KORBAN REVOLUSI SOSIAL DI KESULTANAN ASAHAN.

(1)

KORBAN REVOLUSI SOSIAL

DI KESULTANAN ASAHAN 1946

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada

Jurusan Pendidikan Sejarah

OLEH :

NURUL AZMI SAMBAS

NIM : 3123321037

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2016


(2)

(3)

(4)

(5)

i

ABSTRAK

NURUL AZMI SAMBAS, NIM 3123321037. KORBAN REVOLUSI SOSIAL DI KESULTANAN ASAHAN. SKRIPSI S-1 JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH. FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jalannya peristiwa Revolusi Sosial di Kesultanan Asahan 1946, kisah yang berkaitan langsung para korban revolusi sosial di Kesultanan Asahan 1946, respon para korban Revolusi Sosial Asahan yang selamat, dan kegiatan para korban Revolusi Sosial Asahan yang selamat dalam bidang politik dan sosial. Penelitian ini menggunakan pendekatan sejarah dengan menerapkan penelitian lapangan (field Research) dan penelitian Pustaka (Library Research) yang bertujuan untuk mendapatkan sejarah yang diinterpretasikan menjadi historiografi sejarah. Berdasarkan sumber informasi yang relevan dengan penelitian. Data yang diperoleh dikelompokkan melalui verifikasi dan kritik sumber, interpretasi dan historiografi (menyusun hasil-hasil penelitian berdasarkan fakta) Menjadi naskah laporan penelitian.

Dari hasil penelitian, dapatlah diketahui bahwa Peristiwa revolusi sosial ini terjadi pada masa pendudukan Belanda dan Jepang. Revolusi sosial pada bulan Maret 1946 di Kesultanan Asahan ini merupakan gerakan rakyat terhadap Sultan yang dianggap feodal dan menghapuskan sistem Kesultananan. Dan korban revolusi sosial yang berada di Kesultanan Asahan khususnya di wilayah Tanjungbalai merupakan suatu tindakan kriminalitas yang berupa perampokan, penyiksaan, penjarahan, dan pembunuhan terhadap Sultan-sultan dan keluarganya yang dilakukan oleh sebuah kelompok atau laskar-laskar rakyat.

Kata kunci : Korban Revolusi Sosial, Kesultanan Asahan


(6)

ii

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah peneliti ucapkan atas kehadiran Allah SWT dimana, atas rahat dan karunianya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul : “Korban Revolusi Sosial di Kesultanan Asahan 1946”. Shalawat dan salam saya ucapkan kepada Rasullulalh Muhammad SAW, yang mana syafaatnya diharapkan di yaumul mahsyar kelak.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, baik isi tekhnik penelitian, maupun nilai ilmiahnya, mengingat keterbatasan pengetahuan, pengetahuan dan pengalaman. Oleh sebab itu, dengan segala kerendahan hati, peneliti mengharapkan saran dan kritikan. Maka dalam kesempatan ini peneliti menyampaikan rasa terima kasih serta pengharapan yang sebesar-besarnya kepada :

 Ayahanda dan Ibunda tercinta yang melahirkan, mendidik dan

memebesarkan peneliti. Karena doa dan restu mereka peneliti bisa menjadi saat sekarang ini dan sampai pada akhir untuk menyelesaikan studi dalam perkuliahan. Skripsi ini sengaja ananda persembahkan sebagai bukti bahwa ananda telah menyelesaikan amanat yang ayah dan ibu berikan kepada ananda. Kiranya Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada mereka.


(7)

iii

 Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri

Medan.

 Ibu Dra. Nurmala Berutu, M.Pd Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial

 Bapak Drs. Yushar Tanjung, M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan

Sejarah dan Dosen Pembimbing Akademik serta penguji yang telah banyak memberi nasehat-nasehat bagi peneliti selama masa perkuliahan.

 Bapak Dr. Phil Ichwan Azhari, M.S selaku Dosen Pembimbing Skripsi,

peneliti mengucapkan terima kasih atas masukan dan kemudahan yang telah bapak berikan kepada peneliti mulai dari proses penyusunan proposal hingga penyelesaian skripsi.

 Ibu Hafnita Sari Lubis S.Pd, M.Si selaku Dosen penguji atau pembanding

Utama yang banyak memberi inspirasi bagi peneliti.

 Ibu Flores Tanjung, MA selaku Dosen penguji atau Pembanding Bebas

yang banyak memberi inspirasi bagi peneliti.

 Dosen-dosen peneliti lain yang ada di Jurusan Pendidikan Sejarah, Pak

Ponirin, Pak Pristi Suhendro, Pak Hidayat, Pak Syahrul Nizar, Ibu Samsidar Tanjung, dan Ibu Apriani dan Bapak Tappil Rambe, serta seluruh dosen lainnya yang telah memberikan ilmu dan pengalaman kepada peneliti selama mengikuti perkuliahan di Universiteas Negeri Medan.

 Kakak dan Adik Peneliti, Maulida Sambas S.Pd, Ayu Lestari Sambas,

Masyitoh Ningsih Sambas, Ana Zakia Sambas, dan Uswatun Hasanah Sambas, yang selalu memberi dukungan moral dan emosional yang


(8)

iv

membuat peneliti semangat untuk menyelesaikan penelitiannya dan semoga peneliti dapat mencontoh semua hal yang baik dari kehidupan mereka.

 Kakak dan Abang sepupu serta keponakan peneliti, Herlina Rustam,

Junaidy, M. Syafii Rustam, Irma Yanti Sambas, Zakia Imani Islam, dan Amar Maula Hasibuan yang memberi dukungan kepada peneliti serta semangat.

 Teman-teman peneliti Fakhri Muliawan Situmorang S.Pd, Suriyanti

Siagian S.Pd, Dian Puspita Sari Sirait S.Pd, Kartika Siregar S.Pd, Agnestasia Br S S.Pd, Uci Armayanti S.Pd, Lot Syahputra Berutu S.Pd, Regina Siburian S.Pd, Masriani Ariyati Hutasuhut S.Pd, Janita AnggrainiSembiring S.Pd, M.Adnin Sumantri S.Pd, Sarah Amanda Gultom S.Pd, Fitra Jaka Restu S.Pd, Roziah Rambe, Ida Rosida, Ade Rafika Aisyah, Ema Manisa, Rinaldi Ham Simatupang S.Pd, Muhammad Novriansyah Lubis, Daniel Siburian, dan teman-teman ekstensi 2012 yang tidak bisa peneliti menyebutkan satu persatu. Terima kasih untuk pengalaman yang luar biasa semasa kuliah yang tidak bisa terlupakan.

 Bapak Syahdan, Alexander, dan Surya Dharma yang telah memberikan

banyak informasi kepada peneliti

 Teman-teman PPLT SMA Muhammadiyah Kisaran yang telah memberi

semangat kepada peneliti selama menjalankan penelitian

 Teman-teman dan Guru Madrasah Aliyah Negeri Kota Tanjungbalai yang


(9)

v

Akhir kata peneliti mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan jika ada pihak yang terlewatkan mendapatkan ucapan terimakasih, peneliti meminta maaf atas kesalahan dan kekhilafan. Semoga skripsi ini bermanfat bagi pembaca dan menjadi bahan masukan bagi yang membacanya, khususnya di wilayah Faklutas Ilmu Sosial.

Medan, Juni 2016 Peneliti

NURUL AZMI SAMBAS NIM. 3123321037


(10)

vi

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 5

1.3. Pembatasan Masalah ... 6

1.4. Rumusan Masalah ... 6

1.5. Tujuan Penelitian ... 6

1.6. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

2.1. Kerangka Konseptual ... 8

2.1.1. Konsep Revolusi ... 8

2.1.2. Konsep Revolusi sosial ... 10

2.1.3. Konsep Korban ... 12

2.2. Kerangka Berfikir... 14

2.3. Hipotesis ... 16

BAB III METODE PENELITIAN ... 17

3.1. Metode Penelitian... 17

3.2. LokasiPenelitian ... 17

3.3. Sumber Data ... 18

1. Data Primer ... 18

2. Data Sekunder ... 18

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 18

3.5. Teknik Analisis Data ... 19

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 20

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 20


(11)

vii

4.1.2. Keadaan Penduduk ... 23

4.1.3. Keadaan Sosial ... 25

4.2. Kronologi Peristiwa Revolusi Sosial di Kesultanan Asahan 1946 .. 27

4.3.Kisah Yang Berkaitan Langsung Para Korban Revolusi Sosial Di Kesultanan Asahan 1946 ... 38

4.4.Respon Para Korban Revolusi Sosial Yang Selamat ... 56

4.5.Kegiatan Para Korban Revolusi Sosial di Kesultanan Asahan Dalam Bidang Politik dan Sosial ... 62

4.5.1. Bidang Politik ... 62

4.5.2. Bidang Sosial ... 66

BAB V KESIMPULAN ... 73

5.1. Kesimpulan ... 73

5.2. Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 77

LAMPIRAN ... 1

Lampiran I Pedoman Wawancara ... 1

Lampiran II Nama Responden ... 2

Lampiran III Dokumentasi Peneliti ... 4


(12)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. ... 22

Tabel 4.2. ... 23


(13)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Berbicara masalah revolusi sosial merupakan pembicaraan publik yang sampai saat ini menjadi pembahasan yang menarik. Karena banyak dari kalangan masyarakat luar yang tidak tahu siapa yang salah dalam perilaku keji ini, sehingga banyak memakan korban dari kalangan Sultan atau Raja. dan pada saat ini adanya

dari para generasi Melayu memperingati atau tahlilan dalam tema “Melawan Lupa

revolusi sosial yang ke 70 tahun” dengan tujuan dibuat acara tersebut untuk mengenang kembali perjuangan tokoh revolusi yang telah mempertahankan bumi Melayu sebagai tanah bertuah. “Tidak hanya masyarakat Melayu, bahkan masyarakat etnis Karo dan lainnya juga banyak menjadi korban. Karena itu, saya

apresiasi terbentuknya gerakan melawan lupa terhadap tragedi 1946,” kata

Tengku Erry Nuriadi selaku Plt Gubernur Sumatera Utara. dan tidak hanya membuat acara tahlilah atau memperingati tetapi mereka juga mengadakan seminar yang diadakan di Fakultas Hukum di Universitas Sumatera Utara dengan tema “Melawan Lupa dan Menjemput Hikmah Peristiwa Revolusi Sosial Maret 1946 di Sumatera Timur” dengan tujuan supaya tidak boleh terjadi lagi, apapun alasannya, semua orang harus menjunjung tinggi hak asasi manusia (HAM).

Kemerdekaan Indonesia diraih dengan perjuangan yang tidak mudah. Perjuangan tersebut lebih dikenal dengan sebutan revolusi Nasional Indonesia. Revolusi Nasional dilakukan rakyat Indonesia untuk melawan Belanda dan


(14)

2

sekutunya yang kembali berupaya menjajah Indonesia setelah kekalahan Jepang dalam perang Asia Timur Raya tahun 1945. Namun, di tengah-tengah revolusi Nasional melawan Belanda dan sekutunya, terjadi juga revolusi sosial yang dilakukan rakyat Indonesia dengan menjadikan bangsawan pribumi “kaki tangan” Jepang dan Belanda sebagai musuh. Dengan kata lain revolusi sosial juga disebut sebagai perang saudara sesama bangsa Indonesia. Reid (1981:35)

Dalam historiografi Indonesia, tulisan sejarah yang berfokus pada periode revolusi Nasional telah banyak dilakukan para sejarawan Indonesia dan Indonesianis seperti George Mc.T.Kahin, Audrey R.Kahin, dan Ben Anderson (Perjuangan Kemerdekaan : Sumatera Barat dalam Revolusi Nasional Indonesia, 1945-1949). Mereka tentunya sepakat apabila periode 1945-1949 menjadi tahun-tahun ujian bagi dinamika kehidupan masyarakat Indonesia, karena selalu diwarnai dengan gejolak dan konflik sebagai usaha untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Rizaldin (2013:1)

Banyak hal yang menyebabkan perpecahan antar sesama anak bangsa Indonesia, Mengingat kembali masa pendudukan Jepang, angkatan perang Jepang menciptakan seperangkat kondisi yang secara luar biasa (penderitaan terhadap rakyat Indonesia) yang memperkuat potensi untuk revolusi Indonesia. Soedjatmoko (1991:5)

Ada segelintir pribumi yang memanfaatkan situasi tersebut dengan bekerjasama pada pihak Jepang dalam menindas rakyat. Ketika kekalahan Jepang dengan sekutu disambut oleh rakyat Indonesia dengan tindakan-tindakan pelampiasan terhadap orang-orang yang mereka benci (kaki tangan Jepang dan


(15)

3

Belanda). Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, kekuatan Kesultanan-Kesultanan yang memiliki kekuasaan otonom di daerah dikhawatirkan oleh presiden Soekarno dan wakil presiden Hatta. Mereka khawatir Kesultanan-Kesultanan tersebut akan memberontak dan akan mengharapkan serta membela pemerintah kolonial Belanda kembali berkuasa lagi di Indonesia. Kekhawatiran presiden dan wakil presiden diartikan oleh para pemuda sebagai penurunan secara paksa atau bahkan pembantaian bekas pejabat yang dekat dengan pemerintah kolonial Belanda, Sultan dan keluarganya. Para pemuda yang tidak mau berkolaborasi dengan Jepang dan Belanda, tetapi mempertahankan dan memupuk rasa tanggung jawab dari sebagian pergerakan kebangsaan yang antifasis, antifeodal dan yang mendambakan demokrasi. Harahap (2013:2)

Para pemuda melakukan penurunan penguasa lokal secara paksa yang sering disebut oleh para pemuda sebagai revolusi yang menuntut perubahan struktural dari kefeodalan yang menindas rakyat jelata dan selalu bekerjasama dengan pemerintah kolonial Belanda, menuju Republik yang merdeka dengan persamaan dan kebebasan. Alasan kuat rakyat melakukan revolusi terhadap Sultan-Sultan dan pegawai pribumi yang bekerja dengan para penjajah, karena kerjasama Sultan-Sultan dengan penjajah yang menindas rakyat. Namun, kehadiran organisasi pemuda juga semakin mendorong dan memobilisasi rakyat untuk segera merevolusi struktur sosial Kesultanan yang feodal dan kolaboratoris.

Revolusi sosial dilancarkan dengan tindakan-tindakan brutal yang dilakukan sekelompok pemuda yang tergabung dalam organisasi tertentu. Selain itu tindakan tersebut banyak menelan korban nyawa yang tidak berdosa.


(16)

4

Kebencian rakyat terhadap Sultan-Sultan telah menutupi rasa kemanusiaan rakyat dengan melakukan tindakan-tindakan pembunuhan.

Revolusi sosial terjadi hampir di setiap daerah Indonesia, seperti di Surakarta, Banten, Sukabumi, Aceh dan Sumatera Timur. Dan begitu juga di Kesultanan Asahan. kekerasan yang dimulai pada 3 Maret 1946 itu paling parah terjadi di Kabupaten Asahan, di Selatan keresidenan ini. di sana tidak terdapat adanya suatu kekuatan moderat antara pemuda bersenjata dan segolongan pejabat pendukung kerajaan yang keras kepala yang dipimpin oleh Teungku Musa, yang

tetap mewakili Republik “resmi”. satu-satunya kekuatan TKR/TRI diseluruh

Kabupaten ini hanyalah sepasukan kecil di Tanjungbalai yang cenderung mendukung kerajaan. para pemimpin kelompok pemuda bersenjata - Pesindo, Napindo dan Sabilillah semuanya adalah politisi belum berpengalaman yang mendapat latihan-latihan pokoknya dari TALAPETA yang didirikan Inoue. bahkan Abdullah Eteng, pemimpin kekokutai dan kemudian KNI Asahan, berada dalam tahanan rumah oleh pemuda selama “Revolusi Sosial” itu. Reid (1987:375)

Pada 3 Maret 1946 ribuan orang bersenjata berkumpul di Tanjungbalai sebagai reaksi desas-desus bahwa belanda akan melakukan pendaratan. Mereka

dikerahkan untuk mengepung Istana. terjadi tembak-menembak yang

menimbulkan kekacauan dengan TRI dan polisi yang tampaknya berusaha melindungi Istana. Mereka akhirnya terpaksa menyerah dan Istana itu diserbu, tetapi Sultan Asahan yang muda dan gesit sempat meloloskan diri. Sesudah pengejaran yang menegangkan, dengan bersembunyi di rawa-rawa bakau dan tiga


(17)

5

kali berenang menyebrangi Sungai, akhirnya 17 hari kemudian Sultan ini berhasil menyelamatkan diri dia bekas pos tentara Jepang.

Para pemuda mencari sasarannya yang lain, Tengku Musa adalah yang pertama dalam daftar mereka. ia dan isterinya yang berkebangsaan Belanda serta seisi rumah tetangganya disergap pada 3 Maret malam semuanya segera dibunuh. keesokan harinya semua bangsawan Melayu yang pria di kota itu ditangkap dan kemudian dibunuh juga. dalam beberapa hari sudah sekitar 140 orang kedapatan mati terbunuh di kota itu, termasuk beberapa penghulu dan pegawai-pegawai

didikan belanda, serta seluruh kelas “Tengku”. Sebagian besar janda dan

anak-anak mereka yang mati kemudian diasingkan dan rumah mereka digeledah untuk mencari harta. Istana dijadikan gedung rakyat, markas yang mewah untuk Pesindo (Pemuda Sosialis Indonesia). Reid (2012:319)

Hari itu 3 Maret 1946, seluruh Sumatera Timur bergejolak. Sebuah gerakan sosial melawan orang yang dianggap feodal telah dimulai. di Tanjungbalai hampir semua kelas bangsawan mati terbunuh karena jumlahnya sedikit, massa berhasil dan revolusi sosial terjadi begitu singkat dengan menelan banyak korban yang tidak berdosa. Kesultanan ini direvolusi oleh sekelompok rakyat dengan tujuan merubah sistem dan struktur sosial Kesultanan menuju sistem demokrasi Republik.

Penelitian terhadap peristiwa korban revolusi sosial di Kesultanan Asahan menjadi penting, karena peristiwa tersebut memiliki akibat yang besar bagi masyarakat Tanjungbalai saat ini. Peristiwa revolusi sosial merupakan kenangan buruk bagi sebagian besar masyarakat Tanjungbalai.


(18)

6

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan paparan latar belakang di atas, maka yang menjadi identifikasi masalah adalah:

1. Jalannya peristiwa revolusi sosial di Kesultanan Asahan 1946

2. Kisah yang berkaitan langsung para korban revolusi sosial di

Kesultanan Asahan 1946

3. Respon para korban revolusi sosial Asahan yang selamat

4. kegiatan para korban revolusi sosial Asahan yang selamat dalam

bidang Politik dan Sosial.

1.3. Pembatasan Masalah

Untuk lebih memaksimalkan hasil penelitian, maka peneliti membatasi

masalah penelitian yaitu : Kepada korban Revolusi Sosial yang terjadi di

Kesultanan Asahan 1946”

1.4. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana jalannya peristiwa revolusi sosial di Kesultanan Asahan

1946 ?

2. Bagaimana kisah yang berkaitan langsung para korban revolusi sosial di

Kesultanan Asahan 1946 ?

3. Apa respon para korban revolusi sosial Asahan yang selamat ?

4. Apa kegiatan para korban revolusi sosial Asahan yang selamat dalam


(19)

7

1.5. Tujuan Penelitian

Menetapkan tujuan penelitian merupakan hal yang sangat penting, karena setiap penelitian yang dilakukan harus memiliki tujuan tertentu. Dengan berpedoman kepada tujuannya, maka akan lebih mempermudah mencapai sasaran. tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui jalannya peristiwa revolusi sosial di Kesultanan

Asahan 1946.

2. Untuk mengetahui kisah yang berkaitan langsung para korban

revolusi sosial di Kesultanan Asahan 1946.

3. Untuk mengetahui respon para korban revolusi sosial Asahan yang

selamat.

4. Untuk mengetahui kegiatan para korban revolusi sosial Asahan


(20)

8

1.6. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingin diperoleh sesudah melaksanakan penelitian ini adalah :

1. Menambah wawasan peneliti tentang korban revolusi sosial di

Kesultanan Asahan 1946.

2. Untuk menambah pengetahuan atau informasi bagi para pembaca

baik dari kalangan mahasiswa maupun masyarakat umum tentang korban revolusi sosial di Kesultanan Asahan 1946.

3. Memperkaya informasi bagi masyarakat khususnya di Tanjungbalai

untuk mengetahui siapa saja korban revolusi sosial di Kesultanan Asahan 1946.

4. Memperkaya informasi bagi akademisi UNIMED, khususnya

Jurusan Pendidikan Sejarah untuk dapat kiranya mengetahui dan memahami mengenai korban revolusi sosial yang ada di Kesultanan Asahan 1946.

5. Sebagai bahan masukan dan perbandingan bagi peneliti lain yang

bermaksud mengadakan penelitian dalam masalah yang sama.

6. Menambah daftar bacaan kepustakaan ilmiah UNIMED khususnya


(21)

75

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian diatas, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Pada saat Kemerdekaan Republik Indonesia yang diproklamasikan pada

tanggal 17 Agustus 1945 membawa Indonesia memasuki revolusi Nasional. Dan pada tanggal 3 Maret 1946 terjadi peritiwa revolusi sosial yang menghancurkan pemerintahan di sumatera Timur khususnya di wilayah Kesultanan Asahan. Peristiwa ini dilakukan oleh gerakan rakyat yang diprovokasi oleh peran PKI yang mengakibatkan pembunuhan dan perampasan harta benda milik para sultan dan keluarga korban.

2. Revolusi sosial di Kesultanan Asahan lebih tepatnya disebutkan sebagai

tindakan kriminalitas, berupa perampokan, penyiksaan, pemerkosaan, pembunuhan terhadap Sultan-Sultan dan keluarganya. Pada tanggal 4 Maret 1946 semua Aristokrat melayu yang pria di kota Tanjungbalai di tangkap dan dibunuh.

3. Di daerah Kesultanan Asahan yang paling parah mengalami tragedi

tersebut. Pada saat terjadinya revolusi sosial di Tanjungbalai mengalami pemadaman listrik. Dan banyaknya korban yang dibunuh oleh kaum revolusioner yang membawa dampak sangat besar bagi para keturunan para korban.


(22)

76

4. Setelah di data baru ditemukan lebih kurang 71 orang dari 140 orang yang

terbunuh di pihak keluarga sultan belum termasuk dari rakyat biasa. Belakangan ini baru diketahui bahwa para korban dibunuh di suatu tempat bernama Sungai Lendir Kabupaten Asahan (lebih kurang 1 jam perjalanan melalui sungai dari Tanjungbalai) dan telah dipindahkan ke Mesjid Raya Sultan Ahmadsyah Tanjungbalai oleh para sanak saudara pada tanggal 11 dan 12 Mei 2002.

5. Kisah keturunan para korban terhadap peristiwa revolusi sosial tersebut,

adanya sakit hati terhadap peristiwa tersebut karena keluarga Kesultanan dibunuh, dirampas, dianiaya, dan diperkosaan. revolusi sosial itu bukan merubah struktur pemerintahan yang stabil, tetapi revolusi sosial yang sebagai bentuk kriminalitas sebagai penjarahan, perampasan, pemerkosaan terhadap keluarga Kesultanan. Dan keturunan Sultan pun tidak tahu apa yang salah dari keluarga mereka sehingga keluarga mereka di bunuh dan sampai saat ini pemerintah diam dengan kejadian itu dan sehingga banyak korban terhadap peristiwa tersebut.

6. Revolusi sosial membuat pihak keluarga Kesultanan Asahan semakin

terpojok dan terkucilkan. Rakyat membenci mereka, dan tidak pernah menggangap keberadaan mereka. Hampir seluruh peninggalan kesultanan dijarah dan dilenyapkan. Namun disayangkan bagi keturunan para korban mengetahui cerita tentang kesultanan Asahan, tetapi tidak pernah bisa melihat peninggalan-peninggalannya karena telah dimusnahkan oleh para pemuda yang tergabung dalam laskar-laskar.


(23)

77

7. Respon keturunan korban revolusi sosial pada masa ini tentu tidak pernah

hilang dari ingatan dan pikiran mereka, terutama bagi para sanak-saudara lainnya yang masih ada ikatan darah dengan para keluarga.

8. Keberadaan para Sultan yang berada di Kesultanan Asahan pada tahun

1946 yang diruntuhkan oleh dari gerakan atau laskar rakyat, dari para keluarga Sultan sangat mengkutuk perbuatan atau perilaku dari gerakan atau laskar tersebut. Akan tetapi peristiwa tersebut adalah masa lalu yang sudah terjadi dan tidak ada gunanya balas dendam pada orang-orang yang telah membunuh, menjarah, merampas harta benda milik keluarga para Sultan Kesultanan Asahan

9. Kegiatan para keturunan Sultan setelah terjadinya revolusi sosial sebagian

mereka agak sulit memasuki dunia politik. Karena masyarakat biasa mengganggap keturunan Sultan adalah kaum feodal atau kaki tangan Belanda. Tetapi ada juga yang bisa memasuki dalam bidang politik pada saat ini seperti Tengku Syahdan yang bekerja dalam pegawai Satpol PP, Tengku Erri Nuradi yang bekerja sebagai Gubernur Sumatera Utara, dan Tengku Abraham sebagai ketua Adat Kesultanan Asahan yang bekerja juga sebagai Dokter di Rumah Sakit Pringadi serta banyak lagi sanak saudara mereka yang bekerja dalam dunia politik.

10.Sedangkan kegiatan para korban dalam bidang sosial, mereka agak sulit

berinteraksi dengan masyarakat karena sebagian keturunan korban masih memakai titel mereka.


(24)

78

5.2. Saran

Berdasarkan pengalaman saat melakukan penelitian dan analisa terhadap hasil penelitian, peneliti mencoba memberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi keturunan korban revolusi sosial di Kesultanan Asahan,

menyarankan agar tidak trauma dan sakit hati terhadap orang-orang yang telah membunuh keluarga mereka.

2. Tidak ada lagi perbadaan antara kaum bangsawan dan rakyat

3. Pada tanggal 3 Maret seharusnya bisa memperingati hari tragedi Revolusi

Sosial di Sumatera timur khususnya di daerah Tanjungbalai

4. Memerbaiki nama baik keturunan sultan, dan jangan mengganggap para

keturunan sultan tersebut sebagai kaki tangan Belanda

5. Kepada pemerintah kota Tanjungbalai supaya bisa memperbaiki dan


(25)

79

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Qasim. 1993. Kekerasan Dalam Sejarah: Masyarakat dan Pemerintahan. Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian Pendidikan Malaysia: Kuala Lumpur

Azhari, Ichwan.dkk.2009. Jejak Sejarah dan Kebudayaan Melayu di Sumatera Utara. Medan : Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara

Bustamam, Ferry.2003. Bunga Rampai Kesultanan Asahan.Medan Dahlan,Ahmad.2014. Sejarah Melayu. PT. Gramedia : Jakarta

Fa’al, M. 2005. Negara dan Revolusi Sosial: Pokok-Pokok Pikiran Tan Malaka:

Reisit Book.

Hamka. 1984. ”Islam Revolusi Ideologi Dan keadilan Sosial. PT.Pustaka Panji

Mas; Jakarta.

Harahap, Hanif. 2013. Revolusi Sosial di Simalungun 1946. Thesis: Pasca Sarjana Universitas Negeri Padang. Sumatera Barat.

Kartodirdjo, Sartono. 1981. Elit Dalam Presfektif Sejarah. LP3ES; Jakarta.

Kuntowijoyo, 2003, Metodologi Sejarah. PT. Tiara Wacana: Yogyakarta

Noor, Amiruddin. 2009. Putri Melayu : Kisah Cinta dan Perjuangan Seorang Gadis

Melayu di Tengah Kecambuk Pembantaian. Bentang. Yogyakarta

Pasaribu, Dolly.2010. Peran Organisasi Pesindo (Pemuda Sosialis Indonesia) dalam Revolusi Sosial di Sumatera Timur Tahun 1946. Skripsi : Universitas Negeri Medan

Ricklefs. 2007. Sejarah Indonesia Modern. Gadjah Mada University Press; Yogyakarta.


(26)

80

Rizaldin, Iqbal. 2013. Pao An Tui di Dua Kota dalam Kancah Revolusi

Indonesia” Jurnal Histma (Vol. 3): Yogyakarta

Reid, Anthony. 1981. “ Revolusi Sosial : Revolusi Nasional”. Prisma,(8:33-40)

____________. 2011. Menuju Sejarah Sumatera : Antara Indonesia dan Dunia. Yayasan Obor Indonesia dan KITLV: Jakarta.

_____________. 2012. Sumatera: Revolusi dan Elite Tradisional. Komunitas Bambu: Jakarta.

_____________. 1987. Perjuangan Rakyat : Revolusi dan Hancurnya Kerajaan di Sumatera. Pustaka Sinar Harapan: Jakarta.

Sinar, Lukman. 2006. Bangun dan Runtuhnya Kerajaan Melayu di Sumatera Timur. Medan : Yayasan Kesultanan Serdang

Sjamsuddin, Helius. 2007. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak

Soedjatmoko. 1991. ”Pemikiran, Rekonstruksi, Persepsi”.Majalah Masyarakat

Sejarawan Indonesia (Edisi I).

Sztompka, Piotr. 2008. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta : Prenada

Wariastuti, Dini.2012. Kehidupan Bangsawan Kesultanan Serdang Setelah Tahun 1946 Skripsi: Universitas Negeri Medan

Ra’jat. 1946, 19 Maret. Repoloesi Sosial Soedah Mendjalar Ke Seloeroeh

Soematera Timoer. hlm.1

Merdeka. 1946. 15 Maret. Revoloesi Sosial Di Soematera Timoer: Tidak Soedi Didjajah Lagi Oentoek Kedoea Kalinja. hlm.3

Waspada. 2016. 3 Maret. Maret 1946 Masa Kelabu Negeri Sumatera Timur. hlm. Medan


(27)

81

Waspada. 2016. 3 Maret. Melawan Lupa Tragedi Maret 1946. Medan Waspada. 2016. 8 Maret. Kuhadapi Ajal Dengan Sepenuh Jiwa. Medan

http://medan.tribunnews.com/2016/02/24/generasi-melayu-minta-pemerintah-akui-tragedi-revolusi-sosial-46?page=3 diakses tanggal 22 Juni 2016 Ringkasan Seminar, Melawan Lupa dan Menjemput Hikmah Peristiwa Revolusi

Sosial Maret 1946 di Sumatera Timur. di Selenggarakan di Fakultas Hukum Universitas Negeri Medan. diakses oleh grup WA.Satu Melayu tanggal 31 Maret 2016


(1)

4. Setelah di data baru ditemukan lebih kurang 71 orang dari 140 orang yang terbunuh di pihak keluarga sultan belum termasuk dari rakyat biasa. Belakangan ini baru diketahui bahwa para korban dibunuh di suatu tempat bernama Sungai Lendir Kabupaten Asahan (lebih kurang 1 jam perjalanan melalui sungai dari Tanjungbalai) dan telah dipindahkan ke Mesjid Raya Sultan Ahmadsyah Tanjungbalai oleh para sanak saudara pada tanggal 11 dan 12 Mei 2002.

5. Kisah keturunan para korban terhadap peristiwa revolusi sosial tersebut, adanya sakit hati terhadap peristiwa tersebut karena keluarga Kesultanan dibunuh, dirampas, dianiaya, dan diperkosaan. revolusi sosial itu bukan merubah struktur pemerintahan yang stabil, tetapi revolusi sosial yang sebagai bentuk kriminalitas sebagai penjarahan, perampasan, pemerkosaan terhadap keluarga Kesultanan. Dan keturunan Sultan pun tidak tahu apa yang salah dari keluarga mereka sehingga keluarga mereka di bunuh dan sampai saat ini pemerintah diam dengan kejadian itu dan sehingga banyak korban terhadap peristiwa tersebut.

6. Revolusi sosial membuat pihak keluarga Kesultanan Asahan semakin terpojok dan terkucilkan. Rakyat membenci mereka, dan tidak pernah menggangap keberadaan mereka. Hampir seluruh peninggalan kesultanan dijarah dan dilenyapkan. Namun disayangkan bagi keturunan para korban mengetahui cerita tentang kesultanan Asahan, tetapi tidak pernah bisa melihat peninggalan-peninggalannya karena telah dimusnahkan oleh para pemuda yang tergabung dalam laskar-laskar.


(2)

7. Respon keturunan korban revolusi sosial pada masa ini tentu tidak pernah hilang dari ingatan dan pikiran mereka, terutama bagi para sanak-saudara lainnya yang masih ada ikatan darah dengan para keluarga.

8. Keberadaan para Sultan yang berada di Kesultanan Asahan pada tahun 1946 yang diruntuhkan oleh dari gerakan atau laskar rakyat, dari para keluarga Sultan sangat mengkutuk perbuatan atau perilaku dari gerakan atau laskar tersebut. Akan tetapi peristiwa tersebut adalah masa lalu yang sudah terjadi dan tidak ada gunanya balas dendam pada orang-orang yang telah membunuh, menjarah, merampas harta benda milik keluarga para Sultan Kesultanan Asahan

9. Kegiatan para keturunan Sultan setelah terjadinya revolusi sosial sebagian mereka agak sulit memasuki dunia politik. Karena masyarakat biasa mengganggap keturunan Sultan adalah kaum feodal atau kaki tangan Belanda. Tetapi ada juga yang bisa memasuki dalam bidang politik pada saat ini seperti Tengku Syahdan yang bekerja dalam pegawai Satpol PP, Tengku Erri Nuradi yang bekerja sebagai Gubernur Sumatera Utara, dan Tengku Abraham sebagai ketua Adat Kesultanan Asahan yang bekerja juga sebagai Dokter di Rumah Sakit Pringadi serta banyak lagi sanak saudara mereka yang bekerja dalam dunia politik.

10.Sedangkan kegiatan para korban dalam bidang sosial, mereka agak sulit berinteraksi dengan masyarakat karena sebagian keturunan korban masih memakai titel mereka.


(3)

5.2. Saran

Berdasarkan pengalaman saat melakukan penelitian dan analisa terhadap hasil penelitian, peneliti mencoba memberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi keturunan korban revolusi sosial di Kesultanan Asahan, menyarankan agar tidak trauma dan sakit hati terhadap orang-orang yang telah membunuh keluarga mereka.

2. Tidak ada lagi perbadaan antara kaum bangsawan dan rakyat

3. Pada tanggal 3 Maret seharusnya bisa memperingati hari tragedi Revolusi Sosial di Sumatera timur khususnya di daerah Tanjungbalai

4. Memerbaiki nama baik keturunan sultan, dan jangan mengganggap para keturunan sultan tersebut sebagai kaki tangan Belanda

5. Kepada pemerintah kota Tanjungbalai supaya bisa memperbaiki dan melindungi peninggalan sejarah yang berada di Tanjungbalai.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Qasim. 1993. Kekerasan Dalam Sejarah: Masyarakat dan Pemerintahan. Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian Pendidikan Malaysia: Kuala Lumpur

Azhari, Ichwan.dkk.2009. Jejak Sejarah dan Kebudayaan Melayu di Sumatera Utara. Medan : Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara

Bustamam, Ferry.2003. Bunga Rampai Kesultanan Asahan.Medan Dahlan,Ahmad.2014. Sejarah Melayu. PT. Gramedia : Jakarta

Fa’al, M. 2005. Negara dan Revolusi Sosial: Pokok-Pokok Pikiran Tan Malaka: Reisit Book.

Hamka. 1984. ”Islam Revolusi Ideologi Dan keadilan Sosial. PT.Pustaka Panji Mas; Jakarta.

Harahap, Hanif. 2013. Revolusi Sosial di Simalungun 1946. Thesis: Pasca Sarjana Universitas Negeri Padang. Sumatera Barat.

Kartodirdjo, Sartono. 1981. Elit Dalam Presfektif Sejarah. LP3ES; Jakarta. Kuntowijoyo, 2003, Metodologi Sejarah. PT. Tiara Wacana: Yogyakarta

Noor, Amiruddin. 2009. Putri Melayu : Kisah Cinta dan Perjuangan Seorang Gadis Melayu di Tengah Kecambuk Pembantaian. Bentang. Yogyakarta

Pasaribu, Dolly.2010. Peran Organisasi Pesindo (Pemuda Sosialis Indonesia) dalam Revolusi Sosial di Sumatera Timur Tahun 1946. Skripsi : Universitas Negeri Medan

Ricklefs. 2007. Sejarah Indonesia Modern. Gadjah Mada University Press; Yogyakarta.


(5)

Rizaldin, Iqbal. 2013. Pao An Tui di Dua Kota dalam Kancah Revolusi Indonesia” Jurnal Histma (Vol. 3): Yogyakarta

Reid, Anthony. 1981. “ Revolusi Sosial : Revolusi Nasional”. Prisma,(8:33-40) ____________. 2011. Menuju Sejarah Sumatera : Antara Indonesia dan Dunia.

Yayasan Obor Indonesia dan KITLV: Jakarta.

_____________. 2012. Sumatera: Revolusi dan Elite Tradisional. Komunitas Bambu: Jakarta.

_____________. 1987. Perjuangan Rakyat : Revolusi dan Hancurnya Kerajaan di Sumatera. Pustaka Sinar Harapan: Jakarta.

Sinar, Lukman. 2006. Bangun dan Runtuhnya Kerajaan Melayu di Sumatera Timur. Medan : Yayasan Kesultanan Serdang

Sjamsuddin, Helius. 2007. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak

Soedjatmoko. 1991. ”Pemikiran, Rekonstruksi, Persepsi”.Majalah Masyarakat Sejarawan Indonesia (Edisi I).

Sztompka, Piotr. 2008. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta : Prenada Wariastuti, Dini.2012. Kehidupan Bangsawan Kesultanan Serdang Setelah

Tahun 1946 Skripsi: Universitas Negeri Medan

Ra’jat. 1946, 19 Maret. Repoloesi Sosial Soedah Mendjalar Ke Seloeroeh Soematera Timoer. hlm.1

Merdeka. 1946. 15 Maret. Revoloesi Sosial Di Soematera Timoer: Tidak Soedi Didjajah Lagi Oentoek Kedoea Kalinja. hlm.3

Waspada. 2016. 3 Maret. Maret 1946 Masa Kelabu Negeri Sumatera Timur. hlm. Medan


(6)

Waspada. 2016. 3 Maret. Melawan Lupa Tragedi Maret 1946. Medan Waspada. 2016. 8 Maret. Kuhadapi Ajal Dengan Sepenuh Jiwa. Medan

http://medan.tribunnews.com/2016/02/24/generasi-melayu-minta-pemerintah-akui-tragedi-revolusi-sosial-46?page=3 diakses tanggal 22 Juni 2016 Ringkasan Seminar, Melawan Lupa dan Menjemput Hikmah Peristiwa Revolusi

Sosial Maret 1946 di Sumatera Timur. di Selenggarakan di Fakultas Hukum Universitas Negeri Medan. diakses oleh grup WA.Satu Melayu tanggal 31 Maret 2016