Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan, Profitabilitas, Firm Size, Struktur Aset dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Kebijakan Struktur Modal dalam Perspektif Pecking Order Theory pada Perusahaan Jasa yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013

(1)

SKRIPSI

PENGARUH PERTUMBUHAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, F IRM SIZE, STRUKTUR ASET DAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL TERHADAP

KEBIJAKAN STRUKTUR MODAL DALAM PERSPEKTIF PECKING ORDER THEORY PADA PERUSAHAAN JASA

YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE

2011-2013 OLEH :

DEAH RIZKI HASIBUAN 130522018

PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan, Profitabilitas,

Firm Size, Struktur Aset dan Kepemilikan Manajerial terhadap Kebijakan Struktur Modal dalam Perspektif Pecking Order Theory pada Perusahaan Jasa yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku.

Medan, 2015 Yang membuat pernyataan,

DEAH RIZKI HASIBUAN NIM. 130522018


(3)

ABSTRAK

PENGARUH PERTUMBUHAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, F IRM SIZE, STRUKTUR ASET DAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL

TERHADAP KEBIJAKAN STRUKTUR MODAL DALAM PERSPEKTIF PECKING ORDER THEORY PADA

PERUSAHAAN JASA YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

PERIODE 2011-2013

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan perusahaan, profitabilitas, firm size, struktur aset dan kepemilikan manajerial terhadap kebijakan struktur modal dalam perspektif pecking order theory. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan jasa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kausal dan bersifat replikasi terhadap penelitian terdahulu dengan populasi dari perusahaan jasa. Data yang digunakan berupa laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan jasa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2011, 2012 dan 2013. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive samplingdan diperoleh tiga puluh tiga perusahaan sebagai sampel. Data yang digunakan adalah data yang diperoleh dari www.idx.co.id. Pengujian data menggunakan analisis statistik yaitu analisis regresi linear berganda dengan melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu.Hipotesis dalam penelitian ini pertumbuhan perusahaan, profitabilitas, firm

size, struktur aset dan kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kebijakan struktur modal dalam perspektif pecking order theory.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif tidak signifikan terhadap struktur modal. Profitabilitas (ROA), firm size, dan struktur aset berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal. Kepemilikan manajerial (MOWN) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap struktur modal. Secara simultan variabel pertumbuhan perusahaan, profitabilitas, firm size, struktur aset dan kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.

Kata kunci: Pertumbuhan Perusahaan, Profitabilitas, F irm Size, Struktur Aset, dan Kepemilikan Manajerial dalam Perspektif Pecking order Theory


(4)

ABSTRACT

EFFECT OFCOMPANY’S GROWTH, PROFITABILITY, FIRM SIZE, STRUCTURE OF ASSET, AND MANAGERIAL OWNERSHIP

TO CAPITAL STRUCTURE IN THE PECKING ORDER THEORY PERSPECTIVE ON SERVICE

COMPANIES LISTED ON THE STOCK EXCHANGE

INDONESIA

This study aims to determine the effect of the company’s growth, profitability, firm size, structure of asset and managerial ownership to capital structure in the pecking order theory perspective. This research was conducted at service companies listed on the Indonesia Stock Exchange.

This research is a kind of causal research and is a replication of the earlier study with a population of service companies. The data used in the form of financial statements and annual reports of service companies listed in Indonesia Stock Exchange during the period 2011, 2012 and 2013, sample selection is done by purposive sampling method and obtained thirty-three companies as samples. The data used is the data obtained from www.idx.co.id. Testing statistical analysis of the data using multiple linear regression analysis to test the classical assumption first. The hypothesis of this study is the company’s growth, profitability, firm size, structure of asset and managerial ownership effect the capital structure company in the pecking order theory perspective.

Results from this study indicate that partial company’s growth has a non significant positive effect on capital structure. Profitability (ROA), firm size and structure of asset has a significant negative effect on capital structure. Managerial ownership (MOWN) has a non significant negative effect on capital structure. Simultaneously showed that the variabels of company’s growth, profitability (ROA), firm size, structure of asset and managerial ownership (MOWN) has a significant effect on capital structure.

Keywords: Company’s Growth, Profitability, Firm Size, Structure of Asset, and Managerial Ownership in the Pecking Order Theory


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Esa atas segala berkat dan karunia yang telah dilimpahkan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan, Profitabilitas, Firm Size, Struktur Aset dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Kebijakan Struktur Modal dalam Perspektif Pecking Order Theory pada Perusahaan Jasa yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dan kelemahan yang masih dijumpai mengingat keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada kedua orang tua saya Ir Sende Hasibuan dan Afridah Nasution dan kepada berbagai pihak yang banyak membantu penulis, yaitu :

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS., Ak. selaku Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far, M.M., Ak. selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak. Dan Ibu Mutia Ismail, M.M., Ak. selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi


(6)

Universitas Sumatera Utara dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM. Ak. selaku Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dra. Nurzaimah, MM, Ak. Selaku dosen pembimbing. 5. Bapak Drs. Chairul Nazwar, Msi, Ak. Selaku dosen penguji. 6. Bapak Drs. Idhar Yahya, MBA, AK. Selaku dosen pembanding.

7. Kepada keluarga saya khususnya ayah saya Ir. Sende Hasibuan dan ibu saya Afridah Nasution yang selalu mendoakan untuk kelancaran anaknya dan mensupport saya untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

8. Kepada sahabat-sahabat tercinta Redha Fauriza dan Erlinda (eeng) yang sama-sama berjuang untuk menyelesaikan skripsi.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memperkaya ilmu pengetahuan dan bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Medan, 2015 Penulis,

DEAH RIZKI HASIBUAN


(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang ... 1

1.2 PerumusanMasalah ... 11

1.3 TujuanPenelitian ... 12

1.4 ManfaatPenelitian ... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TinjauanTeoritis ... 14

2.1.1 Pecking Order Theory ... 14

2.1.2 Struktur Modal... 16

2.1.2.1 PengertianStruktur Modal ... 16

2.1.2.2 Komponen Struktur Modal ... 19

2.1.2.3 Teori Struktur Modal ... 22

2.1.3Pertumbuhan Perusahaan... 28

2.1.4 Profitabilitas ... 30

2.1.5 Firm Size ... 31

2.1.6 Struktur Aktiva ... 32

2.1.7Kepemilikan Manajerial ... 33

2.1.8Teori Agensi (Agency Theory) ... 36

2.2 TinjauanPenelitianTerdahulu... 38

2.3 KerangkaKonseptual ... 44

2.3.1 Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Kebijakan Struktur Modal Dalam Perspektif Pecking Order Theory... 45

2.3.2 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Kebijakan Struktur Modal Dalam Perspektif Pecking Order Theory ... 46

2.3.3 Pengaruh Firm SizeTerhadap kebijakan Struktur Modal Dalam Perspektif Pecking Order Theory ... 47

2.3.4 Pengaruh Struktur Aktiva Terhadap Kebijakan Struktur Modal Dalam Perspektif Pecking Order Theory ... 48

2.3.5 Pengaruh Kepemilikan Manajerial TerhadapKebijakan Struktur Modal Dalam Perspektif Pecking Order Theory ... 49


(8)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 JenisPenelitian ... 53

3.2 PopulasidanSampel ... 53

3.3 JenisdanSumber Data ... 56

3.4 MetodePengumpulan Data ... 57

3.5 DefenisiOperasionaldanPengukuranVariabel ... 57

3.5.1 Pertumbuhan Perusahaan (X1) ... 57

3.5.2 Profitabilitas ... 58

3.5.3 Firm Size ... 58

3.5.4 Struktur Aktiva ... 59

3.5.5 Kepemilikan Manajerial (X2) ... 60

3.5.3 Kebijakan Struktur Modal (Y)... 61

3.6 MetodeAnalisis Data ... 62

3.6.1 PengujianAsumsiKlasik ... 63

3.6.1.1 UjiNormalitas ... 63

3.6.1.2 UjiMultikolinieritas ... 65

3.6.1.3 UjiHeteroskedastisitas ... 66

3.6.1.4 UjiAutokorelasi ... 66

3.6.2 Analisis Regresi Linear Berganda ... 67

3.6.2.1 Koefisien Determinan (R2)... 68

3.6.3 Pengujian Hipotesis ... 69

3.6.3.1UjiSignifikanT ... 69

3.6.3.2UjiSignifikanF ... 69

3.7 Tempat dan JadwalPenelitian ... 70

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 71

4.1.1 Data Penelitian ... 71

4.1.2 Statistik Deskriptif ... 72

4.1.3 Pengujian Asumsi Klasik ... 74

4.1.3.1 Uji Normalitas ... 74

4.1.3.2 Uji Multikolinearitas ... 78

4.1.3.3 Uji Heteroskedastisitas ... 80

4.1.3.4 Uji Autokorelasi ... 81

4.1.4 Regresi Linear Berganda ... 83

4.1.5 Koefisien Determinan (R2) ... 85

4.1.6 Pengujian Hipotesis ... 86

4.1.6.1 Uji Signifikan T ... 86

4.1.6.2 Uji Signifikan F ... 89

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 91

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 93

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 96


(9)

DAFTAR PUSTAKA ... 99 LAMPIRAN ... 104


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

2.1 Tinjauan Peneitian Terdahulu ... 40

3.1 Proses Pengambilan Sampel ... 54

3.2 Sampel Perusahaan Jasa yang Bergerak di Sektor Keuangan ... 55

3.3 Definisi Operasional ... 62

3.4 Jadwal Penelitian ... 70

4.1 Sampel Perusahaan ... 72

4.2 Statistik Deskriptif Data Penelitian ... 73

4.3 Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov (K-S) ... 78

4.4 Hasil Uji Multikolinearitas ... 79

4.5 Hasil Uji Autokorelasi ... 82

4.6 Regresi Linear Berganda ... 83

4.7 Koefisien Determinasi ... 85

4.8 Uji Signifikan T ... 86


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual ... 51

4.1 Histogram ... 76

4.2 Grafik P-P Plot ... 77


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman

1 Daftar Populasi Perusahaan Jasa yang Terdaftar diBursa

Efek Indonesia (BEI) ... 104 2 Daftar Sampel Perusahaan Jasa yang Bergerak di Sektor

Keuangan... 111 3 Hasil Perhitungan Growth, ROA, Firm Size, Struktur Aktiva,

MOWN dan Capital Structure ... 112 4 Hasil Output SPSS ... 118


(13)

ABSTRAK

PENGARUH PERTUMBUHAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, F IRM SIZE, STRUKTUR ASET DAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL

TERHADAP KEBIJAKAN STRUKTUR MODAL DALAM PERSPEKTIF PECKING ORDER THEORY PADA

PERUSAHAAN JASA YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

PERIODE 2011-2013

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan perusahaan, profitabilitas, firm size, struktur aset dan kepemilikan manajerial terhadap kebijakan struktur modal dalam perspektif pecking order theory. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan jasa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kausal dan bersifat replikasi terhadap penelitian terdahulu dengan populasi dari perusahaan jasa. Data yang digunakan berupa laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan jasa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2011, 2012 dan 2013. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive samplingdan diperoleh tiga puluh tiga perusahaan sebagai sampel. Data yang digunakan adalah data yang diperoleh dari www.idx.co.id. Pengujian data menggunakan analisis statistik yaitu analisis regresi linear berganda dengan melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu.Hipotesis dalam penelitian ini pertumbuhan perusahaan, profitabilitas, firm

size, struktur aset dan kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kebijakan struktur modal dalam perspektif pecking order theory.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif tidak signifikan terhadap struktur modal. Profitabilitas (ROA), firm size, dan struktur aset berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal. Kepemilikan manajerial (MOWN) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap struktur modal. Secara simultan variabel pertumbuhan perusahaan, profitabilitas, firm size, struktur aset dan kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.

Kata kunci: Pertumbuhan Perusahaan, Profitabilitas, F irm Size, Struktur Aset, dan Kepemilikan Manajerial dalam Perspektif Pecking order Theory


(14)

ABSTRACT

EFFECT OFCOMPANY’S GROWTH, PROFITABILITY, FIRM SIZE, STRUCTURE OF ASSET, AND MANAGERIAL OWNERSHIP

TO CAPITAL STRUCTURE IN THE PECKING ORDER THEORY PERSPECTIVE ON SERVICE

COMPANIES LISTED ON THE STOCK EXCHANGE

INDONESIA

This study aims to determine the effect of the company’s growth, profitability, firm size, structure of asset and managerial ownership to capital structure in the pecking order theory perspective. This research was conducted at service companies listed on the Indonesia Stock Exchange.

This research is a kind of causal research and is a replication of the earlier study with a population of service companies. The data used in the form of financial statements and annual reports of service companies listed in Indonesia Stock Exchange during the period 2011, 2012 and 2013, sample selection is done by purposive sampling method and obtained thirty-three companies as samples. The data used is the data obtained from www.idx.co.id. Testing statistical analysis of the data using multiple linear regression analysis to test the classical assumption first. The hypothesis of this study is the company’s growth, profitability, firm size, structure of asset and managerial ownership effect the capital structure company in the pecking order theory perspective.

Results from this study indicate that partial company’s growth has a non significant positive effect on capital structure. Profitability (ROA), firm size and structure of asset has a significant negative effect on capital structure. Managerial ownership (MOWN) has a non significant negative effect on capital structure. Simultaneously showed that the variabels of company’s growth, profitability (ROA), firm size, structure of asset and managerial ownership (MOWN) has a significant effect on capital structure.

Keywords: Company’s Growth, Profitability, Firm Size, Structure of Asset, and Managerial Ownership in the Pecking Order Theory


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di era globalisasi ini perkembangan perusahaan semakin lama semakin pesat. Banyaknya perusahaan yang bersaing untuk dapat berkembang di masing-masing usaha yang mereka jalani. Persaingan menuntut perusahaan untuk menjadi lebih baik dan lebih unggul dibandingkan dengan perusahaan lain. Untuk dapat berkembang perusahaan tentu memerlukan biaya atau modal sebagai suatu hal yang sangat penting, karena modal digunakan untuk membiayai operasional perusahaan juga mengembangkan bisnis. Modal yang digunakan untuk perusahaan dapat berasal dari modal sendiri maupun dari pinjaman atau hutang. Menurut Mardiyatmo (2008) bahwa modal sendiri adalah modal yang diperoleh dari pemilik usaha itu sendiri. Modal sendiri terdiri dari tabungan, sumbangan, hibah, saudara, dan lain sebagainya. Modal dari pinjaman atau hutang adalah modal yang diperoleh dari pihak luar perusahaan. Hutang mempunyai dua keuntungan. Pertama, bunga yang dibayarkan dapat dipotong untuk tujuan pajak, sehingga menurunkan biaya efektif dari hutang. Kedua, pemegang hutang (debtholder) mendapat pengembalian yang tetap sehingga pemegang saham (stakeholder) tidak perlu mengambil bagian laba mereka ketika perusahaan dalam kondisi prima. Namun hutang juga mempunyai beberapa kelemahan. Pertama, semakin tinggi rasio hutang (debt ratio), semakin tinggi pula risiko perusahaan, sehingga suku bunganya lebih tinggi. Kedua, apabila sebuah perusahaan


(16)

mengalami kesulitan keuangan dan laba operasi tidak mencukupi untuk menutupi beban bunga, maka pemegang sahamnya harus menutup kekurangan itu, dan perusahaan akan bangkrut jika mereka tidak sanggup. Terlalu banyak hutang dapat menghambat perkembangan perusahaan yang pada gilirannya dapat membuat pemegang saham berfikir dua kali untuk tetap menanamkan modalnya (Brigham dan Houston,2001).

Dalam menjalankan suatu perusahaan, biasanya pemilik melimpahkan pada pihak lain, yaitu manajer.Salah satu tugas utama dari manajer adalah menentukan struktur modal perusahaan. Suatu keputusan penting yang dihadapi oleh manajer keuangan dalam kaitannya dengan kelangsungan operasi perusahaan adalah mengenai investasi (investment) dan sumber pendanaannya (financing). Sumber pendanaan di dalam perusahaan dibagi ke dalam dua kategori. Pertama, sumber pendanaan internal yaitu sumber pendanaan yang dapat diperoleh dari laba ditahan dan depresiasi aktiva tetap. Kedua, sumber pendanaan eksternal yaitu sumber pendanaan yang dapat diperoleh dari para kreditur yang disebut dengan hutang (debt). Perusahaan harus dapat menciptakan kombinasi yang paling menguntungkan antara penggunaan sumber pendanaan internal (internal

financing) dan sumber pendanaan eksternal (eksternal financing).

Struktur modal telah menjadi salah satu faktor pertimbangan yang cukup penting bagi para calon investor yang berminat menginvestasikan modalnya. Hal ini terkait dengan besarnya risiko yang ditanggung pemegang sahamserta besarnya tingkat pengembalian atau keuntungan yang diharapkan. Untuk dapat melihat bagaimana struktur modal suatu perusahaan, melalui kondisi keuangan,


(17)

kinerja keuangan perusahaan, kekayaan perusahaan tersebut, keuntungan perusahaan dan pembayaran dividen perusahaan investor tidak dapat dipisahkan dari informasi berupa laporan keuangan yang dikeluarkan setiap tahunnya. Para investor akan melakukan berbagai analisis terkait dengan keputusan untuk berinvestasi atau menanamkan modalnya pada perusahaan berdasarkan kondisi laporan keuangan perusahaan tersebut.

Menurut Arifin (2005). Struktur modal (capital structure) merupakan kombinasi hutang dan ekuitas dalam struktur keuangan jangka panjang perusahaan. Tidak seperti debt ratio atau laverage ratio yang hanya menggambarkan rasio hutang dan ekuitas pada suatu saat tertentu, struktur modal lebih menggambarkan target komposisi hutang dan ekuitas dalam jangka panjang pada suatu perusahaan.

Struktur modal (capital structure) berkaitan dengan pembelanjaan jangka panjang suatu perusahaan yang diukur dengan perbandingan hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Jika kebijakan pembelanjaan perusahaan dapat mempengaruhi nilai perusahaan, biaya modal perusahaan dan harga pasar saham perusahaan maka, kombinasi hutang jangka panjang dan modal sendiri akan dapat memaksimalkan nilai perusahaan, atau meminimalkan biaya modal perusahaan atau memaksimalkan harga pasar saham perusahaan.(Sudana,2011).

Teori struktur modal menjelaskan apakah ada pengaruh perubahan struktur modal terhadap nilai perusahaan. Teori ini menjelaskan bahwa kebijakan pendanaan perusahaan dalam menentukan bauran antara hutang dan ekuitas yang bertujuan untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Ada tiga teori yang berkaitan


(18)

dengan struktur modal pertama yaitu , Teori Modigliani dan Miller (M&M), Poin utama dari teori M&M adalah bahwa nilai ekonomi dari asset perusahaan ditentukan sepenuhnya oleh seberapa besar operating cash flows yang dapat diperoleh dari asset tersebut. Nilai ekonomi tidak akan meningkat atau berkurang dengan berbedanya sumber dana (hutang atau modal sendiri) untuk mendapatkan asset tersebut. (Arifin,2005). Teori Modigliani dan Miller terdiri dari teori MM tanpa pajak, dan teori MM dengan pajak.Teori MM tanpa pajak mengajukan dua Proposisi yaitu Proposisi I dari teori M&M menyatakan, nilai dari perusahaan yang berhutang sama dengan nilai dari perusahaan yang tidak berhutang. Proposisi II menyatakan, biaya modal saham akan meningkat apabila perusahaan melakukan atau mencari pinjaman dari pihak luar. Brealey, Myers dan Marcus (1999) menyimpulkan teori MM tanpa pajak ini tidak membedakan antara perusahaan berhutang atau pemegang saham berhutang pada saat kondisi tanpa pajak dan passar yang sempurna. Nilai perusahaan tidak bergantung pada penggunaan modal yang lebih murah (biaya modal hutang lebih kecil dibandingkan dengan biaya modal saham), sehingga akan menurunkan biaya modal rata-rata tertimbangnya (meski biaya modal saham meningkat). Teori MM dengan pajak terdapat dua proposisi yaitu proposisi I menyatakan, nilai perusahaan yang berhutang sama dengan nilai perusahaan yang tidak berhutang ditambah dengan penghematan pajak karena hutang bunga. Proposisi II menyatakan, biaya modal saham akan meningkat dengan semakin meningkatnya hutang, tetapi penghemat pajak akan lebih besar dengan penurunan nilai karena kenaikan biaya modal saham.


(19)

Teori kedua yaitu , Trade off theory yang diungkapkan oleh Myers (2001), perusahaan akan berhutang sampai pada tingkat hutang tertentu, dimana penghemat pajak (tax shield) dari tambahan hutang sama dengan biaya kesulitan keuangan (financial distress). Biaya kesulitan keuangan (financial distress) adalah biaya kebangkrutan dan biaya keagenan (agency costs) yang meningkat akibat dari turunnya krediabilitas suatu perusahaan. Teori ketiga yaitu, Pecking order theory yang diungkapkan oleh Myers (1984), menyatakan bahwa perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi justru tingkat hutangnya rendah, dikarenakan perusahaan yang profitabilitasnya tinggi memiliki sumber dana internal yang berlimpah.

Teori ketiga yaitu, Pecking Order Theory yang merupakan pengembangan dari signalling theory. Teori ini menjelaskan bahwa “ perusahaan dengan tingkat

profitabilitas yang tinggi justru tingkat hutangnya rendah, hal tersebut dikarenakan perusahaan yang profitabilitasnya tinggi memiliki sumber pendanaan internal yang berlimpah”. Fenomena terkait dengan teori ini banyaknya perusahaan di Indonesia yang mengalami masalah hutang pada saat terjadinya krisis, disebabkan banyaknya pinjaman dalam bentuk valuta asing dalam jangka pendek dan tidak adanya antisipasi risiko (hedge). Untuk memperbaiki keadaan ini, diperlukan komitmen manajemen dalam mengelola hutang agar tidak berimbas pada nilai perusahaan. Penelitian yang dilakukan Chandra (2006) mengatakan bahwa rata-rata perusahaan di Indonesia cenderung menganut

pecking order theory yang menyebutkan bahwa perusahaan seharusnya lebih konservatif dalam berhutang dan mendahulukan pendanaan internal, sementara


(20)

kekurangannya baru menggunakan pendanaan eksternal yaitu hutang atau penambahan saham baru. Penelitian tersebut berlawanan dengan penlitian yang dilakukan oleh Singh dan Hamid (1992) dan Singh (1995) menyatakan bahwa “ perusahaan-perusahaan di negara berkembang lebih memilih untuk menerbitkan ekuitas darpada berhutang dalam membiayai perusahaannya.” Hal ini berlawanan dengan pecking order theory. Teori ini mengacu pada teori perusahaan yang bertujuan memaksimalkan kemakmuran pemilik perusahaan. Pecking order theory membedakan ekuitas yang diperoleh dari laba ditahan dan penerbitan saham baru karena prioritas sumber pendanaan menempatkan posisi yang paling atas sedangkan penerbitan saham baru pada posisi yang paling bawah.

Adanya faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal perusahaan menjadi hal yang penting sebagai dasar pertimbangan dalam menentukan komposisi struktur modal perusahaan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi komposisi struktur modal perusahaan diantaranya stabilitas penjualan, struktur aktiva,

leverage operasi, tingkat pertumbuhan, profitabilitas, pajak, pengendalian, sikap manajemen, deviden, ukuran perusahaan dan fleksibilitas keuangan. Dalam penelitian ini, peneliti hanya akan meneliti beberapa faktor yang diduga berpengaruh terhadap struktur modal diantaranya pertumbuhan perusahaan, profitabilitas, ukuran perusahaan dan struktur aset dan kepemilikan manajerial.

Pertumbuhan adalah dampak atas arus dana perusahaan dari perubahan operasional yang disebabkan oleh pertumbuhan atau penurunan volume usaha (Helfert,1997). Pertumbuhan perusahaan sangat diharapkan oleh pihak internal maupun eksternal perusahaan, karena pertumbuhan yang baik memberi tanda bagi


(21)

perkembangan perusahaan. Dari sudut pandang investor, pertumbuhan suatu perusahaan merupakan tanda perusahaan memiliki aspek yang menguntungkan, dan investor pun akan mengharapkan tingkat pengembalian (rate of return) dari investasi yang dilakukan menunjukkan perkembangan yang baik.

Profitabilitas mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atas pengelolaan aset perusahaan yang merupakan perbandingan antara

earning after tax dengan total aset. Peningkatan profitabilitas akan meningkatkan laba ditahan, sesuai dengan pecking order theory yang mempunyai preferensi pendanaan pertama dengan dana internal berupa laba ditahan, sehingga komponen modal sendiri semakin meningkat. Dengan meningkatnya modal sendiri, maka rasio hutang menjadi menurun dengan asumsi hutang relatif tetap.(Verena dan Mulyo, 2013).

Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain : total aktiva, log size, nilai pasar saham dan lain-lain. Menurut Brigham dan Houston (2001), ukuran perusahaan adalah rata-rata total penjualan bersih untuk tahun yang bersangkutan sampai beberapa tahun kemudian. Dalam hal ini penjualan lebih besar daripada biaya variabel dan biaya tetap, maka akan diperoleh jumlah pendapatan sebelum pajak. Sebaliknya, jika penjualan lebih kecil daripada biaya variabel dan biaya tetap maka perusahaan akan menderita kerugian.

Struktur aset merupakan faktor yang mempengaruhi pembuatan keputusan struktur modal. Semakin besar struktur aset maka semakin besar hutang pada struktur modalnya, hal ini menunjukkan bahwa semain banyak jumlah aset tetap


(22)

yang bisa digunakan sebagai jaminan hutang oleh perusahaan. Sedangkan, semakin kecil struktur aset yang dimiliki oleh suatu perusahaan, maka semakin kecil pula kemampuan perusahaan tersebut agar dapat menjamin hutang jangka panjang.

Dalam suatu perusahaan terdapat dua pelaku yang memiliki hubungan terhadap perusahaan yaitu pemilik peusahaan atau pemegang saham dan agen atau pengelola perusahaan. Adanya kerjasama antara manajemen perusahaan dengan pihak lain yang meliputi shareholder maupun stakeholder dalam membuat keputusan keuangan dengan tujuan memaksimumkan modal yang dimiliki akan meningkatkan nilai perusahaan. Para manajer yang dipercaya oleh shareholder

diharapkan akan bertindak atas nama shareholder yakni, memaksimalkan nilai perusahaan sehingga kemakmuran shareholder akan dapat tercapai.

Perusahaan meningkatkan kepemilikan manajerial untuk mensejajarkan kedudukan manajer dengan pemegang saham sehingga bertindak sesuai dengan keinginan pemegang saham. Dengan meningkatkan persentase kepemilikan, manajer termotivasi untuk meningkatkan kinerja dan bertanggung jawab untuk peningkatan kemakmuran pemegang saham.

Penelitian tentang pengaruh pertumbuhan perusahaan, profitabilitas, firm size, struktur asset dan kepemilikan manajerial terhadap kebijaksanaan struktur modal merupakan replikasi dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Erlina (2006), Dewani (2010), Puspawardhany (2011), Nugrahani (2012), Sari dan A. Mulyo (2013).


(23)

Erlina (2006) menemukan bukti yang tidak konsisten anatara masa sebelum krisis, masa krisis dan masa setelah krisis. Pada masa sebelum krisis kepemilikan manajer tidak berperanan sebagai variabel yang memperkuat hubngan antara kesempatan tumbuh dengan kebijakan struktur modal. Akan tetapi, pada masa krisis dan setelah krisis kepemilikan manajer berperanan sebagai variabel yang memperkuat hubungan tersebut.

Dewani(2010) menemukan bahwa pada perusahaan consumer goods

pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan, dan struktur aktiva berpengaruhpositif terhadap struktur modal, tetapi tidak dengan profitabilitas yang berpengaruh negatif terhadap struktur modal.

Puspawardhany (2011) menemukan bahwa pertumbuhan penjualan, profitabilitas, struktur aktiva dan ukuran perusahaan secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal. Pertumbuhan penjualan memiliki pengaruh negatif tidak signifikan terhadap struktur modal. Profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal. Struktur aktiva memiliki pengaruh positif terhadap struktur modal. Ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal.

Nugrahani (2012) menemukan bahwa pertumbuhan penjualan, profitabilitas, likuiditas, ukuran perusahaan serta manajerial ownership secara simultan berpengaruh terhadap struktur modal. Namun secara pasrial variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal adalah likuiditas dan ukuran perusahaan sedangkan profitabilitas, kepemilikan manajerial dan pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.


(24)

Sari dan A. Mulyo (2013) menemukan ukuran perusahaan dan struktur aktiva berpengaruh positif terhadap struktut modal, sedangkan profitabilitas, likuiditas dan pertumbuhan aset berpengaruh negatif terhadap struktur modal.

Dari beberapa penelitian yang disebutkan kebanyakan penelitian berkisar pada perusahaan manufaktur, masih terbataspeneliti yang berminat melakukan penelitian di perusahaan jasa. Sebagaimana diketahui bahwa jenis perusahaan itu ada perusahaan jasa, perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur.Penulis tertarik untuk melakukan penelitian pada perusahaan jasa khususnya pada sektor keuangan yaitu perusahaan yang terdiri atas sub sektor perbankan, asuransi, lembaga pembiayaan, perusahaan efek dan sub sektor lainnya. Karena dengan mengetahui bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal dari perusahaan tersebut penulis jadi lebih memahami bagaimana perusahaan-perusahaan di Indonesia dapat terus berkembang seiring dengan ketidak pastianya pertumbuhan perekonomian di indonesia dan melihat kaitannya dalam perspektif

pecking order theory yang digunakan suatu perusahaan yang memberikan dampak positif bagi perusahaan.Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “ Pengaruh pertumbuhan perusahaan, profitabilitas, firm size, struktur aktiva dan kepemilikan manajerial terhadap kebijakan struktur modal dalam perspektif pecking order theory pada perusahaan jasa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.


(25)

1.2. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang penelitian di atas, maka dapat dirumuskan pokok-pokok permasalahan yang akan dilakukan pembahasan pada penelitian ini yaitu : 1. Bagaimanakah pengaruh pertumbuhan perusahaan secara parsial terhadap

kebijakan struktur modal dalam perspektif pecking order theory

padaperusahaan jasa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2013?

2. Bagaimanakahpengaruh profitabilitas secara parsial terhadap kebijakan struktur modal dalam perspektif pecking order theory pada perusahaan jasa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2013 ?

3. Bagaimana pengaruh firm size secara parsial terhadap kebijakan struktur modal dalam perspektif pecking order theory pada perusahaan jasa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2013 ?

4. Bagaimana pengaruh struktur aset secara parsial terhadap kebijakan struktur modal dalam perspektif pecking order theory pada perusahaan jasa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2013 ?

5. Bagaimanakah pengaruh kepemilikan manajerial secara parsial terhadap kebijakan struktur modal dalam perspektif pecking order theory pada perusahaan jasa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2013 ? 6. Bagaimanakah pengaruh pertumbuhan perusahaan, profitabilitas, firm size,

struktur aktiva dan kepemilikan manajerial secara simultan terhadap kebijakan struktur modal dalam perspektif pecking order theory pada perusahaan jasa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2013?


(26)

1.3. Tujuan Penelitian

Sebagaimana yang diketahui bahwa setiap penulisan permasalahan yang diteliti tentu memiliki tujuan penelitian. Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan perusahaan secara parsial terhadap kebijakan struktur modal dalam perspektif pecking order theory pada perusahaan jasa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2013. 2. Untuk mengetahui pengaruh profitabilitas secara parsial terhadap kebijakan

struktur modal dalam perspektif pecking order theory pada perusahaan jasa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2013.

3. Untuk mengetahui pengaruh firm size secara parsial terhadap kebijakan struktur modal dalam perspektif pecking order theory pada perusahaan jasa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2013.

4. Untuk mengetahui pengaruh struktur aset secara parsial terhadap kebijakan struktur modal dalam perspektif pecking order theory pada perusahaan jasa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2013.

5. Untuk mengetahui pengaruh kepemilikan manajerial secara parsial terhadap kebijakan struktur modal dalam perspektif pecking order theory pada perusahaan jasa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2013. 6. Untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan perusahaan, profitabilitas, firm size,

struktur aktiva dan kepemilikan manajerial secara simultan terhadap kebijakan struktur modal dalam perspektif pecking order theory pada perusahaan jasa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2013.


(27)

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi peneliti, diharapkan penelitian ini merupakan pelatihan intelektual yang

diharapkan dapat menambah pemahaman mengenai pengaruh pertumbuhan perusahaan dan kepemilikan manajerial terhadap kebijakan struktur modal. 2. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan akan memberikan informasi

terutama bagi manajer keuangan untuk dijadikan sebagai masukan dan menjadi pertimbangan dalam pertumbuhan perusahaan dan kepemilikan manajerial yang dapat merubah struktur capital perusahaan.

3. Bagi pembaca dan peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi bukti empiris bagi pembaca sebagai rekomendasi peneliti yang dilakukan di Indonesia di masa yang akan datang. Serta untuk peneliti selanjutnya diharapkan penelitian ini dapat melengkapi temuan – temuan empiris yang telah ada di bidang akuntansi untuk kemajuan dan pengembangan ilmiah di masa yang akan datang.


(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Pecking Order Theory

Teori pecking order ini merupakan pengembangan dari signalling theory. Teori tersebut adalah teori struktur pendanaan yang menawarkan alternatif lain dalam pengambilan keputusan pendanaan. Pemilihan pendanaan berdasarkan risiko merupakan konsep pecking order theory yang diperkenalkan oleh Myers dan Majluf (1984).

Pecking order theory mengacu pada teori perusahaan yang bertujuan memaksimumkan kemakmuran pemilik perusahaan. Teori ini membedakan ekuitas yang diperoleh dari laba ditahan dan penerbitan saham baru pada posisi yang paling bawah. Secara ringkas teori tersebut menyatakan bahwa (Brealey.at all, 1991) :

1. Perusahaan menyukai internal financing (pendanaan dari hasil operasi perusahaan).

2. Perusahaan mencoba menyesuaikan rasio pembagian deviden yang ditargetkan dengan berusaha menghindari perubahan pembayaran deviden secara drastis.

3. Kebijakan deviden yang relatif enggan untuk diubah, disertai dengan fluktuasi profitabilitas dan kesempatan investasi yang tidak bisa diduga, mengakibatkan dana hasil operasi terkadang melebihi


(29)

kebutuhan dana untuk investasi, meskipun pada kesempatan yang lain, mungkin kurang. Apabila dana hasil operasi kurang dari kebutuhan investasi, maka perusahaan akan mengurangi saldo kas atau menjual sekuritas yang dimiliki.

4. Apabila pendanaan dari luar (external financing) diperlukan, maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling aman terlebih dahulu yaitu dimulai dengan penerbitan obligasi, kemudian diikuti oleh sekuritas yang berkarakteristik opsi (seperti obligasi konversi), dan apabila masih belum mencukupi, saham baru diterbitkan.

Teori pecking order menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai urutan-urutan preferensi dalam memilih sumber pendanaan. Perusahaan yang

profitable biasanya meminjam dalam jumlah sedikit. Hal tersebut bukan karena mereka mempunyai target rasio hutang yang rendah, tetapi karena memang mereka membutuhkan external financing yang sedikit. Perusahaan yang kurang profitable cenderung mempunyai hutang yang lebih besar karena dua alasan yaitu dana internal yang tidak mencukupi kebutuhan dan karena hutang merupakan sumber dana eksternal yang lebih disukai. Pendanaan internal lebih disukai karena hal tersebut memungkinkan perusahaan untuk tidak membuka diri lagi terhadap pihak luar. Dalam pendanaan eksternal, hutang lebih disukai daripada modal sendiri karena pertimbangan biaya emisi obligasi akan lebih murah dibandingkan biaya emisi saham. Selain itu manajemen juga mengkahwatirkan apabila melakukan penerbitan saham baru dipandang sebagai hal yang negatif oleh para pemodal, hal tersebut tentunya


(30)

berdampak buruk bagi harga saham (Husnan,1996). Pecking order theory

membedakan ekuitas yang diperoleh dari laba ditahan dan penerbitan saham baru karena prioritas sumber pendanaan menempatkan posisi yang paling atas sedangkan penerbitan saham baru pada posisi yang paling bawah.

2.1.2 Struktur modal

2.1.2.1 Pengertian Struktur Modal

Setiap kegiatan investasi yang dilakukan perusahaan akan memerlukan pendanaan. Oleh karena itu, apabila dana intern (modal sendiri) yang dimiliki tidak cukup maka perusahaan harus mengupayakan dana yang berasal dari ekstern (pihak diluar perusahaan). Penggunaan dana dari luar perusahaan dalam manajemen keuangan disebut struktur modal yang tampak pada sisi ekuitas dan neraca perusahaan (Syahyunan,2013). Struktur modal (capital structure) merupakan kombinasi hutang dan ekuitas dalam struktur keuangan jangka panjang perusahaan. Tidak seperti debt ratio atau

leverage ratio yang hanya menggambarkan rasio hutang dan ekuitas pada suatu saat tertentu, struktur modal lebih menggambarkan target komposisi hutang dan ekuitas dalam jangka panjang pada suatu perusahaan (Arifin,2005).

Struktur modal merupakan keputusan keuangan yang kompleks. Untuk mencapai tujuan perusahaan memaksimalkan kekayaan pemilik, manajer keuangan harus dapat menilai struktur modal perusahaan dan


(31)

memahami hubungannya dengan risiko, hasil/pengembalian dan nilai. Keputusan keuangan yang efektif dapat merendahkan biaya modal, menghasilkan NBS yang lebih tinggi dan meningkatkan nilai perusahaan (Sudjaja & Barlian,2002).

Menurut Weston dan Brigham (2005:150), Struktur modal yang ditargetkan adalah bauran atau perpaduan dari hutang, saham preferen, saham biasa yang dikehendaki perusahaan dalam struktur modalnya. Struktur modal yang optimal adalah gabungan ekuitas yang memaksimumkan harga saham perusahaan.

Struktur modal perusahaan dibagi kedalam dua kategori, anatara lain :

1. Struktur modal sederhana, yaitu perusahaan yang tidak

mempunyai efek berpotensi saham biasa (potential diluters).

2. Struktur modal Kompleks, yaitu perusahaan yang mempunyai

satu atau lebih jenis efek berpotensi saham biasa.

Penggolongan struktur modal perusahaan kedalam kategori sederhana dan kategori kompleks tidak didasarkan pada besar kecilnya skala operasi, tetapi semata-mata didasarkan pada ada atau tidak adanya efek yang berpotensi dalam saham biasa di dalam struktur modalnya.

Menurut Sutrisno (2000:307-308) struktur modal juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

1. Persesuaian atau Suitability

Merupakan persesuaian antara cara pemenuhan dana dengan jangka waktu kebutuhannya. Bila yang dibutuhkan perusahaan-perusahaan berjangka pendek dibelanjai dengan hutang, obligasi atau dengan


(32)

mengeluarkan modal sendiri hal tersebut kurang sesuai. Sebaliknya cara pemenuhan dana disesuaikan dengan jangka waktu kebutuhannya, artinya bila kebutuhan dana berjangka pendek maka sebaiknya dipenuhi sumber dana jangka pendek dan bila kebutuhan dana jangka panjang sebaiknya dipenuhi sumber dana jangka panjang.

2. Pengawasan atau Control

Pengendalian atau pengawasan perusahaan ada di tangan para pemegang saham. Manajemen perusahaan mengemban tugas untuk menjalankan hasil keputusan pemegang saham. Biasanya suatu perusahaan dimiliki oleh beberapa pemegang saham sehingga bila diperlukan tambahan dana perlu dipertimbangkan apakah tugas pengawasan dari pemilik lama tidak akan berkurang. Oleh sebab itu dengan pertimbangan tersebut, biasanya pemilik lama lebih menginginkan mengeluarkan obligasi dengan menambah saham. 3. Laba /Earning per share

Memilih sumber dana apakah dari saham atau utang, secara finansial harusnya bisa menghasilkan keuntungan pemegang saham lebih besar.

4. Tingkat Risiko/Riskness

Utang merupakan sumber dana yang mempunyai risiko tinggi sebab bunganya tetap dibayarkan baik pada saat perusahaan mendapatkan laba maupun dalam kondisi merugi. Oleh karena itu, semakin besar penggunaan dana dari hutang mengindikasikan perusahaan mempunyai tingkat risiko yang lebih besar.

Menurut Brigham (2006:6), ada empat faktor yang mempengaruhi keputusan struktur modal, yaitu :

1. Risiko Bisnis

Yakni resiko yang melekat pada operasi perusahaan apabila perusahaan tidak menggunakan hutang, makin besar risiko bisnis perusahaan maka makin rendah rasio hutang yang optimal.

2. Posisi Pajak Perusahaan

Yakni dalam menggunakan hutang maka biaya bunga dapat dikurangkan dalam perhitngan pajak sehingga menurunkan biaya hutang yang sesungguhannya.

3. Fleksibilitas Keuangan

Yakni kemampuan untuk menambah modal dengan persyaratan yang wajar dalam keadaan yang memburuk. Para manajer dana perusahaan mengetahui bahwa modal yang kuat diperlukan untuk operasi yang stabil dan pemilik modal lebih suka menanamkan modalnya pada perusahaan dengan posisi neraca yang baik bila keadaan perekonomian stabil.


(33)

Yakni ada sebagian manajer lebih agresif dari yang lain, sehingga sebagian perusahaan lebih cenderung menggunakan hutang untuk meningkatkan laba, dimana hal ini tidak mempengaruhi struktur modal yang optimal, tetapi akan mempengaruhi struktur modal yang ditargetkan.

2.1.2.2 Komponen Struktur Modal

Ada beberapa komponen dari struktur modal yaitu : 1. Hutang Jangka Panjang

Jumlah hutang dalam neraca akan menunjukkan besarnya modal pinjaman yang digunakan dalam operasi perusahaan. Modal pinjaman ini dapat berupa hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang, tetapi pada umumnya pinjaman jangka panjang jauh lebih besar dibandingkan dengan hutang jangka pendek.

Menurut Sundjaja dan Barlian (2007:324), “Hutang jangka panjang merupakan salah satu dari bentuk pembiayaan jangka panjang yang memiliki jatuh tempo lebih dari satu tahun, biasanya 5-20 tahun”.

Pinjaman hutang jangka panjang dapat berupa pinjaman berjangka (pinjaman yang digunakan untuk membiayai kebutuhan modal kerja permanen, untuk melunasi hutang lain atau membeli mesin dan peralatan) dan penerbitan obligasi (utang yang diperoleh melalui penjualan surat-surat obligasi, dalam surat obligasi ditentukan nilai nominal, bunga per tahun dan jangka waktu pelunasan obligasi tersebut).


(34)

Beberapa hal yang menjadi pertimbangan manajemen sehingga memilih untuk menggunakan hutang menurut Sundjaja (2007), adalah sebagai berikut :

1. Biaya hutang terbatas, walaupun perusahaan memperoleh laba besar, jumlah bunga yang dibayarkan besarnya tetap.

2. Hasil yang diharapkan lebih rendah daripada saham biasa.

3. Tidak ada perubahan pengendalian atas perusahaan bila pembiayaan memakai hutang.

4. Pembayaran bunga merupakan beban biaya yang dapat mengurangi pajak.

5. Fleksibilitas dalam struktur keuangan dapat dicapai dengan memasukkan peraturan penembusan dalam perjanjian obligasi.

Kreditur (investor) lebih memilih menanamkan investasi dalam bentuk hutang jangka panjang karena beberapa pertimbangan. Menurut Sundjaja (2007), pemilihan investasi dalam bentuk hutang jangka panjang dari sisi investor didasarkan pada beberapa hal berikut :

1. Hutang dapat memberikan prioritas baik dalam hal pendapatan maupun likuidasi kepada pemegangnya. 2. Mempunyai saat jatuh tempo yang pasti.

3. Dilindungi oleh isi perjanjian hutang jangka panjang (dari segi risiko).

4. Pemegang memperoleh pengembalian yang tetap (kecuali pendapatan obligasi).

2. Modal sendiri

Modal sendiri adalah modal dalam suatu perusahaan yang dipertaruhkan untuk segala risiko usaha maupun risiko kerugian-kerugian lainnya. Menurut sundjaja (2002:240), modal


(35)

sendiri/equity capital merupakan dana jangka panjang yang diperoleh dari pemilik perusahaan (pemegang saham), ada dua sumber dasar dari modal sendiri yaitu :

1. Saham preferen

Saham preferen memberikan para pemegang sahamnya beberapa hak istimewa yang menjadikannya lebih senior atau lebih diprioritaskan daripada pemegang saham biasa. Oleh karena itu perusahaan tidak memberikan saham preferen dalam jumlah yang banyak.

2. Saham biasa

Pemilik perusahaan adalah pemegang saham biasa yang menginvestasikan uangnya dengan harapan mendapat pengembalian dimasa yang akan datang. Saham biasa merupakan bentuk modal sendiri yang paling mahal diikuti dengan laba ditahan dan saham preferen.

Adapun keuntungan menggunakan saham biasa (modal sendiri) adalah sebagai berikut :

1. Memiliki hak suara (hak kendali) dalam perusahaan. 2. Tidak memiliki jatuh tempo.

3. Karena menanggung risiko yang lebih besar, maka kompensasi bagi pemegang modal sendiri lebih tinggi dibanding dengan pemegang modal pinjaman


(36)

2.1.2.3. Teori Struktur Modal

Teori struktur modal menjelaskan apakah ada pengaruh perubahan struktur modal terhadap nilai perusahaan dan apakah ada pengaruh struktur modal tersebut terhadap harga saham perusahaan sebagai pencerminan nilai perusahaan. Apabila ada pengaruh struktur modal terhadap nilai perusahaan, pernyataan berikutnya adalah bagaimana struktur modal yang optimal bagi perusahaan. Dalam analisis struktur modal ini digunakan beberapa asumsi, yaitu :

1. Tidak ada pajak penghasilan. 2. Tidak ada pertumbuhan laba.

3. Pembayaran seluruh laba kepada pemegang saham yang brupa deviden.

4. Perubahan struktur modal terjadi dengan menerbitkan obligasi dan membeli kembali saham biasa atau dengan menerbitkan saham biasa dan menarik obligasi.

Menurut Sartono (2005), ada 2 pendekatan yang dapat digunakan yaitu sebagai berikut :

1. Pendekatan laba operasi bersih (Net Operating Income Approach) Pendekatan laba operasi bersih dikemukakan oleh David Durand pada tahun 1952. Pendekatan ini menggunakan asumsi bahwa investor memiliki reaksi berbeda terhadap penggunaan hutang perusahaan. Pendekatan ini melihat bahwa biaya modal rata-rata tertimbang bersifat konstan berapapun tingkat hutang yang digunakan oleh perusahaan. Dengan demikian dapat diasumsikan pertama, bahwa biaya hutang konstan. Kedua, penggunaan hutang semakin besar oleh pemilik modal sendiri dilihat sebagai peningkatan risiko perusahaan.


(37)

2. Pendekatan Tradisional (Traditional Approach)

Pada pendekatan tradisional diasumsikan terjadi perubahan struktur modal yang optimal dan peningkatan nilai total perusahaan melalui penggunaan financial laverage. Pendekatan ini menyarankan bahwa perusahaan awalnya dapat menurunkan biaya modal dan meningkatkan nilai totalnya melalui kenaikan leverage.

Adapun beberapa teori yang berkaitan dengan struktur modal antara lain adalah sebagai berikut :

1. Modigliani-Miller (MM) Theory a). Teori MM tanpa pajak

Teori struktur modal yang pertama adalah teori Modigliani dan Miller (teori MM). Mereka berpendapat bahwa struktur modal tidak relevan atau tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Hal ini didasarkan pada pendapat bahwa risiko total bagi seluruh pemegang saham tidak berubah walaupun struktur modal perusahaan mengalami penurunan. Hal ini didasarkan atas pendapat bahwa pembagian struktur modal antara hutang dan modal sendiri selalu mendapat perlindungan atas nilai investasi. Yaitu karena nilai investasi total perusahaan tergantung dari keuntungan dan risiko, sehingga nilai perusahaan tidak berubah walaupun struktur modalnya berubah (Martono,2005).

Ada beberapa asumsi-asumsi untuk membangun teori MM yaitu :


(38)

2. Investor mempunyai informasi yang sama seperti manajemen mengenai prospek perusahaan di masa depan. 3. Para inestor adalah price-takers.

4. Tidak ada pajak

5. Jika terjadi kebangkrutan maka aset dapat dijual pada harga pasar (market value).

Dengan asumsi-asumsi diatas, MM mengajukan dua proposisi yang dikenal sebagai proposisi MM tanpa pajak, antara lain :

Proposisi I : nilai dari perusahaan yang berutang sama dengan nilai dari perusahaan yang tidak berutang. Implikasi dari preposisi I ini adalah struktur modal dari suatu perusahaan tidak relevan, perubahan struktur modal tidak mempengaruhi nilai perusahaan dan

weighted average cost of capital (WACC) perusahaan akan tetap sama tidak dipengaruhi oleh bagaimana perusahaaan memandukan hutang dan modal untuk membiayai perusahaan.

Proposisi II : biaya modal saham akan meningkat apabila perusahaan melakukan atau mencari pinjaman dari pihak luar. Risk of the equity bergantung pada risiko dari operasional perusahaan (business risk) dan tingkat hutang perusahaan (financial risk).

Brealey, Myers dan Marcus (1999) menyimpulkan teori MM tanpa pajak ini yaitu tidak membedakan antara perusahaan berutang atau pemegang saham berutang pada saat kondisi tanpa pajak dan pasar yang sempurna. Nilai perusahaan tidak bergantung pada


(39)

struktur modalnya. Dengan kata lain, manajer keuangan tidak dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan merubah proposisi hutang dan ekuitas yang digunakan untuk membiayai perusahaan.

b). Teori MM dengan Pajak

Teori MM tanpa pajak dianggap tidak realistis dan kemudian MM memasukkan faktor pajak kedalam teorinya. Pajak dibayarkan kepada pemerintah, yang berarti merupakan aliran kas keluar. Hutang bisa digunakan untuk menghemat pajak, karena bunga bisa dipakai sebagai pengurang pajak.

Dalam teori MM dengan pajak, terdapat dua proposisi yaitu : Proposisi I : nilai dari perusahaan yang berhutang sama dengan nilai dari perusahaan yang tidak berhutang ditambah dengan penghematan pajak karena hutang bunga. Implikasi dari proposisi I ini adalah pembiayaan dengan hutang sangat menguntungkan dan MM menyatakan bahwa struktur modal optimal perusahaan adalah seratus persen hutang.

Proposisi II : biaya modal saham akan meningkat dengan semakin meningkatnya hutang, tetapi penghemat pajak akan lebih besar dibandingkan dengan penurunan nilai karena kenaikan biaya modal saham. Implikasi dari proposisi II ini adalah penggunaan hutang yang semakin banyak akan meningkatkan biaya modal saham. Menggunakan hutang yang lebih banyak, berarti


(40)

menggunakan modal yang lebih murah (biaya modal hutang lebih kecil dibandingkan dengan biaya modal saham), sehingga akan menurunkan biaya modal rata-rata terimbangnya (meski biaya modal saham meningkat).

2. Trade-Off Theory

Menurut trade-off theory yang diungkapkan oleh Myers(2001), “Perusahaan akan berhutang sampai pada tingkat hutang tertentu, dimana penghematan pajak (tax shields) dari tambahan hutang sama dengan biaya kesulitan keuangan (financial distress)”. Biaya

kesulitan keuangan (financial distress) adalah biaya kebangkrutan (backruptcy costs) atau reorganization, dan biaya keagenan (agency costs) yang meningkat akibat dari turunnya krediabilitas suatu perusahaan.

Trade-Off Theory dalam menentukan struktur modal memasukkan beberapa faktor antara lain pajak, biaya keagenan (agency costs) dan biaya kesulitan keuangan (financial distress) tetapi tetap mempertahankan asumsi efisiensi pasar dan symetric information

sebagai manfaat penggunaan hutang.

Perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi tentu akan berusaha mengurangi pajaknya dengan cara meningkatkan rasio hutangnya, sehingga tambahan hutang tersebut akan mengurangi pajak. Dalam kenyataannya jarang manajer keuangan yang berfikir


(41)

demikian. Penelitian yang pernah dilakukan terhadap perilaku struktur modal perusahaan di Amerika Serikat menunjukkan bahwa perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi cenderung memiliki rasio hutang rendah. Hal ini berlawanan dengan pendapat

trade-off theory. Teori ini tidak dapat menjelaskan korelasi negatif antara tingkat profitabilitas dan rasio hutang.

3. Pecking Order Theory

Teori pecking order ini pertama kali dikemukakan oleh Myers dan Majluf (1984). Packing order theory menyatakan bahwa “Perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi justru tingkat hutangnya rendah, dikarenakan perusahaan yang profitabilitasnya tinggi memiliki sumber dana internal yang berlimpah”.

Secara spesifik perusahaan mempunyai urutan-urutan preferensi (hierarki) dalam penggunaan dana. Menurut pecking order theory

dikutip oleh Smart,Megginsio, dan Gitman (2004), terdapat skenario urutan ( hierarki) dalam memilih sumber pendanaan, yaitu :

a). Perusahaan lebih memilih untuk menggunakan sumber dana dari dalam atau pendanaan internal daripada pendanaan eksternal. Dana internal diperoleh dari laba ditahan yang dihasilkan dari kegiatan operasional perusahaan.

b). Jika pendanaan eksternal diperlukan, maka perusahaan pertama kali harus memilih mulai dari sekuritas yang paling aman, yaitu hutang yang paling rendah risikonya, turun ke hutang yang lebih berisiko, sekuritas hybrid seperti obligasi konversi, saham preferen, dan saham biasa,

c). Terdapat kebijakan deviden yang konstan, yaitu perusahaan akan menetapkan jumlah pembayaran deviden yang konstan, tidak


(42)

terpengaruh seberapa besarnya perusahaan tersebut untung atau rugi.

d). Untuk mengantisipasi kekurangan persediaan kas karena adanya kebijakan deviden yang konstan dan fluktuasi dari tingkat keuntungan, serta kesempatan investasi, maka perusahaan akan mengambil portofolio investasi yang lancar tersedia.

Dalam kenyataannya, terdapat perusahaan-perusahaan yang dalam menggunakan dana untuk kebutuhan investasinya tidak sesuai seperti skenario urutan (hierarki) yang disebutkan dalam pecking order theory. Penelitian yang dilakukan oleh Sigh dan Hamid (1992), dan Singh (1995) menyatakan bahwa “ Perusahaan -perusahaan di negara berkembang lebih memilih untuk menerbitkan ekuitas daripada berhutang dalam membiayai perusahaannya”. Hal ini berlawanan dengan pecking order theory yang menyatakan bahwa perusahaan akan memilih untuk menerbitkan hutang terlebih dahulu daripada menerbitkan saham pada saat membutuhkan pendanaan eksternal.

2.1.3 Pertumbuhan Perusahaan

Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi, dalam hubungannya dengan laverage, sebaiknya menggunakan ekuitas sebagai sumber pembiayaannya agar tidak terjadi biaya keagenan (agency cost) antara pemegang saham dengan manajemen perusahaan, sebaliknya perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah sebaiknya menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaan karena penggunaan hutang akan mengharuskan perusahaan tersebut membayar bunga secara teratur.Perusahaan-perusahaan


(43)

yang memiliki pertumbuhan yang cepat seringkali harus meningkatkan aktiva tetapnya. Dengan demikian, Semakin besar kebutuhan untuk pembiayaan mendatang maka semakin besar keinginan perusahaan untuk menahan laba. Laba ditahan dari perusahaan-perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi akan meningkat, dan perusahaan tersebut akan lebih banyak melakukan hutang untuk mempertahankan rasio hutang yang ditargetkan (Mai,2006). Jadi perusahaan yang sedang tumbuh sebaiknya tidak membagikan laba sebagai deviden tetapi lebih baik digunakan untuk ekspansi. Potensi pertumbuhan ini dapat diukur dari besarnya biaya penelitian dan pengembangan. Semakin besar R&D cost-nya maka berarti ada prospek perusahaan untuk tumbuh (Sartono,2001).

Kallapur dan Trombley (1999) realisasi pertumbuhan perusahaan diproksikan dengan nilai perumbuhan perusahaan yang meliputi pertumbuhan aktiva dan ekuitas. Aktiva perusahaan menunjukkan keputusan penggunaan dana atau keputusan investasi pada masa lalu. Aktiva didefinisikan sebagai sumber daya yang mempunyai potensi memberikan manfaat ekonomis pada perusahaan di masa yang akan datang. Sumber daya yang mampu menghasilkan aliran kas masuk (cash inflow) atau mengurangi kemampuan kas keluar (cash outflow) bisa disebut sebagai aktiva. Sumber daya tersebut akan diakui sebagai aktiva perusahaan memperoleh hak penggunaan aktiva tersebut sebagai hasil transaksi atau pertukaran pada masa lalu dan manfaat ekonomis masa mendatang bisa diukur, dikuantifikasikan dengan tingkat ketetapan yang memadai.


(44)

Pertumbuhan adalah dampak atas arus dana perusahaan dari perubahan operasional yang disebabkan oleh pertumbuhan atau penurunan volume usaha (Helfert,1997). Pertumbuhan perusahaan sangat diharapkan oleh pihak internal maupun eksternal perusahaan, karena pertumbuhan yang baik memberi tanda bagi perkembangan perusahaan. Dari sudut pandang investor, pertumbuhan suatu perusahaan merupakan tanda perusahaan memiliki aspek yang menguntungkan, dan investor pun akan mengharapkan tingkat pengembalian (rate of return) dari investasi yang dilakukan menunjukkan perkembangan yang baik.

2.1.4 Profitabilitas

Profitabilitas adalah tingkat keuntungan bersih yang mampu diraih oleh perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Profitabilitas mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atas pengelolaan aset perusahaan yang merupakan perbandingan antara earning after tax dengan total aset. Peningkatan profitabilitas akan meningkatkan laba ditahan, sesuai dengan pecking order theory yang mempunyai preferensi pendanaan pertama dengan dana internal berupa laba ditahan, sehingga komponen modal sendiri semakin meningkat. Dengan meningkatnya modal sendiri, maka rasio hutang menjadi menurun dengan asumsi hutang relatif tetap.(Verena dan Mulyo, 2013).

Brigham and Houston (2001) mengatakan bahwa perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi akan menggunakan hutang


(45)

relatif kecil. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal.

2.1.5 F irm Size

Size adalah simbol ukuran perusahaan. Faktor ini menjelaskan bahwa suatu perusahaan besar memiliki akses yang lebih mudah ke pasar modal, sedangkan perusahaan kecil tidak mudah. Kemudahan aksesibilitas ke pasar modal merupakan fleksibilitas dan kemampuan perusahaan untuk menciptakan hutang atau memunculkan dana yang lebih besar dengan catatan perusahaan tersebut memiliki ratio pembayaran dividen yang lebih tinggi daripada perusahaan kecil.

Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain : total aktiva, log size, nilai pasar saham dan lain-lain. Menurut Brigham dan Houston (2001), ukuran perusahaan adalah rata-rata total penjualan bersih untuk tahun yang bersangkutan sampai beberapa tahun kemudian. Dalam hal ini penjualan lebih besar daripada biaya variabel dan biaya tetap, maka akan diperoleh jumlah pendapatan sebelum pajak. Sebaliknya, jika penjualan lebih kecil daripada biaya variabel dan biaya tetap maka perusahaan akan menderita kerugian.

Menurut Mas’ud (2008), semakin besar ukuran perusahaan yang diindikatori oleh total asset, maka perusahaan akan menggunakan hutang dalam jumlah yang besar pula. Semakin besar ukuran perusahaan


(46)

menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki jumlah aktiva yang semakin tinggi pula. Perusahaan yang ukurannya relatif besar akan cenderung menggunakan dana eksternal yang semakin besar. Hal ini disebabkan kebutuhan dana juga semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan perusahaan. Selain pendanaan internal, alternatif selanjutnya adalah pendanaan eksternal. Hal ini sejalan dengan teori pecking order yang menyatakan bahwa, jika penggunaan dana internal tidak mencukupi, maka digunakan alternatif kedua yaitu menggunakan hutang.

2.1.6 Struktur Aset

Struktur aset merupakan faktor yang mempengaruhi pembuatan keputusan struktur modal. Semakin besar struktur aset maka semakin besar hutang pada struktur modalnya, hal ini menunjukkan bahwa semain banyak jumlah aktiva tetap yang bisa digunakan sebagai jaminan hutang oleh perusahaan. Sedangkan, semakin kecil struktur aset yang dimiliki oleh suatu perusahaan, maka semakin kecil pula kemampuan perusahaan tersebut agar dapat menjamin hutang jangka panjang.

Menurut Riyanto (1997) struktur aset mencerminkan dua komponen aset secara garis besar dalam komposisinya, yaitu aset lancar dan aset tetap. Aset lancar adalah uang kas dan aktiva lain-lain yang dapat direalisasikan menjadi uang kas atau dijual atau dikonsumsi dalam suatu periode akuntansi yang normal. Sedangkan aset tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dibangun lebih dahulu yang digunakan dalam


(47)

operasi perusahaan, tidak dimasutkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa. Kebanyakan perusahaan industri di mana sebagian besar dari modalnya tertanam dalam aktiva tetap (fixed asset) akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan modalnya dari modal yang permanen, yaitu modal sendiri sedangkan modal asing sifatnya adalah sebagai pelengkap.

Struktur aset adalah penentuan berapa besar alokasi untuk masing-masing komponen aset, baik dalam aset lancar maupun dalam aset tetap (Riyanto, 1997). Titman dan Wessels (1988) menyatakan bahwa struktur aset menggambarkan sebagian jumlah aset yang dapat dijadikan jaminan (collateral value of assets). Secara umum, perusahaan yang memiliki jaminan terhadap hutang akan lebih mudah mendapatkan hutang daripada perusahaan yang tidak memiliki jaminan terhadap hutang. Struktur aset diukur dengan aset tetap per total aset (Titman dan Wessel,1988).

2.1.7 Kepemilikan Manajerial

Menurut Wahidahwati (2002), Kepemilikan manajerial merupakan pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan (Direktur dan Kominsaris). Kepemilikan manajerial diukur dari jumlah persentase saham yang dimiliki manajer.

Dalam sebuah perusahaan terdapat dua pelaku yang memiliki hubungan terhadap perusahaan yaitu pemilik peusahaan atau pemegang saham dan agen atau pengelola perusahaan. Adanya kerjasama antara manajemen perusahaan


(48)

dengan pihak lain yang meliputi shareholder maupun stakeholder dalam membuat keputusan keuangan dengan tujuan memaksimumkan modal yang dimiliki akan meningkatkan nilai perusahaan. Dalam kenyataannya penyatuan kepentingan kedua pihak tesebut sering kali menimbulkan masalah. Adanya masalah diantara manajer dan pemegang saham disebut konflik agensi (agency conflict). Dalam konsep theory of the firm (Jansen & Meckling, 1976), mengatakan adanya konflik agensi tersebut akan menyebabkan tidak tercapainya tujuan keuangan perusahaan, yaitu meningkatkan nilai perusahaan dengan cara memaksimumkan kekayaan pemegang saham.

Jensen & Meckling (1976), menyatakan bahwa penyebab konflik antara manajer dengan pemegang saham adalah perbedaan dalam pembuatan keputusan yang berkaitan dengan aktivitas pencarian dana dan pembuatan keputusan yang berkaitan dengan bagaimana dana yang diperoleh diinvestasikan. Dalam aktivitas pencarian dana, manajemen menginginkan untuk mencari sumber pendanaan dengan biaya sekecil mungkin sehingga mampu meningkatkan laba perusahaan. Dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan dana yang diperoleh, manajer cenderung memilih untuk menginvestasikan dananya pada proyek dengan risiko rendah, tetapi investor cenderung untuk memilih proyek dengan risiko tinggi karena risiko yang tinggi mencerminkan return yang akan diperoleh juga tinggi.

Konflik keagenan (agency conflict) bisa terjadi karena adanya

Asymetric information antara pemilik dan manajer, yaitu ketika salah satu pihak memiliki informasi yang tidak dimiliki oleh pihak lain, informasi ini


(49)

sangat dibutuhkan terutama pada pasar modal dengan efisiensi kuat. Berbagai cara dapat dilakukan oleh manajer untuk memiliki informasi lebih dibanding investor, akibatnya investor tidak yakin terhadap kualitas perusahaan dan tidak mau membeli saham perusahaan sehingga harga saham perusahaan menjadi turun. Konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham (shareholder) dapat diminimumkan dengan suatu mekanisme pengawasan yang dapat mensejajarkan kepentingan-kepentingan yang terkait tersebut. Namun dengan munculnya mekanisme pengawasan tersebut akan memunculkan biaya yang disebut agency cost. Biaya keagenan yang dikeluarkan oleh prinsipal untuk mengawasi kinerja manajemen menjadi beban bagi perusahaan sehingga akan mengurangi laba yang dihasilkan yang berakibat pada penurunan nilai perusahaan. Oleh karena itu, dengan berbagai strategi perusahaan terlebih dahulu harus meminimalkan konflik agensi (agency conflict) agar dapat meningkatkan nilai perusahaan.

Perusahaan yang dikendalikan oleh keluarga mempunyai struktur yang menyebabkan berkurangnya konflik agensi (agency conflict) antara pemegang saham dan kreditur, dimana kreditur menganggap bahwa kepemilikan keluarga lebih melindungi kepentingan kreditur (Anderson & Reeb,2002). Anderson & Reeb (2002), menunjukkan bahwa pemegang saham minoritas justru diuntungkan dari adanya kepemilikan keluarga.

Hasil penelitian Arifin (2005), menunjukkan bahwa perusahaan publik di jakarta yang dikendalikan keluarga atau negara maupun institusi keuangan masalah agensinya lebih baik jika dibandingkan perusahaan yang


(50)

dikendalikan oleh publik atau tanpa pengendali utama. Menurutnya, perusahaan yang dikendalikan oleh keluarga, masalah agensinya lebih kecil karena berkurangnya konflik antara principal dan agent. Jika kepemilikan keluarga lebih efisien, maka pada perusahaan dengan kepemilikan keluarga yang tinggi pengelolaan laba yang oportunis dapat dibatasi. Pengendalian yang lebih efisien dalam kepemilikan keluarga tersebut besar kemungkinan tidak berlaku di perusahaan konglomerasi seperti yang banyak terdapat di Indonesia. Untuk perusahaan konglomerasi, biasanya sebagian besar kekayaan pemilik tidak berada di satu perusahaan, tetapi tersebar di berbagai perusahaan. Jika hanya sedikit kekayaan pemilik yang berada di perusahaan yang go public, maka walaupun perusahaan go public tersebut dikendalikan keluarga, tetapi pengelolaan laba yang oportunistik mungkin justru tinggi. Kemungkinannya karena perusahaan yang go public tersebut hanya dijadikan sebagai sarana untuk mengumpulkan dana dari masyarakat untuk digunakan oleh kelompok perusahaan di Indonesia.

2.1.8 Teori Agensi (Agency Theory)

Teori dalam perusahaan yang mengidentifikasikan adanya pihak-pihak anggota perusahaan yang memiliki beberapa kepentingan untuk mencapai tujuan dalam kegiatan perusahaan. Teori agensi menyatakan bahwa hubungan keagenan timbul ketika salah satu pihak menyewa pihak lain untuk melaksanakan suatu jasa dan mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agen.


(51)

Teori agensi (agency theory) berkaitan dengan hubungan principal

(pemegang saham) dan agent (pengelola perusahaan) dengan adanya pemisahan kepemilikan dan pengendalian perusahaan (Jansen & Meckling, 1976), perbedaan antara penyetor modal (Smith & Warner,1979), pemisahan penanggung risiko, pembuatan keputusan dan pengendalian fungsi-fungsi dalam perusahaan (Fama & Jensen, 1983). Adanya pemisahan kepemilikan dan pengendalian ini akan menyebabkan timbulnya asymetry information. Menurut Scott (2000) ada dua jenis asymmetric information, yaitu : adverse selection dan moral hazard.

Adverse selection adalah suatu tipe informasi asimetri (asymmetricinformation) di mana suatu orang atau lebih pelaku-pelaku transaksi bisnis atau transaksi-transaksi yang potensial mempunyai informasi lebih atas yang lain (Scott,2000). Ketimpangan pengetahuan informasi perusahaan ini dapat menimbulkan masalah dalam transaksi pasar modal karena investor tidak mempunyai informasi yang cukup dalam pengambilan keputusan investasinya. Sedangkan moral hazard adalah suatu tipe informasi asimetri (asymmetric information) dimana satu orang atau lebih pelaku-pelaku bisnis atau transaksi-transaksi potensial yang dapat mengamati kegiatan-kegiatan mereka secara penuh dibandingkan dengan pihak lain (Scott,2000). Masalah moral hazard ini terjadi karena pihak-pihak di luar perusahaan (investor) mendelegasikan tugas dan kewenangannya kepada manajer tetapi investor tidak dapat sepenuhnya memantau manajer dalam melaksanakan pendelegasian tersebut.


(52)

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Sari &A. Mulyo Haryanto (2013) menggunakan metode regresi linear berganda dan asumsi klasik. Penelitian ini menunjukkan bahwa profitabilitas, pertumbuhan aset , likuiditas berpengaruh negatif terhadap struktur modal. Sedangkan ukuran perusahaan dan struktur aktiva berpengaruh positif terhadap struktur modal.

Kinde (2013) melakukan penelitian menggunakan metode regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan, profitabilitas, usia perusahaan (age of the firm), likuiditas dan risiko bisnis memiliki pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal. Sedangkan, ukuran perusahaan dan tangibility

tidak signifikan (insignificant) terhadap struktur modal.

Nugrahani (2012) melakukan penelitian menggunakan metode regresi linear berganda yang didahului oleh uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji multikolinearitas dan autokorelasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan profitabilitas, likuiditas, pertumbuhan penjualan, ukuran perusahaan dan kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap struktur modal. Sedangkan secara parsial variabel yang berpengaruh signifikan terhadap struktur modal adalah likuiditas dan ukuran perusahaan

Ruan, et.all (2011), menggunakan metode regresi linear berganda. Hasil empiris menunjukkan adanya hubungan yang nonlinear antara kepemilikan manajerial dengan nilai perusahaan. Kepemilikan manajerial mendorong struktur modal menjadi bentuk non linear tetapi dalam arah yang berlawanan Kepemilikan


(53)

manajerial secara simultan mempengaruhi struktur modal yang pada gilirannya mempengaruhi nilai perusahaan.

Puspawardhany (2011) menggunakan metode regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan penjualan, profitabilitas, struktur aktiva dan ukuran perusahaan secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal. Pertumbuhan penjualan memiliki pengaruh negatif tidak signifikan terhadap struktur modal. Profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal. Struktur aktiva memiliki pengaruh positif terhadap struktur modal. Ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal.

Trisna Hayuning D. (2010) Melakukan penelitian menggunakan metode analisis uji asumsi klasik dan regresi linear berganda. Variabel struktur aktiva, pertumbuhan penjualan dan firm size berpengaruh positif terhadap struktur modal. Sedangkan profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur modal.

Erlina (2006) menemukan bukti yang tidak konsisten anatara masa sebelum krisis, masa krisis dan masa setelah krisis. Pada masa sebelum krisis, kepemilikan manajer tidak berperan sebagai variabel yang memperkuat hubungan antara kesempatan tumbuh dengan kebijakan struktur modal. Akan tetapi pada krisis dan setelah krisis, kepemilikan manajer berperan sebagai variabel yang memperkuat hubungan tersebut. Kesimpulannya adalah kepemilikan manjer memperkuat hubungan antara kesempatan tumbuh dengan kebijakan struktur modal pada masa-masa krisis dan masa-masa setelah krisis.


(54)

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu

No. Nama

Peneliti dan Tahun Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian

1. Devi Verena Sari dan A. Mulyo Haryanto (2013) Pengaruh Profitabilitas, Pertumbuhan Aset, Ukuran Perusahaan, Struktur Aktiva dan likuiditas Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur di BEI Variabel independen: a.Profitabilitas b.Pertumbuhan Aset c.Ukuran Perusahaan d.Struktur Aktiva e. Likuiditas Variabel dependen: Struktur Modal

Dari kelima faktor yang diteliti terbukti bahwa ukuran perusahaan dan struktur aktiva berpengaruh positif terhadap struktur modal. Sedangkan profitabilitas, likuiditas dan pertumbuhan aset berpengaruh

negatif terhadap struktur modal. 2. Bayeh

Asnakew Kinde (2013)

Impact of Firm Level Factors on Capital Structure : Evidence from Ethiopian Insurance Companies Variabel independen : a. Pertumbuhan b. Profitabilitas c. Usia perusahaan (age of the firm)

d. Likuiditas e. Risiko bisnis

(business risk)

f. Tangibility g. Ukuran perusahaan Variabel dependen: Struktur Modal

Hasil analisis data dengan

menggunakan analisis regresi menunjukkan bahwa

pertumbuhan, profitabilitas, ukuran perusahaan (age of the firm), likuiditas dan risiko bisnis (business risk) berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal. Sedangkan ukuran perusahaan dan

tangibility tidak berpengaruh

(insignificant)


(1)

Hasil Perhitungan Capital Structure (Struktur Modal) tahun 2011 - 2013

No.

Kode

Nama Perusahaan

Capital Structure

2011

2012

2013

1.

AGRO

Bank Rakyat Indonesia Agro Niaga Tbk.

843,18

986,27

512,26

2.

BACA

Bank Capital Indonesia Tbk.

671,19

761,39

687,66

3.

BBCA

Bank Central Asia Tbk.

807,01

751,39

673,62

4.

BBKP

Bank Bukopin Tbk.

1207,32

1214,65

1017,87

5.

BBNI

Bank Negara Indonesia Tbk.

690,25

665,76

710,87

6.

BBNP

Bank Nusantara Parahyangan Tbk.

1027,55

1141,9

848,85

7.

BBRI

Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk.

843,18

862,17

880,13

8.

BBTN

Bank Tabungan Negara (persero) Tbk.

1117,23

987,16

1035,05

9.

BDMN

Bank Danamon Indonesia Tbk.

449,35

460,37

487,15

10.

BEKS

Bank Pundi Indonesia Tbk.

1193,71

1074,43

1154,06

11.

BKSW

Bank Kesawan Tbk.

302,63

314,25

336,17

12.

BMRI

Bank Mandiri (Persero) Tbk.

412,2

492,17

510,05

13.

BNBA

Bank Bumi Arta Tbk.

522,33

566,69

582,53

14.

BNGA

Bank CIMB Niaga Tbk.

808,03

771,5

792,1

15.

BNII

Bank Internasional Indonesia Tbk.

1093,35

1105,12

1123,1

16.

BSWD

Bank Swadesi Tbk.

500,43

579,74

691,74

17.

BVIC

Bank Victoria Internasional Tbk.

873,71

876,92

1065,59

18.

MAYA

Bank Mayapada Internasional Tbk.

678,5

830,06

895,53

19.

PNBM

Bank Pan Indonesia Tbk.

685,2

743,12

721,98

20.

SDRA

Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk.

974,81

1316,84

1324,46

21.

BFIN

BFI Finance Indonesia Tbk.

124,49

129,58

144,11

22.

BPFI

Batavia Prosperindo Finance Indonesia Tbk.

124,49

180,78

262,09

23.

CFIN

Clipan Finance Indonesia Tbk.

120,14

98,11

119,7

24.

HDFA

HD Finance Tbk.

416,48

522,1

586,01

25.

HADE

HD Capital Tbk.

107,99

113,42

108,93

26.

ABDA

Asuransi Bina Dana Arta Tbk..

252,6

189,06

163,91

27.

AHAP

Asuransi Harta Aman Pratama Tbk.

198,73

205,26

195,68

28.

AMAG

Asuransi Multi Artha Guna Tbk.

65,29

76,34

71,53

29.

ASDM

Asuransi Dayin Mitra Tbk.

509,86

468,42

455,83

30.

LPGI

Lippo General Insurance Tbk.

45,19

44,8

57,33

31.

MREI

Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk.

161,6

142,23

141,52

32.

PNIN

Panin Insurance Tbk.

45,08

40,13

27,56


(2)

Lampiran 4

Hasil Output Statistik

Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 99

Normal Parametersa,b Mean ,0000000

Std. Deviation 294,66254638

Most Extreme Differences Absolute ,068

Positive ,068

Negative -,054

Kolmogorov-Smirnov Z ,673

Asymp. Sig. (2-tailed) ,755

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(3)

Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 1084,032 168,716 6,425 ,000

Pertumbuhan perusahaan ,563 ,376 ,123 1,496 ,138 ,985 1,016

Profitabilitas -58,202 11,534 -,445 -5,046 ,000 ,861 1,162

Firm Size -17,179 7,857 -,188 -2,186 ,031 ,907 1,102

Struktur Aktiva -9,283 3,577 -,220 -2,595 ,011 ,933 1,071

Kepemilikan Manajerial -2000,094 1158,396 -,149 -1,727 ,088 ,903 1,108


(4)

Uji Heteroskedastisitas

Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 ,613a ,376 ,343 302,47989 1,919

a. Predictors: (Constant), Kepemilikan Manajerial, Pertumbuhan perusahaan, Firm Size, Struktur Aktiva, Profitabilitas


(5)

Regresi Linear Berganda

Uji Koefisien Determinan

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 1084,032 168,716 6,425 ,000

Pertumbuhan perusahaan ,563 ,376 ,123 1,496 ,138 ,985 1,016

Profitabilitas -58,202 11,534 -,445 -5,046 ,000 ,861 1,162

Firm Size -17,179 7,857 -,188 -2,186 ,031 ,907 1,102

Struktur Aktiva -9,283 3,577 -,220 -2,595 ,011 ,933 1,071

Kepemilikan Manajerial -2000,094 1158,396 -,149 -1,727 ,088 ,903 1,108

a. Dependent Variable: Struktur Modal

Model Summaryb

Model

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 ,613a ,376 ,343 302,47989 1,919

a. Predictors: (Constant), Kepemilikan Manajerial, Pertumbuhan perusahaan, Firm Size, Struktur Aktiva, Profitabilitas


(6)

Uji Signifikan T

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 1084,032 168,716 6,425 ,000

Pertumbuhan perusahaan ,563 ,376 ,123 1,496 ,138

Profitabilitas -58,202 11,534 -,445 -5,046 ,000

Firm Size -17,179 7,857 -,188 -2,186 ,031

Struktur Aktiva -9,283 3,577 -,220 -2,595 ,011

Kepemilikan Manajerial -2000,094 1158,396 -,149 -1,727 ,088

a. Dependent Variable: Struktur Modal

Uji Signifikan F

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 5135375,778 5 1027075,156 11,226 ,000a

Residual 8508949,591 93 91494,082

Total 1,364E7 98

a. Predictors: (Constant), Kepemilikan Manajerial, Pertumbuhan perusahaan, Firm Size, Struktur Aktiva, Profitabilitas


Dokumen yang terkait

Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Pertumbuhan Penjualan, Ukuran Perusahaan dan Struktur Aset Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013

1 50 100

Pengaruh Struktur Aset, Pertumbuhan Perusahaan, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan dan Umur Perusahaan Terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Manufakttur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

0 31 113

Pengaruh Struktur Aset, Pertumbuhan Perusahaan, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan dan Umur Perusahaan Terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Manufakttur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 36 113

Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan Dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Kebijaksanaan Struktur Modal Pada Perusahaan Jasa Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta

0 27 72

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN (FIRM SIZE), PROFITABILITAS, DAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL TERHADAP DIVIDEN (Studi Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

0 10 20

Pengaruh Trade Off Theory,Pecking Order Theory Dan Signaling Theory Terhadap Struktur Modal Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2008

0 8 127

ANALISIS PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan Institusional, Firm Size, Leverage, Dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Non-Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun

0 7 19

ANALISIS PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan Institusional, Firm Size, Leverage, Dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Non-Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun

0 5 15

PENGARUH ASSET TANGIBILITY, PROFITABILITAS, UKURAN PERUSAHAAN, DAN PERTUMBUHAN PERUSAHAAN TERHADAP STRUKTUR MODAL DENGAN PENDEKATAN PECKING ORDER THEORY (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2008).

0 0 6

Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Pertumbuhan Penjualan dan Kepemilikan Manajerial terhadap Struktur Modal dan Nilai Perusahaan Manufaktur di Indonesia (Perspektif Pecking Order Theory)

0 0 10