Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan Dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Kebijaksanaan Struktur Modal Pada Perusahaan Jasa Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta
PENGARUH PERTUMBUHAN PERUSAHAAN DAN
KEPEMILIKAN MANAJERIAL TERHADAP
KEBIJAKSANAAN STRUKTUR MODAL
PADA PERUSAHAAN JASA YANG
TERDAFTAR DI BURSA
EFEK JAKARTA
TESIS
Oleh
A S R I Y A T I
087017004/Akt
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
2010
SE K O L
A
H
P A
S C
A S A R JA
N A
(2)
PENGARUH PERTUMBUHAN PERUSAHAAN DAN
KEPEMILIKAN MANAJERIAL TERHADAP
KEBIJAKSANAAN STRUKTUR MODAL
PADA PERUSAHAAN JASA YANG
TERDAFTAR DI BURSA
EFEK JAKARTA
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Akuntansi pada Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara
Oleh
A S R I Y A T I
087017004/Akt
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
2010
(3)
Judul Tesis : PENGARUH PERTUMBUHAN PERUSAHAAN DAN
KEPEMILIKAN MANAJERIAL TERHADAP
KEBIJAKSANAAN STRUKTUR MODAL PADA
PERUSAHAAN JASA YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK JAKARTA Nama Mahasiswa : Asriyati
Nomor Pokok : 087017004
Program Studi : Akuntansi
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak) (Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak)
Ketua Anggota
Ketua Program Studi, Direktur,
(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc)
(4)
Telah diuji pada Tanggal : 23 Juni 2010
---
PANITIA PENGUJI TESIS :
Ketua : Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak Anggota : 1. Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak
2. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak 3. Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak 4. Drs. Idhar Yahya, M.Si, Ak
(5)
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan tesis yang berjudul:
“PENGARUH PERTUMBUHAN PERUSAHAAN DAN KEPEMILIKAN
MANAJERIAL TERHADAP KEBIJAKSANAAN STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN JASA YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
JAKARTA”
Adalah benar hasil kerja saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.
Medan, 23 Juni 2010
A S R I Y A T I
(6)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pertumbuhan perusahaan dan kepemilikan manajerial terhadap struktur modal. Variabel dependen yang digunakan adalah pertumbuhan perusahaan dan kepemilikan manajerial sedangkan variabel independennya adalah struktur modal.
Penelitian ini dilakukan atas 102 perusahaan jasa yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta selama periode 3 tahun dari tahun 2005-2007. Dengan menggunakan metode analisis regresi berganda, dan dengan melakukan pengujian asumsi klasik yaitu normalitas, multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh signifikan terhadap struktur modal, sedangkan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap struktur modal.
(7)
ABSTRACT
The objective of this research is to examine the effect of firm growth and managerial ownership toward capital structure. Firm growth and managerial ownership as the independent variable and capital structure as the dependent variable.
This research observes 102 services companies which had been listed in the Jakarta Stock Exchange in three years from 2005 until 2007. Using multiple regression method, and use normality test, multikolinearity, heteroscedastisity, and autocorelasi.
The result of this research, indicates that the firm growth on significant effect on the capital structure and managerial ownership is not significantly effect on the capital structure.
(8)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur yang tiada habis-habisnya, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga pada akhirnya penulis berhasil menyelesaikan tesis ini, sebagai salah satu persyaratan yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Magister Sains (MSi) pada Program Studi Akuntansi Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Shalawat dan salam kehadirat Rasulullah SAW sebagai teladan terbaik, semoga tetap ada keistiqamahan dan kekuatan untuk selalu mampu mengikuti seluruh risalahnya sampai akhir.
Penulis telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak dalam penyusunan tesis ini, oleh karena itu dengan sepenuh hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc (CTM), Sp.A(K)., selaku Rektor
Universitas Sumatera Utara.
2. Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa, B., MSc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
3. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, selaku Ketua Program Magister
Akuntansi Pascasarjana Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai Pembimbing Utama penulis dalam menyusun tesis ini.
4. Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak, selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak
membantu dalam mengarahkan, membimbing dan memberikan saran kepada penulis dalam menyusun tesis ini.
(9)
5. Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak, selaku Dosen Pembanding yang telah banyak meluangkan waktu untuk mengarahkan, membimbing, dan memberikan saran-saran kepada penulis dalam menyusun tesis ini.
6. Drs. Idhar Yahya, M.Si. Ak, selaku dosen pembanding yang telah banyak
memberikan saran-saran kepada penulis di dalam menyusun tesis ini.
7. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak, selaku Dosen Pembanding yang telah
banyak memberikan saran-saran kepada penulis di dalam menyusun tesis ini.
8. Ir. Zulkifli Lubis, M.I. Komp., selaku Direktur Politeknik Negeri Medan, yang
telah banyak memberikan bantuan selama perkuliahan kepada penulis.
9. Seluruh teman-teman seangkatan di Sekolah Pascasarjana yang telah memberikan
dukungan, terutama saudara Parenta Ritonga dan Sihar Simamora.
10.Ayahanda (Alm. Djamaan Sutan Mangkuto), Ibunda (Hj. Asnah) Abang Amran
Harun, dan Anak-anakku Amy, Annisa dan Atikah.
11.Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak, selaku Dosen dan juga sebagai adik yang selalu
membantu kakak untuk mengatasi masalah dalam menghadapi pelajaran.
12.Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
banyak membantu penulis dalam menyelesaikan Sekolah Pascasarjana ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak keterbatasan yang dimiliki oleh penulis dalam menyelesaikan tesis ini, sehingga sangat diperlukan masukan-masukan dan saran yang sifatnya membangun.
(10)
Namun demikian besar harapan penulis, tesis yang telah diselesaikan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Medan, 25 Juni 2010
(11)
RIWAYAT HIDUP
1. N a m a : A s r i y a t i
2. Tempat/Tanggal lahir : Padang/16 Pebruari 1960 3. Pekerjaan : Dosen
4. Agama : Islam 5. Orang tua
a. Ayah : Djamaan Sutan Mangkuto (Alm)
b. Ibu : H. Asnah
6. Suami : Amran Harun
7. Anak : 1. Amy Hanani Amran
2. Annisa Fatin Amran 3. Atikah Nuriza Amran
8. Alamat : Jalan Tanjung 6 No. 276 P. Helvetia Medan
9. Pendidikan
a. SD Negeri : No. 8 Padang
b. SMP Negeri : No. II Padang
c. SMA Negeri : No. I Binjai
d. Universitas/Fakultas : Ekonomi Universitas Sumatera Utara
(12)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP... vi
DAFTAR ISI... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Penelitian... 1
1.2. Rumusan Masalah Penelitian... 9
1.3. Tujuan Penelitian ... 9
1.4. Manfaat Penelitian ... 9
1.5. Originalitas ... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12
2.1. Tinjauan Teori ... 12
2.1.1. Teori Struktur Modal ... 12
2.1.2. Pertumbuhan Perusahaan... 13
2.1.3. Kepemilikan Manajerial ... 15
2.1.4. Teori Agensi (Agency Theory)... 16
2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 17
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ... 20
3.1. Kerangka Konseptual ... 20
3.2. Hipotesis Penelitian ... 22
BAB IV METODE PENELITIAN………. 23
4.1. Jenis Penelitian ... 23
4.2. Lokasi Penelitian... 23
4.3. Populasi dan Sampel ... 23
4.4. Metode Pengumpulan Data ... 24
4.5. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel ... 25
4.5.1. Pertumbuhan Perusahaan (X1)……….. 25
4.5.2. Kepemilikan Manajerial (X2) ... 25
4.5.3. Kebijaksanaan Struktur Modal (Y) . ... 26
(13)
4.6.1. Statistik Deskriptif ... 28
4.6.2. Pengujian Asumsi Klasik ... 28
4.6.3. Pengujian Hipotesis... 33
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 36
5.1. Hasil Penelitian ... 36
5.1.1. Deskripsi Data Penelitian ... 36
5.1.2. Uji Asumsi Klasik ... 38
5.1.2.1. Uji Normalitas ... 38
5.1.2.2. Uji Multikolinearitas ... 39
5.1.2.3. Uji Autokorelasi ... 40
5.2.1.4. Uji Heteroskedastisitas ... 41
5.2. Pembahasan Hasil Penelitian ... 43
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 49
6.1. Kesimpulan ... 49
6.2. Keterbatasan... ... 50
6.3. Saran ………... 51
(14)
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
1.1 Hubungan antara Pertumbuhan Perusahaan dan Struktur Modal
Sepuluh Perusahaan Jasa di BEJ... 6
2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 19
4.1 Definisi Operasional Variabel……… 27
4.2 Bentuk Transformasi Data... 29
5.1 Deskriptif Statistik ………... 37
5.2 Hasil Pengujian One Sample Kolmogorov Smirnov Test………... 38
5.3 Uji Multikolinearitas……… 40
5.4 Nilai Durbin-Watson………. 41
5.5 Uji Heteroskedastisitas (Uji Glesjer) (1)………….……….. 43
5.6 Uji Glesjer (2)………. 43
5.7 Pengujian Goodness of Fit………. 44
5.8 Uji F ... 45
(15)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
3.1 Kerangka Konseptual Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan
dan Kepemilikan Manajerial terhadap Kebijaksanaan Struktur Modal dan Perusahaan Jasa Tbk di Bursa Efek
Jakarta……… 20
5.1 Normalitas Data dengan PP Plot……… 39
(16)
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Tabulasi Data……… 55
2. Hasil Uji Regresi Berganda……… 58
3. Populasi... 63
4. Sampel... 67
(17)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pertumbuhan perusahaan dan kepemilikan manajerial terhadap struktur modal. Variabel dependen yang digunakan adalah pertumbuhan perusahaan dan kepemilikan manajerial sedangkan variabel independennya adalah struktur modal.
Penelitian ini dilakukan atas 102 perusahaan jasa yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta selama periode 3 tahun dari tahun 2005-2007. Dengan menggunakan metode analisis regresi berganda, dan dengan melakukan pengujian asumsi klasik yaitu normalitas, multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh signifikan terhadap struktur modal, sedangkan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap struktur modal.
(18)
ABSTRACT
The objective of this research is to examine the effect of firm growth and managerial ownership toward capital structure. Firm growth and managerial ownership as the independent variable and capital structure as the dependent variable.
This research observes 102 services companies which had been listed in the Jakarta Stock Exchange in three years from 2005 until 2007. Using multiple regression method, and use normality test, multikolinearity, heteroscedastisity, and autocorelasi.
The result of this research, indicates that the firm growth on significant effect on the capital structure and managerial ownership is not significantly effect on the capital structure.
(19)
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Seiring dengan meningkatnya minat serta pengetahuan masyarakat di bidang pasar modal, terutama bagi para investor yang berminat menginvestasikan modalnya, struktur modal telah menjadi salah satu faktor pertimbangan yang cukup penting. Hal ini terkait dengan resiko dan pendapatan yang akan diterima. Dalam melihat struktur modal perusahaan, investor tidak dapat dipisahkan dari informasi perusahaan berupa laporan keuangan yang dikeluarkan setiap tahunnya. Dalam laporan keuangan dapat dilihat informasi tentang modal perusahaan. Dalam memenuhi kebutuhan modal perusahaan, diperoleh dari modal sendiri dan modal asing. Perimbangan antara modal asing dengan modal sendiri disebut sebagai struktur modal (Sutrisno, 2001).
Dunia usaha mengalami kemunduran yang diakibatkan oleh banyaknya lembaga-lembaga keuangan yang mengalami kesulitan keuangan sebagai akibat dari adanya kemacetan kredit pada dunia usaha tanpa memperhitungkan batas maksimum pemberian kredit di masa lalu oleh perbankan dan masalah kelayakan kredit yang disetujui. Upaya mengantisipasi kondisi tersebut, maka manajer keuangan perusahaan harus berhati-hati dalam menetapkan struktur modal perusahaan, dengan adanya perencanaan yang matang dalam menentukan struktur modal yang diharapkan perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan dan lebih unggul dalam menghadapi persaingan bisnis.
(20)
Teori struktur modal menjelaskan apakah ada pengaruh perubahan struktur modal terhadap nilai perusahaan. Teori ini menjelaskan bahwa kebijakan pendanaan perusahaan dalam menentukan bauran antara hutang dan ekuitas yang bertujuan untuk memaksimumkan nilai perusahaan. Setiap keputusan pendanaan mengharuskan manajer keuangan untuk dapat mempertimbangkan manfaat dan biaya dari sumber-sumber dana yang akan dipilih. Semua struktur modal adalah baik, akan tetapi kalau dengan merubah struktur modal ternyata nilai perusahaan berubah, maka akan diperoleh struktur modal yang terbaik. Struktur modal yang akan memaksimumkan nilai perusahaan adalah struktur modal yang terbaik (Husnan, 2004).
Sumber pendanaan di dalam perusahaan dibagi kedalam dua kategori, yaitu sumber pendanaan internal dan sumber pendanaan eksternal. Sumber pendanaan internal dapat diperoleh dari laba ditahan dan depresiasi aktiva tetap sedangkan sumber pendanaan eksternal dapat diperoleh dari para kreditur yang disebut dengan hutang. Kebijakan hutang tergantung dari pertumbuhan perusahaan yang juga terkait dengan ukuran perusahaan. Perusahaan yang besar dan memiliki tingkat pertumbuhan perusahaan yang baik relatif lebih mudah untuk mengakses ke pasar modal. Kemudahan ini mengindikasikan bahwa perusahaan besar relatif mudah memenuhi sumber dana dari hutang melalui pasar modal, perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan perusahaan yang baik menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar bunga hutang jika menggunakan hutang untuk menjalankan operasional perusahaan tersebut.
(21)
Tujuan perusahaan dalam jangka panjang adalah mengoptimalkan nilai perusahaan dengan meminimumkan biaya modal perusahaan. Semakin tinggi nilai perusahaan menggambarkan semakin sejahtera pemilik perusahaan. Penggunaan kebijakan hutang bisa digunakan untuk menciptakan nilai perusahaan yang diinginkan, namun kebijakan hutang juga tergantung dari pertumbuhan perusahaan yang juga terkait dengan ukuran perusahaan. Hal ini berarti bahwa perusahaan yang besar dan memiliki tingkat pertumbuhan perusahaan yang baik relatif lebih mudah untuk mengakses ke pasar modal. Kemudahan ini mengindikasikan bahwa perusahaan besar relatif mudah memenuhi sumber dana dari hutang melalui pasar modal. Perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan perusahaan yang baik menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar bunga hutang jika menggunakan hutang untuk menjalankan operasional perusahaan tersebut.
Nilai perusahaan tergantung pada peluang pertumbuhannya, yang pada gilirannya tergantung pada kemampuan perusahaan untuk mendapatkan modal. Perseroan dapat menarik modal lebih mudah dibandingkan bentuk perusahaan lainnya, karena itu perseroan memiliki peluang pertumbuhan yang lebih baik. Setiap investor, baik investor individu maupun investor institusi bertujuan untuk memperoleh laba atau sering disebut dengan istilah return yang baik.
Return diperoleh investor dari dua sumber. Pertama yaitu dalam bentuk
dividen atau pendistribusian laba bersih emiten pada setiap lembar saham setelah dikurangi dengan laba ditahan untuk kepentingan perusahaan di masa yang akan datang. Sumber return yang kedua adalah berasal dari apresiasi harga saham yang
(22)
semakin meningkat dari waktu ke waktu yang berupa capital gain yang diperoleh investor atas kenaikan harga saham saat ini, dibandingkan dengan harga saham waktu pembeliannya.
Pertumbuhan (Growth) adalah seberapa jauh perusahaan menempatkan diri dalam sistem ekonomi secara keseluruhan atau sistem ekonomi untuk industri yang sama (Machfoedz, 1996). Pada umumnya, perusahaan yang tumbuh dengan cepat memperoleh hasil positif dalam artian pemantapan posisi di peta persaingan, menikmati penghasilan yang meningkat secara signifikan dan diiringi oleh adanya peningkatan pangsa pasar.
Perusahaan dipandang sebagai sekumpulan kontrak antara manajer perusahaan dan pemegang saham. Penunjukkan manajer oleh pemegang saham untuk mengelola perusahaan dalam kenyataannya seringkali menghadapi masalah dikarenakan tujuan perusahaan berbenturan dengan tujuan pribadi manajer. Dengan kewenangan yang dimiliki, manajer bisa bertindak dengan hanya menguntungkan dirinya sendiri dan mengorbankan kepentingan para pemegang saham. Perusahaan bertujuan untuk memaksimalkan kesejahteraan pemilik (shareholder) melalui keputusan atau kebijakan investasi, keputusan pendanaan dan keputusan dividen yang tercermin dalam harga saham di pasar modal, demikian jika dilihat berdasarkan sudut pandang manajemen keuangan. Tujuan ini sering diterjemahkan sebagai suatu usaha untuk memaksimumkan nilai perusahaan. Dalam mencapai tujuan tersebut, banyak
shareholder yang menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada para profesional
(23)
yang diangkat oleh shareholder diharapkan akan bertindak atas nama shareholder tersebut, yakni memaksimumkan nilai perusahaan sehingga kemakmuran shareholder akan dapat tercapai. Para manajer dalam menjalankan operasi perusahaan, seringkali tindakannya bukan memaksimumkan kemakmuran shareholder, melainkan justru tergoda untuk meningkatkan kesejahteraannya sendiri. Kondisi ini akan mengakibatkan munculnya perbedaan kepentingan antara external shareholder dengan manajer. Konflik yang disebabkan oleh pemisahan antara kepemilikan dan fungsi pengelolaan dalam teori keuangan disebut konflik keagenan atau agency
conflict. Konflik keagenan yang terjadi dalam perusahaan pada hubungan antara:
(1) pemegang saham dan manajer, (2) manajer dan kreditor, (3) manajer, pemegang saham dan kreditor (Brigham, Gapenski, 1999). Sedangkan biaya yang timbul atau dikeluarkan oleh perusahaan untuk mengatasi konflik keagenan disebut biaya keagenan. Peningkatan kepemilikan manajerial dapat digunakan sebagai cara untuk mengurangi konflik keagenan (Crutchley dan Hansen, 1989; Jensen, Solberg dan Zorn, 1992). Perusahaan meningkatkan kepemilikan manajerial untuk mensejajarkan kedudukan manajer dengan pemegang saham sehingga bertindak sesuai dengan keinginan pemegang saham. Dengan meningkatkan persentase kepemilikan, manajer termotivasi untuk meningkatkan kinerja dan bertanggung jawab meningkatkan kemakmuran pemegang saham. Oleh karena itu, mengkaitkan antara pertumbuhan perusahaan, kepemilikan manajerial dan kebijaksanaan struktur modal menjadi relevan.
(24)
Berikut ini adalah Tabe1 1.1 yang menjelaskan tentang sepuluh perusahaan jasa yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta yang mencerminkan adanya hubungan antara struktur modal dan pertumbuhan perusahaan. Pertumbuhan perusahaan dilihat dari adanya kenaikan jumlah aset dan untuk kebijaksanaan struktur modal dilihat dari komposisi antara hutang dan ekuitas.
Tabel 1.1. Hubungan antara Pertumbuhan Perusahaan dan Struktur Modal Sepuluh Perusahaan Jasa di BEJ
No. Kode Nama Perusahaan A B C D E
1 PNIN Panin Insurance Tbk 3.85 0.77 1 0.23 3.62
2 ABDA Asuransi Bina Dana Arta Tbk 6.6 1.07 1.59 0.52 6.09
3 HADE HD Capital (Hortus Danavest) Tbk 1.09 1.03 2 0.97 0.12
4 YULE Yulie Sekurindo Tbk 8.23 0.19 0.23 0.04 8.19
5 AMAG Asuransi Muti Artha Guna Tbk 6.64 0.79 0.86 0.07 6.57
6 LPGI Lippo General Insurance Tbk 2.45 0.29 0.22 -0.06 2.51
7 EXCL Excelcomindo Pratama Tbk 2.04 1.95 3.22 1.27 0.78
8 PNBN Bank Pan Jakarta Tbk 3.13 5.05 6.02 0.97 2.16
9 BBCA Bank Central Asia Tbk 4.29 8.79 9.66 0.88 3.41
10 MIRA Mitra Rajasa Tbk 0.08 3.38 1.09 -2.29 2.37
Keterangan:
A Pertumbuhan aktiva dari tahun 2006 -2007
B DER 2006
C DER 2007
D Adanya kenaikan DER dari 2006 ke 2007 (C – D)
E Pertumbuhan aktiva > kenaikan DER (A – D)
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pertumbuhan perusahaan telah terjadi yang ditandai dengan pertambaban jumlah aset (A). Pada waktu yang sama juga
(25)
terjadi perubahan dari struktur capital yang dihitung dengan DER (debt to equity
ratio). DER tahun 2007 memang mengalami kenaikan bila dibandingkan dengan
DER 2006, tetapi kenaikan aset lebih tinggi dibandingkan dari kenaikan DER. Hal ini membuktikan bahwa pertumbuhan perusahaan telah merubah struktur capital.
Weston dan Brigham (1985) mengartikan bahwa struktur keuangan (financial
leverage) merupakan cara aktiva-aktiva perusahaan dibelanjai/dibiayai; hal ini
seluruhnya merupakan bagian kanan neraca, sedangkan struktur modal (capital
structure) merupakan pembiayaan pembelanjaan permanen perusahaan, yang
terutama berupa hutang jangka panjang, saham preferen/prioritas dan modal saham biasa. Jadi struktur modal dalam suatu perusahaan adalah hanya sebagian dari struktur keuangannya.
Penelitian tentang pengaruh pertumbuhan perusahaan dan kepemilikan manajerial terhadap kebijaksanaan struktur modal telah banyak dilakukan. Kurniawan (2004) menemukan bukti bahwa faktor internal berupa ukuran perusahaan, risiko bisnis, pertumbuhan aktiva, kemampulabaan, dan struktur kepemilikan perusahaan secara bersama-sama berpengaruh terhadap struktur modal.
Sriwardany (2006) menemukan bukti bahwa struktur modal mempunyai pengaruh negatif terhadap perubahan harga saham, yang memberi arti bahwa jika kebijaksanaan struktur modal perusahaan lebih banyak menggunakan hutang maka akan terjadi penurunan harga saham, sedangkan pertumbuhan perusahaan mempunyai pengaruh yang langsung terhadap harga saham.
(26)
Erlina (2006) menemukan bukti yang tidak konsisten antara masa sebelum kritis, masa krisis dan masa setelah krisis. Pada masa sebelum krisis, pemilikan manajer tidak berperanan sebagai variabel yang memperkuat hubungan antara kesempatan tumbuh dengan kebijakan struktur modal. Akan tetapi pada krisis dan setelah krisis, pemilikan manajer berperanan sebagai variabel yang memperkuat hubungan tersebut.
Dari beberapa penelitian yang disebutkan semuanya berkisar pada perusahaan manufaktur. Sebagaimana diketahui bahwa jenis perusahaan itu ada perusahaan jasa, perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur. Khusus untuk perusahaan jasa pada pasar modal sahamnya cukup banyak diperjualbelikan, bahkan ada yang dikenal dengan saham blue chip (Blue-chip Stock) yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai leader (pemimpin) di industri sejenis, yang memiliki pendapatan yang stabil dan konstan dalam membayar deviden. Saham ini dikenal dengan saham LQ 45 (Benningthon & Brother, 2009) yang banyak diminati oleh investor dan harganya cukup tinggi. Di samping itu perusahaan jasa memiliki karakteristik yang berbeda sehingga bisa melahirkan perilaku keputusan yang berbeda. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian
tentang “Pengaruh pertumbuhan perusahaan dan kepemilikan manajerial terhadap
kebijaksanaan struktur modal pada perusahaan jasa yang terdaftar di Bursa efek
(27)
1.2. Rumusan Masalah Penelitian
Dari latar belakang di atas, yang menjadi masalah penelitian dalam hal ini adalah apakah pertumbuhan perusahaan dan kepemilikan manajerial secara simultan dan parsial berpengaruh terhadap kebijaksanaan struktur modal?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan perusahaan dan kepemilikan manajerial terhadap kebijaksanaan struktur modal secara simultan dan parsial pada perusahaan jasa di Bursa Efek Jakarta.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi peneliti diharapkan penelitian ini merupakan pelatihan intelektual yang
diharapkan dapat menambah pemahaman mengenai pengaruh pertumbuhan perusahaan dan kepemilikan manajerial terhadap kebijaksanan struktur modal.
2. Bagi manajemen, penelitian ini diharapkan akan memberikan informasi terutama
manajer keuangan untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pertumbuhan perusahaan dan kepemilikan manajerial yang dapat merubah struktur capital perusahaan.
(28)
3. Bagi investor, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk melakukan investasi pada perusahaan jasa di Bursa Efek Jakarta.
4. Bagi peneliti selanjutnya penelitian ini diharapkan akan melengkapi
temuan-temuan empiris yang telah ada di bidang akuntansi untuk kemajuan dan pengembangan ilmiah di masa yang akan datang.
1.5. Originalitas
Penelitian ini merupakan reflikasi dari sebahagian penelitian Erlina (2006)
dengan judul disertasinya “Pengaruh Set Kesempatan Investasi terhadap Nilai
Perusahaan: Peran Kebijakan Perusahaan dan Kepemilikan Manajerial”. Periode
penelitian tahun 1993-2003 pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Pada penelitian ini peneliti menggunakan independen variabel adalah Pertumbuhan Perusahaan dan kepemilikan manajerial sedang dependen variabel adalah struktur modal. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Erlina adalah pada penelitian Erlina kepemilikan manajerial sebagai variabel moderating, sedangkan pada penelitian ini kepemilikan manajerial sebagai variabel independen. Periode penelitian dan jenis perusahaan yang diteliti serta alat ukur yang digunakan juga berbeda. Penelitian ini periode penelitiannya tahun 2005-2007 pada perusahaan jasa yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta sejumlah 143 perusahaan. Dewasa ini sebahagian perusahaan jasa juga mempunyai perhitungan harga pokok penjualan (Cost of goods
(29)
Variabel dependen yaitu kebijaksanaan struktur modal. Proksi dari struktur modal yaitu jumlah hutang atas jumlah ekuitas. Variabel independen adalah
pertumbuhan perusahaan yang diukur dengan rasio Tobins’Q. Pemilikan manajerial
yang juga sebagai variabel independen diukur dari persentase jumlah saham yang dimiliki oleh manajer pada akhir tahun, berbanding jumlah saham perusahaan (Erlina, 2006). Dengan argumentasi bahwa umumnya pertumbuhan perusahaan dan kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap struktur modal maka peneliti tertarik
untuk menguji kembali. Untuk itu penulis mengambil judul penelitian “Pengaruh
pertumbuhan perusahaan dan kepemilikan manajerial terhadap kebijaksanaan struktur
(30)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
Struktur modal adalah pembelanjaan permanen di dalam mencerminkan perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Struktur modal tercermin pada hutang jangka panjang dan unsur-unsur modal sendiri, di mana kedua golongan tersebut merupakan dana permanen atau dana jangka panjang. Dengan demikian maka struktur modal hanya merupakan sebagian saja dari struktur financial. Struktur financial mencerminkan perimbangan baik dalam artian absolut maupun relatif antara keseluruhan modal asing (baik jangka pendek maupun jangka panjang) dengan jumlah modal sendiri (Riyanto, 1999).
Struktur modal merupakan kombinasi hutang dan ekuitas dalam struktur keuangan jangka panjang perusahaan. Tidak seperti debt ratio atau leverage ratio yang hanya menggambarkan target komposisi hutang dan ekuitas dalam jangka panjang pada suatu perusahaan (Arifin, 2005).
2.1.1. Teori Struktur Modal
Teori struktur modal menjelaskan apakah ada pengaruh perubahan struktur modal terhadap nilai perusahaan, jika keputusan investasi dan kebijakan deviden dipegang konstan. Dengan kata lain, jika perusahaan menggantikan sebagian modal sendiri dengan hutang atau sebaliknya apakah harga saham akan berubah, apabila perusahaan tidak merubah keputusan-keputusan keuangan lainnya. Dengan kata lain,
(31)
seandainya perubahan struktur modal tidak merubah nilai perusahaan, berarti bahwa tidak ada struktur modal yang terbaik. Semua struktur modal adalah baik, tetapi kalau dengan merubah struktur modal ternyata nilai perusahaan berubah, maka akan diperoleh struktur modal yang terbaik. Struktur modal yang akan memaksimumkan nilai perusahaan adalah struktur modal yang terbaik (Husnan, 2004).
Struktur modal yang terbaik untuk tingkat pertumbuhan perusahaan yang tinggi berbeda dengan tingkat pertumbuhan perusahaan yang rendah. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi, dalam hubungannya dengan leverage, sebaiknya menggunakan ekuitas sebagai sumber pembiayaannya agar tidak terjadi biaya keagenan (agency cost) antara pemegang saham dengan manajemen perusahaan, sebaliknya perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah sebaiknya menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaannya karena penggunaan hutang akan mengharuskan perusahaan tersebut membayar bunga secara teratur.
2.1.2. Pertumbuhan Perusahaan
Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi, dalam hubungannya dengan leverage, sebaiknya menggunakan ekuitas sebagai sumber pembiayaannya agar tidak terjadi biaya keagenan (agency cost) antara pemegang saham dengan manajemen perusahaan, sebaliknya perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah sebaiknya menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaannya karena penggunaan hutang akan mengharuskan perusahaan tersebut membayar bunga secara teratur. Pertumbuhan perusahaan yang cepat maka semakin besar kebutuhan dana untuk ekspansi. Semakin besar kebutuhan untuk pembiayaan mendatang maka
(32)
semakin besar keinginan perusahaan untuk menahan laba. Jadi perusahaan yang sedang tumbuh sebaiknya tidak membagikan laba sebagai deviden tetapi lebih baik digunakan untuk ekspansi. Potensi pertumbuhan ini dapat diukur dari besarnya biaya penelitian dan pengembangan. Semakin besar R&D cost-nya maka berarti ada prospek perusahaan untuk tumbuh (Sartono, 2001).
Kallapur dan Trombley (1999) Realisasi pertumbuhan perusahaan diproksikan dengan nilai pertumbuhan perusahaan yang meliputi pertumbuhan aktiva dan ekuitas. Aktiva perusahaan menunjukkan keputusan penggunaan dana atau keputusan investasi pada masa lalu. Aktiva didefinisikan sebagai sumber daya yang mempunyai potensi memberikan manfaat ekonomis pada perusahaan di masa yang akan datang. Sumber daya yang mampu menghasilkan aliran kas masuk (cash inflow) atau mengurangi kemampuan kas keluar (cash outflow) bisa disebut sebagai aktiva. Sumber daya tersebut akan diakui sebagai aktiva perusahaan memperoleh hak penggunaan aktiva tersebut sebagai hasil transaksi atau pertukaran pada masa lalu dan manfaat ekonomis masa mendatang bisa diukur, dikuantifikasikan dengan tingkat ketepatan yang memadai.
Pertumbuhan adalah dampak atas arus dana perusahaan dari perubahan operasional yang disebabkan oleh pertumbuhan atau penurunan volume usaha (Helfert, 1997). Pertumbuhan perusahaan sangat diharapkan oleh pihak internal maupun eksternal perusahaan, karena pertumbuhan yang baik memberi tanda bagi perkembangan perusahaan. Dari sudut pandang investor, pertumbuhan suatu perusahaan merupakan tanda perusahaan memiliki aspek yang menguntungkan, dan
(33)
investor pun akan mengharapkan tingkat pengembalian (rate of return) dari investasi yang dilakukan menunjukkan perkembangan yang baik.
2.1.3. Kepemilikan Manajerial
Anderson & Reeb (2002) mengatakan bahwa perusahaan yang dikendalikan oleh keluarga mempunyai struktur yang menyebabkan berkurangnya konflik agensi antara pemegang saham dan kreditur, di mana kreditur menganggap kepemilikan keluarga lebih melindungi kepentingan kreditur. Anderson & Reeb (2002) menunjukkan bahwa pemegang saham minoritas justru diuntungkan dari adanya kepemilikan keluarga. Hasil penelitian Arifin (2005) menunjukkan bahwa perusahaan publik di Jakarta yang dikendalikan keluarga atau negara atau institusi keuangan masalah agensinya lebih baik jika dibandingkan perusahaan yang dikontrol oleh publik atau tanpa pengendali utama. Menurutnya, dalam perusahaan yang dikendalikan keluarga, masalah agensinya lebih kecil karena berkurangnya konflik antara principal dan agent. Jika kepemilikan keluarga lebih efisien, maka pada perusahaan dengan kepemilikan keluarga yang tinggi pengelolaan laba yang oportunis dapat dibatasi. Pengendalian yang lebih efisien dalam kepemilikan keluarga tersebut besar kemungkinan tidak berlaku di perusahaan konglomerasi seperti yang banyak terdapat di Jakarta. Untuk perusahaan konglomerasi, biasanya sebagian besar kekayaan pemilik tidak berada di satu perusahaan, tetapi tersebar di berbagai perusahaan. Jika hanya sedikit kekayaan pemilik yang berada di perusahaan yang go
public, maka walaupun perusahaan go public tersebut dikendalikan keluarga, tetapi
(34)
perusahaan yang go public tersebut hanya dijadikan sebagai sarana untuk mengumpulkan dana dari masyarakat untuk digunakan oleh kelompok perusahaannya di Jakarta.
2.1.4. Teori Agensi (Agency Theory)
Teori agensi (agency theory) berkaitan dengan hubungan principal dan agent dengan adanya pemisahan kepemilikan dan pengendalian perusahaan (Jensen and Meckling, 1976), perbedaan antara penyetor modal (Smith and Warner, 1979), pemisahan penanggung resiko, pembuatan keputusan dan pengendalian fungsi-fungsi dalam perusahaan (Fama and Jensen, 1983). Adanya pemisahan kepemilikan dan pengendalian perusahaan ini akan menyebabkan timbulnya asymmetry information. Menurut Scott (2000) ada dua jenis asymmetric information, yaitu: adverse selection dan moral hazard.
Adverse selection adalah suatu tipe informasi asimetri (asymmetric information) di mana satu orang atau lebih pelaku-pelaku transaksi bisnis atau
transaksi-transaksi yang potensial mempunyai informasi lebih atas yang lain (Scott, 2000). Ketimpangan pengetahuan informasi perusahaan ini dapat menimbulkan masalah dalam transaksi pasar modal karena investor tidak mempunyai informasi yang cukup dalam pengambilan keputusan investasinya. Sedangkan moral hazard adalah suatu tipe informasi asimetri (asymmetric information) di mana satu orang atau lebih pelaku-pelaku bisnis atau transaksi-transaksi potensial yang dapat mengamati kegiatan-kegiatan mereka secara penuh dibandingkan dengan pihak lain (Scott, 2000). Masalah moral hazard ini terjadi karena pihak-pihak di luar perusahaan
(35)
(investor) mendelegasikan tugas dan kewenangannya kepada manajer tetapi investor tidak dapat sepenuhnya memantau manajer dalam melaksanakan pendelegasian tersebut.
2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Bukti penelitian empiris yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti tentang pengaruh pertumbuhan perusahaan dan kepemilikan manajerial terhadap struktur modal. Shin Driffield, et.al (2007) melakukan penelitian dengan judul How Does
Ownership structure affect capital structure and firm value. Periode sampel
penelitian dimulai tahun 1994 sampai dengan tahun 1998. Variabel dependennya adalah leverage yang diukur dengan debt to asset ratio (DAR) dan nilai perusahaan
diukur dengan menggunakan rasio Tobins’Q, sedangkan variabel independennya
adalah struktur kepemilikan. Dalam penelitiannya menggunakan variabel kontrol yang berfungsi untuk mengontrol hubungan antara variabel dependen terhadap variabel independen, variabel kontrol tersebut terdiri dari ukuran perusahaan (log
total asset), umur perusahaan, investasi dan kesempatan pertumbuhan (meliputi
pertumbuhan penjualan berdasarkan tahun sebelumnya dan modal yang dikeluarkan untuk saham sebagai investasi perusahaan) dalam melakukan penilaian perusahaan, diversifikasi sebagai pengklasifikasian perusahaan. Hasilnya menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang signifikan untuk struktur kepemilikan terhadap leverage
(DAR) dan nilai perusahaan (Tobin’Q) di Indonesia, Korea, Malaysia dan tidak
(36)
Sriwardany (2006) meneliti dengan judul pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap kebijakan struktur modal dan dampaknya terhadap perubahan harga saham pada perusahaan manufaktur Tbk. Perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitiannya adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2004, sifat dari penelitiannya adalah sensus (semua populasi dijadikan sampel, yaitu sejumlah 156 perusahaan. Variabel dependennya adalah perubahan harga saham, variabel independennya adalah pertumbuhan
perusahaan yang diukur dengan menggunakan Tobins’Q, variabel interveningnya
adalah kebijaksanaan struktur modal yang diukur dengan menggunakan debt to asset
ratio (DAR). Hasilnya menunjukkan bahwa pertumbuhan perusahaan mempunyai
pengaruh yang positif terhadap perubahan harga saham. Informasi tentang adanya pertumbuhan perusahaan akan direspon positif oleh investor, sehingga akan meningkatkan harga saham. Pertumbuhan perusahaan mempunyai pengaruh yang negatif terhadap kebijaksanaan struktur modal, yang memberi arti bahwa jika perusahaan akan melakukan pertumbuhan maka manajer akan menetapkan struktur modal yang lebih banyak menggunakan ekuitas dari pada hutang. Struktur modal mempunyai pengaruh negatif terhadap harga perubahan harga saham, yang memberi arti bahwa jika kebijaksanaan struktur modal perusahaan lebih banyak menggunakan hutang maka akan terjadi penurunan harga saham. Pertumbuhan perusahaan mempunyai pengaruh yang langsung terhadap perubahan harga saham.
(37)
Tabel 2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu
No. Tahun
Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian
1 2004
Heribertus Kurniawan
Analisis Faktor
Internal dan
Pengaruhnya
terhadap Struktur
Modal pada
Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
Independen Variabel a. Ukuran perusahaan b. Resiko bisnis c. Pertumbuhan assets d. Kemampuan labaan
Dependen Variabel Struktur Modal
Keempat variabel independen secara bersama-sama
berpengaruh terhadap struktur modal, hanya variabel
kemampulabaan yang tidak berpengaruh secara signifikan.
2 2004
Risanty
Hubungan Investment
Opportunity Set
dengan Kebijaksanaan Dividen dan Struktur Modal Perusahaan.
Independen Variabel
a. Investment opportunity Set b. The Firm Growth Dependen Variable c. Dividend Policy d. Capital Structure
Perusahaan yang tumbuh mempunyai kebijaksanaan
pendanaan eksternal yang lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan yang tidak tumbuh.
3 2006
Erlina
Pengaruh Set
Kesempatan Investasi terhadap Nilai Perusahaan: Peran Kebijakan
Perusahaan dan Kepemilikan
Manajerial. Periode penelitian tahun 1993-2003 pada perusahaan
manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Independen variabel Pertumbuhan Perusahaan Dependen variabel Struktur modal Variabel moderating Kepemilikan Manajerial
Bukti yang tidak konsisten antara masa sebelum kritis, masa krisis dan masa setelah krisis. Pada masa sebelum krisis, pemilikan manajer tidak berperanan sebagai
variabel yang
memperkuat hubungan antara kesempatan
tumbuh dengan
kebijakan struktur modal. Akan tetapi pada krisis dan setelah krisis, pemilikan manajer berperanan sebagai variabel yang memperkuat hubungan tersebut.
(38)
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual adalah kerangka yang menggambarkan antara konsep-konsep khusus yang akan diteliti.
Gambar 3.1. Kerangka Konseptual Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan dan Kepemilikan Manajerial terhadap Kebijaksanaan Struktur Modal pada Perusahaan Jasa Tbk di Bursa Efek Jakarta
Pertumbuhan (Growth) adalah seberapa jauh perusahaan menempatkan diri dalam sistem ekonomi secara keseluruhan atau sistem ekonomi untuk industri yang sama (Machfoedz, 1996: 108).
Dunia usaha mengalami kemunduran yang diakibatkan oleh banyaknya lembaga-lembaga keuangan yang mengalami kesulitan keuangan sebagai akibat dari adanya kemacetan kredit pada dunia usaha tanpa memperhitungkan batas maksimum pemberian kredit di masa lalu oleh perbankan dan masalah kelayakan kredit yang
Kebijaksanaan Struktur Modal (Y): DER
Kepemilikan Manajerial (X2):
Jlh shm milik manajer/jlh shm Pertumbuhan Perusahaan (X1):
Tobins’Q
1 H
(39)
disetujui. Upaya mengantisipasi kondisi tersebut, maka manajer keuangan perusahaan harus berhati-hati dalam menetapkan struktur modal perusahaan.
Selanjutnya Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa konflik keagenan disebabkan adanya pemisahan kepemilikan dan pengendalian dalam perusahaan. Dinyatakan bahwa semakin terkonsentrasi kepemilikan perusahaan pada satu orang maka kendali akan menjadi semakin kuat dan cenderung menekan konflik keagenan. Kepemilikan manajerial merupakan isu penting dalam teori keagenan sejak dipublikasikan oleh Jensen dan Meckling (1976) yang menyatakan bahwa semakin besar proporsi kepemilikan manajemen dalam suatu perusahaan maka manajemen akan berupaya lebih giat untuk memenuhi kepentingan pemegang saham yang juga adalah dirinya sendiri. Murphy (1985), Jensen dan Murphy (1990), serta Smith dan Watts (1992) menyatakan kepemilikan manajerial merupakan program kebijakan remunerasi guna mengurangi masalah keagenan.
Mereka menjelaskan bahwa kompensasi tetap berupa gaji, tunjangan, dan bonus terbukti dapat digunakan sebagai sarana untuk menyamakan kepentingan manajemen dengan pemegang saham.
Trade-off theory menjelaskan bahwa jika posisi struktur modal berada
di bawah titik optimal maka setiap penambahan hutang akan meningkatkan nilai perusahaan. Sebaliknya, setiap jika posisi struktur modal berada di atas titik optimal maka setiap penambahan hutang akan menurunkan nilai perusahaan.
(40)
Dari uraian di atas, maka dalam penelitian ini dengan berasumsi sederhana bahwa adanya hubungan antara dan pertumbuhan perusahaan dan kepemilikan manajerial terhadap struktur modal perusahaan.
3.2. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan teori dan kerangka konseptual, maka hipotesis penelitian ini
adalah “Pertumbuhan perusahaan dan kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap
(41)
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu menguji hipotesis, maka desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain kausal. Desain kausal berguna untuk menganalisis hubungan-hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya (Umar, 2000).
4.2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah pada Bursa Efek Jakarta (BEJ) di Jakarta. Sedangkan waktu penelitian dalam penelitian ini periode tahun 2005-2007.
4.3. Populasi dan Sampel
Penentuan populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan Jasa terdaftar di Bursa Efek Jakarta yang terdiri dari perusahaan: Securities, Insurance,
Banking, Transportation Services, Telecommunication, Insurance, credit Agencies Other than Bank, hotel, Holding and other Investment Companies, Constructions, Others. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Jakartan Capital Market Directory, jumlah perusahaan jasa yang terdaftar dari tahun 2005 sampai tahun 2007
adalah 143 perusahaan. Penentuan sampel dalam penelitian ini berdasarkan pada metode purposive sampling, di mana sampel perusahaan dipilih berdasarkan pada
(42)
kriteria tertentu. Adapun kriteria yang digunakan untuk memilih sampel adalah sebagai berikut:
Perusahaan. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 102 perusahaan. Penentuan sampel dalam penelitian ini berdasarkan pada metode purposive sampling, di mana sampel perusahaan dipilih berdasarkan pada kriteria tertentu. Adapun kriteria yang digunakan untuk memilih sampel adalah perusahaan jasa sebagai berikut:
1. Perusahaan jasa yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta sesuai dengan
pengklasifikasian Jakarta Capital Market Directory. Perusahaannya sejumlah 143 perusahaan yang dapat dilihat dalam lampiran.
2. Menerbitkan laporan keuangan dari tahun 2005-2007 secara berturut-turut.
3. Memiliki nilai ekuitas positif dalam laporan keuangan periode penelitian dari
tahun 2005-2007.
4. Memiliki nilai data closing price dalam laporan keuangan periode penelitian dari
tahun 2005-2007.
4.4. Metode Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu data perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Data tersebut diperoleh dengan cara studi dokumentasi yang berasal dari Jakartan Capital Market Directory (ICMD), dari tahun 2005-2007.
(43)
4.5. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel 4.5.1. Pertumbuhan Perusahaan (X1)
Pertumbuhan perusahaan merupakan kemampuan perusahaan untuk meningkatkan size, yang dapat diproksikan dengan adanya peningkatan aktiva
ekuitas, laba dan penjualan serta nilai Tobins’Q. Perusahaan dikatakan tumbuh jika
nilai Tobins’Q lebih besar atau sama dengan 1, dan dikatakan tidak tumbuh jika
mempunyai nilai lebih kecil dari 1.
Tobins’Q dapat dihitung dengan humus:
`
Keterangan:
Total debt = Total hutang perusahaan per 31 Desember
Outstanding share = Jumlah saham yang beredar per 31 Desember
Closing price = Harga penutupan saham per 31 Desember
Book Value of Asset = Asset dikurangi dengan akumulasi penyusutan dan kontra
asset lainnya
Parameter dalam variabel pertumbuhan perusahaan ini adalah skala rasio.
4.5.2. Kepemilikan Manajerial (X2)
Proksi dari kepemilikan manajer diukur dari persentase jumlah lembar saham yang dimiliki oleh manajer pada akhir tahun, berbanding jumlah lembar saham.
Total debt + (Outstanding Share x Closing Price)
Tobins’Q =--- Book Value of Asset
(44)
Keterangan:
Kepemilikan Manajerial = Jumlah saham yang dimiliki oleh board of
commissioners dan board of directors
Jumlah saham yang dimiliki manajer pada akhir tahun = Jumlah saham yang dimiliki manajer pada akhir tahun Jumlah saham perusahaan = Jumlah saham yang beredar (Outstanding share) Parameter dalam variabel kepemilikan manajerial ini adalah skala rasio.
4.5.3. Kebijaksanaan Struktur Modal (Y)
Struktur modal merupakan perbandingan total hutang yang dimiliki perusahaan terhadap total ekuitas perusahaan. Struktur Modal diukur dengan Debt to
Equity Ratio (DER). Debt to Equity Ratio adalah suatu upaya untuk memperlihatkan,
dalam format lain, proporsi relatif dari klaim pemberi pinjaman terhadap hak kepemilikan, dan digunakan sebagai ukuran peranan hutang (Helfert, 1997).
Jumlah saham yang dimiliki manajer pada akhir tahun
Kepemilikan Manajerial = --- X 100% Jumlah saham perusahaan
Total debt
Capital Structure atau DER = --- Total Equity
(45)
Keterangan : DER = Total hutang dibandingkan dengan total ekuitas Total debt = Total hutang baik jangka pendek maupun jangka Panjang
Total Equity = Total ekuitas perusahaan
Parameter dalam variabel kebijaksanaan struktur modal ini adalah skala rasio.
Tabel 4.1. Definisi Operasional Variabel
Nama Variabel Definisi
Operasional
Pengukuran Variabel Skala
Pengukuran Variabel Independen Pertumbuhan Perusahaan (X1) Pertumbuhan perusahaan diukur
dengan Tobins’Q
Tobins’Q = Total debt +
(Outstanding Share x
Closing Price)/Book Value of Asset
Rasio Variabel Independen Kepemilikan Manajerial (X2) Kepemilikan manajerial adalah manajer yang memiliki saham di perusahaan
Jumlah saham yang dimiliki oleh manajer pada akhir tahun/jlh saham perusahaan x 100% Rasio Variabel Dependen Kebijaksanaan Struktur Modal (Y) Struktur modal adalah perbandingan antara jumlah hutang dengan jumlah ekuitas perusahaan
Capital structure atau
DER diperoleh dari Total
debt dibagi dengan total equity
Rasio
4.6. Metode Analisis Data
Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menggunakan model regresi. Untuk dapat melakukan analisis dengan model regresi, data harus good
and fit. Penilaian good and fit dianalisis dengan uji kualitas data. Adapun uji kualitas
(46)
4.6.1. Statistik Deskriptif
Statistik ini digunakan untuk memberikan gambaran profil data sampel. Penelitian ini menggunakan statistik deskriptif yang terdiri dari rata-rata, deviasi standar, minimum, dan maksimum.
4.6.2. Pengujian Asumsi Klasik
Dalam suatu penelitian, kemungkinan munculnya masalah dalam analisis regresi cukup sering dalam mencocokkan model prediksi kedalam sebuah model yang telah dimasukkan ke dalam serangkaian data. Masalah ini sering disebut dengan pengujian normalitas, multikolinearitas, autokorelasi, dan heterokedastisitas.
4.6.2.1. Uji normalitas
Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah model regresi dalam penelitian, antara variabel dependen dengan variabel independen keduanya memiliki distribusi normal atau tidak. Untuk dapat dianalisis data harus berdistribusi normal atau mendekati normal. Cara mendeteksi normalitas adalah dengan pengamatan melalui nilai residual. Cara lain adalah dengan melihat distribusi dari variabel-variabel yang akan diteliti. Jika variabel-variabel tidak berdistribusi secara normal (menceng kekiri atau menceng kekanan) maka hasil uji statistik akan terdegradasi. Normalitas suatu variabel umumnya dideteksi dengan grafik atau uji statistik sedangkan normalitas nilai residual dideteksi dengan metode grafik. Secara statistik ada dua komponen normalitas yaitu skewness dan kurtosis. Skewness berhubungan dengan simetris distribusi. Skewed variabel (variabel menceng) adalah variabel yang nilai
(47)
puncak dari suatu distribusi. Jika variabel terdistribusi secara normal maka nilai skewness dan kurtosis sama dengan nol (Ghozali, 2001).
Normalitas variabel dideteksi juga dengan menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov dengan cara melihat nilai probabilitas signifikan yang bernilai di atas nilai 0.05 maka data berdistribusi normal dan selain itu juga dengan metode grafik histogram data. Jika data tidak berdistribusi normal, maka dapat dilakukan transformasi agar menjadi normal. Untuk menormalkan data harus diketahui terlebih dahulu bagaimana bentuk grafik histogram dari data yang ada apakah moderate
positive skewness, subtansial positive skewness, severe positive skewness dengan
bentuk L dan sebagainya. Dengan mengetahui bentuk grafik histogram data, maka dapat ditentukan bentuk transformasinya. Berikut ini bentuk transformasi yang dapat dilakukan sesuai dengan grafik histogram.
Tabel 4.2. Bentuk Transformasi Data
Bentuk Grafik Histogram Bentuk Transformasi
Moderate Positive Skewness SQRT (x) atau akar kuadrat
Subtansial Positive Skewness LG10 (x) atau logaritma 10 atau LN
Severe Positive Skewness dengan bentuk L 1/x atau inverse
Moderate Negative Skewness SQRT (k-x)
Subtansial Negative Skewness LG10 (k-x)
Severe Negative Skewness dengan bentuk L 1/(k-x)
(48)
Di mana k adalah konstanta yang berasal dari setiap skor dikurangkan sehingga skor terkecil adalah 1 (Ghozali, 2001). Setelah dilakukan transformasi data maka, normalitas data dilihat kembali dengan menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov dan dilanjutkan dengan melihat metode grafik histogram data. Normalitas nilai residual dilihat dengan menggunakan metode grafik normalitas P-P Plot dengan aturan melihat sebaran data yang mengikuti garis diagonal maka data berdistribusi normal atau mendekati distribusi normal.
4.6.2.2.Uji multikolinearitas
Multikolinearitas merupakan fenomena situasi di mana ada korelasi antara variabel independen satu dengan yang lainnya. Konsekuensi praktis yang timbul sebagai akibat adanya multikolinearitas ini adalah kesalahan standar penaksir semakin besar dan probabilitas untuk menerima hipotesis yang salah semakin besar sehingga mengakibatkan diperolehnya kesimpulan yang salah. Dalam asumsi klasik OLS (ordinary least square) diterangkan bahwa tidak ada multikolinearitas yang sempurna antarvariabel independen. Jika terdapat nilai korelasi di antara variabel independen adalah satu maka koefisiennya: (a) Koefisien untuk nilai-nilai regresi tidak dapat diperkirakan (b) Nilai standard error dari setiap koefisien regresi menjadi nilai yang tak terhingga (Arief, 2006: 23).
Cara mendeteksi adanya gejala multikolinearitas adalah dengan menggunakan metode Varian Inflation Factor (VIF). Adapun kriteria yang digunakan dalam
pengujian metode VIF ini adalah jika VIFj > 10 terjadi multikolinearitas yang tinggi
(49)
Cara mengatasi multikolinearitas adalah: (a) Transformasi variabel. Jika terlihat pada model awal dengan adanya gejala multikolinieritas maka dapat dilakukan transformasi variabel yang bersangkutan ke dalam bentuk logaritma natural atau bentuk-bentuk transformasi lainnya, sehingga nilai t hitung yang dihasilkan secara individu variabel independen dapat secara signifikan mempengaruhi variabel terkait, (b) Meningkatkan jumlah data sampel. Dengan adanya peningkatan jumlah data sampel diharapkan mampu menurunkan standard error di setiap variabel independen dan akan diperoleh model yang benar-benar bisa menaksir koefisien regresi secara tepat (Arief, 2006).
4.6.2.3. Uji autokorelasi
Pada asumsi OLS didapati kesepakatan bahwa persamaan regresi yang terbentuk tidak boleh ada autokorelasi. Uji autokorelasi merupakan korelasi antara anggota dalam runtut waktu (time series) atau antara space data cross section (Hakim, 2004).
Cara mendeteksi adanya gejala autokorelasi adalah dengan melihat nilai Durbin-Watson. Asumsi penggunaan analisis DW ini jika digunakan untuk autokorelasi tingkat pertama dan model regresi yang ada mempunyai intercept (constant) serta tidak terdapat variabel lagi. Penggambilan keputusan bila menggunakan uji DW adalah sebagai berikut:
a. Nilai DW terletak di antara du dan 4-du maka autokorelasi sama dengan nol, dan
(50)
b. Nilai DW terletak di bawah lower boud (dl), maka akan mempunyai koefisien korelasi lebih besar dari nol dan memiliki autokorelasi positif.
c. Nilai DW > (4-dl), maka koefisien korelasi kurang dari nol, sehingga memiliki
autokorelasi negatif.
d. Nilai DW terletak di antara batas atas (du) dan batas bawah (dl) atau terletak
antara (4-du) dan (4-dl) sehingga hasilnya tak dapat disimpulkan.
Cara untuk mengatasi autokorelasi adalah banyak cara salah satunya adalah dengan menggunakan metode Hidrent-Lu, yaitu jika menemukan autokorelasi yang
positif atau negatif dari model yang ditelitinya maka dapat menggunakan ñ dimulai
dari -0.9, -0.8,…, 0.8, 0.9. Untuk setiap nilai ñ yang di coba, dilakukan proses
transformasi yang diikuti dengan perhitungan regresi yang bersangkutan. Dari setiap hasil regresi kemudian diperoleh dan yang terbaik adalah melihat jumlah kuadrat yang terkecil (sum of square residuals) dari model regresinya (Arief, 2006).
4.6.2.4.Uji heterokedastisitas
Langkah ini bertujuan untuk menguji apakah di dalam model regresi yang kita miliki mengandung perbedaan variansi residu dari kasus pengamatan satu kasus ke kasus pengamatan yang lainnya. Jika variansi residu dari kasus pengamatan satu ke
kasus pengamatan yang lainnya mempunyai nilai tetap maka disebut
homokedastisitas dan jika mempunyai perbedaan maka disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki homoskedastisitas dan bukan memiliki heterokedastisitas.
(51)
Cara untuk mendeteksi ada tidaknya heterokedastisitas adalah dengan melihat grafik plot antara nilai residu variabel dependen (SRESID) dengan nilai prediksi (ZPRED) (Santoso, 2006). Dasar analisisnya: (a) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengidentifikasikan telah terjadi heterokedastisitas. (b) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas.
Cara untuk mengatasi masalah heterokedastisitas adalah: (a) Melakukan transformasi dalam bentuk membagikan model regresi asal dengan salah satu variabel independen yang digunakan dalam model ini. (b) Melakukan transformasi log (Arief, 2006).
4.6.3. Pengujian Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini akan menguji apakah pertumbuhan perusahaan dan kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kebijaksanaan struktur modal.
Teknik statistik yang digunakan untuk pengujian hipotesis ini dengan menggunakan model regresi berganda, menguji pengaruh secara bersama-sama antara variabel independen (pertumbuhan perusahaan dan kepemilikan manajerial) terhadap satu variabel dependen (kebijaksanaan struktur modal). Adapun persamaan regresi yang digunakan adalah sebagai berikut:
2 2 1 1x b x
b a Y
(52)
Di mana:
:
Y Kebijaksanaan Struktur Modal
:
a Konstanta
:
1
b Koefisien Regresi Kebijaksanaan Struktur Modal
:
2
b Koefisien Regresi Kepemilikan Manajerial
:
1
X Pertumbuhan Perusahaan
:
2
X Kepemilikan Manajerial
: Standard Error
Pertumbuhan perusahaan merupakan kemampuan perusahaan untuk meningkatkan size, yang dapat diproksikan dengan adanya peningkatan aktiva
ekuitas, laba dan penjualan serta nilai Tobins’Q. Perusahaan dikatakan tumbuh jika
nilai Tobins’Q lebih besar atau sama dengan 1, dan dikatakan tidak tumbuh jika
mempunyai nilai lebih kecil dari 1. Nilai koefisien kepemilikan manajerial yang diukur dengan jumlah lembar saham yang dimiliki oleh manajer pada akhir tahun, dibagi jumlah lembar saham perusahaan. Bila signifikan, menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara kepemilikan manajerial terhadap kebijaksanaan struktur modal.
Pengujian hipotesis pertumbuhan perusahaan dan kepemilikan manajerial secara bersama-sama berpengaruh terhadap kebijaksanaan struktur modal, dapat dilakukan dengan teknik regresi linier berganda. Adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:
(53)
1. Membuat Formulasi Hipotesis:
H1 : b1, b2 ≠ 0 pertumbuhan perusahaan dan kepemilikan manajerial secara
bersama-sama berpengaruh terhadap kebijaksanaan struktur modal 2. Menentukan Tingkat Signifikansi
Untuk memperoleh nilai signifikansi, menggunakan taraf nyata (á) 5%.
3. Dasar Pengambilan Keputusan
a. ñ-value < 0.05, maka H1 berpengaruh
(54)
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Data Penelitian
Berdasarkan hasil pengolahan data yang terdapat pada Lampiran 2 (dua) di mana hasil uji regresi berganda dengan menyisihkan data yang tidak lengkap menunjukkan model regresi yang tidak linier dan tidak melewati uji asumsi klasik (Lampiran 2). Selanjutnya untuk mendapatkan model yang layak (blues unbiased
linier) setelah melalui uji asumsi klasik dilanjutkan dengan melakukan transformasi logaritma natural baik terhadap variabel dependen dan variabel independen.
Berdasarkan model yang sudah dilogaritma maka diperoleh model yang akan dibahas lebih lanjut yang terdapat pada Lampiran 2 merupakan model yang telah melewati uji asumsi klasik.
Statistik deskriptif untuk setiap variabel bebas yang dianalisis disajikan pada Tabel 5.1. Variabel bebas yang digunakan dalam analisis ini sebanyak 2 (dua)
variabel, yaitu Pertumbuhan Perusahaan (X1), Kepemilikan Manajerial (X2) dan
(55)
Tabel 5.1. Deskriptif Statistik
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
SM_Y 306 .003 54.70 3.7463 5.47596
PP_X1 306 .10 17.40 1.2699 1.18256
KM_X2 165 .02 53.15 4.2838 9.68048
Valid N (listwise) 165
Sumber: Hasil Output SPSS (Lampiran 2)
Dari sampel yang diperoleh diketahui bahwa secara umum rata-rata tingkat kebijaksanaan struktur modal (Y) tahun 2005-2007 adalah sebesar 3.75%, tertinggi sebesar 54,70% dan yang terendah 0.003%. Tingkat penyimpangan standar (standard
deviation) dari rata-rata sebesar 5.48%. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata
perusahaan cenderung menjalankan usahanya lebih banyak menggunakan ekuitas dari
pada hutang. Rata-rata pertumbuhan perusahaan (X1) yang diukur dengan Tobin’Q
dalam kurun waktu 2005-2007 sebesar 1.26%, tertinggi sebesar 17.40%dan terendah
sebesar 0.10% dengan standard deviasi dari rata-rata sebesar 1.18. Hal ini
menunjukkan bahwa perusahaan Jasa yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta
mengalami pertumbuhan di mana nilai rata-rata tobins’Q nya besar dari satu.
Rata-rata kepemilikan manajerial (X2) selama tahun 2005-2007 sebanyak 4.28 persen,
tertinggi sebanyak 53.150 persen dan terendah sebanyak 0.02 persen. Dengan standar deviasi dari rata-rata sebanyak 9.680 persen. Hal ini menunjukkan masih rendahnya kepemilikan manajerial pada perusahaan jasa di Indonesia.
(56)
5.1.2. Uji Asumsi Klasik
Menurut Ghozali (2005) untuk menghasilkan suatu analisis data yang akurat, suatu persamaan regresi sebaiknya terbebas dari asumsi-asumsi klasik yang harus dipenuhi antara lain uji, normalitas, multikolinearitas, autokorelasi dan heteroskedastisitas.
5.1.2.1. Uji normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya memiliki distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Uji Normalitas bertujuan untuk melihat apakah model regresi, variabel pengganggu atau residual berdistribusi normal. Untuk itu dilakukan uji one sample Kolmogorov
Smirnov Test. Adapun hasil pengujian terdapat pada Tabel 5.2 berikut:
Tabel 5.2. Hasil Pengujian One Sample Kolmogorov Smirnov Test
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
A_Res
N 72
Mean .0000000
Normal Parametersa,,b
Std. Deviation .67003631
Absolute .197
Positive .154
Most Extreme Differences
Negative -.197
Kolmogorov-Smirnov Z 1.668
Asymp. Sig. (2-tailed) .068
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
(57)
Dari hasil pengujian terlihat pada Tabel 5.2 tersebut terlihat besarnya nilai
Kolmogorov-Smirnov adalah 1.668 dan signifikan pada 0.068. Hal ini berarti H0
ditolak yang berarti data residual berdistribusi normal.
Selain itu dapat diuji dengan melihat Gambar Normal PP Plot sebagai berikut:
Gambar 5.1. Normalitas Data dengan PP Plot
Berdasarkan Gambar 5.1 tersebut titik-tik menyebar di sekitar garis diagonal tidak membentuk pola acak yang bermakna residual memiliki varians yang terdistribusi normal.
5.1.2.2. Uji multikolinearitas
Multikolinearitas merupakan fenomena adanya korelasi yang sempurna antara satu variabel bebas dengan variabel bebas lain. Jika terjadi multikolinearitas, akan mengakibatkan timbulnya kesalahan standar penaksir dan probabilitas untuk menerima hipotesis yang salah semakin besar. Menurut Ghozali (2005) salah satu cara untuk mengetahui adanya multikolinearitas adalah dengan melakukan uji VIF (Variance Inflation Factor) yaitu jika VIF tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance
(58)
tidak kurang dari 1 maka model dapat dikatakan terbebas dari multikolinearitas. Berdasarkan hasil pengolahan SPSS atas data yang diperoleh, dapat dilihat pada Tabel 5.3 berikut:
Tabel 5.3. Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Collinearity Statistics Model Tolerance VIF
Ln_PP_X1 .900 1.111
1
KM_X2 .900 1.111
a. Dependent Variable: SM_Y
Sumber: Hasil Output SPSS (Lampiran 2)
Dari tabel tersebut di atas dapat dilihat bahwa nilai VIF untuk masing-masing variabel adalah <10 dan Tolerance tidak kurang dari 1. Hal ini membuktikan bahwa model regresi yang digunakan dalam penelitian ini tidak terdapat gejala multikolinearitas (homoskedastisitas).
5.1.2.3. Uji autokorelasi
Gejala Autokorelasi diditeksi dengan menggunakan uji Durbin - Watson (DW). Menurut Santoso (2005), untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi maka dilakukan pengujian Durbin - Watson (DW). Nilai d tersebut selanjutnya
dibandingkan dengan nilai dtabel dengan tingkat signifikansi 5% dengan df = n-k-1.
Dari hasil pengujian terlihat bahwa nilai DW sebesar 2.171, berarti data tidak terkena autokorelasi.
(59)
Tabel 5.4. Nilai Durbin-Watson
Model R
Std. Error of
the Estimate Durbin-Watson
1 .295a .24974930 2.171
a. Predictors: (Constant), KM_X2, ln_PP_X1 b. Dependent Variable: SM_Y
Sumber: Hasil Output SPSS (Lampiran 2)
Berdasarkan Tabel 5.4 di atas, untuk mengetahui adanya autokorelasi digunakan uji Durbin-Watson, dengan kriteria dari tabel Durbin-Watson terlihat Nilai DW sebesar 2,171 di mana dari 306 observasi diperoleh tabel DW nilai DL = 1,748 dan DU=1,789 dan nilai 4-dL dan 4-dU (2,252 dan 2,211). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa nilai du < DW < 4-du atau 1,748 <2,171 < 2.211) yang artinya tidak terjadi autokorelasi karena nilainya berada dikisaran interval 1,748 dan 2,211. Hasil uji autokorelasi di atas menunjukkan nilai statistik Durbin-Watson (D-W) sebesar 2.171, maka disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi baik positif maupun negatif.
5.1.3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dari model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadinya heteroskedastisitas. Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat dengan
(60)
residualnya. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
Berdasarkan hasil pengolahan data, uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 5.2:
Sumber: Hasil Output SPSS (Lampiran 2)
Gambar 5.2. Uji Heteroskedastisitas
Berdasarkan gambar di atas tidak terlihat ada pola tertentu, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Selain itu untuk melihat apakah dari model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain dapat dilakukan dengan Uji Glesjer yang terdapat pada Tabel 5.5 dan Tabel 5.6 berikut:
(61)
Tabel 5.5. Uji Heteroskedastisitas (Uji Glesjer) (1)
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression .904 2 .452 1.007 .370a
Residual 30.971 69 .449
1
Total 31.875 71
a. Predictors: (Constant), KM_X2, PP_X1 b. Dependent Variable: A_Res
Tabel 5.6. Uji Glesjer (2)
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) -.118 .131 -.898 .372
PP_X1 1.216E-7 .000 .084 .690 .492
1
KM_X2 .008 .006 .165 1.359 .179
a. Dependent Variable: A_Res
Berdasarkan Tabel 5.5 dan Tabel 5.6 di atas tingkat signifikansi variabel independen terhadap Absolut Residualnya lebih besar dari alpha 5% (0.492 dan 0,179). Dengan demikian tidak terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain atau dengan kata lain tidak terjadi gejala Heteroskedastisitas (varians dari residual Homoskedastisitas).
5.2. Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil pengujian hipotesis yang menyatakan terdapat pengaruh pertumbuhan perusahaan dan kepemilikan manajerial terhadap kebijaksanaan struktur modal pada perusahaan jasa di Bursa Efek Indonesia.
(62)
Pengujian goodness of fit dilakukan untuk menentukan kelayakan suatu model regresi, karena variabel penelitian lebih dari dua variabel maka kelayakan tersebut dapat dilihat dari nilai Adjusted R Square.
Nilai Adjusted R Square yang diperoleh dari hasil pengolahan data dapat dilihat pada Tabel 5.7 di bawah ini:
Tabel 5.7. Pengujian Goodness of Fit
Model R R Square Adjusted R Square Durbin-Watson
1 .295a .087 .061 2.171
a. Predictors: (Constant), KM_X2, ln_PP_X1 b. Dependent Variable: SM_Y
Sumber: Hasil Output SPSS (Lampiran 2)
Nilai Adjusted R Square pada Tabel 5.7 diatas sebesar 0,061. Hal ini menunjukkan bahwa 6,1% variabel Struktur Modal_Y dapat dijelaskan oleh
pertumbuhan perusahaan (X1) dan Kinerja Manajerial (X2). Sisanya sebesar 93,9%
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan oleh model penelitian ini.
Untuk menguji apakah parameter koefesien Adjusted R2 signifikan atau tidak
maka dilakukan pengujian dengan bantuan alat uji statistik metode Fisher (Uji F) dengan tingkat keyakinan (confident level) sebesar 95%. Kriteria pengujian yang
digunakan adalah apabila Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak; dan apabila Fhitung ≤ Ftabel
maka Ho dapat diterima.
Atas hal tersebut berdasarkan pada ikhtisar pengujian terdapat dalam Tabel 5.8 berikut ini:
(1)
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Secara simultan pertumbuhan perusahaan dan kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kebijaksanaan struktur modal pada perusahaan jasa di Bursa Efek Jakarta.
2. Secara parsial variabel pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap kebijaksanaan struktur modal pada perusahaan jasa di Bursa Efek Jakarta. Hasil ini sejalan dengan hasil yang diperoleh oleh Sriwardani di mana pertumbuhan perusahaan mempunyai pengaruh terhadap kebijaksanaan struktur modal, yang memberi arti bahwa jika perusahaan akan melakukan pertumbuhan maka manajer akan menetapkan struktur modal yang lebih banyak menggunakan ekuitas dari pada hutang. Hal ini juga sama hasilnya dengan penelitian awal terhadap sepuluh perusahaan jasa yang yang terdaftar di Bursa efek Jakarta yang menjelaskan adanya hubungan antara struktur modal dan pertumbuhan perusahaan. Pertumbuhan perusahaan dilihat dari adanya kenaikan jumlah aset dan untuk kebijaksanaan struktur modal dilihat dari komposisi antara hutang dan ekuitas. Dari pembahasannya dapat dilihat bahwa pertumbuhan perusahaan telah terjadi yang ditandai dengan pertambaban jumlah aset. Pada waktu yang sama juga
(2)
terjadi perubahan dari struktur capital yang dihitung dengan DER (debt to equity ratio). DER tahun 2007 memang mengalami kenaikan bila dibandingkan dengan DER 2006, tetapi kenaikan aset lebih tinggi dibandingkan dari kenaikan DER. Hal ini membuktikan bahwa pertumbuhan perusahaan telah merubah struktur capital.
3. Secara parsial variabel kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap kebijaksanaan struktur modal pada perusahaan jasa di Bursa Efek Jakarta. Hal ini dapat terjadi karena beberapa hal yang antara lain manajer tidak tertarik dengan investasi, tetapi hanya sekedar bekerja saja, atau mungkin manajer sendiri tidak mempunyai dan yang cukup untuk investasi.
6.2. Keterbatasan
Penelitian ini tidak terlepas dari keterbatasan-keterbatasan yang antara lain disebabkan dalam riset ini terbatasnya populasi perusahaan, karena perusahaan yang digunakan adalah perusahaan jasa yang terdaftar di BEJ dari tahun 2005 sampai tahun 2007, sehingga perusahaan yang dijadikan sampel tidak dapat mewakili keseluruhan perusahaan yang ada di Bursa Efek Jakarta dalam pengambilan kesimpulannya. Di samping itu hanya kepemilikan manajerial saja yang digunakan sedangkan masih ada lagi kepemilikan institusional dan kepemilikan publik.
(3)
6.3. Saran
1. Kepada peneliti lanjutan disarankan dalam melakukan penelitian lanjutan khususnya yang berhubungan dengan penelitian ini untuk memperluas sampel penelitian. Sampel yang diambil tidak lagi pada perusahaan jasa saja, tetapi mencakup sampel dari semua perusahaan dagang atau semua perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta yang sekarang namanya telah berubah menjadi Bursa Efek Indonesia. Dengan demikian akan diperoleh hasil yang mungkin berbeda antarperusahaan jasa, perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur yang nantinya akan dapat dibandingkan untuk memberikan informasi yang lebih luas tentang perusahaan-perusahaan yang terdaftar di bursa efek Indonesia.
2. Peneliti yang akan datang diharapkan lebih teliti dalam mengidentifikasi dan menelusuri struktur kepemilikan pada masing-masing perusahaan yang akan diteliti di mana tidak hanya kepemilikan manajerial saja tetapi mencakup kepemilikan institusional dan kepemilikan publik, apakah ada perbedaan pengambilan keputusan antara perusahaan yang memiliki kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional serta kepemilikan publik maupun tidak.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, R.C., S.A. Mansi, and D.M. Reeb. 2002. Founding Family Ownership and The Agency Cost of Debt. http:/www.ssrn.com.
Arief, Sritua. 2006. Metodologi Penelitian Ekonomi. UI Press. Jakarta.
Arifin, Zaenal. 2005. Teori Keuangan dan Pasar Modal. Edisi Pertama. Ekonisia. Yogyakarta.
Brigham, E.F., dan J. Houston. 2001. Manajemen Keuangan. Penerjemah Hermawan Wibowo. Edisi Kedelapan. Edisi Indonesia. Buku II. Erlangga. Jakarta.
Brigham, E., and L.C. Gapenski. 1988. Financial Management Theory and Practice. Fifth Edition. United State of America.
Brigham, E.F., dan L.C., Gapenski. 2000. Intermediate Financial Management. The Dryden Press. New York.
Crutcley, C dan Hansen. 1989. A Test of The Agency Theory of Managerial Ownership, Corporate Leverage and Corporate Dividends. Journal of Financial Management, 18, pp.34.
Driffeild, N., V.Mahambare, and S.Pal. 2007. “How Does Ownership Structure Affect Capital Structure and Firm Value? Recent Evidence From East Asia”. www.google.com/search
Erlina. 2008. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. Edisi Kedua. USU Press. Medan.
_____. 2006. Pengaruh Set Kesempatan Investasi terhadap Nilai Perusahaan: Peran Kebijakan Perusahaan dan Kepemilikan Manajerial. Periode Penelitian Tahun 1993-2003 pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Disertasi. USU Press. Medan.
Fama, Eugene. F, dan Michael C. Jensen. 1983. “Separation of Ownership and Control”. Journal of Law and Economics. Vol. XXVI, June, pp. 1—32.
Ghazali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit Undip. Bandung.
(5)
Hakim, Abdul. 2004. Statistik Deskriptif untuk Ekonomi dan Bisnis. Edisi Kedua. Ekonisia. Yogyakarta.
Helfert, E.A. 1997. Teknik Analisis Keuangan. Penerjemah Herman Wibowo. Edisi Kedelapan. Erlangga. Jakarta.
Husnan, S., dan E. Pudjiastuti. 2004. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Edisi Keempat. UUP AMP YKP. Yogyakarta.
Indonesian Capital Market Directory. 2005-2007. Institute for Economic and Financial Research.
Jensen, M. and Meckling, W. 1976. “Theory of the Firm: Managerial Behavior Agency Cost, and Ownership Structure”. Journal of Finance Economics 3. pp. 305-360.
Jensen, M.C. dan K.J. Murphy. 1990. Performance Pay and Top-Management Incentives. Journal of Political Economy 98/2: 225-264.
Jensen, Solberg, Zorn. 1992. Simultaneous Determination of Insider Ownership, Debt and Dividend Policies. Journal of Financial Economics. 3, pp. 305-360.
Kallapur, S., dan M.A. Trombley. 1999. “The Association Between Investment Opportunity Set Proxies and Realized Growth”. Journal of Business & Accounting. 26 April/May. Pp.505-519. or www.google.com/search.
Kurniawan, Heribertus. 2004. Analisis Faktor Internal dan Pengaruhnya terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
Lubis, Ade Fatma. 2006. Pasar Modal. Yayasan Peduli Bangsa Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI. Jakarta.
______________. 2008. Pedoman Penulisan Proposal dan Tesis. Penerbit Waty Grafika. Medan.
Machfoedz, Mas’ud. 1996. Akuntansi Manajemen Perencanaan dan Pembuatan Keputusan Jangka Pendek. Edisi Kelima. Buku 1. STIE-Widya Wiwaha. Yogyakarta.
Murphy, K.J. 1985. “Corporate Performance and Managerial Remuneration: An Epirical Analysis”. Journal of Accouning and Economics 7: 11-42.
(6)
Risanty. 2004. Hubungan Investment Opportunity Set dengan Kebijaksanaan Dividen dan Struktur Modal Perusahaan.
Riyanto, Bambang. 1999. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi 4. BPFE. Yogyakarta.
Santoso, Singgih. 2006. Menguasai Statistik di Era Informasi dengan SPSS 15. Elex Media Komputindo. Jakarta.
Sartono, R.A. 2001. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Edisi 4. BPFE. Yogyakarta.
Scott, W. R. 2000. Financial Accounting Theory 3rd edition. Prentice Hall. Toronto. Shin, H.H., dan R.M. Stulz. 2002. Firm Value, Risk, and Growth Opportunities.
Banking and Monetory Economics at The Ohio State University, and Reseach, hal. 1-35. or www.google.com/search.
Smith, C, and J. Warner. 1979., On Financial Contracting, An Analysis of Bond Covenants, Journal of Financial Economics, 7, 117-161.
Smith, C.W. Jr. dan R.L. Watts. 1992. “The Investment Opportunity Set and
Corporate Financing, Dividend, and Compensation Policies”. Journal of Financial Economics 32: 263-292.
Sriwardany. 2006. “Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan terhadap Kebijakan Struktur Modal dan Dampaknya terhadap Perubahan Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur Tbk”. Tesis.
Sutrisno. 2001. Manajemen Keuangan (Teori, Konsep dan Aplikasi). Ekosia. Yogyakarta.
Umar, Husein. 2000. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Cetak 3. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Wahyudi, U., dan H.P. “Pawestri. 2006. Implikasi Struktur Kepemilikan terhadap Nilai Perusahaan: dengan Keputusan Keuangan Sebagai Variabel Intervening”. Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang. K-AKPM 17.
Weston, J.F., dan E.F. Brigham. 1985. Manajemen Keuangan. Penerjemah Djoerban Wahid. Edisi Ketujuh. Jilid II. Erlangga. Jakarta.