Penelitian Terdahulu TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PENELITIAN

2.3. Kerangka Penelitian

Terdapat empat tahapan yang akan akan dilakukan dalam penelitian ini, antara lain : 1 mengukur tingkat ketahanan pangan rumah tangga berdasarkan klasifikasi silang antara ketercukupan energi dan pangsa pengeluaran pangan; 2 menganalisis sebaran desakelurahan yang tahan pangan dan rentan terhadap kerawanan pangan pada 251 desakelurahan yang terdapat di Kabupaten Lampung Selatan; 3 menentukan faktor penentu utama penyebab terjadinya kerentanan terhadap kerawanan pangan di Kabupaten Lampung Selatan; dan 4 merumuskan strategi pembangunan ketahanan pangan di Kabupaten Lampung Selatan. Pengukuran tingkat ketahanan pangan rumah tangga menggunakan klasifikasi silang antara pangsa pengeluaran pangan dan kecukupan konsumsi energi. Data yang digunakan berupa data sekunder yang bersumber dari data KOR dan Modul Konsumsi Survai Sosial Ekonomi Nasional Susenas Tahun 2008, 2011 dan 2012. Berdasarkan hasil analisis, diketahui persentase rumah tangga yang tergolong rawan pangan, rentan pangan, kurang pangan dan tahan pangan. Pada tahap berikutnya dilakukan analisis pemetaan ketahanan pangan sampai tingkat desakelurahan di Kabupaten Lampung Selatan. Data yang digunakan terdiri dari 11 sebelas variabel atau indikator yang meliputi aspek ketersediaan pangan 4 empat indikator, aspek akses pangan 3 tiga indikator dan aspek pemanfaatan pangan 4 empat indikator yang dapat dilihat pada Tabel 6. Teknik analisis menggunakan Analisis Komponen Utama Principal Component Analysis. Untuk menentukan faktor-faktor penentu utama penyebab terjadinya kerentanan terhadap kerawanan pangan, hasil analisis PCA dilanjutkan dengan Analisis Gerombol Cluster Analysis. Tabel 6. Variabel yang digunakan dalam Pemetaan Ketahanan Pangan di Kabupaten Lampung Selatan No Indikator Simbol Sumber Data Tahun A. 1. 2. 3. 4. Ketersediaan Pangan Jumlah warungtoko kelontong Jumlah penerima Raskin Luas lahan pertanian sawah Jumlah lumbung pangan X 1 X 2 X 3 X 4 Podes, BPS Bag.Perekonomian BP4K BKP LS 2011 2011 2011 2011 B. 1. 2. 3. Akses Pangan Penduduk hidup dibawah garis kemiskinan RT tanpa akses listrik Jalan utama desa yang dapat dilalui kendaraan roda 4 atau lebih X 5 X 6 X 7 PPLS,TNP2K SP 2010, BPS Podes, BPS Podes, BPS 2011 2011 2011

C. 1.

2. 3. 4. Pemanfaatan Pangan Jumlah sarana kesehatan Jumlah penderita gizi buruk Jumlah kematian balita dan ibu melahirkan Jumlah sarana pendidikan X 8 X 9 X 10 X 11 Podes, BPS Podes, BPS Podes, BPS Podes, BPS 2011 2011 2011 2011 Penyusunan strategi pembangunan ketahanan pangan di Kabupaten Lampung Selatan menggunakan analisis SWOT. Rumusan strategi ditentukan berdasarkan hasil evaluasi faktor internal dan faktor eksternal dengan memaksimalkan kekuatan strengths dan peluang opportunities, tetapi secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan weaknesses dan ancaman threats. Bagan kerangka penelitian dapat dilihat pada Gambar 6 berikut ini. Kabupaten Lampung Selatan Daerah Surplus Beras Ketahanan Pangan Rumah Tangga - Kecukupan energi yang dikonsumsi - Pangsa pengeluaran makanan Strategi Pembangunan Ketahanan Pangan di Kabupaten Lampung Selatan Pemetaan Ketahanan Pangan Pada 251 Desa Kelurahan di Kabupaten Lampung Selatan a. Ketersediaan pangan : jumlah penerima Raskin, jumlah warungtoko, luas sawah, jumlah lumbung pangan. b. Akses pangan: persentase penduduk hidup di bawah garis kemiskinan, akses penghubung yang memadai, persentase rumah tangga tanpa akses listrik. c. Pemanfaatan pangan : jumlah saranafasilitas kesehatan, jumlah penderita gizi buruk, jumlah kematian balita dan ibu melahirkan, jumlah saranafasilitas pendidikan. Gambar 6. Kerangka Penelitian Tingkat Ketahanan Pangan Rumah Tangga - RT Tahan Pangan - RT Kurang Pangan - RT Rentan Pangan - RT Rawan Pangan Faktor Penentu Rumah Tangga dan DesaKelurahan Tahan Pangan dan Rentan terhadap Kerawanan Pangan Jumlah desakelurahan - Prioritas 1 sangat rentan rawan pangan - Prioritas 2 rentan rawan pangan - Prioritas 3 agak rentan rawan pangan - Prioritas 4 cukup tahan pangan - Prioritas 5 tahan pangan - Prioritas 6 sangat tahan pangan

III. METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional

Definisi operasional peubah-peubah dan istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Ketersediaan energi tingkat konsumsi adalah jumlah ketersediaan energi tingkat konsumsi seluruh kelompok makanan di Kabupaten Lampung Selatan 2. Neraca Bahan Makanan merupakan tabel yang memberikan gambaran tentang situasi ketersediaan pangan untuk dikonsumsi penduduk Kabupaten Lampung Selatan dalam suatu kurun waktu tertentu. 3. Rumah tangga RT adalah seorang atau sekelompok orang di Kabupaten Lampung Selatan yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik atau bangunan sensus dan biasanya tinggal bersama serta makan dari satu dapur. Makan dari satu dapur mempunyai makna bahwa mereka mengurus kebutuhan sehari-hari bersama menjadi satu. 4. Ketahanan pangan rumah tangga adalah terpenuhinya kebutuhan pangan bagi seluruh anggota rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, beragam, bergizi dan aman untuk dapat hidup sehat, produktif dan berkelanjutan. 5. Pangsa pengeluaran pangan adalah rasio pengeluaran untuk belanja pangan terhadap pengeluaran total penduduk selama satu bulan. 6. Kecukupan energi adalah tingkat kecukupan energi yang dikonsumsi penduduk sesuai anjuran yang ditetapkan oleh WNPG tahun 2012. 7. Pengeluaran konsumsi rumah tangga sebulan adalah total nilai makanan dan bukan makanan barangjasa yang diperoleh, dipakai atau dibayarkan rumah tangga sebulan untuk konsumsi rumah tangga, tidak termasuk untuk keperluan usaha rumah tangga atau yang diberikan kepada pihakorang lain. Untuk konsumsi makanan, yang termasuk konsumsi rumah tangga adalah yang benar- benar telah dikonsumsi selama referensi waktu survai consumption approach, sedangkan untuk konsumsi bukan makanan konsep yang dipakai pada umumnya adalah konsep penyerahan delivery approach, yaitu dibelidiperoleh dari pihak lain, asalkan tujuannya untuk kebutuhan rumah tangga. Data ini diperoleh dari data Susenas BPS Pusat. 8. Pendapatan per kapita diproksi dari pengeluaran per kapita di mana total pengeluaran rumah tangga dibagi jumlah anggota rumah tangga dalam ribuan rupiah. Data pendapatan per kapita diperoleh dari data Susenas BPS Pusat. 9. Rumah tangga tahan pangan merupakan rumah tangga di Kabupaten Lampung Selatan dengan kecukupan energi 80 persen dari standar gizi yang dianjurkan dan pangsa pengeluaran pangan 60 persen. 10. Rumah tangga rentan pangan merupakan rumah tangga di Kabupaten Lampung Selatan dengan kecukupan energi 80 persen dari standar gizi yang dianjurkan dan pangsa pengeluaran pangan 60 persen. 11. Rumah tangga kurang pangan merupakan rumah tangga dengan kecukupan energi 80 persen dari standar gizi yang dianjurkan dan pangsa pengeluaran pangan 60 persen.