Kerangka Pikir LANDASAN TEORI

lxvii c Diffusion of Responsibility, dalam perkara perkara kejahatan kerah putih selalu terjadi ketidakjelasan pertanggungjawaban pidana, yang hal ini juga tidak terlepas dari sifat kejahatan kerah putih yang memang sangat terselubung dengan rapi. d Diffusion of Victims, berawal dari pemanfaatan teknologi yang super canggih, kemudian dengan metode kejahatan yang terselubung, maka akan mengakibatkan pula ketidakjelasan korban yang memang sangat luas akibatnya. Selain itu juga, tindak kejahatan pencucian uang sebagai bentuk kejahatan yang dilakukan secara terorganisir, dan terjadinya dapat melintasi batas negara sebagai kejahatan transnasional, dimana menggunakan sepenuhnya kemajuan teknologi dan informasi sebagai modus operandi kejahatan berdimensi baru.

H. Kerangka Pikir

Dewasa ini telah terjadi perkembangan yang sangat pesat di berbagai bidang antara lain kemajuan teknologi, transportasi, komunikasi, informatika modern, dan tidak ketinggalan di bidang hukum. Kemajuan tersebut tidak selamanya mempunyai dampak yang positif bagi masyarakat namun juga terdapat dampak yang negatif yaitu menjadi ladang subur bagi perkembangan kejahatan sehingga di satu sisi berkembang pula metode-metode kejahatan yang dilakukan dengan memanfaatkan perkembangan teknologi yang dikenal dengan kejahatan kerah putih atau disebut White collar crime . Irmawan Wijanarko, 2003:1. lxviii Mengingat money laundering juga merupakan kejahatan transnasional transnational crime yang modusnya banyak dilakukan melintasi batas-batas negara cross border , oleh karena itu harus diberantas, antara lain dengan melakukan kerja sama regional maupun internasional, melalui forum bilateral atau multilateral, sedangkan dampak yang ditimbulkan dapat pula berakibat negatif pada stabilitas sistem keuangan dan perekonomian dunia secara keseluruhan. Di sisi lain, oleh karena money laundering berkaitan dengan kejahatan asal predicate crime yang dilakukan oleh organized crime , maka perkembangan money laundering ini akan sangat mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya berbagai tindak pidana pemicu money laundering seperti korupsi, perdagangan gelap narkotika, penyelundupan, dan illegal logging serta upaya untuk memeranginya. Dalam rangka pemberantasan dan penanggulangan TPPU pemerintah mengambil kebijakan dengan mengeluarkan UU No. 15 Tahun 2002 yang kemudian diubah dengan UU No. 25 Tahun 2003 tentang TPPU. UU ini menarik untuk dijelaskan apakah sebagai instrumen kebijakan pemerintah untuk pemberantasan kejahatan trans nasional khususnya TPPU sudah memenuhi formulasi pembentukan hukum dan dijelaskan karakteristiknya dalam hubungan dengan sistem pembuktian yang dijalankan selama ini, kelemahan dan kelebihan serta konsekuensi dan implikasi yang ada Implementasi Undang-Undang No. 15 Tahun 2002 sebagaimana diubah dengan Undang-Undang No. 25 Tahun 2003 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang sangat penting. Pentingnya implementasi undang-undang lxix tersebut bukan saja agar Indonesia tidak dikucilkan oleh dunia internasional, tetapi juga bertujuan agar berbagai predicate crime yang merupakan sumber uang haram yang dicuci dalam proses pencucian uang ikut dapat diberantas atau dikurangi. Di dalam Undang-Undang No.25 Tahun 2003 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang di Indonesia juga diatur mengenai sistem pembuktian untuk membuktikan kesalahan yang didakwakan kepada terdakwa. Bersalah atau tidaknya seorang terdakwa sebagaimana yang didakwakan dalam surat dakwaan ditentukan dalam proses pembuktian. Dalam Undang-Undang ini sistem pembuktian yang digunakan adalah sistem pembuktian terbalik, seperti yang disebutkan dalam pasal 35 Undang- Undang No 15 Tahun 2002. dengan rumusan sebagai berikut Untuk kepentingan pemeriksaan di sidang pengadilan, terdakwa wajib membuktikan bahwa harta kekayaannya bukan merupakan hasil tindak pidana. Adapun skema dari kerangka pikir penulis sebagai berikut : Pembuktian Menurut KUHAP Praduga tak bersalah Menurut UU No.252003 Praduga bersalah Kebijakan penanggulangan TPPU lxx

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian Penelitian dalam penulisan tesis ini dilakukan dengan mengikuti pendapat Soetandyo Wignyosoebroto sesuai dengan konsep hukum kedua yaitu hukum adalah norma-norma positif di dalam sistem perundang- undangan hukum nasional. Dalam konsep normatif hukum adalah norma, yang diidentikkan dengan keadilan yang harus diwujudkan ius constituendum , ataupun norma yang telah terwujudkan sebagai perintah Konsekuensi dan Implikasi Telaah Kritis Perbedaan Persamaan Stuffenbau Theorie Sinkronisasi