Sistem Pengawasan Intern Kas Pada Dinas Sosial Kota Langsa

(1)

SKRIPSI MINOR

SISTEM PENGAWASAN INTERN KAS PADA DINAS SOSIAL KOTA LANGSA

Oleh : ARI ONE REZKI

052102008

PROGRAM STUDI DIPLOMA III AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI MINOR

NAMA : ARI ONE REZKI

NIM : 052102008

PROGRAM STUDI : AKUNTANSI

JUDUL : SISTEM PENGAWASAN INTERN KAS

PADA DINAS SOSIAL KOTA LANGSA

Tanggal : ...2008 ketua Program Studi D III Akuntansi

( Drs. Hasan Sakti Siregar, M. Si, Ak ) NIP. 131 568 370

Tanggal : ...2008 DEKAN

( Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec ) NIP. 131 285 985


(3)

PENANGGUNG JAWAB SKRIPSI MINOR

NAMA : ARI ONE REZKI

NIM : 052102008

PROGRAM STUDI : AKUNTANSI

JUDUL : SISTEM PENGAWASAN INTERN KAS

PADA DINAS SOSIAL KOTA LANGSA

Medan, ...2008 Menyetujui Pembimbing

( Drs. Arifin Lubis, MM, Ak ) NIP. 131 127 376


(4)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, serta salawat beriring salam kepada junjungan Besar Baginda Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan penulis pedoman di dalam kehidupan ini., sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi minor ini tepat waktunya. Skripsi minor ini berjudul : “Sistem Pengawasan Intern

Kas pada Dinas Sosial Kota Langsa.”

Skripsi minor ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan pada program Diploma III Ekonomi Jurusan Akuntansi di Universitas Sumatera Utara. Pada kesempatan ini saya juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak, selaku Ketua Program Studi Diploma III Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Arifin Lubis, MM, selaku selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan dan meluangkan waktunya dan juga dengan penuh perhatian memberikan petunjuk dan bimbingan yang baik dalam menyelesaikan skripsi minor ini.


(5)

4. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan dan membantu dalam menimba ilmu pengetahuan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas.

5. Bapak Pimpinan Dinas Sosial Kota Langsa Drs. H. Bahardin Halim dan Seluruh Staf Pegawai Dinas Sosial Kota Langsa yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk mengadakan penelitian dan memberikan data yang diperlukan dalam penyelesaian skripsi minor ini.

6. Kepada kedua orang tua saya, Ayahanda Drs. H. Bahardin Halim dan Ibunda Hj. Siti Rajiah atas kasih sayang dan perhatiannya yang tak terbatas sepanjang hidup saya, serta dukungan moril dan materil dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini menjadi awal dari kebahagiaan orang tua saya.

7. Kepada sahabat-sahabat penulis di D3 Akuntansi stambuk 2005 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah meluangkan waktu dan tenaga dalam proses penyelesaian skripsi ini dan menjadi tempat untuk bertukar pikiran dalam segala hal.

Dengan kerendahan hati penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi minor ini jauh dari sempurna walaupun penulis hanya mempunyai keterbatasan ilmu pengetahuan dan kemampuan yang penulis buat. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan dan perbaikan kesalahan penulis dimasa-masa yang akan datang


(6)

Semoga penulisan skripsi minor ini akan berdaya guna dan bermanfaat bagi para pembaca dan bagi kita semua.

Akhir kata penulis hanya berharap dan berdoa semoga Allah SWT memberikan Anugrah-NYA yang berlipat ganda kepada kita.

Medan, November 2008 Penulis

ARI ONE REZKI


(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR LAMPIRAN ... v

BAB I PENDAHULUAN A Alasan Pemilihan Judul ... 1

B Perumusan Masalah ... 2

C Tujuan Penelitian ... 3

D Manfaat Penelitian ... 3

E Sistematika Penulisan ... 4

BAB II DINAS SOSIAL KOTA LANGSA A Sejarah Singkat Dinas Sosial Kota Langsa ... 6

B Visi dan Misi Dinas Sosial Kota Langsa ... 8

C Struktur Organisasi Dinas Sosial Kota Langsa ... 10

D Prosedur Penerimaan dan Pengeluaran Kas ... 17

E Pengawasan Intern Penerimaan dan Pengeluaran Kas ... 26

BAB III ANALISA DAN EVALUASI A Pengertian Fungsi Pengawasan Intern Kas dan Unsur-Unsur Pengawasan Intern Kas ... 30

B Tujuan Pengawasan Intern Kas... 35

C Analisa Prosedur Penerimaan Kas ... 38


(8)

E Sistem Pencatatan Penerimaan dan Pengeluaran Kas ... 40

F Skala Pengukuran Variabel ... 43

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A Kesimpulan ... 46

B Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 48


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Alasan Pemilihan Judul

Lembaga atau instansi pemerintahan merupakan salah satu badan yang juga mengolah/memproses sistem keuangan baik penerimaan maupun pengeluaran kasnya menggunakan Sistem Akuntansi. Untuk mencapai tujuan tersebut pihak instansi pemerintahan menerapkan beberapa pengawasan yang salah satunya adalah pengawasan intern.

Pengawasan dapat diartikan sebagai alat untuk mengkoordinasikan aktivitas-aktivitas perusahaan agar sesuai dengan rencana semula. Salah satu cara untuk melaksanakan pengawasan adalah dengan menyusun sistem pengawasan intern yang memadai. Tujuan pengawasan intern adalah untuk mengamankan harta instansi perusahan dari berbagai bentuk penyelewengan yang dapat merugikan pemerintah, meningkatkan efisiensi dan mendorong pegawai mematuhi kebijakan yang ditetapkan pemerintah.

Kas merupakan aset perusahaan yang paling lancar (likuid) bila dibandingkan dengan aktiva lainnya. Hal ini karena hampir seluruh transaksi dalam perusahaan berhubungan dengan kas baik pada instansi pemerintahan maupun non-pemerintahan. Disamping itu kas merupakan aktiva yang paling sering dan mudah diselewengkan, sehingga banyak orang berusaha untuk menyelewengkan kas dengan berbagai cara baik usaha penyelewengan sendiri


(10)

maupun bersama. Apabila pengawasan intern terhadap kas dalam perusahaan efektif maka segala penyelewengan dapat terungkap dengan mudah.

Berdasarkan uraian diatas, dapat dilihat betapa pentingnya suatu pengawasan intern kas dalam mendukung keberhasilan instansi pemerintahan dalam menjalankan aktivitasnya. Sebagai instansi pemerintahan yang bergerak di bidang sosial, instansi ini tentu memerlukan sistem pengawasan yang matang dan cermat khususnya pada kas guna mencegah terjadinya penyelewengan dan kesalahan yang dapat merugikan pemerintah. Hal ini mendorong penulis untuk meneliti sejauh mana pelaksanaan pengawasan intern kas yang dilaksanakan oleh instansi pemerintahan dengan judul “Sistem Pengawasan Intern Kas Pada Dinas Sosial

Kota Langsa”.

B. Perumusan Masalah

Di dalam ilmu akuntansi, keberadaan kas terbagi 2 (dua) bagian, yaitu kas yang ada di perusahaan dan kas yang disimpan di bank. Ruang lingkup dari kas tersebut sangat luas dan membutuhkan penjelasan secara khusus dan terperinci. Disini penulis tidak membahas apa itu kas dan ruang lingkupnya. Penulis akan membahas yang hanya berkaitan dengan sisitem pengawasan intern kas pada Dinas Sosial Kota Langsa, khususnya pada masalah-masalah berikut :

1. Bagaimana sistem pengawasan intern kas yang berlaku di instansi pemerintahan?

2. Apakah sistem pengawasan intern kas di instansi pemerintahan sesuai dengan standar akuntansi keuangan publik?


(11)

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis dalam mengadakan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. untuk mengetahui bagaimana sistem pengawasan intern kas yang berlaku di instansi pemerintahan tempat dilakukannya penelitian,

2. mengetahui apakah sistem pangawasan intern kas yang dilakukan instansi pemerintahan tersebut sudah sesuai standar akuntansi keuangan publik.

D. Manfaat penelitian

1. untuk melihat perbandingan antara teori yang diuraikan dalam masa perkuliahan dengan praktek yang terjadi dilapangan,

2. untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis mengenai pengawasan intern kas dalam Dinas Sosial,

3. sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi pengambilan keputusan demi meningkatkan kinerja Dinas Sosial sehingga Dinas Sosial dapat mencapai tujuan yang diinginkan,

4. sebagai bahan rujukan bagi peneliti selanjutnya dalam membahas permasalahan yang sama.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan merupakan suatu gambaran yang memudahkan penulisan, penyusunan dan perincian sehingga data-data yang relevan dengan


(12)

judul skripsi minor ini dapat diperoleh dengan sebaik-baiknya. Penulis merinci sistematika penulisan tersebut sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab satu diuraikan secara singkat alasan pemilihan judul, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

BAB II : DINAS SOSIAL KOTA LANGSA

Bab dua membahas tentang profil perusahaan, fungsi pengawasan intern kas dan unsur-unsur pengwasan intern kas, tujuan pengwasan intern kas, prosedur penerimaan dan pengeluaran kas, serta pengawasan intern penerimaan dan pengeluaran kas.

BAB III : ANALISA DAN EVALUASI

Bab tiga memaparkan analisa prosedur penerimaan kas, analisa prosedur pengeluaran kas, sistem pencatatan penerimaan kas, sistem pencatatan pengeluaran kas pada Dinas Sosial Kota Langsa.

BAB IV : KESIMPULAN

Pada bab empat penulis menyimpulkan dan memberi saran atas penelitian yang dilakukan berdasarkan uraian sebelumnya yang mungkin berguna dalam meningkatkan sistem pengawasan inter kas pada Dinas Sosial Kota Langsa.


(13)

BAB II

DINAS SOSIAL KOTA LANGSA

A. Sejarah Singkat Dinas Sosial Kota Langsa

Pembangunan kesejahteraan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari pembangunan nasional, memegang peranan penting dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Seiring dengan kemajuan di bidang kesejahteraan sosial yang dicapai, memasuki tahun 2008 bangsa Indonesia masih tetap dihadapkan pada permasalahan kemiskinan, keterlantaran, kecacatan, ketunaan sosial dan penyimpangan perilaku, keterpencilan, korban bencana dan tindak kekerasan yang yang merupakan masalah sosial, yang belum sepenuhnya terjangkau oleh pembangunan kesejahteraan sosial. Pembangunan kesejahteraan sosial yang telah dilaksanakan pada umumnya telah memberi kontribusi dalam mewujudkan kesejahteraan sosial yang adil dan merata.

Permasalahan dan kebutuhan hidup manusia tidak terlepas dari kondisi dan perubahan lingkungan baik fisik maupun non-fisik. Perencanaan yang lebih cermat perlu dilakukan dengan memperhatikan aspek manusia, lingkungan fisik, sosial dan lingkungan psikologis. Pembangunan kesejahteraan sosial secara nyata telah memberikan efek positif dalam meningkatkan kesejahteraan umum, peran aktif masyarakat dan pemeliharaan iklim sosial yang kondusif. Namun dengan terjadinya perubahan-perubahan di dalam kehidupan bermasyarakat maka perencanaan strategis jangka menengah yang merupakan bagian dari perencanaan


(14)

jangka panjang dan acuan rencana tahunan perlu dirumuskan dengan mengedepankan prioritas, sasaran program, lokasi dan kegiatan.

Permasalahan kesejahteraan sosial di Kota Langsa masih didominasi oleh permasalahan “konvensional” terutama kemiskinan dan keterlantaran , kecacatan, keterpencilan dan ketertinggalan serta kesulitan dalam memperoleh pekerjaan dan perumahan. Tantangan yang dihadapi tercermin dari masih rendahnya kemampuan sosial-ekonomi sebagian besar masyarakat, serta rendahnya daya dorong perekonomian, keterbatasan penyediaan infrastruktur, serta Populasi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PPMKS) yang masih menjadi beban sosial yang sangat kompleks.

Dinas Sosial Kota Langsa yang dibentuk melalui Qanun Kota Langsa Nomor 3 Tahun 2007 tentang Pembentukan dan Penataan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah sebagaimana telah diubah dengan Qanun Kota Langsa Nomor 14 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Qanun Nomor 3 tentang Pembentukan dan Penataan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah Kota Langsa; menganggap perlu disusunnya suatu Rencana Strategis (RENSTRA) yang akan menjelaskan seluruh aspek kesejahteraan sosial baik dari segi permasalahan, kebijakan-kebijakan yang ditetapkan serta program/kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang akan dilaksanakan.

Penyusunan Rencana Strategis Dinas Sosial Kota Langsa Tahun 2008-2012 selalu berpegang pada ketentuan perundang-undangan terutama tentang pengelolaan keuangan negara, perbendaharaan negara, pemerintahan daerah, perimbangan keuangan pusat dan daerah, sistem perencanaan pembangunan


(15)

nasioal yang memberikan kejelasan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan nasional.

B. Visi dan Misi Dinas Sosial Kota Langsa

Adapun visi dan misi Dinas Sosial Kota Langsa dapat dijelaskan di bawah ini.

Visi

Departemen Sosial RI yang menetapkan visi: “Kesejahteraan Sosial, Oleh

dan Untuk Semua”. Visi ini mengandung arti bahwa pembangunan kesejahteraan

sosial sebagai bagian dari kesejahteraan rakyat adalah upaya dan gerakan nasional untuk mewujudkan kesejahteraan sosial oleh dan untuk seluruh rakyat Indonesia, yang dilakukan dalam rangka mewujudkan keadilan sosial sebagaimana amanat UUD 1945. Oleh karena itu setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh taraf kesejahteraan sosial yang sebaik-baiknya dan sekaligus mempunyai kewajiban yang sama pula untuk mewujudkan kesejahteraan sosial. Di samping itu Kota Langsa sesuaia dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 2007-2012 telah menetapkan visi sebagai berikut: “Terwujudnya Masyarakat yang aman, damai, bermartabat, maju,

sejahtera dan Islami”.

Dengan berpedoman kepada visi Departemen Sosial RI dan visi Kota Langsa tersebut, Dinas Sosial Kota Langsa merumuskan visi dalam upaya mengembangkan potensi yang ada untuk menindaklanjuti pembangunan kesejahteraan sosial yang ingin dicapai dalam wilayah Pemerintahan Kota Langsa.


(16)

Rumusan Visi Dinas Sosial Kota Langsa adalah terwujudnya kesejahteraan masyarakat Kota Langsa melalui pembangunan sosial.

Makna yang terkandung dalam visi ini adalah : 1. Masyarakat

masyarakat yang dimaksud disini adalah setiap manusia yang berdomisili di Kota Langsa.

2. Kesejahteraan

kesejahteraan yang dimaksud disini adalah kehidupan masyarakat Kota Langsa yang hidup dalam suasana penuh dengan rasa bahagia, karena sanggup memenuhi kebutuhan akan pangan, pakaian, rumah yang sehat, kesehatan dan pendidikan dalam hal pemerintah turut memberikan jaminan perlindungan keamanan, jaminan kebebasan beragama, jaminan kebebasan untuk berpikir dan berpendapat serta terciptanya suasana aman, tentram dan penuh dengan kedamaian.

3. Pembangunan Sosial

Pembangunan sosial yang dimaksud adalah Pembangunan Kesejahteraan Sosial melalui Program dan Kebijakan yang merupakan kewenangan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Dinas Sosial Kota Langsa sehingga mampu memberikan kontribusi secara nyata dalam menangani masalah-masalah sosial di Kota Langsa.


(17)

Untuk mencapai rumusan visi diatas, agar masyarakat Kota Langsa menjadi peduli terhadap pembangunan kesejahteraan sosial yang dilakukan secara mandiri dan berkelanjutan, maka ditetapkan misi Dinas Sosial Kota Langsa sebagai berikut :

1. meningkatkan pengendalian permasalahan sosial masyarakat, 2. meningkatkan stabilitas kesetiakawanan sosial,

3. meningkatkan pengembangan investasi modal sosial, 4. meningkatkan SDM aparatur dan pelaku sosial masyarakat.

C. Struktur Organisasi Dinas Sosial Kota Langsa

Adapun struktur organisasi Dinas Sosial Kota Langsa dalah sebagai berikut :

1. Kedudukan

Dinas Sosial Kota Langsa merupakan unsur pelaksana Pemerintah Daerah dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah.

2. Tugas pokok

Dinas Sosial Kota Langsa merupakan salah satu instansi pemerintahan yang mempunyai tugas untuk mengelola dan melaksanakan sebahagian urusan rumah tangga daerah dalam bidang kesejahteraan sosial serta melaksanakan tugas pembantuan yang diserahkan oleh Walikota Kota Langsa.


(18)

3. Fungsi

a. melaksanakan pembinaan terhadap kewenangan bidang sosial, b. perencanaan kebijakan teknis di bidang sosial,

c. menyelenggarakan fungsi pelaksanaan teknis di bidang kesejahteraan sosial dalam masyarakat,

d. pelaksanaan pengawasan perizinan di bidang sosial,

e. pengkoordinasian kegiatan-kegiatan usaha kesejahteraan sosial,

f. pengelolaan administrasi umum meliputi ketatalaksanaan, keuangan, kepegawaian, perlengkapan, organisasi dan ketatalaksanaan dinas,

g. pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan bidang tugasnya..

Hal ini sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Walikota Langsa berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Perlu dikemukakan bahwa bidang tugas Departemen Sosial pada saat terbitnya Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 1958 adalah sebagai berikut :

1. penelitian ( research ),

2. rehabilitasi penyandang cacat, 3. urusan korban perang,

4. urusan perumahan , 5. urusan transmigrasi,


(19)

Dengan terbitnya Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 1958, urusan yang diserahkan adalah meliputi urusan bimbingan dan perbaikan sosial. Penyerahan tugas tersebut diserahkan berdasarkan azas desentralisasi atau azas perbantuan.

Tugas yang diserahkan atas azas desentralisasi yang menjadi wewenang dan tanggung jawab daerah sepenuhnya ( tugas otonom ) adalah :

1. penyelenggaraan pusat-pusat penampungan bagi anak-anak terlantar (untuk observasi dan seleksi),

2. penyelenggaraan panti-panti asuhan bagi bayi terlantar,

3. penyelenggaraan panti-panti asuhan tingkat pertama bagi anak-anak yatim piatu dan anak terlantar,

4. penyelenggaraan panti-panti asuhan tingkat lanjutan bagi anak-anak yatim piatu yang terlantar,

5. usaha penempatan anak dalam asuhan keluarga, 6. usaha pemungutan anak bagi anak angkat,

7. penyelenggaraan pusat-pusat penampungan bagi orang dewasa terlantar dan gelandangan (untuk observasi dan seleksi),

8. penyelenggaraan panti-panti karya tingkat pertama, 9. penyelenggaraan panti-panti karya tingkat lanjutan,

10.penyelenggaraan rumah-rumah perawatan bagi orang-orang jompo,

11.pemberian bantuan bagi fakir miskin dan orang terlantar di luar rumah perawatan,


(20)

13.penyelenggaraan usaha sosial ke arah pemberantasan kemiskinan,

14.pengawasan bimbingan serta pemberian bantuan / subsidi kepada organisasi masyarakat yang menyelenggarakan usaha tersebut di atas.

Tugas yang diserahkan atas bantuan dalam bidang bimbingan dan perbaikan sosial tersebut adalah sebagai berikut :

1. penyelenggaraan bimbingan sosial tahap pemberian pengertian, tuntutan teknisi pengembangan swadaya masyarakat,

2. penyelenggaraan penyuluhan sosial, 3. penyelenggaraan pendidikan tenaga sosial, 4. penyelenggaraan rehabilitas bebas hukum, 5. perijinan undian sosial,

6. pengawasan / bimbingan kepada organisasi-organisasi masyarakat yang menyelenggarakan usaha tersebut di atas,

7. penghimpunan bahan untuk dokumentasi dan statistik sosial.

Dalam pelaksanaan tugas bimbingan dan perbaikan sosial, selaras dengan Qanun Kota Langsa No. 3 Tahun 2007 tentang pembentukan dan penataan susunan organisasi dan tata kerja dinas daerah, sebagaimana telah diubah dengan Qanun Kota Langsa nomor 14 tahun 2007 tentang perubahan atas Qanun nomor 3 tahun 2007 tentang pembentukan dan penataan susunan organisasi dan tata kerja dinas-dinas daerah Kota Langsa.


(21)

Organisasi Dinas Sosial Kota Langsa terdiri atas : 1. Kepala Dinas,

2. Bagian Tata Usaha, terdiri dari : a. Sub Bagian Umum,.

b. Sub Bagian Keuangan dan perlengkapan. 3. Bidang Pemberdayaan Sosial, terdiri dari :

a. Seksi Penyuluhan dan Bimbingan Sosial,

b. Seksi Pembinaan Organisasi dan Swadaya Sosial. 4. Bidang Bantuan Sosial, terdiri dari :

a. Seksi Penanggulangan dan Bantuan Bencana,

b. Seksi Bantuan Kesejahteraan Sosial, Fakir Miskin dan Jompo. 5. Bidang Kesejahteraan Anak, Keluarga dan Masyarakat, terdiri dari :

a. Seksi Kesejahteraan Anak dan Panti Asuhan,

b. Seksi Kesejahteraan Keluarga Masyarakat dan Perintis Kemerdekaan/ Pahlawan.

6. Bidang Rehabilitasi Sosial, terdiri dari :

a. Seksi Rehabilitasi Penyandang Tuna Sosial,

b. Seksi Penyandang dan Rehabilitasi Penyandang Cacat. 7. Kelompok Jabatan Fungsional

8. Unit Pelaksana Teknis ( Panti-panti ) terdiri dari :

a. Panti Taman Harapan, b. Panti Malahayati, c. Panti Bustanul Fakhri,


(22)

d. Panti Aziziah Seuriget.

Tugas dan Fungsi Dinas Sosial Kota Langsa terdiri atas : 1. Adapun tugas Kepala Dinas sebagai berikut :

a. memimpin dan membina dinas dalam melaksanakan tugas yang ditetapkan berdasarkan peratutan Perundang-undangan yang berlaku,

b. menetapkan kebijaksanaan umum di daerah bidang sosial, c. menetapkan kebijakan teknis di bidang sosial,

d. melaksanakan kerjasama dengan instansi yang menyangkut bidang sosial, e. melaksanakan tugas dinas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan

bidang tugasnya.

2. Bagian Tata Usaha mempunyai fungsi :

a. pelaksanaan dan pengkordinasian penyusunan perencanaan strategik, program kerja dan kegiatan, pengolahan data dan pelaporan serta pembinaan organisasi ketatalaksanaan,

b. pengelolaan administrasi umum yang meliputi kepegawaian, keuangan, perlengkapan, kerumahtanggaan, dokumentasi dan penataan arsip,

c. penyiapan data, informasi dan hubungan masyarakat,

d. pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan bidangnya.


(23)

3. Bidang Pemberdayaan Sosial mempunyai fungsi :

a. penyiapan bahan pemberdayaan sosial penyusunan pedoman dan petunjuk teknis pemberdayaan sosial serta/melaksanakan program pemberdayaan sosial,

b. penyiapan bahan penyusunan pedoman dan petunjuk teknis penyelenggaraan pemberdayaan sosial,

c. pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan bidang tugasnya.

4. Bidang Bantuan Sosial mempunyai fungsi :

a. penyiapan bahan penyusunan pedoman dan petunjuk teknis di bidang bantuan sosial,

b. penyiapan bahan dan data guna penyusunan program pembinaan dan petunjuk teknis di bidang bantuan sosial serta memantau dan melaporkan pelaksanaan pemberian bantuan sosial,

c. pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan bidang tugasnya.

5. Bidang Kesejahteraan Anak, Keluarga dan Masyarakat mempunyai fungsi : a. penyiapan bahan pedoman dan petunjuk teknis penyuluhan dan bimbingan

sosial kepada anak, keluarga dan masyaraka,

b. penyiapan bahan dan penyelenggaraan pembinaan terhadap kesejahteraan anak, keluarga dan masyarakat,


(24)

c. pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan bidang tugasnya.

6. Bidang Rehabilitasi Sosial mempunyai fungsi :

a. penyiapan bahan penyusunan pedoman dan petunjuk teknis di bidang rehabilitasi sosial,

b. penyusunan rencana program dan petunjuk teknis di bidang rehabilitasi sosial,

c. pelaksana rencana program dan petunjuk teknis di bidang rehabilitasi sosial,

d. pelaksanaan pengawasan dan pengendalian di bidang rehabilitasi sosial, e. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas,

f. pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan bidang tugasnya.

7. Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Pemerintah Daerah sesuai dengan kehlian dan kebutuhan.

D. Prosedur Penerimaan dan Pengeluaran Kas 1. Prosedur Penerimaan Kas

Prosedur Akuntansi penerimaan kas pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Dinas Sosial Kota Langsa meliputi serangkaian proses baik manual ataupun terkomputerisasi mulai pencatatan, pengikhtisaran atas transaksi dan/atau


(25)

kejadian keuangan serta pelaporan keuangan dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang berkaitan dengan penerimaan kas pada satuan kerja perangkat daerah Dinas Sosial Kota Langsa.

a. Fungsi yang terkait

Fungsi yang terkait pada prosedur akuntansi penerimaan kas pada satuan kerja perangkat daerah Dinas Sosial Kota Langsa dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada pejabat penatausahaan keuangan satuan kerja perangkat daerah.

b. Dokumen yang digunakan

Dokumen (dokumen sumber dan dokumen pendukung) yang digunakan pada prosedur akuntansi penerimaan kas pada satuan kerja perangkat daerah Dinas Sosial Kota Langsa, terdiri atas:

1. surat ketetapan pajak daerah merupakan dokumen yang dibuat oleh Pejabat Pengelola Keuangan Daerah untuk menetapkan pajak daerah atas wajib pajak,

2. surat ketetapan retribusi merupakan dokumen yang dibuat oleh pengguna anggaran untuk menetapkan retribusi atau wajib retribusi,

3. surat tanda setoran merupakan dokumen yang dibuat oleh bendahara penerimaan untuk menyetor penerimaan daerah atau pejabat penatausahaan keuangan satuan kerja perangkat daerah untuk dijadikan dokumen dalam menyelenggarakan akuntansi pada satuan kerja perangkat daerah,

4. bukti transfer merupakan dokumen atau bukti atas transfer penerimaan daerah,


(26)

5. nota kredit bank merupakan dokumen atau bukti dari bank yang menunjukkan adanya transfer uang masuk ke rekening kas umum daerah, 6. buku jurnal penerimaan kas merupakan catatan yang diselenggarakan oleh

fungsi akuntansi pada pejabat penatausahaan keuangan satuan kerja perangkat daerah untuk mencatat dan menggolongkan semua transaksi atau kejadian yang berhubungan dengan penerimaan kas,

7. buku besar merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi pada pejabat penatausahaan keuangan satuan kerja perangkat daerah untuk mencatat peringkasan (posting) semua transaksi atau kejadian selain kas dari jurnal penerimaan kas ke dalam buku besar untuk setiap rekening aset, kewajiban, ekuitas dana, pendapatan, belanja dan pembiayaan,

8. buku besar pembantu merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi pada pejabat penatausahaan keuangan satuan kerja perangkat daerah untuk mencatat transaksi-transaksi dan kejadian yang berisi rincian item buku besar untuk setiap rekening yang dianggap perlu.

c. Laporan yang dihasilkan

Laporan yang dihasilkan dari prosedur akuntansi penerimaan kas pada satuan kerja perangkat daerah Dinas Sosial Kota Langsa, terdiri atas : 1. laporan realisasi anggaran satuan kerja perangkat daerah,

2. neraca satuan kerja perangkat daerah,


(27)

d. Uraian prosedur penerimaan kas

Prosedur akuntansi penerimaan kas terdiri atas prosedur akuntansi penerimaan kas, yaitu :

1. fungsi akuntansi pada pejabat penatausahaan keuangan satuan kerja perangkat daerah berdasarkan bukti transaksi penerimaan kas mencatat ke dalam jurnal penerimaan kas, disertai uraian rekening-lawan asal penerimaan kas dimaksud,

2. bukti transaksi penerimaan kas mencakup antara lain : a. surat tanda setoran,

b. bukti transfer, c. nota kredit,

d. Bukti penerimaan lainnya.

3. fungsi akuntansi pada pejabat penatausahaan keuangan satuan kerja perangkat daerah secara periodik atau berkala melakukan posting ke buku besar,

4. jika dianggap perlu fungsi akuntansi pada pejabat penatausahaan keuangan satuan kerja perangkat daerah dapat membuat buku besar pembantu yang berfungsi sebagai rincian dan kontrol buku besar,

5. Pencatatan ke dalam buku jurnal penerimaan kas, buku besar dan buku besar pembantu dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada pejabat penatausahaan keuangan satuan kerja perangkat daerah sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang ditetapkan dalam ketentuan yang berlaku.


(28)

Adapun bagian yang terlibat dalam prosedur penerimaan kas pada Dins Sosial Kota Langsa adalah kepala dinas, kepala bidang, kepala sekretariat/tim verifikasi, bendahara dan pemegang uang muka kegiatan (PUMK). Dimana prosedur penerimaan kas dapat dilihat sebagai berikut:

a. Kepala Dinas

Kepala dinas bertanggung jawab penuh terhadap penggunaan kas dan penerimaan kas di Dinas Sosial Kota Langsa.

b. Kepala Bidang

Kepala bidang membuat rencana kegiatan sesuai dengan daftar penetapan anggaran (DPA) yang telah disetujuai oleh DPRK. Kemudian membuat daftar rician yang akan diajukan ke tim verifikasi.

c. Kepala sekretariat/tim verifikasi

Rincian yang telah diverifikasi selanjutnya diteruskan ke bendaharawan untuk diajukan ke badan pengelola keuangan derah (BPKD).

d. Bendahara

Bendahara berfungsi melakukan pencatatan transaksi penerimaan kas dan memasukkan transaksi tersebut ke program.

e. Pemegang uang muka kegiatan (PUMK)

Pemegang uang muka kegiatan (PUMK) berfungsi menyalurkan dana kegiatan yang ada pada rekening Dinas Sosial Kota Langsa ke seluruh bidang.


(29)

2. Prosedur Pengeluaran Kas

Prosedur Akuntansi pengeluaran kas pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Dinas Sosial Kota Langsa meliputi serangkaian proses baik manual ataupun terkomputerisasi mulai pencatatan, pengikhtisaran atas transaksi dan/atau kejadian keuangan serta pelaporan keuangan dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang berkaitan dengan pengeluaran kas pada satuan kerja perangkat daerah Dinas Sosial Kota Langsa.

a. Fungsi yang terkait

Fungsi yang terkait pada prosedur akuntansi pengeluaran kas pada satuan kerja perangkat daerah Dinas Sosial Kota Langsa dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada pejabat penatausahaan keuangan satuan kerja perangkat daerah.

b. Dokumen yang digunakan

Dokumen (dokumen sumber dan dokumen pendukung) yang digunakan pada prosedur akuntansi pengeluaran kas pada satuan kerja perangkat daerah Dinas Sosial Kota Langsa, terdiri atas:

1. surat penyediaan dana merupakan dokumen yang dibuat oleh Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) sebagai media atau surat yang menunjukkan tersedianya dana untuk diserap/direalisasi,

2. surat perintah membayar merupakan dokumen yang dibuat oleh pengguna anggaran untuk mengajukan surat perintah pencairan dana yang akan diterbitkan oleh bendahara umum daerah/kuasa bendahara umum daerah, 3. kuitansi pembayaran dan bukti penerimaan lainnya merupakan dokumen


(30)

4. surat perintah pencairan dana merupakan dokumen yang telah diterbitkan oleh bendahara umum daerah/kuasa bendahara umum daerah untuk mencairkan uang pada bank yang telah ditunjuk,

5. bukti transfer merupakan dokumen atau bukti atas transfer pengeluaran daerah,

6. nota Debet bank merupakan dokumen atau bukti dari bank yang menunjukkan adanya transfer uang keluar ke rekening kas umum daerah, 7. buku jurnal pengeluaran kas merupakan catatan yang diselenggarakan oleh

fungsi akuntansi pada pejabat penatausahaan keuangan satuan kerja perangkat daerah untuk mencatat dan menggolongkan semua transaksi atau kejadian yang berhubungan dengan pengeluaran kas,

8. buku besar merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi pada pejabat penatausahaan keuangan satuan kerja perangkat daerah untuk untuk mencatat peringkasan (posting) semua transaksi atau kejadian selain kas dari jurnal pengeluaran kas ke dalam buku besar untuk setiap rekening aset, kewajiban, ekuitas dana, pendapatan, belanja dan pembiayaan,

9. buku besar pembantu merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi pada pejabat penatausahaan keuangan satuan kerja perangkat daerah untuk mencatat transaksi-transaksi dan kejadian yang berisi rincian item buku besar untuk setiap rekening yang dianggap perlu.


(31)

c. Laporan yang dihasilkan

Laporan yang dihasilkan dari prosedur akuntansi pengeluaran kas pada satuan kerja perangkat daerah Dinas Sosial Kota Langsa, terdiri atas :

1. laporan realisasi anggaran satuan kerja perangkat daerah, 2. neraca satuan kerja perangkat daerah,

3. catatan atas laporan keuangan satuan kerja perangkat daerah. d. Uraian prosedur penerimaan kas

Prosedur akuntansi pengeluaran kas terdiri atas prosedur akuntansi pengeluaran kas, yaitu :

1. fungsi akuntansi pada pejabat penatausahaan keuangan satuan kerja perangkat daerah berdasarkan bukti transaksi pengeluaran kas mencatat ke dalam jurnal pengeluaran kas,

2. bukti transaksi pengeluaran kas mencakup antara lain : a. surat perintah pencairan dana,

b. bukti transfer, c. nota debet,

d. bukti pengeluaran lainnya.

3. Fungsi akuntansi pada pejabat penatausahaan keuangan satuan kerja perangkat daerah secara periodik atau berkala melakukan posting dari buku jurnal ke buku besar.

4. jika dianggap perlu fungsi akuntansi pada pejabat penatausahaan keuangan satuan kerja perangkat daerah dapat membuat buku besar pembantu yang berfungsi sebagai rincian dan kontrol buku besar,


(32)

5. pencatatan ke dalam buku jurnal pengeluaran kas, buku besar dan buku besar pembantu dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada pejabat penatausahaan keuangan satuan kerja perangkat daerah sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang ditetapkan dalam ketentuan yang berlaku.

Pengeluaran kas pada Dinas Sosial Kota Langsa digolongkan atas dua bagian, yaitu:

1. Biaya Operasi

Biaya operasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk membiayai semua kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan operasi Dinas yang terdiri dari:

a. biaya pemeliharaan

Biaya pemeliharaan adalah bagian yang dikeluarkan untuk merawat semua aktiva-aktiva tetap yang dimiliki perusahaan, seperti kendaraan, gedung, komputer, dan lain-lain.

b. biaya kepegawaian

Biaya kepegawaian terdiri dari:

 unsur gaji, biaya yang dikeluarkan perusahaan secara berkelanjutan setiap bulannya sebagai imbalan jasa para pegawai yang bekerja di perusahaan. Unsur gaji termasuk tunjangan berupa jabatan dan hari raya,

 unsur cuti dan lainnya, yaitu biaya yang dikeluarkan perusahaan berupa cuti tahunan, cuti besar, perubahan pegawai, perawatan kesehatan, dan lain-lain,


(33)

 biaya kesehatan adalah biaya yang dikeluarkan untuk memelihara kesehatan bagi para pegawai,

 biaya pensiun adalah biaya yang dikeluarkan sebagai tunjangan karyawan yang telah pensiun.

c. biaya adminstrasi

biaya administrasi adalah biaya perusahaan sehubungan dengan pengadaan fasilitas perusahaan. Adapun yang termasuk biaya administrasi yaitu:

 biaya perjalanan dinas,

 biaya alat tulis kantor.

 biaya telepon, listrik dan air, 2. biaya teknis kegiatan.

Adapun biaya teknis kegiatan ini adalah sebagai berikut:

a. biaya bantuan penanggulangan bencana adalah biaya yang dikeluarkan untuk menanggulangi masa-masa kritis pasca bencana,

b. biaya pemberdayan kemampuan masyarakat adalah biaya yang dikeluarkan untukmengadakan pelatihan-pelatihan bagi masyarakat,

c. biaya penanggulangan permasalahan sosial termasuk didalamnya bantuan anak cacat, fakir miskin, anak yatim dan eks tindak kekerasan.


(34)

E. Pengawasan Intern Penerimaan dan Pengeluaran Kas 1. Pengawasan Intern Penerimaan Kas

Setiap perusahaan mempunyai sumber penerimaan kas, baik yang bersifat rutin maupun tidak. Dengan adanya prosedur penerimaan kas yang baik, maka dapat dipastikan bahwa semua penerimaa kas sudah dicatat, diklasifikasikan secara tepat dan akurat dengan didukung oleh bukti penerimaan kas. Untuk setiap bukti penerimaan kas memuat :

a. berapa jumlah uang yang diterima, b. tanggal penerimaan,

c. transaksi apa yang berhubungan dengan penerimaan itu, d. nama orang atau perusahaan yang melakukan pembayaran, e. nama orang atau perusahaan yang menerima kas.

Untuk dapat mengawasi penerimaan kas perlu adanya pemisahan fungsi pencatatan dan pengelola kas. Adapun tujuan dari pengawasan intern kas adalah:

a. untuk menjamin bahwa seluruh penerimaan kas benar diterima dan dicatat sebagaimana mestinya,

b. untuk menciptakan kegunaan sebesar-besarnya dari jumlah uang yang diterima yang dimiliki oleh perusahaan untuk menciptakan pengawasan intern kas yang baik,

Dalam pengawasan intern penerimaan kas, Dinas Sosial Kota Langsa melakukan pemisahan fungsi pencatatan dan pengelolaan kas, serta membuat laporan penerimaan kas setiap harinya yang dilakukan oleh bendahara. Untuk pengawasan kas harus disesuaikan dengan keadaan khusus dari satu perusahaan,


(35)

pada umumnya sistem pengawasan intern kas menolak praktek pencatatan kas dan penanganan uang kas berada dalam satu tangan. Kemungkinan besar untuk menyalahgunakan kas untuk sebagian besar dapat dikurangi apabila dua atau lebih pegawai bekerja sama untuk melawan maksud-maksud penggelapan uang kas.

Dengan diadakannya pemeriksaan intern kas dalam selang waktu yang tidak terbatas, dapat mendorong setiap pegawai melakukan pekerjaannya dengan benar. Hal ini dapat dilakukan dengan cara analisa penilaian rekomendasi dan komentar-komentar terhadap kinerja pegawai dari kegiatan operasi perusahaan.

2. Pengawasan Intern Pengeluaran Kas

Sama halnya dengan pengawasan intern penerimaan kas, pengawasan intern pengeluaran kas harus dikelola sedemikian rupa sehingga tidak terjadi kesalahan dan kecurangan yang mengakibatkan kerugian bagi perusahaan. Dengan adanya penerapan sistem pengawasan yang memuaskan akan memberikan kepastian bahwa pengeluaran kas yang dilaksanakan ada hubungannya dengan aktivitas dan benar telah dibukukan serta adanya persetujuan dari yang berwewenang.

Pada Dinas Sosial Kota Langsa, pengeluaran kas dapat berupa cek (untuk pihak intern), giro (untuk pihak ekstern), serta dana kas kecil yang dikelola oleh pemegang kas.

Untuk melakukan pengawasan intern pengeluaran kas Dinas Sosial Kota Langsa melakukan usaha-usaha berikut ini:


(36)

b. memberi nomor urut cek atau giro yang dikeluarkan dan semua nomor cek atau giro tersebut dapat dipertanggungjawabkan apakah dipergunakan atau tidak,

c. membuat rekonsiliasi bank setiap bulan oleh bendahara,

d. setiap pengeluaran kas menggunakan cek, giro, dan dana kas kecil.

Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk pengeluaran kas yang dilakukan dengan cek adalah sebagai berikut:

a. setiap cek yang tidak atau belum digunakan harus disimpan dengan baik, b. pegawai yang menyimpan cek tidak dapat melakukan penerimaan kas, c. cek harus ditulis atau diketik,

d. yang menandatangani cek harus lebih dari satu orang.

Dalam hal pengeluaran kas selalu terbuka kesempatan untuk berbuat curang dengan cara menggunakan dana secara tidak wajar atau tidak benar. Untuk itu pengeluaran kas harus dikelola dengan baik agar dapat dihindari terjadinya penyelewengan atau kecurangan terhadap kas yang dapat merugikan perusahaan. Oleh sebab itu, suatu sistem pengawasan intern kas sedapat mungkin dapat mencegah atau memperkecil penyelewengan terhadap kas.


(37)

BAB III

ANALISA DAN EVALUASI

A. Pengertian Fungsi Pengawasan Intern Kas dan Unsur-Unsur Pengawasan Intern Kas

Suatu perusahaan dalam melakukan kegiatan usahanya haruslah melakukan pengawasan dan memonitornya untuk mengetahui hasil dari kegiatannya. Manajemen harus mempunyai pandangan dan sikap yang profesional untuk memajukan atau meningkatkan hasil yang telah dicapai. Pandangan manajemen ini berasal dari pengawasan yang telah dilakukan.

Pengawasan adalah suatu tugas manajemen yang sangat penting disamping fungsi-fungsi lainnya seperti perencanaan, pengorganisasian, dan pengarahan. Pengawasan yang dimaksud adalah segala sesuatu yang termasuk dalam aktifitas perusahaan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Pengawasan dapat dilakukan oleh pihak intern perusahaan yaitu pimpinan beserta pegawai-pegwai dan juga pihak ekstern yang ikut terlibat dalam aktivitas perusahaan seperti akuntan publik.

Pengawasan intern (internal control) dapat dipandang dua arah, yaitu: a. Dalam arti sempit

Pengawasan intern merupakan pergerakan penjumlahan, baik penjumlahan mendatar (cross footing) maupun penjumlahan menurun (down footing).


(38)

b. Dalam arti luas

Pengawasan intern tidak hanya meliputi pengerjaan pengecekan saja, tetapi meliputi semua alat-alat yang digunakan manajemen untuk mengadakan pengawasan.

Sistem pengawasan intern suatu organisasi terdiri dari kebijakan dan prosedur yang diciptakan untuk memberi jaminan yang memadai agar tujuan organisasi dapat tercapai. (Mulyadi; 2001; hal 68).

Pengawasan intern menurut (Ikatan Akuntan Indonesia; 2001; hal 63). didefenisikan sebagai pengawasan intern yang meliputi organisasi serta semua metode dan ketentuan yang terkoordinasi yang dianut dalam suatu perusahaan untuk melindungi harta milik perusahaan, memeriksa kecermatan dan keandalan data akuntansi, meningkatkan efisiensi usaha dan mendorong ditaatinya kebijakan manajemen yang digariskan.

Selanjutnya setelah penulis menguraikan pengertian pengawasan intern, maka dilanjutkan dengan pengertian kas.

(Soemarso; 2004; hal 320) menyatakan bahwa : kas adalah sesuatu baik yang berbentuk uang atau bukan yang terdapat tersedia dengan segera dan diterima sebagai pelunasankewajiban sebagai nilai nominalnya.

Kas, harta yang paling liquit adalah media pertukaran buku dan dasar bagi pengukuran dan akuntansi untuk semua pula lainnya. Kas umumnya diklasifiksikan sebagai harta lancar agar dapat dilaporkan sebagai kas, post yang bersangkutan harus siap tersedia untuk pembayaran kewajiban lancar, dan harus bebas dari setiap ikatan kontraktual yang membatasi penggunaannya dalam pemenuhan utang. (Kieso dan WeyGandt; 2001; hal 402).

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kas merupakan harta yang paling liquid dan mudah dipindah tangankan atau diselewengkan


(39)

sehingga dapat menimbulkan niat seseorang untuk melakukan penyelewengan dan manipulasi dengan berbagai cara.

1. Fungsi Pengawasan Intern Kas

Ada tujuh macam fungsi struktur pengawasan intern kas secara rinci yang harus dipenuhi untuk mencegah setiap kesalahan yang mungkin terjadi di dalam pencatatan.

Struktur pengendalian intern harus memberikan kepastian bahwa: a. setiap transaksi yang dicatat adalah sah (validitas)

Struktur pengendalian intern tidak dapat memberikan transaksi fiktif dan yang sebenarnya tidak terjadi di dalam jurnal atau catatan akuntansi lainnya,

b. setiap transaksi diotorisasi dengan tepat

dalam hal ini, jika suatu transaksi tidak diotorisasi maka dapat mengakibatkan transaksi yang curang,

c. setiap transaksi yang terjadi harus dicatat

Hal ini dilakukan untuk mencegah hilangnya setiap transaksi dari catatan, d. setiap transaksi dinilai dengan cepat

pengendalian yang memadai selalu disertai dengan prosedur untuk menghindari kesalahan dalam perhitungan dan pencatatan transaksi pada langkah-langkah proses pencatatan,


(40)

pengklasifikasian perkiraan yang tepat sesuai dengan kode perkiraan klien harus ditetapkan dalam jurnal,

f. transaksi yang terjadi dicatat pada waktu yang tepat,

g. setiap transaksi dimasukkan dengan tepat ke dalam catatan tambahan yang diikhtisarkan dengan benar.

2. Unsur-Unsur Pengawasan Intern Kas

Untuk mendapatkan suatu pengawasan intern yang baik di dalam perusahaan, diperlukan adanya unsur-unsur yang dirancang dan diimplementasikan manajemen guna membentuk kepastian yang layak bahwa tujuan pengawasan internnya akan tercapai. Unsur-unsur pengawasan intern tersebut adalah:

a. pelaksanaan yang kompeten dan dapat dipercaya

Di dalam sistem pengawasan intern, pelaksanaan merupakan unsur paling penting, orang-orang jujur, bekerja secara efisien, selalu mampu bekerja dengan segala kesungguhan meskipun kelima unsur lainnya begitu kuat, tetapi orang-orang yang tidak berkompeten serta tidak memeliki kejujuran dalam dirinya akan lebih mudah membuat sistem pengawasan tersebut menjadi berantakan. Agar sistem pengawasan dapat berjalan sebagaimana mestinya dan penyelenggaraan pekerjaan dilaksanakan sebaik-baiknya, harus ditetapkan pertanggungjawabannya dari orang-orang tertentu. Orang yang diberi pertanggungjawaban tersebut akan bekerja lebih giat, hati-hati dan manajemen dapat lebih mudah mengawasinya.


(41)

b. pembagian tugas yang jelas

Tujuan dan pembagian tugas yang jelas untuk mencegah kekeliruan yang sengaja atau tidak sengaja. Untuk itu ada empat pedoman yang dapat dilakukan, yaitu:

• pemisahan penanganan aktiva serta akuntansinya

Apabila fungsi ini dipegang oleh satu orang, sangat besar kemungkinan akan terjadi penggelapan aktiva tersebut untuk kepentingan pribadi, dan memanipulasi pembukuannya untuk menghindarkan diri dari pertanggungjawaban.

• pemisahan otorisasi transaksi dari penangan setiap aktiva

Sebaiknya orang yang memberi otorisasi transaksi tidak ikut partisipasi dalam pengawasan terhadap aktiva.

• pemisahan tugas dalam fungsi akuntansi

Dengan cara ini, akan terbuka banyak kesempatan bagi pegawai yang bekerja dalam sistem untuk melakukan pemeriksaan silang.

• pemeriksaan tanggung jawab c. Prosedur otorisasi yang tepat

Agar setiap pengawasan dapat berhasil dengan baik, setiap transaksinya harus diotorisasi dengan semestinya. Otorisasi ini dapat berbentuk umum maupun khusus. Otorisasi umum berarti bahwa manajemen menetapkan kebijaksanaan yang dirumuskan untuk dilaksanakan di dalam organisasi. Setiap orang melaksanakan kebijaksanaan ini dengan diberikan otorisasi


(42)

untuk setiap transaksi dalam batasan yang telah ditetapkan oleh kebijakan tersebut. Sedangkan otorisasi khusus hanya berlaku pada transaksi saja. d. Dokumen dan catatan yang memadai

Dokumen berfungsi sebagai penerus informasi di lingkungan organisasi atau di antara organisasi yang berbeda. Dokumen ini harus cukup memadai untuk memberikan jaminan bahwa aktiva telah berada dalam pengawasan yang semestinya dan setiap transaksi telah dicatat dengan benar.

e. Verifikasi internal

Yaitu pemisahan tugas-tugas secara fungsional atau operasional, penerimaan dan pengeluaran kas, akuntansi dan setiap pengawasan intern serta setiap transaksi yang memerlukan pertanggungjawaban dari harta perusahaan.

(Arrens; 2002; hal 36) menyatakan bahwa : Persyaratan mendasar untuk setiap orang yang melaksanakan prosedur verivikasi internal adalah independensi mereka terhadap orang-orang yang bertugas menyiapkan data dari awal sampai akhir. Dan alat verivikasi internal yang paling mudah adalah pemisahan tugas.

B. Tujuan Pengawasan Intern Kas

Dalam melakukan pengawasan intern kas dan untuk mencapai tujuan pengawasan intern kas harus diketahui sifat-sifat khusus dari kas dan tindakan yang mungkin terjadi untuk menggelapkan kas tersebut, karena kas mempunyai sifat-sifat tertentu, seperti bentuknya kecil, jenisnya sama, mudah dipergunakan dan disukai oleh semua orang.


(43)

Oleh karena begitu menarik dan pentingnya kas, maka kas sering dijadikan sasaran untuk penyelewengan. Untuk itu diperlukan suatu pengawasan intern terhadap kas. Penyelewengan yang dilakukan bukan hanya langsung dengan mencuri dari brankas, melainkan dengan cara penyelewengan melalui pembukuan yang rapi dan teratur.

Menurut (Wilson; 2002; hal 89), beberapa cara umum untuk melaksanakan penyelewengan terhadap kas adalah sebagai berikut:

a. Menyiapkan bukti voucher palsu atau mengajukan voucher untuk mendapatkan pembayaran dua kali.

b. Kitting atau pinjaman tanpa mendapat persetujuan dengan cara tidak mencatat pembayaran tetapi mencatat penyetoran dalam melakukan transfer ke bank.

c. Mencantumkan jumlah total yang tidak benar dalam buku kas. d. Menaikkan jumlah cek setelah ditandatangani.

e. Mencantumkan potongan harga dengan jumlah yang lebih rendah. f. Menguangkan cek gaji dan upah dengan jumlah yang lebih rendah

daripada sebelumnya.

g. Mengubah bukti voucher pengeluaran kas kecil.

h. Memalsukan cek dengan memusnahkannya pada saat diterima dari bank, menggantikannya dengan cek lain yang dibatalkan atau dengan nota pembebanan.

Dengan cara-cara penyelewengan kas tersebut yang mungkin bahkan sering dilakukan secara sengaja ataupun tidak sengaja akan sangat menghambat tercapainya tujuan pengwasan intern kas.

Alasan perusahaan untuk menerapkan sistem pengawasan intern adalah untuk membantu perusahaan agar dapat mencapai tujuannya dengan cara yang lebih efisien.

Adapun tujuan diterapkannya sistem pengawasan intern kas bagi perusahaan adalah:


(44)

Pengelola di dalam mengambil suatu keputusan harus didasarkan pada informasi yang dapat diandalkan. Untuk itu, pengelola harus mempunyai informasi yang diteliti dan dapat dipercaya. Kualitas informasi tergantung pada sistem pengawasan intern kas. Semakin baik sistem yang diterapkan semakin baik informasi yang dihasilkan.

b. untuk melindungi harta kekayaan

Harta kekayaan perusahaan baik berbentuk fisik maupun non fisik dapat dicuri, hilang atau disalahgunakan bila tidak diawasi dengan baik. Sebagian informasi perusahaan yang disimpan dalam komputer dapat dirusak bila tidak dilindungi dengan baik. Maka perlu diadakan perlindungan fisik terhadap harta perusahaan, misalnya dengan adanya tempat khusus untuk menyimpan aktiva tertentu.

c. meningkatkan efisiensi perusahaan

Pengawasan dalam suatu organisasi berarti mencegah adanya duplikasi yang tidak perlu, mencegah terjadinya pemborosan pada setiap aspek perusahaan dan mencegah pemakain sumber-sumber perusahaan secara tidak efisien.

d. mendorong ditaatinya kebijaksanaan yang telah digariskan

Manajemen menetapkan prosedur-prosedur dan aturan-aturan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Sistem pengawasan intern dapat dipakai untuk menjamin bahwa prosedur-prosedur dan aturan-aturan yang telah ditetapkan itu ditaati oleh pegawai. Misalnya: dengan cara memberi wewenang dan tanggung jawab yang jelas kepada


(45)

setiap pegawai untuk melaksanakan prosedur-prosedur atau yang menjadi tanggung jawabnya.

Dari kebenaran dan bukti-bukti akurat yang diperoleh dari pelaksanaan pengawasan intern kas akan sangat menunjang pencapaian tujuan pengawasan intern perusahaan di dalam mengamankan aktiva berupa kas dan dipatuhinya keputusan-keputusan kebijaksanaan manajemen.

Tercapainya sistem pengawasan intern kas dapat dilihat dari tingkat keamanan harta perusahaan, ketelitian dan keandalan data akuntansi, meningkatnya efisiensi operasi perusahaan serta semakin dipatuhinya kebijaksanaan manajemen.

C. Analisa Prosedur Penerimaan Kas

Bila ditinjau dari Bab II mengenai penerimaan kas yang dilakukan oleh Dinas Sosial Kota Langsa menurut penulis menerapkan sistem pengawasan intern kas yang sesuai dengan dengan standar akuntansi. Adapun sistem pengawasan intern kas yang telah diterapkan oleh Dinas Sosial Kota Langsa dalah sebagai berikut :

a. dari sistem pencatatan penerimaan kas yang dilakukan oleh bendaharawan pembantu yaitu mencatat penerimaan pada saat uang tersebut diterima, kemudian asisten akuntansi dan pelaporan mencatat penerimaan kas tersebut serta memberikan pertanggungjawaban yang efektif terhadap jumlah uang yang diterima dan membuat laporan keuangan,


(46)

b. penggunaan bukti-bukti yang telah dirancang baik, dimana bukti-bukti tersebut berguna untuk membuktikan terjadinya transaksi atau penerimaan kas telah dirancang sedemikian rupa ataupun dibuat dalam bentuk yang sederhana dan mudah dimengerti cara pemakaiannya,

c. pencatatan bukti dengan segera dimana sepanjang penerimaan kas tersebut telah dibuktikan dengan bukti-bukti yang ada, maka pencatatannya dalam pembukuan dilakukan dengan segera oleh tim verifikasi selanjutnya diserahkan kepada kepala dinas,

d. bendaharawan pembantu harus mempunyai catatan secara terpisah apabila terdapat kelemahan dari tim verifikasi.

D. Analisa Prosedur Pengeluaran Kas

Prosedur pengeluaran kas adalah antara lain untuk biaya operasi dan biaya di luar operasi. Uang yang dikeluarkan dapat berupa cek, giro, dan uang tunai yang dibayarkan kepada pihak yang menerima pembayaran dengan waktu pembayaran dan jumlah yang sesuai dengan bukti-bukti pendukung untuk pengeluaran tersebut. Bagian-bagian yang telibat dalam pengeluaran kas antara lain:

a. Kepala Dinas

Kepala Dinas berhak untuk mengeluarkan kas, menyetujui permohonan dana serta pemanfaatan dana di bagian keuangan sesuai dengan plafon yang telah ditetapkan. Kebijakan-kebijakan dan prosedur mengenai


(47)

pengeluaran dana diteliti sedemikian rupa agar tidak terdapat penyelewengan terhadap kas.

b. Bendahara

Bendahara berfungsi sebagai:

• mengawasi aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas sesuai dengan bukti-bukti yang ada,

• membandingkan laporan dengan bukti kas keluar kemudian membuat laporan rekapitulasi pendapatan dan biaya.

c. Tim Verifikasi

Tim Verifikasi berfungsi sebagai:

• memeriksa kebenaran perhitungan sah tidaknya permintaan pembayaran dan menyiapkan bukti pengeluaran kas dengan persetujuan manajer keuangan,

• membandingkan laporan dengan bukti-bukti kas keluar, kemudian dibukukan ke rekening buku besar sesuai dengan nomor rekening.

E. Sistem Pencatatan Penerimaan dan Pengeluaran Kas

1. Sistem Pencatatan Penerimaan Kas

Sistem pencatatan penerimaan kas pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Dinas Sosial Kota Langsa meliputi serangkaian proses baik manual ataupun terkomputerisasi mulai pencatatan, pengikhtisaran atas transaksi dan/atau kejadian keuangan serta pelaporan keuangan dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang berkaitan dengan penerimaan kas pada satuan kerja


(48)

perangkat daerah Dinas Sosial Kota Langsa.Bukti setor ke bank serta daftar penerimaan uang harian diserahkan kepada asisten akuntansi dan pelaporan sehingga dapat di cek kebenarannya.

Sistem pencatatan penerimaan kas terdiri atas prosedur akuntansi penerimaan kas, yaitu :

1. fungsi akuntansi pada pejabat penatausahaan keuangan satuan kerja perangkat daerah berdasarkan bukti transaksi penerimaan kas mencatat ke dalam jurnal penerimaan kas, disertai uraian rekening-lawan asal penerimaan kas dimaksud,

2. Bukti transaksi penerimaan kas mencakup antara lain : a. surat tanda setoran,

b. bukti transfer. c. nota Kredit,

d. bukti penerimaan lainnya.

3. fungsi akuntansi pada pejabat penatausahaan keuangan satuan kerja perangkat daerah secara periodik atau berkala melakukan posting ke buku besar,

4. jika dianggap perlu fungsi akuntansi pada pejabat penatausahaan keuangan satuan kerja perangkat daerah dapat membuat buku besar pembantu yang berfungsi sebagai rincian dan kontrol buku besar,

5. pencatatan ke dalam buku jurnal penerimaan kas, buku besar dan buku besar pembantu dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada pejabat


(49)

penatausahaan keuangan satuan kerja perangkat daerah sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang ditetapkan dalam ketentuan yang berlaku. 2. Sistem Pencatatan Pengeluaran Kas

Sistem pencatatan pengeluaran kas pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Dinas Sosial Kota Langsa meliputi serangkaian proses baik manual ataupun terkomputerisasi mulai pencatatan, pengikhtisaran atas transaksi dan/atau kejadian keuangan serta pelaporan keuangan dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang berkaitan dengan pengeluaran kas pada satuan kerja perangkat daerah Dinas Sosial Kota Langsa.

Sistem pencatatan pengeluaran kas terdiri atas prosedur akuntansi pengeluaran kas, yaitu :

1. fungsi akuntansi pada pejabat penatausahaan keuangan satuan kerja perangkat daerah berdasarkan bukti transaksi pengeluaran kas mencatat ke dalam jurnal pengeluaran kas,

2. bukti transaksi pengeluaran kas mencakup antara lain : a. surat perintah pencairan dana,

b. bukti transfer, c. nota debet,

d. Bukti pengeluaran lainnya.

3. fungsi akuntansi pada pejabat penatausahaan keuangan satuan kerja perangkat daerah secara periodik atau berkala melakukan posting dari buku jurnal ke buku besar,


(50)

4. jika dianggap perlu fungsi akuntansi pada pejabat penatausahaan keuangan satuan kerja perangkat daerah dapat membuat buku besar pembantu yang berfungsi sebagai rincian dan kontrol buku besar,

5. pencatatan ke dalam buku jurnal pengeluaran kas, buku besar dan buku besar pembantu dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada pejabat penatausahaan keuangan satuan kerja perangkat daerah sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang ditetapkan dalam ketentuan yang berlaku.

F. Skala Pengukuran Variabel

Skala pengukuran variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah skala likert yang digunakan sebagai skala atau alat untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang disebut sebagai variabel peneliti yang akan diuji, dan setiap jawaban dari pertanyaan jawaban akan diberi skor atau nilai (Sugiono,2006:86).

Untuk keperluan analisa kuntitatif penelitian ini, maka peneliti memberikan lima alternatif jawaban kepada responden dengan menggunakan skala 1 sampai 5 yang dapat dilihat dari tabel berikut ini :


(51)

Instrument skala likert

No Pertanyaan Skor

1 Sangat Setuju (SS) 5

2 Setuju (S) 4

3 Kurang Setuju (KS) 3 4 Tidak Setuju (TS) 2 5 Sangat tidak Setuju (STS) 1


(52)

Variabel Unsur Pengendalian Intern Kas (Internal Control) Pada Dinas Sosial kota Langsa

NO Keterangan STS

(1) TS (2) KS (3) S (4) SS (5)

1. Apakah fungsi penjualan kas harus

terpisah dari fungsi kas? √

2. Apakah fungsi kas harus terpisah dari

fungsi akuntansi? √

3. Apakah transaksi penjualan tunai

harus dilaksanakan oleh fungsi penjualan, fungsi kas, fungsi pengiriman, dan fungsi akuntansi?

4. Apakah penerimaan order dari pembeli diotorisasi oleh fungsi penjualan dengan menggunakan formulir faktur penjualan tunai?

5. Apakah penerimaan kas diotorisasi oleh fungsi kas dengan cara membubuhkan cap lunas pada faktur penjualan tunai dan penempelan pita register kas pada faktur tersebut?

6. Apakah penjualan dengan kartu kredit bank didahului dengan permintaan otoritasi dari bank penerbit kartu kredit?

7. Apakah penyerahan barang

diotoritasioleh fungsi pengiriman dengan cara membubuhkan cap sudah diserahkan pada faktur penjualan tunai?

8. Apakah pencatatan ke dalam buku jurnal diotorisasi oleh fungsi akuntansi dengan cara memberikan tanda pada faktur penjualan tunai?

9. Apakah faktur penjualan tunai bernomor urut tercetak dan pemakaiannya dipertanggungjawabkan oleh fungsi penjualan?

10. Apakah Jumlah kas yang diterima dari penjualan tunai disetor seluruhnya ke bank pada hari yang sama dengan transaksi penjualan tunai atau hari


(53)

11. Apakah penghitungan saldo kas yang ada di tangan fungsi kas secara priodik dan secara mendadak oleh pemeriksa intern?

Dari hasil tabel variabel unsur pengendalian intern kas (internal control) diatas menunjukkan bahwa Dinas Sosial Kota Langsa sudah efektif dalam menjalankan sistem pengawasan intern kas, karena dari hasil tabel kuisioner diatas menunjukkan nilai 30 sesuai ketentuan nilai yang terdapat pada tabel di bawah ini:

No Keterangan Nilai 1 Tidak Efektif 11-25 2 Efektif 26-40 3 Sangat Efektif 41-55


(54)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisa terhadap sistem pengawasan intern kas terhadap Dinas Sosial Kota Langsa, maka dapat diambil kesimpulan :

1. struktur organisasi yang digunakan Dinas Sosial Kota Langsa adalah sistem garis dan staff yaitu aliran perintah dan pengawasan datang dari pimpinan tertinggi yaitu Kepala Dinas dan selanjutnya mengalir ke bawah dan terdapat beberapa orang staff yang berfungsi sebagai orang yang ahli dalam bidang tertentu dan dapat memberi pendapat dalam bidangnya telah sesuai dengan prinsip dasar organisasi,

2. prosedur penerimaan kas telah dilaksanakan dengan baik dimana bukti-bukti penerimaan kas dilaporkan dan disimpan oleh pihak yang berwenang,

3. sistem pengawasan intern kas yang diterapkan pada Dinas Sosial Kota Langsa sudah berjalan dengan efektif,

4. pengawasan intern yang dilakukan Dinas Sosial Kota Langsa masih sepnuhnya bergantung pada personil dan pribadi pegawai sehingga bisa menimbulkan manipulasi terhadap kas.


(55)

B. Saran

Untuk menambah manfaat penulisan paper ini, maka penulis memberikan saran sesuai dengan kemampuan yang dimiliki penulis. Adapun saran-saran yang penulis kemukakan dari kesimpulan diatas adalah sebagai berikut:

1. Dinas Sosial Kota Langsa harus mempertahankan struktur organisasi yang dimilikinya sehingga sesuai dengan prinsip dasar struktur organisasi, 2. Dinas Sosial Kota Langsa harus melakukan pengawasan terhadap prosedur

penerimaan kas dan bukti penerimaan kas sehingga kas tersebut benar-benar disimpan oleh pihak yang berwenang,

3. Dinas Sosial Kota Langsa harus mempertahankan sistem pengawasan intern kas agar sistem yang diterapkan dapat berjalan dengan efektif,

4. Dinas ini sebaiknya melakukan pembinaan, pelatihan, dan hubungan sosial antar bagian agar pengawasan intern dalam Dinas Sosial Kota Langsa dapat berjalan dengan baik sehingga kesalahan dan manipulasi kas dapat dihindari.


(56)

DAFTAR PUSTAKA

Arrens Alvin A, James K Loebbeche, 2002 Auditing Sebagai Suatu Pendekatan

Terpadu, Alih Bahasa Drs. Ilham Tjakrakusumah, Penerbit Erlangga,

Jakarta.

Hadibroto HS, 2000 Sistem Pengawasan Intern, Edisi Kedua, Lembaga Penerbitan FE-UI, Jakarta.

Kieso, Donal E dan Jerry J, WeyGandt, 2001, Akuntansi Intermedite, Edisi ke Sepuluh, Erlangga, Jakarta.

Mulyadi, 2001, Sistem Akuntansi, Edisi Ketiga, Cetakan Tiga, Salemba Empat, Jakarta.

Munawir, S, 2002 Pokok-pokok Akuntansi, Edisi Pertama, PT. Bina Pena Pariwara, Yogyakarta.

Soemarso, SR, 2002 Akuntansi Suatu Pengantar, Buku I, Edisi Lima, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Wilson James D and Jhon B. Champbell, 2002, Controlership Tugas Akuntan

Manajemen, Edisi Ketiga, Terjemahan Tjin-Tjin Felix Tjendra,

Penerbit Erlangga, Jakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia, 2001 Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta.


(1)

Instrument skala likert

No Pertanyaan Skor

1 Sangat Setuju (SS) 5

2 Setuju (S) 4

3 Kurang Setuju (KS) 3 4 Tidak Setuju (TS) 2 5 Sangat tidak Setuju (STS) 1


(2)

Variabel Unsur Pengendalian Intern Kas (Internal Control) Pada Dinas Sosial kota Langsa

NO Keterangan STS

(1) TS (2) KS (3) S (4) SS (5) 1. Apakah fungsi penjualan kas harus

terpisah dari fungsi kas? √

2. Apakah fungsi kas harus terpisah dari

fungsi akuntansi? √

3. Apakah transaksi penjualan tunai

harus dilaksanakan oleh fungsi penjualan, fungsi kas, fungsi pengiriman, dan fungsi akuntansi?

√ 4. Apakah penerimaan order dari pembeli

diotorisasi oleh fungsi penjualan dengan menggunakan formulir faktur penjualan tunai?

√ 5. Apakah penerimaan kas diotorisasi

oleh fungsi kas dengan cara membubuhkan cap lunas pada faktur penjualan tunai dan penempelan pita register kas pada faktur tersebut?

√ 6. Apakah penjualan dengan kartu kredit

bank didahului dengan permintaan otoritasi dari bank penerbit kartu kredit?

7. Apakah penyerahan barang

diotoritasioleh fungsi pengiriman dengan cara membubuhkan cap sudah diserahkan pada faktur penjualan tunai?

√ 8. Apakah pencatatan ke dalam buku

jurnal diotorisasi oleh fungsi akuntansi dengan cara memberikan tanda pada faktur penjualan tunai?

√ 9. Apakah faktur penjualan tunai

bernomor urut tercetak dan pemakaiannya dipertanggungjawabkan oleh fungsi penjualan?

√ 10. Apakah Jumlah kas yang diterima dari

penjualan tunai disetor seluruhnya ke bank pada hari yang sama dengan transaksi penjualan tunai atau hari kerja berikutnya?


(3)

11. Apakah penghitungan saldo kas yang ada di tangan fungsi kas secara priodik dan secara mendadak oleh pemeriksa intern?

Dari hasil tabel variabel unsur pengendalian intern kas (internal control) diatas menunjukkan bahwa Dinas Sosial Kota Langsa sudah efektif dalam menjalankan sistem pengawasan intern kas, karena dari hasil tabel kuisioner diatas menunjukkan nilai 30 sesuai ketentuan nilai yang terdapat pada tabel di bawah ini:

No Keterangan Nilai 1 Tidak Efektif 11-25 2 Efektif 26-40 3 Sangat Efektif 41-55


(4)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisa terhadap sistem pengawasan intern kas terhadap Dinas Sosial Kota Langsa, maka dapat diambil kesimpulan :

1. struktur organisasi yang digunakan Dinas Sosial Kota Langsa adalah sistem garis dan staff yaitu aliran perintah dan pengawasan datang dari pimpinan tertinggi yaitu Kepala Dinas dan selanjutnya mengalir ke bawah dan terdapat beberapa orang staff yang berfungsi sebagai orang yang ahli dalam bidang tertentu dan dapat memberi pendapat dalam bidangnya telah sesuai dengan prinsip dasar organisasi,

2. prosedur penerimaan kas telah dilaksanakan dengan baik dimana bukti-bukti penerimaan kas dilaporkan dan disimpan oleh pihak yang berwenang,

3. sistem pengawasan intern kas yang diterapkan pada Dinas Sosial Kota Langsa sudah berjalan dengan efektif,

4. pengawasan intern yang dilakukan Dinas Sosial Kota Langsa masih sepnuhnya bergantung pada personil dan pribadi pegawai sehingga bisa menimbulkan manipulasi terhadap kas.


(5)

B. Saran

Untuk menambah manfaat penulisan paper ini, maka penulis memberikan saran sesuai dengan kemampuan yang dimiliki penulis. Adapun saran-saran yang penulis kemukakan dari kesimpulan diatas adalah sebagai berikut:

1. Dinas Sosial Kota Langsa harus mempertahankan struktur organisasi yang dimilikinya sehingga sesuai dengan prinsip dasar struktur organisasi, 2. Dinas Sosial Kota Langsa harus melakukan pengawasan terhadap prosedur

penerimaan kas dan bukti penerimaan kas sehingga kas tersebut benar-benar disimpan oleh pihak yang berwenang,

3. Dinas Sosial Kota Langsa harus mempertahankan sistem pengawasan intern kas agar sistem yang diterapkan dapat berjalan dengan efektif,

4. Dinas ini sebaiknya melakukan pembinaan, pelatihan, dan hubungan sosial antar bagian agar pengawasan intern dalam Dinas Sosial Kota Langsa dapat berjalan dengan baik sehingga kesalahan dan manipulasi kas dapat dihindari.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Arrens Alvin A, James K Loebbeche, 2002 Auditing Sebagai Suatu Pendekatan Terpadu, Alih Bahasa Drs. Ilham Tjakrakusumah, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Hadibroto HS, 2000 Sistem Pengawasan Intern, Edisi Kedua, Lembaga Penerbitan FE-UI, Jakarta.

Kieso, Donal E dan Jerry J, WeyGandt, 2001, Akuntansi Intermedite, Edisi ke Sepuluh, Erlangga, Jakarta.

Mulyadi, 2001, Sistem Akuntansi, Edisi Ketiga, Cetakan Tiga, Salemba Empat, Jakarta.

Munawir, S, 2002 Pokok-pokok Akuntansi, Edisi Pertama, PT. Bina Pena Pariwara, Yogyakarta.

Soemarso, SR, 2002 Akuntansi Suatu Pengantar, Buku I, Edisi Lima, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Wilson James D and Jhon B. Champbell, 2002, Controlership Tugas Akuntan Manajemen, Edisi Ketiga, Terjemahan Tjin-Tjin Felix Tjendra, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia, 2001 Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta.