Tabel 11. Faktor Penyesuaian Ukuran Kota F
CS
Penduduk kota juta jiwa
Faktor penyesuaian ukuran kota
3,0 1,05
1,0 – 3,0
1,00 0,5
– 1,0 0,94
0,1 – 0,5
0,83 0,1
0,82
Sumber MKJI 1997
2. Menghitung kapasitas untuk simpang tidak bersinyal 3 lengan yaitu : C  = Co x F
W
x F
M
x F
CS
x F
RSU
x F
LT
x F
RT
x F
MI ………….
3 Dimana :
C : Kapasitas.
Co  : kapasitas dasar. F
W
: Faktor penyesuaian lebar masuk. F
M
: Faktor penyesuaian median jalan utama. F
CS
: Faktor penyesuaian ukuran kota. F
RSU
: Faktor penyesuaian tipe lingkungan jalan, hambatan samping, dan kendaraan   tak bermotor.
F
LT
: Faktor penyesuaian - belok kiri. F
RT
: Faktor penyesuaian- belok kanan. F
MI
: Faktor penyesuaian rasio arus jalan minor.
a. Tipe simpang
Tipe  simpang  merupakan  jumlah  lengan  simpang  dan  jumlah  lajur pada  jalan  utama  dan  jalan  minor  pada  simpang  tersebut  dengan
kode tiga angka. Tabel 12. Kode Tipe Simpang
Kode IT
Jumlah lengan
simpang Jumlah lajur
jalan minor Jumlah lajur
jalan utama
322 3
2 2
324 3
2 4
342 3
4 2
422 4
2 2
424 4
2 4
Sumber MKJI 1997 b.
Kapasitas Dasar Tabel 13. Kapasitas Dasar
Tipe Simpang IT Kapasitas dasar smpjam
322 2700
342 2900
324 atau 344 3200
422 2900
424 atau 444 3400
Sumber MKJI 1997
c. Faktor Penyesuaian Median Jalan Utama
Tabel 14. Faktor Penyesuaian Median Jalan Utama
Uraian Tipe M
Faktor penyesuaian
median Tidak ada median jalan utama
Tidak ada 1,00
Ada median jalan utama, lebar  3 meter Sempit
1,05 Ada median jalan utama, lebar
meter Lebar
1,20
Sumber MKJI 1997 d.
Faktor  Penyesuaian  Tipe  Lingkungan  Jalan,  Hambatan  Samping, dan Kendaraan Tak Bermotor.
Tabel  15.  Faktor  Penyesuaian  Tipe  Lingkungan  Jalan,  Hambatan Samping, dan Kendaraan Tak Bermotor.
Kode tipe
lingkungan jalan
Kelas hambatan
samping Rasio kendaran tak bermotor
0,00 0,05
0,10 0,15
0,20 Komersial
Tinggi 0,93
0,88 0,84
0,79 0,74
0,70 Sedang
0,94 0,89
0,85 0,80
0,75 0,70
Rendah 0,95
0,90 0,86
0,81 0,76
0,72 Permukiman
Tinggi 0,96
0,91 0,87
0,82 0,77
0,72 Sedang
0,97 0,92
0,88 0,83
0,78 0,73
Rendah 0,98
0,93 0,89
0,84 0,79
0,74 Akses
Terbatas Tinggisedang
rendah 1,00
0,95 0,90
0,85 0,80
0,75
Sumber MKJI 1997
F. Derajat kejenuhan
Derajat  kejenuhan  adalah  rasio  arus  lalu  lintas  smpjam  terhadap kapasitas smpjam pada bagian jalan tertentu.
DS = QC ……………………………………………    4
Dimana : DS
: Derajat kejenuhan Q
: Arus lalu lintas smpjam C
: Kapasitas smpjam MKJI, 1997
G. Kecepatan Pada Kondisi Arus Sesungguhnya
Manual  menggunakan  kecepatan  tempuh  sebagai  ukuran  utama  kinerja segmen jalan, karena mudah dimengerti dan diukur. MKJI 1997
Pada  penelitian  ini  kecepatan  sesungguhnya  akan  diukur  secara  manual yaitu dengan melakukan survey pada jam-jam sibuk.
H. Waktu Tempuh
Waktu  tempuh  merupakan  waktu  yang  diperlukan  sebuah  kendaraan
ringan  untuk  melewati  suatu  titik  awal  ia  berangkat  menuju  titik  tujuan. Dalam  hal  ini  dispesifikkan  sepanjang  segmen  jalan  Hos.  Cokroaminoto
yaitu 600 meter. Menghitung waktu tempuh rata-rata :
TT = LV …………………………………………….   5
Dengan : TT
: Waktu Tempuh Rata-rata
L : Panjang segmen km
V : kecepatan rata-rata ruang LV
I. Tundaan
Tundaan  merupakan  waktu  tempuh  tambahan  yang  dipelukan  kendaraan
ringan untuk melintasi suatu segmen jalan. a.
Tundaan Lalu Lintas simpang DT
I
Tundaan lalu lintas simpang adalah tundaan lalu lintas, rata-rata untuk semua kendaraan bermotor  yang masuk simpang. DT
I
ditentukan dari kurva empiris antara DT
I
dengan DS. MKJI 1997 b.
Tundaan Geometrik Simpang Tundaan  geometric  simpang  adalah  tundaan  geometric  rata-rata
seluruh kendaraan bermotor yang masuk simpang. Untuk DS  1,0 :
DG = 1 – DS x p
T
x 6 + 1 – p
T
x 3 + DS x 4 …….   6
Untuk DS ,0 ; DG = 4
Dimana : DG
: Tundaan geometrik simpang DS
: Derajat Kejenuhan p
T
: Rasio belok total. MKJI 1997
c. Tundaan Simpang
Tundaan simpang dihitung sebagai berikut : D  = DG + DTI
……………………………………………     7
Dimana : DG
: Tundaan geometrik simpang DTI
: tundaan lalu lintas simpang Tabel 16. Studi atau literature penunjang dari penelitian terdahulu
No Nama
Judul skripsi Metode  yang
dipakai Hasil penelitian
1 Arief  Subechi
Widodo Andalalin
pada pusat
perbelanjaan  yang telah
beroperasi ditinjau
dari tarikan  perjalanan
studi  kasus  pada Pacific
mall Tegal
MKJI 1997 Pada  ruas  jalan  Mayjen  Sutoyo
pada tahun
2006 derajat
kejenuhannya adalah 0,78  dengan  volume  lalu  lintas
sebesar  3661,67  SMPjam,  dengan adanya
Pacific  Mall  maka  jalan  Mayjen Sutoyo  akan  terbebani  sebesar
4,21 atau sebesar  198,24  SMPjam,  dan  pada
tahun 2008 derajat kejenuhan sudah mencapai  titik  kritis  yaitu  sebesar
0,84  dengan  volume  lalu  lintas sebesar
3945.24  SMPjam,  sehingga  perlu penanganan
dan bila
kondisi tersebut tetap
di  biarkan  maka  pada  tahun  2016 diprediksikan
bahwa derajat
kejenuhan jalan Mayjen Sutoyo adalah sebesar 1,13
dengan  kontribusi  lalu  lintas  akibat adanya
Pacific  Maal  sebesar  7,14    atau sebesar 336,29 SMPjam.
2.  Pada ruas jalan Kapten Sudibyo pada
tahun 2006
derajat kejenuhannya adalah
0,42  dengan  volume  lalu  lintas sebesar  1.038,93  SMPjam,  dengan
adanya Pacific  Mall  maka  jalan  Kapten
Sudibyo  akan  terbebani  sebesar 5,54  atau
sebesar  136,04  SMPjam,  dan  pada tahun 2016 derajat kejenuhan dari
jl.  Kapten  Sudibyo  mencapai  0,61 dengan  volume  lalu  lintas  sebesar
1.508,55 SMPjam.
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Umum
Metodologi  penelitian  merupakan  suatu  cara  bagi  seorang  peneliti  untuk
mendapatkan  data  yang  dibutuhkan  kemudian  selanjutnya  data  dapat digunakan  dan  dianalisa  sehingga  akan  memperoleh  kesimpulan  yang  ingin
dicapai dalam suatu penenlitian. Metodologi  yang  digunakan  dalam  penelitian  ini  adalah  dengan  cara
pengolahan data primer hasil survei lapangan, serta mengumpulkan beberapa informasi yang dibutuhkan sebagai data sekunder.
B. Metode Pengambilan Data
Pada  penelitian  ini  pengambilan  data  dikelompokan  menjadi  dua  metode,
yaitu : data primer dan data sekunder.
1. Data Primer
Survei data primer dari pengumpulan data-data primer yaitu :