14
BAB II
KERANGKA TEORI
2.1 Agama dan Masyarakat
Agama mempunyai peraturan yang mutlak berlaku bagi segenap manusia dan bangsa, dalam semua tempat dan waktu, yang dibuat oleh sang pencipta alam
semesta sehingga peraturan yang dibuat-Nya betul-betul adil. Secara terperinci agama memiliki peranan yang bisa dilihat dari: aspek keagamaan religius,
kejiwaan psikologis, kemasyarakatan sosiologis, hakikat kemanusiaan human nature, asal usulnya antropologis dan moral ethics.
Peran lembaga agama di bidang sosial adalah sebagai penentu, agama menciptakan suatu ikatan bersama, baik di antara anggota-anggota beberapa
masyarakat maupun dalam kewajiban-kewajiban sosial yang membantu mempersatukan mereka. Peran agama sebagai sosialisasi individu akan tampak
secara nyata pada saat individu tumbuh menjadi dewasa. Pada saat itu, individu memerlukan suatu sistem nilai sebagai tuntunan umum untuk mengarahkan
aktivitasnya dalam masyarakat dan berfungsi sebagai tujuan akhir pengembangan kepribadiannya. Pendidikan agama merupakan tanggung jawab dari orangtua
untuk mengenalkan, memberikan contoh, dan menanamkan ajaran-ajaran moral kepada anak-anaknya. Agama mengajarkan bahwa hidup adalah untuk
memperoleh keselamatan sebagai tujuan utamanya. Peranan sosial agama harus dilihat terutama sebagai sesuatu yang
mempersatukan. Dalam pengertian harfiahnya, agama menciptakan suatu ikatan
Universitas Sumatera Utara
15
bersama, baik di antara anggota-anggota beberapa masyarakat maupun dalam kewajiban-kewajiban sosial yang membantu mempersatukan mereka. Karena
nilai-nilai yang mendasari sistem-sistem kewajiban sosial didukung bersama oleh kelompok-kelompok keagamaan, maka agama menjamin adanya persetujuan
bersama dalam masyarakat. Peranan agama di dalam masyarakat sebagai kekuatan yang mempersatukan, mengikat dan melestarikan, namun juga memiliki fungsi
lain yaitu sebagai kekuatan mencerai-beraikan, memecah belah dan bahkan dapat menghancurkan.
Dalam pandangan Emile Durkheim agama merupakan suatu sistem kepercayaan beserta prakteknya dalam suatu komunitas moral. Dalam
pandangannya agama berasal dari masyarakat itu sendiri. Adapun agama berisi tentang:
a. Sesuatu yang dianggap sakral, melebihi kehidupan duniawi dan
menimbulkan kekaguman dan kehormatan. b.
Sekumpulan kepercayaan yang dianggap sakral. c.
Pelaksanaan ritual aktivitas keagamaan. d.
Sekumpulan kepercayaan yang ikut dalam ritual yang sama. Agama dipandang sebagai petunjuk untuk mengatasi kesulitan yang
diakibatkan oleh ketidakpastian, ketidakberdayaan dan keterbatasan. Sebagai sebuah lembaga sosial agama merupakan asosiasi yang terorganisir dan terbentuk
baik untuk kepentingan masyarkat Murdiyatmoko, 2007: 46. Sebuah lembaga sosial memiliki fungsi manifest dan fungsi latent
tidak terkecuali
lembaga agama.
Universitas Sumatera Utara
16
a. Fungsi Manifest Fungsi manifest adalah fungsi yang disadari dan biasanya merupakan
tujuan yang ingin dicapai oleh pelaku-pelaku ajaran agama Ishomuddin, 2002:51.
Fungsi manifes agama meliputi:
a. Doktrin, yaitu pola yang menentukan sifat hubungan antar manusia dengan
sesamanya dan manusia dengan Tuhan. b.
Ritual, yaitu aturan-aturan tertentu yang digunakan dalam pelaksanaan agama yang melambangkan doktrin dan yang meningatkan manusia pada doktrin.
c. Seperangkat norma perilaku, yang konsisten dengan doktrin tersebut. Dalam
menjalankan tugas, setiap agama membentuk petugas masing-masing yang memerlukan investasi dan personil yang besar untuk menjelaskan dan membela
doktrin serta melaksanakan ritual dan perilaku yang diinginkan dalam suatu pola pemujaan dan penyiaran agama.
b. Fungsi Laten
Fungsi latent adalah fungsi yang tersembunyi yang kurang disadari oleh pelaku-pelaku ajaran agama Inshomuddin, 2002: 51. Fungsi laten agama
menurut Durkheim dapat meningkatkan integritas masyarakat, baik pada tingkatan mikro maupun makro. Pada tingkat mikro fungsi laten agama ialah
Ttuhan menggerakkan dan membantu kita untuk hidup. Melalui komunikasi dengan Tuhannya, umat beragama bukan saja mengetahui kebenaran yang tidak
diketahui oleh orang yang tidak beriman, melainkan juga menjadikan manusia lebih kuat karena agama menggerakkan dan memberi semangat hidup.
Universitas Sumatera Utara
17
Dari segi makro, agama menjalankan fungsi positif karena agama dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang secara berkala menegakkan dan
memperkuat perasaann dan ide kolektif yang menjadi ciri dan inti persatuan dan kesatuan. Dengan melalui kegiatan ritual keagamaan yang diselenggaraka secara
bersama, kesatuan dan peratuan umat dapat di pupuk dan di bina.
Fungsi latent agama menurut Durkhaim dapat meningkatkan integrasi masyarakat baik pada tingkat makro maupun pada tingkat mikro. Pada tingkat mikro fungsi
laten agama ialah untuk menggerakkan dan membantu kita untuk hidup. Dari segi makro fungsi laten agama adalah dapat menentukan kebutuhan masyarakat yang
setara berkala dan memperkuat perasaan dan ide kolektif yang menjadi ciri dan inti persatuan dan kesatuan. http:fajarhidayatasbar.blogspot.com201210tugas-
makalah-fungsi-manifes-dan-fungsi.html, diakses hari Rabu, 14 Mei 2014 pukul 07:30 WIB
Ishomuddin 2002: 54-56, dalam praktiknya fungsi agama dalam masyarakat anatar lain:
1. Fungsi edukatif, ajaran agama memberikn ajaran-ajaran yang harus
diapatuhi secara yuridis menyuruh dan melarang sehingga penganut agama dibembing berbuat baik sesuai ajaran agama yang dianut.
2. Fungsi penyelamat, keselamatan yang dimaksud adalah keselamatan dunia
dan akhirat. Untuk mencapai keselamatan tersebut agama mengajarkan penganutnya melalui pengenalan yang sakral,berup keimanan kepada
Tuhan. 3.
Fungsi sebagai pendamaian, melalui agama seseorang yang melakukan kesalahan atau dosa dapat merasakan kedamaian batin melalui penebusan
dosa dan pertobatan.
Universitas Sumatera Utara
18
4. Fungsi sebagai sosial kontrol, ajaran agama oleh penganutnya dianggap
sebagai norma sehingga agama berfungsi sebagai pengawasan sosial secara individu maupun kelompok.
5. Fungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas, penganut agama yang sama
secara psikologis akan merasa memiliki kasamaan dalam satu-kesatuan iman dan kepercayaan sehingga akan membina rasa solidaritas secara
individu maupun kelompok. 6.
Fungsi transformatif, ajaran agama dapat megubah kepribadian seseorang atau kelompok menjadi kehidupanyang baru sesuai dengan ajaran agama
yang dianutnya. 7.
Fungsi kreatif, ajaran agama memotivasi penganutnya untuk bekerja produktif bukan hanya untuk kepentingan sendiri tetapi juga untuk
kepentingan orang lain. 8.
Fungsi sublimatif, segala usaha penganutnya yang tidak bertentangan dengan norma-norma agama bila dilakukan dengan tulus untuk Allah
merupakan ibadah.
2. 2 Solidaritas Sosial
Solidaritas adalah kesepakatan bersama, dukungan kepentingan dan tanggung jawab antar individu dalam kelompok, terutama karena diwujudkan
dalam tindakan kolektif untuk sesuatu hal. Solidaritas sosial menunjuk pada suatu keadaan hubungan antara individu dan atau kelompok yang didasarkan pada
perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama. Adanya pengalaman
Universitas Sumatera Utara
19
emosional yang sama dalam anggota kelompok merupakan elemen yang membentuk solidaritas sosial.
Konsep solidaritas sosial merupakan konsep sentral Emile Durkheim yang menyatakan bahwa solidaritas sosial merupakan suatu keadaan hubungan antara
individu dan atau kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama dan diperkuat oleh pengalaman emosional
bersama. Solidaritas menekankan pada keadaan hubungan antar individu dan kelompok dan mendasari keterikatan bersama dalam kehidupan dengan didukung
nilai-nilai moral dan kepercayaan yang hidup dalam masyarakat Lawang, 1994:181. Wujud nyata dari hubungan bersama akan melahirkan pengalaman
emosional, sehingga memperkuat hubungan antar mereka. Ia membedakan antara dua tipe utama solidaritas: solidaritas mekanik dan solidaritas organik.
Solidaritas mekanik merupakan suatu tipe solidaritas yang didasarkan atas persamaan. Solidaritas mekanik muncul pada masyarakat yang masih sederhana
dan diikat oleh kesadaran kolektif, ikatan sosial yang dibangun atas kebersamaan, kepercayaan dan adat bersama yang didasarkan pada homogenitas yang tinggi.
Serta belum mengenal adanya pembagian kerja diantara para anggota kelompok Pada masyarakat seperti ini belum terdapat pembagian kerja yang berarti : apa
yang dapat dilakukan oleh seorang anggota masyarakat biasanya dapat dilakukan pula oleh orang lain. Dengan demikian tidak terdapat saling ketergantungan antara
kelompok yang berbeda, karena masing-masing kelompok dapat memenuhi kebutuhanya sendiri dan masing-masing kelompok pun terpisah satu dengan yang
lain.
Universitas Sumatera Utara
20
Doyle Paul Johnson 1994, secara terperinci menegaskan indikator solidaritas sosial, yakni :
a Adanya Pembagian Kerja
Teori pembagian kerja adalah bahwa anggota kelompok tidak diikat oleh kesamaan antara orang-orang yang melakukan pekerjaan yang sama, akan
tetapi pembagian kerjalah yang mengikat masyarakat dengan memaksa mereka agar tergantung satu sama lain. Pembagian kerja dalam hal ini bukan
untuk mengakibatkan disintegrasi masyarakat yang bersangkutan tetapi tetapi justru meningkatkan solidaritas karena menjadikan anggota kelompok saling
tergantung. Indikator pembagian kerja antara:
1. Penempatan individu
Disesuaikan dengan kemampuan, keahlian dan pendidikan individu, hal ini bertujuan untuk memaksimalkan individu dalam melakukan tanggung
jawabnya. 2.
Beban tanggung jawab Berkaitan dengan tanggung jawab yang diemban oleh individu.
3. Spesialisasi tanggung jawab
Dilakukan karena individu memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing Anwar Yesmin dan Adang , 2010:31
b Adanya Kesadaran Kolektif
Kesadaran kolektif merupakan seluruh rasa kepercayaan dan perasaan bersama antar anggota kelompok. Kesadaran kolektif dibentuk karena adanya
rasa seperasaan dan sepenanggungan. Kesadaran kolektif terjadi karena setiap
Universitas Sumatera Utara
21
anggota di dalamnya merasa bertanggung jawab dan merasa memiliki terhadap segala sesuatu yang ada dalam kelompok tersebut sense of
belonging. Ciri-ciri kesadaran kolektif dalam masyarakat :
1. Adanya rasa kepercayaan
Dilakukan karena adanya rasa menjadi bagian dari individu lain. 2.
Adanya rasa memiliki Mengakibatkan kesadaran tanggung jawab terhadap individu lain
Nasution 2009:12 c
Hukum Represif dominan Secara sederhana hukum represif dapat diartikan sebagai hukum yang
mengabdi kepada kekuasaan represif dan kepada tata tertib sosial yang represif. Bentuk dari hukum represif diaplikasikan dalam bentuk kekerasan
terhadap individu atau kelompok yang ingin dikuasai. Hukum represif adalah hukum yang di dalam pelaksanaanya tidak banyak memasukkan campur
tangan dari masyarakat sehingga hukum yang berkembang tidak disertai perkembangan masyarakat justru mendukung kemajuan dan perkembangan
kelompok yang memiliki kekuasaan. pelaku suatu kejahatan atau perilaku menyimpang akan terkena hukuman.
Ciri-ciri hukum represif dominan: 1.
Penguasa cenderung mengidentifikasikan kepentingannya dengan kepentingan masyarakat.
2. Keadilan yang diterima oleh masyarakat bersifat terbatas.
Universitas Sumatera Utara
22
3. Badan pengawas khusus seperti polisi menjadi pusat kekuasaan yang
bebas. 4.
Hukum dan otoritas resmi digunakan untuk menegakkan konformitas kebudayaan
http:books.google.co.idbooks?id=_rXrAAAAMAAJq=ciri- ciri+hukum+represifdq=ciri-
ciri+hukum+represifhl=idsa=Xei=Yj_-U- ndHpDp8AWNuoKwCQved=0CB4Q6AEwAA
Diakses pada hari Rabu 16 Juni 2014, pukul 10.11WIB d
Memiliki Karakter Individualitas Berbicara mengenai karakter individualitas menjelaskan tentang tinggi atau
rendahnya sikap dan penilaian serta pemikiran individu ketika berhubungan dengan masyarakat. Karakter individualitas terbentuk tergantung bagaimana
penerimaaan masyarakat terhadap pola perilaku individu tersebut. Ciri Ciri karakter individualitas:
1. Gaya hidup disesuaikan dengan kesempurnaan masyarakat.
2. Memiliki dorongan ke-akuan dan ke-kitaan.
Keakuan mengacu pada pengabdian terhadap diri sendiri dan kekitaan mengacu pada pengabdian terhadap dunia luar Nasution 2009:12
e Memiliki Pola Konsensus Secara Normatif
Konsensus merupakan kesepakatan yang tercipta dalam masyarakat. Dalam hal ini kesepakatan yang dimaksud adalah kesepakatan terhadap peraturan
peraturan yang sudah lama ada di masyarakat dan itu sudah disepakati dari awal dalam masyarakat tersebut.
Universitas Sumatera Utara
23
Ciri-ciri pola konsensus secara normatif : 1.
Menciptakan integrasi dalam masyarakat. 2. Konflik dalam masyarakat multikultural menjadi pendukung utama
konsensus Anwar Yesmin dan Adang , 2010:32-33 f
Adanya keterlibatan badan kontrol sosial dalam melaksanakan pengendalian sosial
Badan kontrol sosial menjadi pemegang kekuasaan tertinggi dalam pengambilan keputusan dalam masyarakat. Badan kontrol sosial yang
dimaksud adalah kelompok masyarakat yang sudah lama ada dan berdiri di masyarakat dalam bentuk organisasi maupun komunitas. Badan kontrol sosial
yang ada di masyarakat berfungsi sebagai pengendali di masyarakat. Pemberian hukuman terhadap orang yang menyimpang diberikan oleh badan
kontrol sosial tersebut. Ciri-cirri keterlibatan badan kontrol sosial dalam melaksanakan pengendalian
sosial : 1.
Hukum sebagai pemegang kekuasaan tertinggi. 2.
Negara sebagai wadah terciptanya hukum tersebut. 3.
Masyarakat berfungsi sebagai pencipta nilai dan norma Anwar Yesmin dan Adang , 2010:32-33
g Memiliki sifat ketergantungan
Terjadi karena adanya kelebihan dan kekurangan setiap individu dan kelompok dalam masyarakat. Saling melengkapi kelemahan dan kelebihan
masing masing individu mengakibatkan sifat ketergantungan menjadi hal yang wajib berlaku di masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
24
Ciri-ciri sifat ketergantungan : 1.
Terjadi pada masyarakat multikultural. 2.
Terjadi ketika masyarakat mengalami globalisasi. 3.
Berdampak pada empat bidang yaitu ekonomi, sosial budaya, teknologi dan politik.
2.3 Pemuda Dalam Gereja