif b Untuk semua kriteria, suatu alternatif akan dipertimbangkan memiliki nilai kriteria yang lebih baik ditentukan oleh nilai f dan akumulasi dari nilai ini menentukan nilai preferensi atas masing-masing alternatif yang akan dipilih[9]. 2.2.2. Rekomendasi Fungsi Kriteria Pada metode Promethee terdapat enam bentuk fungsi preferensi kriteria antara lain kriteria biasa usual criterion, kriteria quasi quasi criterion, kriteria dengan preferensi linier U-shape criterion, kriteria level level criterion, kriteria dengan preferensi linier dan area yang tidak berbeda V-shapecriterion, kriteria gaussian Gaussian criterion. Hal ini tentu saja tidak mutlak, tetapi bentuk ini cukup baik untuk beberapa kasus. Untuk memberikan gambaran yang lebih baik terhadap area yang tidak sama, digunakan fungsi selisih nilai kriteria antaralternatif di mana hal ini mempunyai hubungan langsung pada fungsi preferensi[13]. 2.2.2.1. Kriteria Biasa Pada preferensi ini tidak ada beda antara a dan b jika dan hanya jika f = f apabila nilai kriteria pada masing-masing alternatifmemiliki nilai berbeda, pembuat keputusan membuat preferensi mutlak untuk alternatif yang memiliki nilai yang lebih baik. = = ≠ …………………………………………. …… Universitas Sumatera Utara Keterangan: 1. : fungsi selisih kriteria antaralternatif 2. d : selisih nilai kriteria { = − } Untuk melihat kasus preferensi pada kriteria biasa, ilustrasinya dapat dilihat dari perlombaan renang, seorang peserta denganpeserta lainnya akan memiliki peringkat yang mutlak berbeda walaupun hanya dengan selisih nilai waktu, yang teramat kecil, dan kan memiliki peringkat yang sama jika dan hanya jika waktu tempuhnya sama atau selisih nilai diantara keduanya sebesar nol [13]. Fungsi untuk preferensi disajikan pada gambar 2.2 di bawah ini: Gambar 2.2 Usual Criterion Sumber: Yusuf, 2011 2.2.2.2. Kriteria Quasi = − ≤ ≤ − ………………………………………. ……. . Keterangan: 1. : fungsi selisih kriteria antaralternatif 2. d : selisih nilai kriteria { = − } 3. Parameter : harus merupakan nilai yang tetap Universitas Sumatera Utara Gambar 2.3 Quasi Criterion Sumber: Yusuf, 2011 Gambar 2.3 menjelaskan dua alternatif memiliki preferensi yang sama penting selama selisih atau nilai dari masing-masing alternatif untuk kriteria tertentu tidak melebihi nilai q, dan apabila selisih hasil evaluasi untuk masing-masing alternatif melebihi nilai q maka terjadi bentuk preferensi mutlak[13]. Kasus pembuat keputusan dengan menggunakan kriteria kuasi, terlebih dahulu harus menentukan nilai q, dimana nilai ini dapat menjelaskan pengaruh yang signifikan dari suatu kriteria. Dalam hal ini, preferensi yang lebih baik diperoleh apabila terjadi selisih antara dua alternatif di atas nilai q. 2.2.2.3. Kriteria dengan Preferensi Linier Kriteria preferensi linier dapat menjelaskan bahwa selama nilai selisih memiliki nilai yang lebih rendah dari p, preferensi dari pembuat keputusan meningkat secara linier dengan nilai d[13]. = − ≤ ≤ − .............................3 Universitas Sumatera Utara Keterangan: 1. : fungsi selisih kriteria antaralternatif 2. d : selisih nilai kriteria { = − } 3. p : nilai kecenderungan atas Jika nilai d lebih besar dibandingkan dengan nilai p, maka terjadi preferensi mutlak. Fungsi kriteria ini digambarkan pada Gambar 2.4 di bawah ini: Gambar 2.4 Kriteria dengan Preferensi Linier Sumber: Yusuf, 2011 Pada saat pembuat keputusan mengidentifikasi beberapa kriteria untuk tipe ini, pembuat keputusan harus menentukan nilai dari kecenderungan atas nilai p. Dalam hal ini nilai d di atas p telah dipertimbangkan akan memberikan preferensi mutlak dari satu alternatif. Misalnya, akan terjadi preferensi dalam hubungan linier kriteria kecerdasan seseorang dengan orang lain apabila nilai ujian seseorang berselisih dibawah 40, apabila di atas 40 poin maka mutlak orang itu lebih cerdas dibandingkan dengan orang lain. 2.2.2.4. Kriteria Level Dalam kasus ini, kecenderungan tidak berbeda dengan q dan kecenderungan preferensi ditentukan secara simultan. Jika d berada di antara nilai p dan q, hal ini berarti situasi preferensi yang lemah = 0,5[13]. Fungsi ini disajikan pada: Universitas Sumatera Utara 0 jika |d| ≤ q, H d = 0,5 jika q |d| ≤ p, ..................................................4 1 jika p |d| Keterangan: 1. : fungsi selisih kriteria antaralternatif 2. p : nilai kecenderungan atas 3. parameter : harus merupakan nilai yang tetap Fungsi ini disajikan pada Gambar 2.5 dan pembuat keputusan telah menentukan kedua kecenderungan untuk kriteria ini. Gambar 2.5 Level Criterion Sumber: Yusuf, 2011 Bentuk kriteria level ini dapat dijelaskan misalnya dalam penetapan nilai preferensi jarak tempuh antarkota. Misalnya jarak antara Surabaya-Bromo sebesar 60 km, Bromo-Kaliburu sebesar 68 km, Kaliburu-Ijen sebesar 45 km, Bromo-Ijen 133 km. Dan telah ditetapkan bahwa selisih dibawah 10 km maka dianggap jarak antarkota tersebut adalah tidak berbeda, selisih jarak sebesar 10-30 km relatif berbeda dengan preferensi yang lemah, sedangkan selisih di atas 30 km relatif berbeda dengan preferensi yang lemah, sedangkan selisih di atas 30 km diidentifikasi memiliki preferensi mutlak berbeda[13]. Dalam kasus ini, selisih jarak antara Surabaya-Bromo dan Bromo-Kaliburu dianggap tidak berbeda = 0 karena selisih jaraknya dibawah 10 km, yaitu 68- Universitas Sumatera Utara 60 km = 8 km, sedangkan preferensi jarak antara Bromo-Kaliburu dan Kaliburu-Ijen dianggap berbeda dengan preferensi lemah = 0,5 karena memiliki selisih yang berada pada interval 10-30 km, yaitu sebesar 68-45 km = 23 km. Dan terjadi preferensi mutlak = 1 antara jarak Bromo-Ijen dan Kaliburu-Ijen karena memiliki selisih jarak lebih dari 30 km. 2.2.2.5. Kriteria Linier dan Area yang Tidak Berbeda Pada kasus ini, pengambil keputusan mempertimbangkan peningkatan preferensi secara linier dari tidak berbeda hingga preferensi mutlak dalam area antara dua kecenderungan q dan p[13]. .. ..................................................5 Keterangan: 1. : fungsi selisih kritaria antara alternatif 2. d : selisih nilai kriteria { = − } 3. parameter : nilai kecenderungan atas 4. parameter : harus merupakan nilai yang tetap Dua parameter p dan q telah ditentukan nilainya. Fungsi adalah hasil perbandingan antara alternatif pada Gambar 2.6 0 jika |d| ≤ q, H d = | | jika q |d| ≤ p, 1 jika p |d| Universitas Sumatera Utara Gambar 2.6 Kriteria dengan Preferensi Linier dan Area yang Tidak Berbeda Sumber: Yusuf, 2011 2.2.2.6. Kriteria Gaussian Fungsi ini bersyarat apabila telah ditentukan nilai , yang dapat dibuat berdasarkan distribusi normal dalam statistic[13]. Nilai tidak akan pernah bernilai satu. = − { − } ………………………………… Pada penerapannya kriteria Gaussian akan digunakan pada distribusi normal statistik seperti penilaian terhadap tingkat keamanan lingkungan. Fungsi kriteria Gaussian dijelaskan pada Gambar 2.7 di bawah ini: Gambar 2.7 Kriteria Gaussian Sumber: Yusuf, 2011 Universitas Sumatera Utara 2.2.3. Index Preferensi Multikriteria Tujuan pembuat keputusan adalah menetapkan fungsi preferensi Pi, dan πi untuk semua kriteria   1, 2,3,..., i f i K  dari masalah optimasi kriteria majemuk. Bobot weight πi merupakan ukuran relatif untuk kepentingan kriteria fi, jika semua kriteria memiliki kepentingan yang sama dalam pangambilan keputusan maka semua nilai bobot adalah sama. Indeks preferensi multikriteria ditentukan berdasarkan rata-rata bobot dari fungsi preferensi Pi. , = ∑ , ; ∀ , ∈ …………………………… a,b merupakan intensitas preferensi pembuat keputusan yang menyatakan bahwa alternatif a lebih baik dari alternatif b dengan pertimbangan secara simultan dari seluruh kriteria. Hal ini dapat disajikan dengan nilai antara nilai 0 dan 1, dengan ketentuan sebagai berikut: 1. a,b = 0 menunjukkan preferensi yang lemah untuk alternatif a lebih dari alternatif b berdasarkan semua kriteria. 2. a,b = 1 menunjukkan preferensi yang kuat untuk alternatif a lebih dari alternatif b berdasarkan semua kriteria[14]. Universitas Sumatera Utara 2.2.4. Promethee ranking Perhitungan arah preferensi dipertimbangkan berdasarkan nilai indeks[9]: Keterangan: 1. , = menunjukkan preferensi bahwa alternatif a lebih baik dari aternatif x. 2. , = menunjukkan preferensi bahwa alternatif x lebih baik dari alternatif a. 3. = Leaving flow, digunakan untuk menentukan urutan prioritas pada proses Promethee I yang menggunakan urutan parsial. 4. = Entering flow, digunakan untuk menentukan urutan priorotas pada proses Promethee I yang menggunakan urutan parsial. 5. = Net flow, digunakan untuk menghasilkan keputusan akhir penentuan urutan dalam menyelesaikan masalah sehingga menghasilkan urutan lengkap. 6. = banyak alternatif = − , ∈ ……………………………………………………. . = − , ∈ ……………………………………………………… a. Leaving flow b. Entering flow c. Net flow Φ a = Φ + a - Φ - a … … … … … … … ... ... ... ... ... .. …10 Universitas Sumatera Utara Penjelasan dari hubungan outranking dibangun atas pertimbangan untuk masing-masing alternatif pada grafik nilai outranking, berupa urutan parsial Promethee I atau urutan lengkap Promethee II pada sejumlah alternatif yang mungkin, yang dapat diusulkan kepada pembuat keputusan untuk memperkaya penyelesaian masalah. 2.2.4.1. Promethee I Nilai terbesar pada Leaving flow dan nilai yang kecil dari entering flow merupakan alternatif yang terbaik. Leaving flow dan entering flow menyebabkan: = = Keterangan: 1. = nilai Leaving flow a lebih baik dari nilai leaving flow b. 2. = nilai Leaving flow a tidak beda dengan nilai leaving flow b. 3. = leaving flow a. 4. = entering flow b. 5. = nilai entering flow a lebih baik dari nilai entering flow b. 6. = nilai entering flow a tidak beda dengan nilai entering flow b. 7. = entering flow a. Promethee I menampilkan partial preorder P I , I I , R I dengan mempertimbangkan interseksi dari dua preorder: Universitas Sumatera Utara ⎩ ⎪ ⎪ ⎨ ⎪ ⎪ ⎧ Partial preorder diajukan kepada pembuat keputusan, untuk membantu pengambilan keputusan masalah yang dihadapinya. Dengan menggunakan metode Promethee I masih menyisakan bentuk incomparable, atau dengan kata hanya memberikan solusi partial preorder sebagian. 2.2.4.2. Promethee II Dalam kasus complete preorder dalam K adalah penghindaran dari bentuk incomparable, Promethee II complete preorder P II , I II disajikan dalam bentuk net flow disajikan berdasarkan pertimbangan persamaan: = Keterangan: 1. = nilai net flow a lebih baik dari nilai net flow b. 2. = nilai net flow a tidak beda dengan nilai net flow b. 3. = net flow a. 4. = net flow b. Melalui complete preorder, informasi bagi pembuat keputusan lebih realistik[9]. Universitas Sumatera Utara

2.3. PHP dan MySQL

Dokumen yang terkait

Perbandingan Algoritma Simple Additive Weighting (SAW) dan Preference Ranking Organization for Enrichment Evaluation (PROMETHEE) Dalam Pemilihan Sepeda Motor

18 100 121

Perbandingan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Metode Preference Ranking Organization Method For Enrichment Evaluation (PROMETHEE) untuk Pemilihan Hardisk Eksternal

19 131 147

EVALUASI KINERJA DOSEN UNIV.SARI MUTIARA INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PREFERENCE RANKING ORGANIZATION METHOD FOR ENRICHMENT EVALUATION (PROMETHEE)

0 0 6

Perbandingan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Metode Preference Ranking Organization Method For Enrichment Evaluation (PROMETHEE) untuk Pemilihan Hardisk Eksternal

0 0 13

Perbandingan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Metode Preference Ranking Organization Method For Enrichment Evaluation (PROMETHEE) untuk Pemilihan Hardisk Eksternal

0 0 13

B. Kompetensi Profesional - Implementasi Metode Preference Rangking Organizational Method For Enrichment Evaluation (Promethee)Untuk Penentuan Kinerja Dosen (Studi Kasus : Fakultas Farmasi USU)

0 0 80

BAB 2 LANDASAN TEORI - Implementasi Metode Preference Rangking Organizational Method For Enrichment Evaluation (Promethee)Untuk Penentuan Kinerja Dosen (Studi Kasus : Fakultas Farmasi USU)

0 0 19

BAB 1 PENDAHULUAN - Implementasi Metode Preference Rangking Organizational Method For Enrichment Evaluation (Promethee)Untuk Penentuan Kinerja Dosen (Studi Kasus : Fakultas Farmasi USU)

0 2 7

Implementasi Metode Preference Rangking Organizational Method For Enrichment Evaluation (Promethee)Untuk Penentuan Kinerja Dosen (Studi Kasus : Fakultas Farmasi USU)

0 0 12

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN PEMENANG TENDER PROYEK MENGGUNAKAN METODE PREFERENCE RANKING ORGANIZATIONAL METHOD FOR ENRICHMENT EVALUATION (PROMETHEE) (Tempat Studi Kasus : Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Palembang) - eprint UIN Raden

0 3 131