terkecil dalam populasi pengguna. Dalam hal ini digunakan nilai standar normal dengan persentil kecil yaitu persentil 1 sampai dengan 10.
3. Posture merupakan hal yang cukup rumit misalkan meja kerja yang terlalu tinggi tidak diinginkan oleh pekerja yang terlalu rendah. Dalam kondisi ini
solusinya adalah merancang stasiun kerja yang dapat disesuaikan Arimbawa, 2011.
3.6.4 Aplikasi Distribusi Normal Dalam Penetapan Data Antropometri
Untuk penetapan data antropometri ini, pemakaian distribusi normal akan umum diterapkan. Dalam statistik, distribusi normal dapat diformulasikan
berdasarkan harga rata-rata mean,
X
dan simpangan standarnya standard deviation,
σX dari data yang ada. Dari nilai yang ada maka persentil dapat ditetapkan sesuai dengan tabel probabilitas distribusi normal. Dengan persentil,
dalam hal ini adalah suatu nilai yang menunjukkan persentase tertentu dari orang yang memiliki ukuran pada atau dibawah nilai tersebut. Sebagai contoh 95-th
persentil akan menunjukkan 95 populasi akan berada pada atau dibawah ukuran tersebut, sedangkan 5-th persentil akan menunjukkan 5 populasi akan berada
pada atau dibawah ukuran itu. Dalam antropometri ukuran 95-th akan menggambarkan ukuran manusia yang terbesar dan 5-th persentil sebaliknya akan
menunjukkan ukuran terkecil. Pemakaian nilai-nilai persentil yang umum diaplikasikan dalam perhitungan data antopometri dapat dijelaskan dalam Gambar
3.5. dan Tabel 3.3.
Universitas Sumatera Utara
Sumber : Buku Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya Nurmianto, 1998
Gambar 3.5. Distribusi Normal dengan Data Antropometri
Dari Gambar 3.5. diatas, kemudian dilakukan perhitungan persentil dengan rumus berdasarkan distribusi normal yang dapar dilihat pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3. Macam Persentil dan Cara Perhitungan Dalam Distribusi Normal
Sumber : Buku Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya Nurmianto, 1998
Persentil Perhitungan
1-st
Χ
- 2.325 σX
2.5-th
Χ
- 1.96 σX
5-th
Χ
- 1.645 σX
10-th
Χ
- 1.28 σX
50-th
Χ
90-th
Χ
+ 1.28 σX
95-th
Χ
+ 1.645 σX
97.5-th
Χ
+ 1.96 σX
99-th
Χ
+ 2.325 σX
1,96 σX
1,96 σX
X 2,5
95
2,5 NX,
σX
2,5-th percentile 97,5-th percentile
Universitas Sumatera Utara
3.6.5 Aspek Antropometri Dalam Perancangan Meja dan Kursi
Adapun aspek antropometri dalam perancangan kursi dapat dilihat dari dimensi kursi pada Gambar 3.6.
Tinggi Kursi
Lebar Kursi Panjang
Kursi Lebar Sandaran
Punggung Tinggi Sandaran
Pungung
Sumber : Ilustrasi Gambar dari Handbook Ergonomics and Design A Referensi Guide Openshaw et al. 2006
Gambar 3.6. Dimensi Dasar Perancangan Kursi
Adapun cara pengukuran dari tiap dimensi kursi yaitu: 1.
Tinggi kursi Jika tinggi kursi melebihi tinggi popliteal pengguna, tekanan akan dirasakan
di bawah paha. Sebaliknya, jika tinggi kursi terlalu rendah dengan tinggi tinggi popliteal maka:
a. Kaki pengguna akan terjulur ke lantai
b. Pengguna akan mengalami masalah yang lebih besar ketika berdiri dan
duduk, karena jarak pusat gravitasi harus bergerak
Universitas Sumatera Utara
c. Pengguna memerlukan ruang kaki yang lebih besar.
Secara umum, tinggi kursi yang optimal harus sesuai dengan tinggi popliteal ditambah dengan kelonggaran sepatu. Adapun kelonggaran untuk sepatu yang
digunakan dalam tempat yang formal ditambahkan: a.
25 mm untuk semua dimensi untuk laki-laki b.
45 mm untuk semua dimensi untuk perempuan. Dalam hal ini tinggi kursi tidak terlalu rendah dan tidak terlalu tinggi.
2. Kedalaman kursi panjang kursi
Jika kedalaman kursi atau panjang kursi melebihi panjang popliteal, pengguna tidak akan bisa menggunakan sandaran kursi secara efektif tanpa
menerima tekanan pada punggung dan lutut. 3.
Lebar kursi Lebar kursi harus sesuai dengan lebar pinggul dan harus memadai dan
nyaman digunakan jika kursi menggunakan sandaran lengan. 4.
Tinggi sandaran punggung Tinggi sandaran punggung lebih efektif digunakan untuk mendukung berat
punggung. Tinggi sandaran punggung ini harus sesuai dengan tinggi bahu. 5.
Lebar sandaran punggung Lebar sandaran punggung harus sesuai dengan lebar bahu.
Sedangkan aspek antropometri dalam perancangan meja dapat dilihat dari dimensi meja pada Gambar 3.7.
Universitas Sumatera Utara
Tinggi Meja
Tinggi Meja dari Bawah Meja
Panjang Meja Lebar Meja
Sumber : Ilustrasi Gambar dari Handbook Ergonomics and Design A Referensi Guide Openshaw et al. 2006
Gambar 3.7. Dimensi Dasar Perancangan Meja
Adapun cara pengukuran dari tiap dimensi meja yaitu: 1.
Tinggi meja Tinggi meja ditentukan oleh tinggi popliteal ditambahkan tinggi siku dalam
posisi duduk dan ditambahkan dengan kelonggaran sepatu. 2.
Tinggi meja dari bawah meja Tinggi meja dari bawah meja ditentukan oleh tinggi popliteal ditambahkan
tebal paha dan ditambahkan dengan kelonggaran sepatu Pheasant, 2003.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian terapan yang dilakukan untuk mencari pemecahan masalah secara ilmiah tentang postur tubuh siswa pada saat
menggunakan meja dan kursi yang tidak ergonomis. Dengan dilakukannya penelitian ini, aplikasi usulan redesain meja dan kursi sekolah dapat diterapkan
untuk meminimalkan keluhan muskuloskeletal pada siswa. Penelitian terapan adalah salah satu jenis penelitian yang bertujuan untuk memberikan solusi atas
permasalahan tertentu secara praktis.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar ABC, Medan. Penelitian ini dimulai pada bulan Agustus 2012 sampai Maret 2013.
4.3 Subjek Penelitian
Subjek penelitian yang diamati adalah siswa kelas I dan kelas 5 yang berumur 5 sampai 12 tahun.
Universitas Sumatera Utara