commit to user
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemajuan teknologi komunikasi telah banyak membantu memenuhi kebutuhan manusia. Ponsel sebagai bagian dari kemajuan teknologi
menggunakan gelombang elektromagnetik sebagai medianya sehingga praktis dan bisa digunakan di manapun Mahardika, 2009. Potensi radiasi ponsel
tersebut semakin besar, mengingat penggunaan ponsel telah demikian luas di masyarakat. Paling tidak ke depan dengan jumlah penduduk Indonesia sekitar
220 juta jiwa, sudah 25 juta pelanggan yang menggunakan ponsel Swamardika, 2009.
Efek gelombang elektromagnetik tergantung jenis, frekuensi, energi dan durasi paparan Balmori, 2005. Energi yang ditimbulkan oleh radiasi
elektromagnetik ponsel, secara kuantitas relatif kecil namun bila jarak antara ponsel dengan kepala diperhitungkan maka dampak radiasi elektromagnetik
yang dipancarkan oleh ponsel tidak boleh diabaikan begitu saja. Hal ini disebabkan intensitas radiasi elektromagnetik yang diterima oleh materi akan
berbanding terbalik dengan kuadrat jarak, artinya makin dekat dengan sumber radiasi ponsel akan makin besar radiasi yang diterima Wardhana, 2000.
commit to user
2
Pada penelitian yang menggunakan pemaparan gelombang elektromagnetik ponsel pada tikus putih Rattus norvegicus, didapatkan
penurunan sistem antioksidan yang ditunjukkan dengan peningkatan stres oksidatif pada hati dan otak Achudume dkk, 2009. Penelitian yang
dilakukan Devrim 2002 memperoleh hasil gelombang elektromagnetik ponsel dapat menyebabkan stres oksidatif pada eritrosit, hati, jantung, dan
ovarium tikus putih Rattus norvegicus dan vitamin C sebagai antioksidan, terbukti dapat melindunginya stres oksidatif. Menurut Yurekli dkk 2006,
radiasi mempuyai efek terhadap struktur dan fungsi sel terutama sel yang mempunyai membran lipid.
Eritrosit memiliki struktur membran yang salah satu komposisinya adalah lipid. Komponen di dalamnya, yakni hemoglobin mempuyai fungsi
penting untuk membawa oksigen ke jaringan. Perubahan struktur dan fungsi membran sel pada eritrosit dapat menyebabkan hal yang mengganggu bahkan
membahayakan Muray dkk, 2003. Antioksidan sangat penting untuk menjaga kerusakan sel yang
disebabkan oleh stres oksidatif. Untuk memperlambat proses oksidasi, diperlukan penambahan antioksidan dari luar tubuh. Berdasarkan jenisnya,
antioksidan ada yang berbentuk sintetik, yaitu diperoleh dari hasil sintesa reaksi kimia, dan ada yang alami, yaitu hasil ekstraksi bahan alami. Beberapa
contoh antioksidan sintetik antara lain Butil Hidroksi Anisol BHA, Butil Hidroksi Toluen
BHT, Propil Galat PG, Tert-Butil Hidrokuinon TBHQ, dan tokoferol. Antioksidan sintetik seperti BHA, BHT, PG, dan TBHQ
commit to user
3
diketahui dapat meningkatkan terjadinya kanker sehingga penggunaan antioksidan alami mengalami peningkatan. Antioksidan alami adalah
antioksidan yang terdapat dalam makanan, seperti sayuran, buah, atau susu sapi Amarowicz dkk, 2000. Salah satu sumber antioksidan alami adalah
Delima Merah Amalia dan Balittro, 2009. Bagian pohon Delima Merah seperti buah, kulit, dan akarnya mempunyai
rasa yang sepat. Rasa yang sepat ini merupakan tanda bahwa di dalam bagian tanaman tersebut mengandung senyawa polifenol Wiryowidagdo, 2007.
Kandungan polifenol pada ekstrak kulit buah Delima Merah yang berfungsi sebagai antioksidan mencapai 26 dari seluruh kandungan kimia yang
terdapat di dalamnya Ferlina, 2009. Namun manfaat kulit buah Delima Merah kurang banyak diketahui oleh masyarakat sehingga penggunaan kulit
Delima Merah masih minimal. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti
pengaruh pemberian ekstrak kulit buah Delima Merah Punica ganatum terhadap jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin pada tikus putih Rattus
norvegicus yang dipapar gelombang elektromagnetik ponsel.
B. Perumusan Masalah