ANALISA DAMPAK LALU LINTAS AKIBAT PEMBANGUNAN FLYOVER PADA RUAS JALAN SULTAN AGUNG – RYACUDU KOTA BANDAR LAMPUNG
Oleh
ARIF KURNIAWAN
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik
Pada
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Lampung
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2014
(2)
FLYOVERPADA RUAS JALAN SULTAN AGUNG–RYACUDU KOTA BANDAR LAMPUNG
Oleh: Arif Kurniawan
Kemacetan merupakan masalah yang umum dalam transportasi. Kemacetan dapat disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya adalah dengan
adanya pembangunan flyover. Pembangunan flyover diharapkan dapat mengatasi
kemacetan dalam jangka waktu yang panjang.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dampak lalu lintas akibat
pembangunan flyover pada ruas jalan Sultan Agung – Ryacudu. Penelitian ini
dilakukan pada jam sibuk di hari Senin, Kamis dan Minggu pada ruas jalan Sultan Agung, Ryacudu, Soekarno-Hatta dan simpang terdekat di jalan Sultan Agung dan jalan Ryacudu.
Metode yang digunakan adalah dengan menggunakan perhitungan jalan perkotaan dan perhitungan simpang tak bersinyal pada Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI 1997).
Hasil penelitian menunjukan bahwa derajat kejenuhan jalan Sultan Agung
0,5823, jalan Ryacudu 0,641, flyover Sultan Agung – Ryacudu 0,6723 dan jalan
Soekarno – Hatta arah Rajabasa ke flyover 0,4546 dan arah RS. Immanuel ke
flyover 0,6735. Dari keterangan diatas semua jalan derajat kejenuhannya < 0,75
yang berarti memenuhi syarat kelayakan. Waktu efektif flyover Sultan Agung –
Ryacudu kurang dari 5 tahun dan efek pergerakan lalu lintas yang ditimbulkan
akibat pembangunan flyoveryang menyebabkan pada simpang yang terdapat pada
jalan Sultan Agung dan jalan Ryacudu menjadi macet serta banyak kecelakaan karena belum adanya pengaturan lalu lintas.
Hasil ini dapat menjadi informasi bagi pemerintah tentang dampak yang
ditimbulkan akibat pembangunan flyover sehingga adanya penanganan yang
serius terhadap masalah yang ditimbulkan.
(3)
(4)
(5)
(6)
Halaman
DAFTAR ISI ... i
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR GAMBAR ... vii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. RumusanMasalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 3
D. Manfaat Penelitian ... 4
E. Pembatasan Masalah... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kemacetan Lalu Lintas ... 5
B. Dampak Negatif Kemacetan ... 6
C. Transportasi... 7
D. Jalan Perkotaan ... 8
E. Perilaku Lalu Lintas ... 9
1. Kapasitas Jalan... 9
2. Kecepatan dan Waktu Tempuh ... 9
F. Kinerja Jalan ...………... 11
G. Komposisi Lalu Lintas ... 14
H. Kecepatan Arus Bebas ... 15
1. Kecepatan Arus Bebas Dasar... 16
2. Penyesuaian Lebar Jalur Lalu Lintas Efektif ... 16
3. Faktor Penyesuaian Kecepatan untuk Ukuran Kota ... 17
I. Kapasitas ... 18
1. Kapasitas Dasar... 19
2. Faktor Penyesuaian Lebar Lajur ... 19
3. Faktor Penyesuaian Pemisah Arah ... 20
4. Faktor Penyesuaian Ukuran Kota ... 21
J. Penentuan Perilaku Lalu Lintas ... 21
1. Derajat Kejenuhan ... 21
(7)
M. Arus Jenuh Persimpangan ... 25
N. Faktor Penyesuaian Persimpangan... 26
O. Rasio Arus... 31
P. Tundaan ... 31
1. Tundaan Lalu Lintas ... 31
2. Tundaan Geometri ... 32
3. Tundaan Rata-Rata Pendekat ... 32
4. Tundaan Rata-Rata Seluruh Simpang... 33
III. METODE PENELITIAN A. Waktu Penelitian ... 34
B. Lokasi Penelitian...………. 34
C. Teknik Pelaksanaan Survey ... 35
1. Survey Pendahuluan... 35
2. Survey Lapangan ... 35
D. Pengumpulan Data ... 36
1. Pengumpulan Data Primer ... 36
2. Pengumpulan Data Sekunder ... 37
3. Analisis Data ... 37
4. Prosedur Perhitungan ... 38
E. Diagram Alir Penelitian ... 38
IV. PEMBAHASAN A. Hasil Pengumpulan Data... 40
B. Data Geometrik Jalan ……..………. 42
1. Data GeometrikFly OverSultan Agung–Ryacudu ... 42
2. Data Geometrik Jalan Soekarno–Hatta ... 42
3. Data Geometrik Jalan Sultan Agung... 43
4. Data Geometrik Jalan Ryacudu ... 44
C. DataArus Lalu Lintas... 44
1.Data Arus Lalu Lintas Sebelum AdanyaFly Over ... 45
2. Data Arus Lalu Lintas Setelah AdanyaFly Over ... 46
D. Kapasitas ... 58
1. Kapasitas (C) Sebelum AdanyaFly Over………... 58
2. Kapasitas (C) Setelah AdanyaFly Over... 61
3. Kapasitas (C) Jalan Soekarno - Hatta………... 62
E. Derajat Kejenuhan (DS)... 64
1. Derajat Kejenuhan (DS) Sebelum AdanyaFly Over ... 64
2. Derajat Kejenuhan (DS) Setelah AdanyaFly Over ... 64
3.Derajat Kejenuhan (DS) Jalan Soekarno–Hatta Setelah adanyaFly over 65 F. Kecepatan Arus Bebas (FV) ... 66
1. Kecepatan Arus Bebas (FV)Fly OverSultan Agung–Ryacudu 66 G. Kecepatan... 67
(8)
J. Pemecahan Masalah... 77
V. PENUTUP
A. Kesimpulan ... 86 B. Saran ... 87
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(9)
A. Latar Belakang
Kota Bandar Lampung merupakan sebuah kota, sekaligus ibu kota provinsi Lampung, Indonesia. Secara geografis, kota ini menjadi pintu gerbang utama pulau Sumatera, tepatnya kurang lebih 165 km sebelah barat laut Jakarta, memiliki andil penting dalam jalur transportasi darat dan aktivitas pendistribusian logistik dari Jawa menuju Sumatera maupun sebaliknya. Berdasarkan data dari Badan Pusat Stastik Provinsi Lampung terdapat 902.885 jiwa penduduk di Kota Bandar Lampung pada tahun 2012. Seiring perkembangannya, kota Bandar Lampung memiliki masalah terhadap kemacetan lalu lintas, seperti yang dialami oleh kota-kota besar lainnya. Kemacetan lalu lintas juga tidak akan dapat dihindari. Kita lihat saja dalam beberapa tahun terakhir ini, semakin padat saja jalan utama yang berada di kota Bandar Lampung.
Kemacetan lalu lintas itu sendiri adalah kondisi dimana volume lalu lintas lebih besar daripada kapasitas jalan. Kemacetan lalu lintas terjadi biasanya pada ruas jalan yang menjadi akses utama dari aktifitas masyarakat suatu kota. Semakin meningkatnya jumlah penduduk mengakibatkan semakin tingginya tingkat kegiatan dan secara langsung akan meningkatkan pergerakan pada suatu daerah. Meningkatnya jumlah pergerakan di suatu kota akan meningkatkan jumlah penggunaan sarana transportasi baik sarana transportasi umum maupun pribadi.
(10)
Semakin meningkatnya jumlah sarana transportasi yang tidak seiring dengan peningkatan prasarana transportasi, seperti jalan raya, mengakibatkan peningkatan volume lalu lintas tidak mampu ditampung oleh kapasitas jalan raya.
Pembangunan fly over merupakan salah satu tindakan penyediaan prasarana
transportasi untuk menambah kapasitas jalan sehingga dapat lebih banyak menampung volume lalu lintas dan memperlancar lalu lintas. Ketersediaan prasarana transportasi yang cukup efektif dapat memberikan keamanan dan keselamatan berkendara kepada para pelaku pergerakan. Dengan meningkatnya
jumlah kendaraan setiap tahun maka pembangunan fly over perlu dilaksanakan
untuk mengimbangi volume lalu lintas yang ditimbulkan oleh peningkatan jumlah kendaraan.
Dalam studi ini mengambil studi kasus jalan Sultan Agung – Ryacudu
dikarenakan pada ruas jalan sedang dilakukan pembangunan fly over dan pada
jalan ini terdapat intensitas aktifitas masyarakat yang tinggi yang dapat memacu tingginya volume lalu lintas pada ruas jalan ini dan pengembangan wilayah lampung ke arah utara (adanya ITERA dan Kantor Pemda Lampung). Hal ini dapat menimbulkan permasalahan lalu lintas seperti kemacetan lalu lintas apabila tidak dibarengi dengan peningkatan ketersediaan prasarana transportasi seperti
pembangunanfly over.
Berdasarkan uraian tersebut, akan sangat penting mengetahui kenapa
pembangunanfly over di jalan Sultan Agung - Ryacudu penting untuk dilakukan.
Dan juga seberapa besarkah pembangunan fly over di jalan Sultan Agung
(11)
penelitian yang berdasarkan uraian diatas dan berjudul “ANALISA DAMPAK
LALU LINTAS AKIBAT PEMBANGUNAN FLYOVER PADA RUAS JALAN
SULTAN AGUNG–RYACUDU KOTA BANDAR LAMPUNG.”
B. Rumusan Masalah
Dalam studi ini penulis ingin mengetahui pengaruh darifly overmeliputi:
1. Kapasitas lalu lintas maksimal jalan Sultan Agung - Ryacudu sebelum adanya
fly over.
2. Kapasitas lalu lintas maksimal jalan Sultan Agung - Ryacudu setelah adanya
fly over.
3. Penyebab kemacetan di ruas jalan Sultan Agung - Ryacudu.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan antara lain:
1. Mengetahui seberapa besar pengaruh dari fly over di jalan Sultan Agung
-Ryacudu terhadap pengurangan kemacetan lalu lintas di jalan tersebut.
2. Mengetahui penyebab kemacetan yang ada hubungannya dengan lebar efektif ruas jalan.
3. Membandingkan kapasitas ruas jalan sebelumnya dan sesudah adanyafly over.
4. Mengetahui efek pergerakan lalu lintas terhadapfly over.
5.Mengetahui berapa lama waktu efektif dari penggunaanfly overdalam
(12)
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat antara lain :
1. Mengetahui seberapa efektif pengaruh fly over terhadap pengurangan
kemacetan di jalan Sultan Agung - Ryacudu.
2. Memberikan informasi serta masukan kepada pihak yang terkait tentang penyelesaian permasalahan kemacetan di jalan Sultan Agung - Ryacudu.
E. Pembatasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada hal-hal berikut :
Kemacetan merupakan masalah dengan cakupan yang cukup luas, maka batasan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Kawasan penelitian yang dipilih adalah simpang di sekitar fly over yaitu di
simpang sebelum dan setelah fly over Sultan Agung - Ryacudu dan di jalan
Soekarno-Hatta. Cara pengambilan data adalah dengan survey jumlah kendaraan dan survey waktu tempuh.
2. Waktu pelaksanaan survey yaitu pada jam yang mewakili jam sibuk yaitu 07.00-08.00, 12.00-13.00, dan 16.00-17.00.
3. Parameter yang digunakan untuk menilai kinerja jalan adalah kapasitas, waktu tempuh, dan kecepatan.
4. Metode perhitungan yang digunakan adalah manual dengan menggunakan perhitungan jalan perkotaan pada Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI 1997).
(13)
A. Pengertian Kemacetan Lalu Lintas
Kemacetan adalah kondisi dimana arus lalu lintas yang lewat pada ruas jalan yang ditinjau melebihi kapasitas rencana jalan tersebut yang mengakibatkan kecepatan bebas ruas jalan tersebut mendekati atau melebihi 0 km/jam sehingga menyebabkan terjadinya antrian. Pada saat terjadinya kemacetan, nilai derajat kejenuhan pada ruas jalan akan ditinjau dimana kemacetan akan terjadi bila nilai derajat kejenuhan mencapai lebih dari 0,5 (MKJI, 1997).
Jika arus lalu lintas mendekati kapasitas, kemacetan mulai terjadi. Kemacetan semakin meningkat apabila arus begitu besarnya sehingga kendaraan sangat berdekatan satu sama lain. Kemacetan total terjadi apabila kendaraan harus berhenti atau bergerak sangat lambat ( Ofyar Z Tamin, 2000 ).
Lalu-lintas tergantung kepada kapasitas jalan, banyaknya lalu-lintas yang ingin bergerak, tetapi kalau kapasitas jalan tidak dapat menampung, maka lalu-lintas yang ada akan terhambat dan akan mengalir sesuai dengan kapasitas jaringan jalan maksimum (Budi D.Sinulingga, 1999).
Kemacetan lalu lintas pada ruas jalan raya terjadi saat arus kendaraan lalu lintas meningkat seiring bertambahnya permintaan perjalanan pada suatu periode tertentu serta jumlah pemakai jalan melebihi dari kapasitas yang ada (Meyer et al ,1984).
(14)
B. Dampak Negatif Kemacetan
Menurut Santoso (1997), kerugian yang diderita akibat dari masalah kemacetan ini apabila dikuantifikasikan dalam satuan moneter sangatlah besar, yaitu kerugian karena waktu perjalanan menjadi panjang dan makin lama, biaya operasi kendaraan menjadi lebih besar dan polusi kendaraan yang dihasilkan makin bertambah. Pada kondisi macet kendaraan merangkak dengan kecepatan yang sangat rendah, pemakaian bbm menjadi sangat boros, mesin kendaraan menjadi lebih cepat aus dan buangan kendaraan yang dihasilkan lebih tinggi kandungan konsentrasinya. Pada kondisi kemacetan pengendara cenderung menjadi tidak sabar yang menjurus ke tindakan tidak disiplin yang pada akhirnya memperburuk kondisi kemacetan lebih lanjut lagi.
Menurut Etty Soesilowati (2008), secara ekonomis, masalah kemacetan lalu lintas akan menciptakan biaya sosial, biaya operasional yang tinggi, hilangnya waktu, polusi udara, tingginya angka kecelakaan, bising, dan juga menimbulkan ketidaknyamanan bagi pejalan kaki.
Menurut Tamin (2000:493), masalah lalu lintas atau kemacetan menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi pemakai jalan, terutama dalam hal pemborosan waktu (tundaan), pemborosan bahan bakar, pemborosan tenaga dan rendahnya kenyamanan berlalulintas serta meningkatnya polusi baik suara maupun polusi udara.
(15)
C. Transportasi
Pengertian transportasi menurut Morlok (1981) adalah memindahkan atau mengangkut dari suatu tempat ke tempat lain. Menurut Bowersox (1981), definisi transportasi adalah perpindahan barang atau penumpang dari suatu lokasi ke lokasi lain, dengan produk yang digerakkan atau dipindahkan ke lokasi yang dibutuhkan atau diinginkan. Steenbrink mendefinisikan sebagai perpindahan orang atau barang menggunakan kendaraan atau lainnya, tempat-tempat yang dipisahkan secara geografis.
Pengertian transportasi menurut Papacostas (1987), transportasi didefinisikan sebagai suatu sistem yang terdiri dari fasilitas tertentu beserta arus dan sistem kontrol yang memungkinkan orang atau barang dapat berpindah dari suatu tempat ketempat lain secara efisien dalam setiap waktu untuk mendukung aktifitas manusia.
Transportasi dikatakan baik, apabila perjalanan cukup cepat, tidak mengalami kemacetan, frekuensi pelayanan cukup, aman, bebas dari kemungkinan kecelakaan dan kondisi pelayanan yang nyaman. Untuk mencapai kondisi yang ideal seperti ini, sangat ditentukan oleh berbagai faktor yang menjadi komponen transportasi ini, yaitu kondisi prasarana (jalan), sistem jaringan jalan, kondisi sarana (kendaraan) dan sikap mental pemakai fasilitas transportasi tersebut (Budi D. Sinulingga, 1999).
Proses transportasi merupakan gerakan dari tempat asal, yaitu darimana kegiatan pengangkutan dimulai dan ke tempat tujuan, yaitu dimana kegiatan pengangkutan diakhiri. Transportasi bukanlah tujuan, melainkan sarana untuk mencapai tujuan sementara kegiatan masyarakat sehari-hari, bersangkut paut dengan produksi
(16)
barang dan jasa untuk mencukupi kebutuhan yang beraneka ragam. Kegiatan transportasi terwujud menjadi pergerakan lalu lintas antara dua guna lahan, karena proses pemenuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi ditempat asal
(Nasution,1996).
D. Jalan Perkotaan
Pengertian jalan perkotaan menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997, merupakan segmen jalan yang mempunyai perkembangan secara permanen dan menerus sepanjang seluruh atau hampir seluruh jalan, minimum pada satu sisi jalan, apakah berupa perkembangan lahan atau bukan. Termasuk jalan di atau dekat pusat perkotaan dengan penduduk lebih dari 100.000, maupun jalan didaerah perkotaan dengan penduduk kurang dari 100.000 dengan perkembangan samping jalan yang permanen dan menerus.
Tipe jalan pada jalan perkotaan adalah sebagai berikut ini. 1. Jalan dua lajur dua arah (2/2 UD).
2. Jalan empat lajur dua arah.
a. Tak terbagi (tanpa median) (4/2 UD). b. Terbagi (dengan median) (4/2 D). 3. Jalan enam lajur dua arah terbagi (6/2 D). 4. Jalan satu arah (1-3/1).
Menurut Highway Capacity Manual (HCM) 1994, jalan perkotaan dan jalan luar
kota adalah jalan bersinyal yang menyediakan pelayanan lalu lintas sebagai fungsi utama, dan juga menyediakan akses untuk memindahkan barang sebagai fungsi pelengkap.
(17)
E. Perilaku Lalu Lintas
Perilaku lalu lintas menyatakan ukuran kuantitas yang menerangkan kondisi yang dinilai oleh pembina jalan. Perilaku lalu lintas pada ruas jalan meliputi kapasitas, waktu tempuh, dan kecepatan tempuh rata-rata (MKJI 1997).
1. Kapasitas Jalan
Kapasitas suatu ruas jalan dalam suatu sistem jalan adalah jumlah kendaraan maksimum yang memiliki kemungkinan yang cukup untuk melewati ruas jalan tersebut (dalam satu maupun dua arah) dalam periode waktu tertentu dan di bawah kondisi jalan dan lalu lintas yang umum (Oglesby dan Hicks, 1993).
Untuk jalan dua lajur dua arah, kapasitas ditentukan untuk arus dua arah (kombinasi dua arah), tetapi untuk jalan dengan banyak lajur, arus dipisahkan per arah dan kapasitas ditentukan per lajur.
Kapasitas merupakan salah satu ukuran kinerja lalu lintas pada saat arus lalu lintas maksimum dapat dipertahankan (tetap) pada suatu bagian jalan pada kondisi tertentu (MKJI, 1997).
Menurut HCM 1994, kapasitas didefinisikan sebagai penilaian pada orang atau kendaraan masih cukup layak untuk memindahkan sesuatu, atau keseragaman segmen jalan selama spesifikasi waktu dibawah lalu lintas dan jam sibuk.
2. Kecepatan dan Waktu Tempuh
Kecepatan dinyatakan sebagai laju dari suatu pergerakan kendaraan dihitung dalam jarak persatuan waktu (km/jam) (F.D Hobbs, 1995).
(18)
Pada umumnya kecepatan dibagi menjadi tiga jenis sebagai berikut ini.
a. Kecepatan setempat (Spot Speed), yaitu kecepatan kendaraan pada suatu saat
diukur dari suatu tempat yang ditentukan.
b. Kecepatan bergerak (Running Speed), yaitu kecepatan kendaraan rata-rata pada
suatu jalur pada saat kendaraan bergerak dan didapat dengan membagi panjang jalur dibagi dengan lama waktu kendaraan bergerak menempuh jalur tersebut.
c. Kecepatan perjalanan (Journey Speed), yaitu kecepatan efektif kendaraan yang
sedang dalam perjalanan antara dua tempat dan merupakan jarak antara dua tempat dibagi dengan lama waktu kendaraan menyelesaikan perjalanan antara dua tempat tersebut.
MKJI menggunakan kecepatan tempuh sebagai ukuran utama kinerja segmen jalan. Kecepatan tempuh merupakan kecepatan rata-rata (km/jam) arus lalu lintas dari panjang ruas jalan dibagi waktu tempuh rata-rata kendaraan yang melalui segmen jalan tersebut. (MKJI 1997).
Kecepatan tempuh merupakan kecepatan rata-rata dari perhitungan lalu lintas yang dihitung berdasarkan panjang segmen jalan dibagi dengan waktu tempuh rata-rata kendaraan dalam melintasinya (HCM, 1994).
Sedangkan waktu tempuh (TT) adalah waktu total yang diperlukan untuk melewati suatu panjang jalan tertentu, termasuk waktu berhenti dan tundaan pada simpang. Waktu tempuh tidak termasuk berhenti untuk beristirahat dan perbaikan kendaraan (MKJI,1997).
(19)
Waktu tempuh merupakan waktu rata-rata yang dihabiskan kendaraan saat melintas pada panjang segmen jalan tertentu, termasuk di dalamnya semua waktu henti dan waktu tunda (HCM, 1994).
F. Kinerja Jalan
Kinerja jalan menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga tahun 1997, adalah suatu ukuran kuantitatif yang menerangkan tentang kondisi operasional jalan seperti kerapatan atau persen waktu tundaan. Kinerja jalan pada umumnya dinyatakan dalam kecepatan, waktu tempuh dan kebebasan bergerak.
Unjuk kerja atau tingkat pelayanan jalan merupakan indikator yang menunjukan tingkat kualitas lalu lintas. Menurut MKJI 1997 dalam Fathoni, M dan Buchori, E,
2004 tingkat pelayanan jalan (Level of service) dinyatakan sebagai berikut:
a. Kondisi operasi yang berbeda yang terjadi pada lajur jalan ketika mampu menampung bermacam-macam volume lalu lintas.
b. Ukuran kualitas dari pengaruh faktor aliran lalu lintas, kenyamanan pengemudi, waktu perjalanan, hambatan, kebebasan manuver dan secara tidak langsung biaya operasi dan kenyamanan.
Unjuk kerja lalu lintas pada ruas jalan perkotaan dapat ditentukan melalui nilai VC ratio atau perbandingan antara volume kendaraan yang melalui ruas jalan tersebut pada rentang waktu tertentu dengan kapasitas ruas jalan tersebut yang tersedia untuk dapat dilalui kendaraaan pada rentang waktu tertentu. Semakin besar nilai perbandingan tersebut maka unjuk kerja pelayanan lalu lintas akan
(20)
semakin buruk dan berpengaruh pada kecepatan operasional kendaraan yang merupakan bentuk fungsi dari besaran waktu tempuh kendaraan. Nilai VC ratio dapat dibuat interval untuk mengklasifikasikan tingkat pelayanan ruas jalan.
Di Indonesia, kondisi pada tingkat pelayanan (LOS) diklasifikasikan atas berikut ini.
1. Tingkat Pelayanan A
a. Kondisi arus bebas dengan volume lalu lintas rendah dan kecepatan tinggi. b. Kepadatan lalu lintas sangat rendah dengan kecepatan yang dapat
dikendalikan oleh pengemudi berdasarkan batasan kecepatan
maksimum/minimum dan kondisi fisik jalan.
d. Pengemudi dapat mempertahankan kecepatan yang diinginkannya tanpa atau dengan sedikit tundaan.
2. Tingkat Pelayanan B
a. Arus stabil dengan volume lalu lintas sedang dan kecepatan mulai dibatasi oleh kondisi lalu lintas.
b. Kepadatan lalu lintas rendah, hambatan internal lalu lintas belum mempengaruhi kecepatan.
c. Pengemudi masih cukup punya kebebasan yang cukup untuk memilih kecepatannya dan lajur jalan yang digunakan.
3. Tingkat Pelayanan C
a. Arus stabil tetapi kecepatan dan pergerakan kendaraan dikendalikan oleh volume lalu lintas yang lebih tinggi.
(21)
c. Pengemudi memiliki keterbatasan untuk memilih kecepatan, pindah lajur atau mendahului.
4. Tingkat Pelayanan D
a. Arus mendekati tidak stabil dengan volume lalu lintas tinggi dan kecepatan masih ditolerir namun sangat terpengaruh oleh perubahan kondisi arus. b. Kepadatan lalu lintas sedang fluktuasi volume lalu lintas dan hambatan
temporer dapat menyebabkan penurunan kecepatan yang besar.
c. Pengemudi memiliki kebebasan yang sangat terbatas dalam menjalankan kendaraan, kenyamanan rendah, tetapi kondisi ini masih dapat ditolerir untuk waktu yang sangat singkat.
5. Tingkat Pelayanan E
a. Arus lebih rendah daripada tingkat pelayanan D dengan volume lalu lintas mendekati kapasitas jalan dan kecepatan sangat rendah.
b. Kepadatan lalu lintas tinggi karena hambatan internal lalu lintas tinggi. c. Pengemudi mulai merasakan kemactan-kemacetan durasi pendek.
6. Tingkat Pelayanan F
a. Arus tertahan dan terjadi antrian kendaraan yang panjang.
b. Kepadatan lalu lintas sangat tinggi dan volume rendah serta terjadi kemacetan untuk durasi yang cukup lama.
(22)
Formulir yang digunakan untuk menilai kinerja jalan yaitu formulir UR-1 untuk data umum dan data geometrik jalan, UR-2 untuk arus lalu lintas serta UR-3 untuk analisa kecepatan dan kapasitas jalan.
G. Komposisi Lalu Lintas
Nilai arus lalu lintas mencerminkan komposisi lalu lintas, dengan menyatakan arus dalam satuan mobil penumpang (SMP). Semua nilai arus lalu lintas (per arah dan total) diubah menjadi satuan mobil penumpang (SMP) dengan menggunakan
ekivalensi mobil penumpang (EMP). Nilai normal untuk komposisi lalu lintas
diperlihatkan pada Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1 Nilai normal komposisi lalu lintas Nilai normal untuk komposisi lalu lintas:
Ukuran kota LV % HV % MC %
< 0,1 juta penduduk
0,1–0,5 juta penduduk
0,5–1,0 juta penduduk
1,0–3,0 juta penduduk
> 3,0 juta penduduk
45 45 53 60 69
10 10 9 8 7
45 45 38 32 24 Sumber: MKJI 1997: Hal. 5-37
Ekivalensi mobil penumpang (EMP) untuk kendaraan berat (HV) dan sepeda motor (MC) diperoleh dengan masukan adalah tipe jalan seperti terlihat pada Tabel 2 berikut.
(23)
Tabel 2 EMP untuk jalan perkotaan terbagi dan satu arah Tipe Jalan:
Jalan satu arah dan jalan terbagi
Arus lalu lintas per jalur (Kend/jam)
EMP
HV MC
Dua Lajur satu arah (2/1) Empat lajur terbagi (4/2D)
0 > 1050
1,3 1,2
0,40 0,25 Tiga lajur satu arah (3/1)
Enam lajur terbagi (6/2 D)
0 > 1100
1,3 1,2
0,40 0,25 Sumber: MKJI 1997: Hal. 5-38
H. Kecepatan Arus Bebas
Untuk kecepatan arus bebas sesungguhnya dipakai berdasarkan persamaan sebagai berikut :
FV = (Fvo + Fvw) * FFsf * FFVcs………(2.1)
Keterangan:
FV : Kecepatan arus bebas kendaraan ringan (Km/jam)
FVw : Penyesuaian lebar jalur lalu lintas efektif (Km/jam)
Fvo : Kecepatan arus bebas dasar untuk kendaraan ringan (Km/jam)
FFVcs : Penyesuaian kecepatan untuk ukuran kota
FFVsf : Faktor penyesuaian hambatan samping dan lebar bahu
Untuk jalan tak terbagi, analisis kecepatan arus bebas dilakukan pada kedua arah lalu lintas. Untuk jalan terbagi, analisis dilakukan terpisah pada masing-masing arah lalu lintas, seolah-olah masing-masing arah merupakan jalan satu arah yang terpisah.
(24)
1. Kecepatan Arus Bebas Dasar (FVo)
Berdasarkan MKJI 1997, kecepatan arus bebas dasar (FV
0) diperoleh dengan variabel
masukannya adalah tipe jalan dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini.
Tabel 3 Kecepatan Arus Bebas Dasar (FVo) untuk jalan perkotaan
Tipe Jalan
Kecepatan arus bebas dasar Fvo (Km/jam) Kendaraan Ringan (LV) Kendaraan Berat (HV) Sepeda Motor (MC) Semua Kendaraan (Rata-Rata) Enam lajur terbagi (6/2D)
atau tiga lajur satu arah (3/1)
Empat lajur terbagi (4/2 D) atau dua lajur satu arah (2/1)
Empat lajur tak terbagi
(4/2UD)
Dua lajur tak terbagi (2/2 UD)
61 57 53 44 52 50 46 40 48 47 53 40 57 53 51 42
Sumber : MKJI 1997 : Hal. 5-44
2. Penyesuaian Lebar Jalur Lalu lintas Efektif (FV W)
Penyesuaian jalur lalu lintas efektif merupakan penyesuaian untuk kecepatan arus bebas dasar sebagai akibat dari lebar jalur lalu lintas yang ada pada segmen suatu jalan (MKJI, 1997). Variabel masukan yang digunakan adalah tipe jalan, dan lebar lajur lalu lintas efektif (W
(25)
Tabel 4 Penyesuaian kecepatan arus bebas untuk lebar jalur lalu lintas (FVw)
Tipe Jalan
Lebar jalur lalu lintas Efektif (Wc)
(M)
FVw (Km/Jam)
Empat lajur terbagi atau jalan satu arah
Per Lajur 3,00 3,25 3,50 3,75 4,00 -4 -2 0 2 4
Empat lajur tak terbagi Per Lajur
3,00 3,25 3,50 3,75 4,00 -4 -2 0 2 4
Dua lajur tak terbagi Per Lajur
5 6 7 8 9 10 11 -9,5 -3 0 3 4 6 7 Sumber : MKJI 1996 : Hal. 5-45
3. Faktor Penyesuaian Kecepatan untuk Ukuran Kota (FFVcs)
Faktor penyesuaian kecepatan untuk ukuran kota merupakan faktor penyesuaian arus bebas dasar yang merupakan akibat dari banyak populasi penduduk suatu kota (MKJI 1997). Faktor penyesuaian kecepatan berdasarkan ukuran kota diperoleh dari Tabel 5 berikut.
(26)
Tabel 5 Faktor penyesuaian FFVcs untuk pengaruh ukuran kota pada kecepatan arus bebas kendaraan ringan, jalan perkotaan
Ukuran Kota (Juta Penduduk) Faktor Penyesuaian untuk ukuran kota
<0,1 0,1-0,5 0,5-1,0 1,0-3,0 >3,0
0,90 0,93 0,95 1,00 1,03 Sumber : MKJI 1997 : Hal. 5-48
I. Kapasitas (C)
Berdasarkan MKJI 1997, kapasitas ruas jalan dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut ini.
C = Co × FCw × FCsp × FCsf × FCcs………(2.2) Keterangan :
C = Kapasitas (smp/jam)
Co = Kapasitas dasar (smp/jam)
FCw = Faktor penyesuaian lebar lajur
FCsp = Faktor penyesuaian pemisah arah
FCsf = Faktor penyesuaian hambatan samping
(27)
1. Kapasitas Dasar (Co)
Berdasarkan MKJI 1997, kapasitas dasar (Co) ditentukan berdasarkan Nilai Kapasitas Dasar dengan variabel masukan tipe jalan. Kapasitas dasar diperoleh dari Tabel 6 berikut.
Tabel 6 Kapasitas dasar Co untuk jalan perkotaan
Tipe Jalan Kapasitas dasar
(SMP/jam) Catatan
Empat lajur tebagi atau jalan satu arah
Empat lajur tak terbagi Dua lajur tak terbagi
1650
1500 2900
Per lajur
Per lajur Total dua arah Sumber : MKJI 1997 : Hal. 5-50
2. Faktor Penyesuaian Lebar Lajur
Berdasarkan MKJI 1997, faktor penyesuaian lebar lajur (FCw) ditentukan berdasarkan lebar jalur lalu lintas efektif (Wc) seperti pada Tabel 7 berikut. Tabel 7 Penyesuaian kapasitas FCw untuk pengaruh lebar jalur lalu lintas untuk jalan perkotaan
Tipe Jalan
Lebar jalur lalu lintas efektif (Wc)
(M)
FCw
Empat lajur terbagi atau jalan satu arah Per Lajur 3,00 3,25 3,50 3,75 4,00 0,92 0,96 1,00 1,04 1,08
(28)
Empat lajur tak terbagi Per Lajur
3,00 3,25 3,50 3,75 4,00
0,91 0,95 1,00 1,05 1,34
Dua lajur tak terbagi Per Lajur
5 6 7 8 9 10 11
0,56 0,87 1,00 1,14 1,25 1,29 1,34 Sumber : MKJI 1997 :Hal. 5-51
3. Faktor Penyesuaian Pemisah Arah (FCsp)
Faktor penyesuaian pemisah arah (FCsp) hanya untuk jalan tak terbagi. MKJI 1997 memberikan faktor penyesuaian pemisah arah untuk jalan dua lajur dua arah (2/2) dan empat lajur dua arah (4/2) tak terbagi. Untuk jalan terbagi dan jalan satu arah, faktor penyesuaian kapasitas untuk pemisahan arah tidak dapat diterapkan dan digunakann nilai 1,00. Faktor penyesuaian pemisah arah (FCsp) diperoleh dari Tabel 8 berikut ini.
Tabel 8 Faktor penyesuaian kapasitas untuk pemisah arah (FCsp) Pemisah arah
SP %-% 50-50 60-40 70-30 80-20 90-10 100-0
FCsp Dua lajur
(29)
Empat lajur 4/2
1,00 0,97 0,94 0,91 0,88 0,85
Sumber : MKJI 1997 :Hal. 5-52
4. Faktor Penyesuaian Ukuran Kota (FCcs)
Berdasarkan MKJI 1997, faktor penyesuaian ukuran kota ditentukan berdasarkan jumlah penduduk kota (juta) yang akan diteliti. Faktor penyesuaian ukuran kota (FCcs) diperoleh dari Tabel 9 berikut ini.
Tabel 9 Faktor penyesuaian FCcs untuk pengaruh ukuran kota pada kapasitas jalan perkotaan
Ukuran Kota (Juta Penduduk) Faktor Penyesuaian untuk ukuran
kotaFCcs <0,1
0,1-0,5 0,5-1,0 1,0-3,0 >3,0
0,86 0,90 0,94 1,00 1,04 Sumber : MKJI 1997: Hal. 5-55
J. Penetuan Perilaku Lalu Lintas
Penentuan perilaku lalu lintas pada ruas jalan meliputi :
1. Derajat Kejenuhan
Menurut MKJI 1997, derajat kejenuhan dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut ini.
(30)
DS = Q/C………. (2.3) Keterangan :
DS = Derajat kejenuhan Q = Arus total (smp/jam) C = Kapasitas (smp/jam)
2. Kecepatan (V) dan Waktu Tempuh (TT)
Hubungan antara kecepatan (V) dan waktu tempuh (TT), dinyatakan dalam persamaan berikut ini
V = L/TT……….(2.4)
Keterangan :
V = Kecepatan rata-rata LV (km/jam)
L = Panjang segmen (km)
TT = Waktu tempuh rata-rata LV panjang segmen jalan (jam)
3. Evaluasi Tingkat Pelayanan
Tingkat pelayanan suatu ruas jalan, diklasifikasikan berdasarkan volume (Q) per kapasitas (C) yang dapat ditampung ruas jalan itu sendiri. Hubungan perbandingan volume dan kapasitas terhadap tingkat pelayanan dapat dilihat pada Tabel 10 berikut.
(31)
Tabel 10 Hubungan Volume per Kapasitas (Q/C) Dengan Tingkat Pelayanan Untuk Lalu Lintas Dalam Kota
Tingkat pelayanan Q/C Kecepatan ideal
(km/jam) A
B C D E F
≤ 0,6 ≤ 0,7 ≤ 0,8 ≤ 0,9 ≈ 1
> 1
≥ 80 ≥ 40 ≥ 30 ≥ 25 ≈ 25
< 15
Sumber: Peraturan Menteri Perhubungan No: KM 14 Tahun 2006
K. Persimpangan
Persimpangan merupakan suatu tempat dimana terdapat dua atau lebih jalan bertemu atau berpotongan. Setiap jalan yang memencar dari titik perpotongan atau pertemuan merupakan bagian dari persimpangan tersebut, disebut juga lengan persimpangan. Pada persimpangan sering timbul konflik yang berulang seperti tundaan dan antrian.
Karakteristik dari transportasi jalan adalah bahwa setiap pengemudi bebas untuk memilih rutenya sendiri dalam jaringan transportasi yang ada (terkeculi untuk angkutan umum yang telah memiliki rute atau trayek), karena itu perlu disediakan persimpangan-persimpangan untuk menjamin keamanan dan efesiennya arus lalu lintas yang hendak pindah dari satu ruas jalan ke ruas jalan lainnya. (Irlinawati, 2008).
(32)
L. Arus Lalu Lintas Untuk Persimpangan
Arus lalu lintas adalah jumlah kendaraan yang melewati suatu titik, pendekat satuan waktu dinyatakan dalam kend/jam ; smp/jam. Perhitungan arus lalu lintas dilakukan persatuan jam untuk satu atau lebih priode, misalnya didasarkan pada kondisi arus puncak yaitu puncak pagi, siang, dan sore hari.
Arus lalu lintas (Q) untuk setiap gerakan (belok kiri QLT, lurus QST, dan belok kanan QRT) dalam kendaraan per jam dikonversi menjadi satuan mobil penumpang (smp) per jam dengan menggunakan ekivalen kendaraan penumpang (emp) untuk masing-masing pendekat terlindung dan terlawan.
Tabel 11 Nilai emp untuk setiap tipe pendekat
Jenis kendaraan
Emp untuk tipe pendekat
Terlindung Terlawan
Kendaraan ringan (LV) 1,0 1,0
Kendaraan Berat (HV) 1,3 1,3
Sepeda Motor (MC) 0,2 0,4
Kendaraan tak bermotor (UM) 0,5 1,0
(33)
M. Arus Jenuh Persimpangan
Disebuah persimpangan menunjukkan bahwa ketika lampu hijau mulai menyala, kendaraan membutuhkan waktu beberapa saat untuk mulai bergerak dan melakukan percepatan menuju kecepatan normal, setelah beberapa detik, antrian kendaraan mulai bergerak pada kecepatan yang relative konstan, ini disebut Arus jenuh.
MKJI menjelaskan Arus jenuh biasanya dinyatakan sebagai hasil perkalian dari arus jenuh dasar (So) yaitu arus jenuh pada keadaan standar, dengan faktor penyesuaian (F) untuk penyimpangan dari kondisi sebenarnya, dari suatu kumpulan kondisi-kondisi (ideal) yang telah ditetapkan sebelumnya.
S = So x Fcs x FSFx FGx FP x FRTx FLT
Dimana :
So = Arus jenuh dasar
Fcs = Faktor penyesuaian ukuran kota, berdasarkan jumlah penduduk Frsu = Faktor penyesuaian tipe lingkungan jalan dan hambatan samping
FG = Faktor Kelandaian Jalan
Fp = Faktor penyesuaian parkir
Flt = Faktor penyesuaian belok kiri
Frt = Faktor penyesuaian belok kanan
a. Untuk pendekat terlindung arus jenuh dasar ditentukan sebagai fungsi dari lebar pendekat (We)
(34)
Dimana :
So = Arus Jenuh Dasar (smp/jam hijau)
We = Lebar efektif (m)
b. Untuk pendekat terlawan keberangkatan dari antrian sangat dipengaruhi oleh kenyataan bahwa sopir-sopir di Indonesia tidak
menghormati ”aturan hak jalan” dari sebelah kiri yaitu kendaraan -kendaraan belok kanan memaksa menerobos lalu-lintas lurus yang berlawanan. (MKJI,1997)
N. Faktor Penyesuaian Persimpangan
Faktor penyesuaian adalah faktor koreksi untuk penyesuian dari nilai ideal ke nilai sebenarnya dari suatu variabel.
a. Faktor penyesuaian ukuran kota
Ukuran kota adalah jumlah penduduk yang ada dalam suatu daerah perkotaan. Faktor penyesuian ukuran kota ditentukan dari tabel berikut :
Tabel 12. Faktor Penyesuaian Ukuran Kota (FCS)
Penduduk kota (juta jiwa) Faktor penyesuaian ukuran kota
> 3,0 1,05
1,0–3,0 1,00
0,5–1,0 0,94
0,1–0,5 0,83
< 0,1 0,82
(35)
b. Faktor penyesuaian hambatan samping
Hambatan samping adalah interaksi antara lalu lintas dan kegiatan yang terjadi di samping jalan yang mengakibatkan adanya
pengurangan terhadap arus jenuh didalam
pendekat.(Irlinawati,2008)
Tabel 13. Faktor penyesuaian untuk tipe lingkungan jalan, hambatan samping dan kendaraan tak bermotor
(36)
c. Faktor Penyesuaian Kelandaian
Faktor kelandaian ditentukan dari gambar 1.
Gambar 1. Faktor penyesuaian untuk kelandaian (FG)
d. Faktor penyesuaian parkir
Faktor penyesuaian parkir dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:
F = [Lp/3–(WA–2) x (LP/3–g)/WA]/g
Dimana :
LP : jarak antara garis henti dan kendaraan yang diparkir pertama
(m) atau panjang dari lajur pendek
WA: Lebar Pendekat
(37)
e. Faktor penyesuaian gerakan belok kanan
Faktor penyesuaian belok kanan (FRT) ditentukan sebagai fungsi
dari rasio kendaraan belok kanan pRT. Faktor penyesuaian belok
kanan hanya berlaku untuk kendaraan terlindung, tanpa median, jalan dua arah, lebar efektif ditentukan oleh lebar masuk.
FRT= 1,0 + pRTx 0,26
Dimana :
FRT : faktor penyesuaian belok kanan
pRT : rasio belok kanan
(MKJI,1997)
(38)
f. Faktor penyesuaian belok kiri
Faktor penyesuaian belok kiri (FLT) ditentukan sebagai fungsi dari
rasio kendaraan belok kiri pLT. Faktor penyesuaian belok kiri hanya untuk pendekat tipe P tanpa LTOR, lebar efektif ditentukan oleh lebar masuk.
FLT= 1,0–pLTx 0,16
Dimana :
FLT : faktor penyesuaian belok kiri
PLT : rasio belok kiri
(MKJI,1997)
(39)
O. Rasio Arus
Rasio arus (FR) adalah rasio arus terhadap arus jenuh dari suatu pendekat. (Irlinawati, 2008).
FR = Q/S
Dimana :
FR : Rasio arus
Q : Arus lalu lintas
S : Arus jenuh
(MKJI,1997)
P. Tundaan
Tundaan adalah waktu tempuh tambahan yang diperlukan untuk melalui simpang dibandingkan lintasan tanpa melalui suatu simpang. (MKJI, 1997)
Tundaan pada suatu simpang dapat terjadi karena dua hal :
• Tundaan lalu lintas (DT) yang disebabkan oleh interaksi lalu lintas
dengan gerakan lainnya pada suatu simpang;
• Tundaan geometri (DG) yang disebabkan oleh perlambatan dan
percepatan saat membelok pada suatu simpang dan atau terhenti karena lampu merah.
1. Tundaan Lalu Lintas
Tundaan lalu lintas adalah waktu menunggu yang disebabkan interaksi lalu lintas
(40)
Dengan gerakan lalu lintas yang bertentangan. (Irlinawati,2008)
DT = c x , ( )²
( )
+
Dimana :
DT : Tundaan lalu lintas rata-rata (det/smp).
c : Waktu siklus yang disesuaikan (det). GR : Rasio hijau (g/c).
DS : Derajat kejenuhan.
NQ1: Jumlah smp yang tertinggal dari fase hijau sebelumnya. C : kapasitas (smp/jam).
(MKJI, 1997)
2. Tundaan Geometri
Tundaan geometri adalah waktu menunggu yang disebabkan oleh perlambatan dan percepatan suatu kendaraan pada saat membelok pada persimpangan dan atau yang terhenti oleh lampu merah.
DGj= (1–pSV) x pTx 6 + (pSVx 4)
Dimana:
DGj : Tundaan geometri rata-rata untuk pendekat j (det).
pSV : Rasio kendaraan terhenti pada pendekat.
pT : Rasio kendaraan berbelok pada pendekat.
(MKJI, 1997)
3. Tundaan Rata-rata Pendekat
Tundaan rata-rata untuk suatu pendekat j dihitung dengan rumus :
(41)
Dimana :
Dj : Tundaan rata-rata untuk pendekat j (det/smp).
DTj : Tundaan lalu lintas rata-rata untuk pendekat j (det/smp).
DGj : Tundaan geometri rata-rata untuk pendekat j (det/smp).
(MKJI, 1997)
4. Tundaan Rata-rata Seluruh Simpang
Tundaan rata-rata untuk seluruh simpang dihitung dengan rumus :
DI=
( )
Dimana:
DI : Tundaan rata-rata seluruh simpang (det/smp).
Dj : Tundaan rata-rata untuk pendekat j (det/smp).
Q : Arus lalu lintas pendekat j (det/smp).
QTOT: Arus total seluruh simpang (smp/jam).
(MKJI, 1997)
Tundaan rata-rata dapat menjadi sebuah indicator tingkat pelayanan dari masing-masing pendekat.
(42)
A. Waktu penelitian
Untuk jalan perkotaan, volume lalu lintas pada jam puncak lebih tepat untuk digunakan dalam keperluan desain. Berdasarkan survey pendahuluan, pengamatan untuk mengumpulkan data akan dilaksanakan pada hari senin, hari kamis dan hari minggu. Pengamatan dilakukan dengan interval waktu pengamatan 10 menit. Pengamatan dilakukan pada 3 tahap yaitu pagi hari mulai pukul 07.00-08.00 WIB, siang hari pada pukul 12.00-13.00 WIB dan sore hari pukul 16.00-17.00 WIB.
B. Lokasi Penelitian
Lokasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah pada ruas jalan Sultan Agung –
Ryacudu, pemilihan lokasi ini dilakukan karena di kedua jalan sudah terdapat fly
over. Dan juga pada ruas jalan Soekarno-Hatta, pemilihan lokasi ini dilakukan
karena jalan ini merupakan jalan di bawah fly over serta simpang terdekat yang
(43)
C. Teknik Pelaksanaan Survey
Dalam penelitian ini digunakan beberapa survey, yaitu: 1. Survey Pendahuluan
Survey pendahuluan dilakukan sebelum melakukan survey lapangan dengan tujuan menentukan waktu survey dan jumlah titik lokasi yang akan diteliti serta jumlah surveyor. Surveyor diberikan arahan tentang cara pengambilan data, pengecekan metodologi dan formulir survey serta alat-alat sebelum survey dilakukan.
2. Survey Lapangan
a. Survey Volume lalu lintas
Survey Volume lalu lintas dilakukan dengan prosedur berikut: 1. Mempersiapkan formulir pencatatan arus lalu lintas.
Klarifikasi kendaraan yang terdistribusi digolongkan menurut Bina Marga (MKJI 1997) sebagai berikut:
• Kendaraan ringan (LV) termasuk colt, mobil penumpang, mobil pribadi
dan pick up.
• Kendaraan berat (HV) termasuk bus dan truk.
• Sepeda motor (MC)
• Kendaraan tidak bermotor (UM)
2. Mempersiapkan Tim Survey
Lokasi penelitian berlokasi di fly over jalan Sultan Agung – Ryacudu dan jalan
Soekarno-Hatta. Surveyor ditempatkan pada 4 titik, dimana setiap titik dibutuhkan 2 surveyor. Dan Surveyor ditempatkan pada 2 titik simpang terdekat di jalan
(44)
Sultan Agung – Ryacudu. Surveyor akan menghitung volume lalu lintas yang melewati titik pengamatan kemudian mengisi formulir yang telah tersedia seperti pada tabel.
b. Pengukuran Kecepatan Kendaraan
Pengukuran kecepatan kendaraan dilakukan untuk mengetahui kecepatan sesaat (Spot speed) dan kecepatan rata-rata kendaraan yang melewati sepanjang jalan Sultan Agung - Ryacudu. Pengukuran dilakukan dengan cara peneliti mencatat waktu tempuh kendaraan melalui panjang segmen yang ditentukan pada waktu arus puncak terjadi. Kecepatan yang diambil adalah kecepatan kendaraan ringan karena kendaraan ringan memiliki nilai SMP = 1.
Kecepatan kendaraan dapat dihitung melalu persamaan berikut :
V = L / T
Keterangan :
V = Kecepatan perjalanan (m/detik) L = Jarak perjalanan (m)
T = Waktu tempuh (detik)
D. Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini digunakan data primer dan data sekunder. Pengumpulan data diperoleh dari studi literatur dan survey langsung.
1. Pengumpulan Data Primer
Data primer merupakan data-data yang diperoleh langsung dari survey lapangan. Data ini berupa data volume lalu lintas berdasarkan klasifikasi kendaraan, data
(45)
waktu tempuh dan data geometrik jalan Sultan Agung, Ryacudu, Soekarno-Hatta,
dan simpang terdekat yang terletak di jalan Sultan Agung–Ryacudu.
Peralatan yang digunakan dalam survey ini adalah: a. Formulir survey, untuk pencatatan kendaraan. b.Roll meter, untuk mengukur geometrik ruas jalan.
c. Jam, untuk mengetahui awal dan akhir interval waktu yang digunakan. d.Hand Counter, untuk menghitung jumlah kendaraan yang lewat. e.Stop Watch, untuk mengetahui periode waktu tempuh.
f.Handy Talky, untuk alat komunikasi.
2. Pengumpulan Data Sekunder
Data sekunder merupakan data atau informasi yang diperoleh dalam format yang sudah tersusun atau terstruktur, berupa publikasi-publikasi atau brosur-brosur melalui pihak lain (lembaga atau instansi). Untuk mendapatkannya, peneliti mendatangi langsung instansi yang terkait dengan penelitian. Data tersebut biasanya digunakan untuk mengetahui keadaan masa lalu dan pertumbuhan wilayah yang akan disurvey, sehingga tinjauan dan analisis data akan diproyeksi
dengan melihat keadaan sebelumnya.
3. Analisis Data
Analisis data digunakan dengan menggunakan cara manual seperti dalam Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI 1997) untuk jalan perkotaan sebagai berikut: UR-1 Data Umum dan Geometrik Jalan
UR-2 Arus Lalu Lintas
(46)
Dan data menggunakan cara manual untuk simpang tak bersinyal sebagai berikut : USIG-1 Geometri dan Arus Lalu Lintas
USIG-2 Analisa Kapasitas
4. Prosedur Perhitungan
a. Menghitung nilai arus lalu lintas
1. Data yang dibutuhkan adalah jumlah kendaraan yang melewati titik pengamatan dengan interval 10 menitan dari 3 (tiga) interval waktu pengamatan yaitu pukul 07.00-08.00 WIB, 12.00-13.00 WIB dan 16.00-17.00 WIB.
2. Data arus dari masing-masing jenis kendaraan dalam kendaraan/jam dikonversikan dalam smp/jam.
3. Menghitung volume lalu lintas atau lalu lintas harian rata-rata. b. Membuat grafik arus lalu lintas per interval 10 menit.
c. Menghitung kecepatan sesaat (spot speed) dan kecepatan perjalanan dengan
memakai data waktu tempuh yang didapat dari survey. Menghitung pula kecepatan arus bebas dasar ruas jalan Sultan Agung - Ryacudu.
d. Menghitung nilai kapasitas jalan Sultan Agung - Ryacudu.
e. Menghitung kinerja simpang tak bersinyal di simpang terdekatfly over.
E. Diagram Alir Metode Penelitian
Agar penelitian lebih terarah dan berjalan sesuai dengan target, maka diperlukan sebuah langkah kerja untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam pengerjaannya. Tahap-tahap penelitian yang akan dilakukan dapat dilihat pada Gambar 4.
(47)
Gambar 4. Diagram Alir
MULAI
IDENTIFIKASI MASALAH DAN PENENTUAN TUJUAN
STUDI LITERATUR
SURVEY PENDAHULUAN Menentukan lokasi pengamatan Menentukan waktu pengamatan Menentukan peralatan yang diperlukan Menentukan Jumlah Surveyor
Data Primer
Arus lalu lintas (smp/jam) Volume lalu lintas Kecepatan Sesaat
PENGUMPULAN DATA
Data Sekunder Data jumlah penduduk Data geometrik jalan
Data kinerja jalan Sultan Agung -Ryacudu dan jalan Soekarno-Hatta
ANALISIS DATA Arus lalu lintas (smp/jam) Volume lalu lintas Kapasitas ruas (C) Kecepatan
PENANGANAN RUAS JALAN
PEMBAHASAN
KESIMPULAN DAN SARAN
(48)
A. Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan dan analisis pada ruas Jalan Sultan Agung, Ryacudu,Fly
over Sultan Agung–Ryacudu, Jalan Soekarno – Hatta, dan pada simpang Sultan
Agung serta simpang Ryacudu, diperoleh kesimpulan sebagai berikut ini:
1. Jalan Sultan Agung, arah Sultan Agung - Ryacudu memiliki arus lalu lintas sebesar 1126,6 smp/jam dan kapasitas (C) 3064,776 smp/jam. Jalan Ryacudu
arah Ryacudu – Sultan Agung memiliki arus lalu lintas sebesar 1350,35
smp/jam dan kapasitas (C) 2625,5328 smp/jam. Dan untuk jalan Soekarno –
Hatta, arah Rajabasa ke Fly over memiliki arus lalu lintas sebesar 784,35
smp/jam sedangkan arah RS. Immanuel ke Fly over memiliki arus lalu lintas
sebesar 1162,05 dan kapasitas (C) 3450,6648 smp/jam. Untuk kapasitas (C)
Fly over sebesar 3305,5476 smp/jam dan memiliki kecepatan arus bebas (FV) 47 km.
2. Jalan Sultan Agung, arah Sultan Agung - Ryacudu memiliki derajat kejenuhan
(DS) sebesar 0,5823. Jalan Ryacudu arah Ryacudu – Sultan Agung memiliki
derajat kejenuhan (DS) sebesar 0,6417. Untuk jalan Soekarno – Hatta, arah
Rajabasa ke Fly over derajat kejenuhan (DS) sebesar 0,4546 sedangkan arah
(49)
kejenuhan (DS) Fly over Sultan Agung – Ryacudu sebesar 0,6723. Tipe jalan yang ditinjau pada semua jalan adalah C.
3. Berdasarkan perhitungan di dapat kecepatan sesaat rerata untuk arah Sultan Agung sebesar 38,963 km/jam sedangkan untuk kecepatan sesaat rerata arah Ryacudu sebesar 41,7035 km/jam.
4. Untuk kapasitas simpang tidak bersinyal 3 lengan memiliki kapasitas (C)
2784,7 smp/jam, derajat kejenuhan (DS) 0,99, tundaan geometrik simpang (DG) 4,0015 det/smp, tundaan simpang (D) 18,5015 det/smp, serta peluang antrian 39-78%. Sedangkan kapasitas simpang tidak bersinyal 4 lengan memiliki kapasitas (C) 3261,13 smp/jam, derajat kejenuhan (DS) 0,93, tundaan geometrik simpang (DG) 4,0203 det/smp, tundaan simpang (D) 16,3203 det/smp, serta peluang antrian 34-69%.
5. Waktu efektif untuk Fly over Sultan Agung tidak sampai pada 5 tahun ke
depan, karena dari perhitungan di dapat derajat kejenuhan (DS) 0,8353. Dan kemacetan mulai terasa pada tahun ke 5. karena dari perhitungan pada tahun ke 4 di dapat derajat kejenuhan (DS) 0,7174.
B. Saran
1. Dalam pembangunanfly overataupun fasilitas lain, seharusnya memperhatikan
dampak lalu lintas yang memungkinkan terjadi, khususnya di jalan Sultan Agung dan jalan Ryacudu.
2. Supaya ada yang melakukan pengaturan lalu lintas pada titik kemacetan yang ada, supaya lalu lintas teratur dan dapat mengurangi kemacetan yang ada.
(50)
3. Diperlukan studi tarikan atau bangkitan akibat adanya fly over tersebut,
khususnya difly oversultan agung–ryacudu.
4. Supaya dapat meningkatkan kinerja jalan di jalan Sultan Agung dan jalan Ryacudu.
5. Supaya ada penambahan lebar pendekat dan pelarangan belok, karena dinilai cukup efektif dalam memperbaiki kinerja simpang yang ada.
(51)
______2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. Universitas Lampung.
Badan Pusat Statistika, 2001. Transportation, Consumption and Accomodation.
Bandar Lampung
Firdausi, Dedi. 2006. Pola Kemacetan Lalu Lintas Di Pusat Kota Bandar
Lampung. Universitas Diponegoro: Semarang.
Hudoyo, Rosyid. 2006. Efesiensi Rencana Fly Over Kalibanteng Kota Semarang
Dalam Mengatasi Kemacetan Dari Sisi Pengguna. (Tesis). Program Studi Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota.
Jotin Khisty, C. Dan B. Kent Lall. 2003. Dasar-Dasar Rekayasa Transportasi
Jilid 1. Erlangga. Jakarta.
Kirmanto, D. 2005 .Prospek Pembangunan Infrasturuktur di Indonesia.
Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta.
Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI), 1997. Departemen Pekerjaan Umum. Direktorat Jenderal Bina Marga.
Putra, A.D. 2012. Pemgaruh Pelebaran Ruas Jalan Terhadap Pengurangan
Kemacetan Lalu Lintas di Jalan Teuku Umar Kota Bandar Lampung. (Skripsi). Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung.
Survey Pencacahan Lalu Lintas dengan Cara Manual, 2004. Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah.
Tamin, O.Z. 2000.Perencanaan dan Pemodelan Transportasi Edisi Kedua. ITB.
(52)
(53)
Nama Surveyor : 1. Galuh Pramita 2. Ira Kusumawati
Hari dan Tanggal : Senin, 09 September 2013
Cuaca : Cerah
Waktu
Kendaraan Ringan (LV) Kendaraan Berat
(HV)
Sepeda Motor
(MC)
Tidak Bermotor (UM) Mobil
Penumpang
Mobil Pribadi
Pick Up Bus Truck Becak Sepeda/Gerobak Lain-lain
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pagi 07.00–07.10
2 71 7 2 1 298 - -
-07.10 - 07.20
1 61 7 1 - 263 - 1
-07.20–07.30
1 56 4 - 1 219 - -
-07.30–07.40 1 67 2 1 2 236 - -
-07.40–07.50
3 36 4 - 2 300 - 2
-07.50–08.00
2 47 3 1 4 236 - -
-Siang
12.00–12.10 - 47 7 1 3 182 - -
-12.10–12.20
2 59 9 1 2 201 - -
-12.20–12.30
- 55 7 - 2 187 - -
-12.30–12.40 1 50 9 1 3 214 - -
-12.40–12.50 1 55 11 - 3 211 - 1
-12.50–13.00
3 63 14 1 3 235 - -
-Sore
16.00–16.10 1 80 14 1 4 276 - -
-16.10–16.20
- 59 17 1 5 281 - - 1
16.20–16.30
- 86 5 1 2 328 - 1
-16.30–16.40 1 80 9 1 5 400 - 1
-16.40–16.50 1 58 8 1 4 364 - 1
-16.50–17.00
(54)
-Nama Surveyor : 1. Galuh Pramita 2. Ira Kusumawati
Hari dan Tanggal : Kamis, 12 September 2013
Cuaca : Cerah
Waktu
Kendaraan Ringan (LV) Kendaraan Berat
(HV)
Sepeda Motor
(MC)
Tidak Bermotor (UM) Mobil
Penumpang
Mobil Pribadi
Pick Up Bus Truck Becak Sepeda/Gerobak Lain-lain
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pagi 07.00–07.10
1 66 5 - - 387 - - 1
07.10 - 07.20
1 63 4 1 5 264 - -
-07.20–07.30
3 66 9 - 1 208 - -
-07.30–07.40 2 60 5 - 2 250 - 2
-07.40–07.50
- 49 5 1 3 264 - 1
-07.50–08.00
1 60 10 1 4 247 - -
-Siang
12.00–12.10 3 47 11 - 3 181 - -
-12.10–12.20
- 51 5 2 4 193 - 1
-12.20–12.30
2 55 7 - 7 232 - -
-12.30–12.40 1 49 10 - 4 202 - -
-12.40–12.50 1 46 9 1 2 170 - 1
-12.50–13.00
2 43 3 - 3 143 - 1
-Sore
16.00–16.10 - 88 8 - 4 314 - 1
-16.10–16.20
- 79 13 1 8 342 - 1
-16.20–16.30
1 65 12 1 5 363 - 2
-16.30–16.40 - 68 17 1 4 404 - 2
-16.40–16.50 2 76 13 1 2 394 - 3 1
16.50–17.00
(55)
-Nama Surveyor : 1. Galuh Pramita 2. Ira Kusumawati
Hari dan Tanggal : Minggu, 15 September 2013
Cuaca : Cerah
Waktu
Kendaraan Ringan (LV) Kendaraan Berat
(HV)
Sepeda Motor
(MC)
Tidak Bermotor (UM) Mobil
Penumpang
Mobil Pribadi
Pick Up Bus Truck Becak Sepeda/Gerobak Lain-lain
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pagi 07.00–07.10
- 32 5 - 1 119 - 1 2
07.10 - 07.20
2 32 6 1 3 132 - 1
-07.20–07.30
- 30 8 1 - 122 - 6 2
07.30–07.40 - 36 5 - - 100 - 6
-07.40–07.50
- 37 5 1 3 140 - 4
-07.50–08.00
- 39 5 - 2 171 - 1 4
Siang
12.00–12.10 3 71 4 - 1 155 - 1
-12.10–12.20
1 61 6 - 2 155 - 4 1
12.20–12.30
- 95 7 1 - 191 - -
-12.30–12.40 2 76 4 1 2 199 - -
-12.40–12.50 1 82 5 - 1 154 - -
-12.50–13.00
1 83 5 1 3 173 - 1
-Sore
16.00–16.10 1 69 5 1 2 231 - -
-16.10–16.20
2 67 7 - 1 244 - 1
-16.20–16.30
1 69 4 - 1 247 - - 1
16.30–16.40 - 69 3 1 1 250 - - 1
16.40–16.50 1 80 5 1 2 247 - 1 2
16.50–17.00
(56)
Nama Surveyor : 1. Ni Nyoman Yulianti 2. Tri Novita Sari
Hari dan Tanggal : Senin, 09 September 2013
Cuaca : Cerah
Waktu
Kendaraan Ringan (LV) Kendaraan Berat
(HV)
Sepeda Motor
(MC)
Tidak Bermotor (UM) Mobil
Penumpang
Mobil Pribadi
Pick Up Bus Truck Becak Sepeda/Gerobak Lain-lain
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pagi 07.00–07.10
2 104 7 2 - 527 - -
-07.10 - 07.20
1 86 6 - 2 436 - -
-07.20–07.30
1 91 4 1 3 440 - 2
-07.30–07.40 - 82 7 1 3 492 - 1
-07.40–07.50
1 83 9 1 4 502 - 1
-07.50–08.00
2 83 2 1 3 507 - - 2
Siang
12.00–12.10 2 47 11 1 - 193 - -
-12.10–12.20
- 42 6 - 7 190 - -
-12.20–12.30
4 45 7 1 2 219 - -
-12.30–12.40 1 43 9 - 2 201 - -
-12.40–12.50 1 53 9 1 1 185 - -
-12.50–13.00
3 41 8 1 - 178 - -
-Sore
16.00–16.10 2 37 7 1 1 232 - -
-16.10–16.20
4 65 12 - 1 214 - 1
-16.20–16.30
2 63 7 1 - 259 - 2
-16.30–16.40 1 58 6 1 10 255 - -
-16.40–16.50 - 81 20 2 7 395 - -
-16.50–17.00
(57)
-Nama Surveyor : 1. Ni Nyoman Yulianti 2. Tri Novita Sari
Hari dan Tanggal : Kamis, 12 September 2013
Cuaca : Cerah
Waktu
Kendaraan Ringan (LV) Kendaraan Berat
(HV)
Sepeda Motor
(MC)
Tidak Bermotor (UM) Mobil
Penumpang
Mobil Pribadi
Pick Up Bus Truck Becak Sepeda/Gerobak Lain-lain
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pagi 07.00–07.10
1 114 5 2 4 504 - 2
-07.10 - 07.20
2 102 3 2 3 451 - -
-07.20–07.30
3 85 10 2 - 499 - 1
-07.30–07.40 2 84 9 1 3 459 - 3
-07.40–07.50
2 69 9 - 8 541 - 4
-07.50–08.00
1 68 9 1 2 501 - 1
-Siang
12.00–12.10 - 38 6 - - 129 - 1
-12.10–12.20
- 42 8 - 3 162 - 3
-12.20–12.30
1 38 9 1 5 158 - 1
-12.30–12.40 4 43 6 1 2 173 - -
-12.40–12.50 1 41 6 1 3 165 - -
-12.50–13.00
1 39 9 1 5 166 - 1
Sore
16.00–16.10 - 61 16 - 5 259 - -
-16.10–16.20
2 61 14 1 12 309 - -
-16.20–16.30
1 77 17 2 9 339 - 2
-16.30–16.40 1 80 10 1 11 396 - 2
-16.40–16.50 2 67 14 - 12 396 - 2
-16.50–17.00
(58)
-Nama Surveyor : 1. Ni Nyoman Yulianti 2. Tri Novita Sari
Hari dan Tanggal : Minggu, 15 September 2013
Cuaca : Cerah
Waktu
Kendaraan Ringan (LV) Kendaraan Berat
(HV)
Sepeda Motor
(MC)
Tidak Bermotor (UM) Mobil
Penumpang
Mobil Pribadi
Pick Up Bus Truck Becak Sepeda/Gerobak Lain-lain
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pagi 07.00–07.10
1 37 1 - 1 131 - 3
-07.10 - 07.20
2 39 10 2 - 150 - 1
-07.20–07.30
- 50 3 - 1 135 - 4
-07.30–07.40 1 42 4 1 3 172 - 6
-07.40–07.50
2 47 2 - 3 181 - 6
-07.50–08.00
- 57 2 - 2 170 - -
-Siang
12.00–12.10 3 36 10 1 - 106 - 1
-12.10–12.20
- 43 5 1 - 161 - 2
-12.20–12.30
2 40 4 1 - 130 - -
-12.30–12.40 1 65 11 - 2 161 - -
-12.40–12.50 1 61 6 1 - 163 - -
-12.50–13.00
3 68 7 1 3 160 - -
-Sore
16.00–16.10 2 60 5 1 1 193 - -
-16.10–16.20
2 77 10 1 3 242 - 2
-16.20–16.30
1 95 4 - 2 320 - -
-16.30–16.40 3 68 1 2 4 328 - 1
-16.40–16.50 - 108 7 - 2 309 - -
-16.50–17.00
(59)
-Nama Surveyor : 1. Khoirunimah 2. Putri Ajeng
Hari dan Tanggal : Senin, 09 September 2013
Cuaca : Cerah
Waktu
Kendaraan Ringan (LV) Kendaraan Berat
(HV)
Sepeda Motor
(MC)
Tidak Bermotor (UM) Mobil
Penumpang
Mobil Pribadi
Pick Up Bus Truck Becak Sepeda/Gerobak Lain-lain
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pagi 07.00–07.10
2 53 11 4 69 199 - -
-07.10 - 07.20
1 52 3 6 90 192 - -
-07.20–07.30
1 34 12 4 49 190 - -
-07.30–07.40 - 39 12 1 70 182 - -
-07.40–07.50
- 54 11 1 76 185 - -
-07.50–08.00
1 49 13 3 81 133 1 - 2
Siang
12.00–12.10 1 35 6 1 29 74 - -
-12.10–12.20
- 29 19 - 29 57 - -
-12.20–12.30
- 27 9 1 35 68 - -
-12.30–12.40 1 20 11 3 32 71 - -
-12.40–12.50 1 18 4 4 50 66 - -
-12.50–13.00
- 20 4 4 33 87 - -
-Sore
16.00–16.10 1 20 11 5 47 88 - 1
-16.10–16.20
- 30 10 3 37 79 - -
-16.20–16.30
2 25 13 4 31 98 - -
-16.30–16.40 - 30 11 2 44 85 - -
-16.40–16.50 1 21 9 8 28 92 - -
-16.50–17.00
(60)
-Nama Surveyor : 1. Khoirunimah 2. Putri Ajeng
Hari dan Tanggal : Kamis, 12 September 2013
Cuaca : Cerah
Waktu
Kendaraan Ringan (LV) Kendaraan Berat
(HV)
Sepeda Motor
(MC)
Tidak Bermotor (UM) Mobil
Penumpang
Mobil Pribadi
Pick Up Bus Truck Becak Sepeda/Gerobak Lain-lain
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pagi 07.00–07.10
- 37 2 1 44 198 - -
-07.10 - 07.20
1 32 6 3 50 190 - -
-07.20–07.30
- 40 6 2 62 180 - -
-07.30–07.40 - 33 5 3 53 192 - -
-07.40–07.50
2 42 11 4 57 187 - -
-07.50–08.00
- 35 8 2 60 186 - -
-Siang
12.00–12.10 1 23 15 2 43 64 - -
-12.10–12.20
2 32 12 3 34 35 - -
-12.20–12.30
2 22 9 2 35 45 - -
-12.30–12.40 1 20 12 2 37 36 - -
-12.40–12.50 - 25 6 3 37 52 - -
-12.50–13.00
1 20 13 1 28 45 -
-Sore
16.00–16.10 1 34 26 3 36 45 - -
-16.10–16.20
- 37 11 4 35 40 - -
-16.20–16.30
1 41 7 3 42 51 - -
-16.30–16.40 1 34 14 5 39 58 -
-16.40–16.50 - 35 14 2 33 59 - -
-16.50–17.00
(61)
-Nama Surveyor : 1. Khoirunimah 2. Putri Ajeng
Hari dan Tanggal : Minggu, 15 September 2013
Cuaca : Cerah
Waktu
Kendaraan Ringan (LV) Kendaraan Berat
(HV)
Sepeda Motor
(MC)
Tidak Bermotor (UM) Mobil
Penumpang
Mobil Pribadi
Pick Up Bus Truck Becak Sepeda/Gerobak Lain-lain
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pagi 07.00–07.10
- 21 2 2 35 28 - -
-07.10 - 07.20
- 15 1 1 25 52 - -
-07.20–07.30
2 27 3 2 24 49 - -
-07.30–07.40 - 18 1 3 17 44 - 1
-07.40–07.50
3 19 3 2 29 58 - 2
-07.50–08.00
1 24 5 2 29 54 - -
-Siang
12.00–12.10 1 28 9 - 35 47 - -
-12.10–12.20
- 31 5 1 16 44 - -
-12.20–12.30
2 34 7 4 26 39 - -
-12.30–12.40 - 32 - 3 35 44 - -
-12.40–12.50 - 30 8 1 18 41 - -
-12.50–13.00
- 28 10 3 21 47 - -
-Sore
16.00–16.10 - 43 10 5 28 48 - -
-16.10–16.20
2 33 5 3 25 52 - -
-16.20–16.30
2 44 3 2 21 55 - -
-16.30–16.40 1 32 6 5 24 63 - -
-16.40–16.50 1 35 5 1 13 69 - -
-16.50–17.00
(62)
-Nama Surveyor : 1. Indah Athiyah 2. Yohana Noni
Hari dan Tanggal : Senin, 09 September 2013
Cuaca : Cerah
Waktu
Kendaraan Ringan (LV) Kendaraan Berat
(HV)
Sepeda Motor
(MC)
Tidak Bermotor (UM) Mobil
Penumpang
Mobil Pribadi
Pick Up Bus Truck Becak Sepeda/Gerobak Lain-lain
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pagi 07.00–07.10
1 33 6 1 19 83 - -
-07.10 - 07.20
1 25 11 3 24 91 - -
-07.20–07.30
1 16 2 2 15 77 - -
-07.30–07.40 - 33 5 4 19 100 - -
-07.40–07.50
- 31 6 2 27 100 - -
-07.50–08.00
- 26 6 1 27 75 - -
-Siang
12.00–12.10 - 18 8 3 29 54 - 1
-12.10–12.20
- 31 6 1 38 65 - -
-12.20–12.30
- 39 5 4 36 63 - 1
-12.30–12.40 - 29 13 2 41 73 - 1
-12.40–12.50 - 35 15 3 57 58 - -
-12.50–13.00
- 26 14 3 43 61 - -
-Sore
16.00–16.10 - 32 8 1 63 82 - -
-16.10–16.20
- 17 8 4 45 76 - 1
-16.20–16.30
- 15 6 4 51 87 - -
-16.30–16.40 - 29 11 7 68 88 - -
-16.40–16.50 - 36 8 6 48 101 - -
-16.50–17.00
(63)
-Nama Surveyor : 1.Indah Athiyah 2.Yohana Noni
Hari dan Tanggal : Kamis, 12 September 2013
Cuaca : Cerah
Waktu
Kendaraan Ringan (LV) Kendaraan Berat
(HV)
Sepeda Motor
(MC)
Tidak Bermotor (UM) Mobil
Penumpang
Mobil Pribadi
Pick Up Bus Truck Becak Sepeda/Gerobak Lain-lain
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pagi 07.00–07.10
1 38 6 2 34 106 - -
-07.10 - 07.20
- 32 2 2 40 97 - -
-07.20–07.30
- 24 4 1 46 97 - -
-07.30–07.40 - 21 4 2 32 80 - -
-07.40–07.50
- 31 7 - 26 100 - -
-07.50–08.00
- 26 7 3 34 98 - -
-Siang
12.00–12.10 - 26 6 4 61 60 - -
-12.10–12.20
1 30 6 1 59 47 - - 1
12.20–12.30
1 26 5 3 64 67 - 1
-12.30–12.40 1 28 9 1 59 49 - -
-12.40–12.50 - 23 3 1 52 54 - 1
-12.50–13.00
- 22 7 3 56 51 - 1
Sore
16.00–16.10 2 27 14 2 41 88 - -
-16.10–16.20
1 32 5 1 31 98 - -
-16.20–16.30
- 36 13 2 56 117 - -
-16.30–16.40 1 34 5 1 56 93 -
-16.40–16.50 2 37 12 5 31 98 - -
-16.50–17.00
(64)
-Nama Surveyor : 1. Indah Athiyah 2. Yohana Noni
Hari dan Tanggal : Minggu, 15 September 2013
Cuaca : Cerah
Waktu
Kendaraan Ringan (LV) Kendaraan Berat
(HV)
Sepeda Motor
(MC)
Tidak Bermotor (UM) Mobil
Penumpang
Mobil Pribadi
Pick Up Bus Truck Becak Sepeda/Gerobak Lain-lain
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pagi 07.00–07.10
1 18 4 3 21 41 - -
-07.10 - 07.20
1 17 1 2 21 33 - -
-07.20–07.30
2 19 2 1 32 43 - - 3
07.30–07.40 2 24 4 2 34 47 - 1
-07.40–07.50
- 18 1 - 27 58 - 2
-07.50–08.00
- 26 4 5 26 48 - - 1
Siang
12.00–12.10 1 23 5 1 17 42 - -
-12.10–12.20
1 20 4 - 18 47 - -
-12.20–12.30
- 20 4 5 38 37 - -
-12.30–12.40 1 37 2 2 23 42 - -
-12.40–12.50 1 30 3 2 30 39 - -
-12.50–13.00
2 43 3 3 27 47 - -
-Sore
16.00–16.10 1 32 3 3 18 61 - 3
-16.10–16.20
1 36 8 3 27 53 - - 1
16.20–16.30
2 35 3 7 19 62 - -
-16.30–16.40 1 36 4 4 26 72 - -
-16.40–16.50 - 45 6 4 18 66 - -
-16.50–17.00
(65)
(66)
-Arah : Sultan Agung Nama Surveyor : 1. Arif Kurniawan
2. Thias Maro Hidayat
Sampel Panjang Jalan (m)
Waktu (Detik) Spot Speed (km/jam)
Jenis/Merk Kendaraan
Plat Nomor Kendaraan 16.00 16.10 836,5 131,18 30 Mobil AC Sedan BE 1529 AC
16.10 16.20 836,5 108,92 35 Mobil Ford
16.20 16.30 836,5 110,20 50 Mobil Pajero Sports BE 243 OQ
16.30 16.40 836,5 105,00 36,67 Motor Vega R BE 8455 CK 16.40 16.50 836,5 106,93 50 Mobil Avanza BE 2443 YC 16.50 17.00 836,5 118,00 40 Mobil Angkot BE 2206 BU Sampel Panjang Jalan
(m)
Waktu (Detik) Spot Speed (km/jam)
Jenis/Merk Kendaraan
Plat Nomor Kendaraan 07.00 07.10 836,5 112,74 40 Mobil Pick Up BE 9399 CG 07.10 07.20 836,5 79,33 55 Mobil Avanza BE 2447 BJ 07.20 07.30 836,5 79,00 50 Mobil Kijang BE 2151 CH
07.30 07.40 836,5 86,22 50 Mobil Mazda BE 297 NH
07.40 07.50 836,5 96,00 30 Mobil Xenia B 1076 KFJ 07.50 08.00 836,5 141,63 40 Mobil Angkot BE 2350 BU Sampel Panjang Jalan
(m)
Waktu (Detik) Spot Speed (km/jam)
Jenis/Merk Kendaraan
Plat Nomor Kendaraan 12.00 12.10 836,5 88,05 50 Mobil Hyundai BE 2385 CR 12.10 12.20 836,5 98,00 40 Motor Honda Beat BE 3885 CT
12.20 12.30 836,5 72,20 55 Mobil Pick Up BE 8266 AD 12.30 12.40 836,5 126,00 33,33 Mobil BRT BE 2885 CU
12.40 12.50 836,5 118,18 30 Motor Mio BE 8003 CR
(1)
DariFly Over- Ryacudu Lurus (Arah Jl. Ryacudu)
Nama Surveyor : Indah Atthiyah
Hari dan Tanggal : Kamis, 07 November 2013
Cuaca : Cerah
Waktu
Kendaraan Ringan (LV) Kendaraan Berat (HV)
Sepeda Motor
(MC)
Tidak Bermotor (UM)
Mobil Penumpang
Mobil Pribadi
Pick Up Bus Truck Becak Sepeda/Gerobak
Lain-lain
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pagi
07.00–07.10
- 65 1 - 3 194 - -
-07.10 - 07.20
- 59 2 - 2 182 - -
-07.20–07.30
- 50 2 1 1 176 - -
-07.30–07.40 - 41 2 2 4 224 - 1
-07.40–07.50
- 60 2 - 3 218 - -
-07.50–08.00
- 58 1 1 1 227 - 1
-Siang
12.00–12.10 - 47 4 - 6 94 - -
-12.10–12.20
- 36 2 1 4 103 - -
-12.20–12.30
- 54 5 1 2 125 - 1
-12.30–12.40 - 53 6 - 3 143 - -
-12.40–12.50 - 60 7 1 4 157 - -
-12.50–13.00
- 73 5 1 1 168 - -
-Sore
-16.00–16.10 - 47 9 1 10 101 - 1
-16.10–16.20
- 36 11 1 5 103 - 1
-16.20–16.30
- 54 13 1 6 114 - -
-16.30–16.40 - 53 17 1 3 121 - -
-16.40–16.50 - 60 14 1 7 132 - -
-16.50–17.00
(2)
-DariFly Over- Ryacudu Kanan (Arah Jl. Pulau Damar II)
Nama Surveyor : Indah Atthiyah
Hari dan Tanggal : Kamis, 07 November 2013
Cuaca : Cerah
Waktu
Kendaraan Ringan (LV) Kendaraan Berat (HV)
Sepeda Motor
(MC)
Tidak Bermotor (UM)
Mobil Penumpang
Mobil Pribadi
Pick Up Bus Truck Becak Sepeda/Gerobak
Lain-lain
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pagi
07.00–07.10
- 10 1 - - 47 - -
-07.10 - 07.20
- 16 1 - 1 41 - -
-07.20–07.30
- 10 1 - - 37 - -
-07.30–07.40 - 15 1 - 2 50 - 1
-07.40–07.50
- 9 2 - - 57 - -
-07.50–08.00
- 15 3 - - 64 - -
-Siang
12.00–12.10 - 16 1 - 3 56 - -
-12.10–12.20
- 20 2 - 1 63 - -
-12.20–12.30
- 10 1 - 1 38 - -
-12.30–12.40 - 12 1 - 1 45 - -
-12.40–12.50 - 12 - - 1 55 - -
-12.50–13.00
- 16 2 - 3 29 - -
-Sore
-16.00–16.10 - 6 4 - 2 30 - -
-16.10–16.20
- 7 2 - - 41 - 1
-16.20–16.30
- 20 - - 3 27 - 1
-16.30–16.40 - 13 - - 3 28 - -
-16.40–16.50 - 14 1 - 2 33 - 1
-16.50–17.00
(3)
-DariFly Over- Ryacudu Kiri (Arah Jl. Pulau Damar I)
Nama Surveyor : Indah Atthiyah
Hari dan Tanggal : Kamis, 07 November 2013
Cuaca : Cerah
Waktu
Kendaraan Ringan (LV) Kendaraan Berat (HV)
Sepeda Motor
(MC)
Tidak Bermotor (UM)
Mobil Penumpang
Mobil Pribadi
Pick Up Bus Truck Becak Sepeda/Gerobak
Lain-lain
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pagi
07.00–07.10
1 18 1 - 1 44 - -
-07.10 - 07.20
1 20 - - - 53 - -
-07.20–07.30
2 10 1 - - 48 - -
-07.30–07.40 1 13 4 - 2 57 - -
-07.40–07.50
3 17 1 - - 60 - -
-07.50–08.00
1 10 1 - - 73 - -
-Siang
12.00–12.10 2 13 1 - 1 83 - -
-12.10–12.20
2 9 2 - 1 37 - -
-12.20–12.30
- 6 2 - 2 40 - -
-12.30–12.40 2 8 1 - 1 37 - -
-12.40–12.50 - 19 2 - 1 28 - -
-12.50–13.00
2 13 1 - 1 37 - -
-Sore
-16.00–16.10 1 6 3 - 1 25 - -
-16.10–16.20
1 9 2 - - 31 - -
-16.20–16.30
- 15 - - 1 35 - -
-16.30–16.40 2 12 - - 3 37 - -
-16.40–16.50 2 17 3 - 1 23 - -
-16.50–17.00
(4)
-Dari Jl. Pulau Damar I Lurus (Arah Jl. Pulau Damar II)
Nama Surveyor : Trinovita Sari
Hari dan Tanggal : Kamis, 07 November 2013
Cuaca : Cerah
Waktu
Kendaraan Ringan (LV) Kendaraan Berat (HV)
Sepeda Motor
(MC)
Tidak Bermotor (UM)
Mobil Penumpang
Mobil Pribadi
Pick Up Bus Truck Becak Sepeda/Gerobak
Lain-lain
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pagi
07.00–07.10
- 6 2 - - 66 - 1
-07.10 - 07.20
- 7 - - 1 92 - -
-07.20–07.30
- 9 1 - 1 78 - 1
-07.30–07.40 - 6 1 - 1 67 - 1
-07.40–07.50
- 7 1 - 1 57 - 1
-07.50–08.00
- 7 - - 1 85 - 1
-Siang
12.00–12.10 - 6 1 - 1 19 - -
-12.10–12.20
- 4 - - 1 19 - 1
-12.20–12.30
- 5 1 - 2 32 - -
-12.30–12.40 - 3 - - 1 35 - -
-12.40–12.50 - 3 1 - 2 34 - -
-12.50–13.00
- 4 1 - 1 31 - 1
-Sore
-16.00–16.10 - 5 2 - 1 32 - 1
-16.10–16.20
- 4 1 - 1 28 - -
-16.20–16.30
- 5 1 - 1 40 - -
-16.30–16.40 - 6 4 - 1 46 - -
-16.40–16.50 - 3 1 - 1 29 - -
-16.50–17.00
(5)
-Dari Jl. Pulau Damar I Kiri (Arah Jl. Ryacudu)
Nama Surveyor : Trinovita Sari
Hari dan Tanggal : Kamis, 07 November 2013
Cuaca : Cerah
Waktu
Kendaraan Ringan (LV) Kendaraan Berat (HV)
Sepeda Motor
(MC)
Tidak Bermotor (UM)
Mobil Penumpang
Mobil Pribadi
Pick Up Bus Truck Becak Sepeda/Gerobak
Lain-lain
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pagi
07.00–07.10
- 5 1 - - 33 - -
-07.10 - 07.20
- 7 1 - - 36 - -
-07.20–07.30
- 4 1 - - 40 - -
-07.30–07.40 - 7 - - - 39 - -
-07.40–07.50
- 6 1 - - 33 - -
-07.50–08.00
- 6 - - - 38 - 1
-Siang
12.00–12.10 - 5 1 - - 12 - -
-12.10–12.20
- 3 - - 1 11 - -
-12.20–12.30
- 5 1 - 2 18 - -
-12.30–12.40 - 4 - - 1 20 - -
-12.40–12.50 - 2 - - 1 19 - -
-12.50–13.00
- 3 1 - 1 18 - -
-Sore
-16.00–16.10 - 3 2 - - 18 - -
-16.10–16.20
- 3 - - - 16 - -
-16.20–16.30
- 4 1 - - 18 - -
-16.30–16.40 - 6 4 - 1 20 - -
-16.40–16.50 - 3 1 - 1 17 - -
-16.50–17.00
(6)
-Dari Jl. Pulau Damar I Kanan (ArahFly Over)
Nama Surveyor : Trinovita Sari
Hari dan Tanggal : Kamis, 07 November 2013
Cuaca : Cerah
Waktu
Kendaraan Ringan (LV) Kendaraan Berat (HV)
Sepeda Motor
(MC)
Tidak Bermotor (UM)
Mobil Penumpang
Mobil Pribadi
Pick Up Bus Truck Becak Sepeda/Gerobak
Lain-lain
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pagi
07.00–07.10
- 7 1 - - 66 - -
-07.10 - 07.20
- 10 1 - - 50 - -
-07.20–07.30
- 11 1 - - 64 - 1
-07.30–07.40 - 11 - - - 85 - -
-07.40–07.50
- 8 1 - - 73 - -
-07.50–08.00
- 9 - - - 67 - -
-Siang
12.00–12.10 - 6 1 - - 31 - -
-12.10–12.20
- 5 - - - 25 - 1
-12.20–12.30
- 8 1 - 1 40 - -
-12.30–12.40 - 5 - - - 44 - -
-12.40–12.50 - 4 - - 1 43 - -
-12.50–13.00
- 5 - - - 39 - -
-Sore
-16.00–16.10 - 6 1 - - 42 - -
-16.10–16.20
- 5 - - - 36 - -
-16.20–16.30
- 8 1 - - 32 - -
-16.30–16.40 - 6 1 - - 35 - -
-16.40–16.50 - 5 - - - 37 - -
-16.50–17.00