daun yang lenabatu. Dengan destilasi jenis ini memberikan hasil minyak yang lebih tinggi dari pada lenabatu, juga kwalitasnya lebih baik, artinya kandungan geraniol dan
sitronellelal lebih tinggi dari pada lenabatu. Demikian pula, mahapengiri memerlukan tanah yang lebih subur, hujan yang lebih banyak, pemeliharaan yang lebih baik dari pada
lenabatu. Ketaren dan B, Djatmiko, 1978
Catatan pertama di Eropa mengenai minyak sereh ditulis oleh Nicolaus Grimm, yaitu seorang tabib tentara yang belajar obat-obatan di Colombo pada akhir abad 17.
Grimm menamakan rumput yang menghasilkan minyak tersebut Arundo Indica Odorata. Pengiriman dari “Olium Siree” yang pertama sampai di Eropa adalah pada awal abad 18,
pada waktu itu minyak tersebut kelihatannya hanya sedikit diekspor. Pada tahun 1851 dan 1855 sedikit contoh minyak sereh diperlihatkan di World Fairs yang diadakan di
London dan paris. Kemudian minyak ini semakin dikenal Eropa, dan kegunaannya semakin berkembang yaitu untuk wangi-wangian sabun dan sebagai bahan dasar dalam
industri wangi-wangian. Sejak tahun 1870 permintaan untuk minyak sereh naik, dan sejumlah besar dihasilkan di Ceylon. Sampai tahun 1890 Ceylon tetap merupakan
penghasil yang terbesar di dunia, meskipun Jawa sudah mulai menghasilkan minyak sereh dengan kwalitas yang lebih baik. Sekarang hasil minyak tipe Jawa telah jauh
melampaui tipe Ceylon. Walaupun demikian minyak Ceylon masih dapat melawan persaingan dunia, karena harganya lebih murah. Ketaren, 1985
Produksi minyak sereh wangi Indonesia pada tahun tujuh puluhan pernah kesohor dengan julukan Jawa Citronella, namun beberapa terakhir ini terus menunjukkan
penurunan, tahun 1983 volume ekspor sitronella masih jauh, yaitu sekitar 328.567 kg, lalu tahun naik sedikit menjadi 418.615 kg dan tahun 1987 menjadi 307.280 kg dengan
nilai 2 juta dolar AS. anonimas, 1988.
3. Komposisi Kimia Minyak Sereh Wangi
Komponen kimia dalam minyak sereh wangi cukup komplek, namun komponen yang terpenting adalah sitronellal dan garaniol. Kedua komponen tersebut menentukan
intensitas bau, harum, serta nilai harga minyak sereh wangi. Kadar komponen kimia penyusun utama minyak sereh wangi tidak tetap, dan tergantung pada beberapa faktor.
Biasanya jika kadar geraniol tinggi maka kadar sitronellal juga tinggi.Harris, 1987
Komposisi minyak sereh wangi ada yang terdiri dari beberapa komponen, ada yang mempunyai 30 - 40 komponen, yang isinya antara, lain alkohol, hidrokarbon, ester,
alaehid, keton, oxida, lactone, terpene dan sebagainya., Menurut Guenther 1950, komponen utama penyusun minyak sereh wangi adalah sebagai berikut,
1.Geraniol C
10
H
18
Geraniol merupakan persenyawaan yang terdiri dari 2 molekul isoprene dan 1 molekul air, dengan rumus bangun adalah sebagai berikut :
CH
3
- C = CH - CH
2
--- CH
2
- C = CH - CH
2
- OH CH
3
CH
3
e-USU Repository © 2004 Universitas Sumatera Utara
3
2. Sitronellol C
10
H
20
Rumus bangunnya adalah sebagai berikut: CH3 - C = CH - CH
2
--- CH
2
- CH - CH
2
- CH
2
- OH CH
3
CH
3
3. Sitronellal C10H16O
Rumus bangunnya adalah sebagai berikut: CH3 C = CH - CH2 --- CH2 - C = CH - C - H
CH
3
CH
3
Susunan kimia serehwangi yang ditanam di adalah seperti pada tabel-1.
Tabel-1. Susunan Kimia Minyak Sereh Wangi Yang Ditanam Di Taiwan Senyawa Penyusunan
Kadar
Sitronellal Geraniol
Sitronellol Geraniol Asetat
Sitronellil Asetat L – Limonene
Elemol Seskwiterpene lain Elemene Cadinene
32 – 45 12 – 18
12 – 15
3 – 8 2 – 4
2 – 5 2 – 5
2 – 5
Sumber : Ketaren, 1985
3. Proses Penyulingan Minyak Sereh Wangi
Minyak atsiri adalah zat cair yang mudah menguap bercampur dengan persenyawaan padat yang berbeda dalam hal komposisi dan titik cairnya, larut dalam
pelarut organik dan tidak larut dalam air. Berdasarkan sifat tersebut, maka minyak atsiri dapat diekstrak dengan 4 macam cara, yaitu: Penyulingan Destilation, Pressing Eks-
pression, Ekstraksi dengan pelarut Solvent ekstraksion dan Absorbsi oleh menguap lemak padat Enfleurage. Cara yang tepat untuk pengambilan minyak dari daun sereh
adalah dengan cara penyulingan Destilation. Ames dan Matthews, 1968.
Penyulingan adalah proses pemisahan komponen yang berupa cairan atau padatan dari 2 macam campuran atau lebih berdasarkan perbedaan titik uapnya dan proses ini
dilakukan terhadap minyak atsiri yang tidak larut dalam air minyak sereh wangi. Stephen, 1948.
Jumlah minyak yang menguap bersama-sama uap air ditentukan oleh 3 faktor, yaitu: besarnya tekanan uap yang digunakan, berat molekul dari masing-masing
komponen dalam minyak dan kecepatan minyak yang keluar dari bahan. Satyadiwiria, 1979.
e-USU Repository © 2004 Universitas Sumatera Utara
4
Semakin cepat aliran uap air dalam ketel suling, maka jumlah minyak yang dihasilkan per kg kondensat uap semakin rendah, sebaliknya semakin lambat gerakan uap
dalam ketel maka waktu penyulingan lebih lama dan rendemen minyak per jam rendah. Sebagai bahan bakar penyulingan, para yuling biasanya menggunakan kayu
bakar, namun untuk mengurangi biaya produksi para penyuling lebih penuh kebanyakan menggunakan ampas hasil sulingan. Satyadiwiria, 1979
Proses ekstraksi minyak pada permulaan penyulingan berlangsung cepat, dan secara bertahap semakin lambat sampai kita-kita 23 minyak telah tersuling. Ketaren dan
B. Djatmiko, 1978. Rendemen minyak yang dihasilkan dari daun sereh tergantung dari bermacam-
macam faktor antara lain: iklim, kesuburan tanah, umur tanaman dan cara penyulingan. Rendemen dipengaruhi oleh musim rata 0,7 dan musim hujan 0,5 . Menurut De Jong
rendemen minyak dari daun segar sekitar 0,5 - 1,2, dan rendemen minyak di musim kemarau lebih tinggi dari pada di musim hujan. Daun sereh jenis lenabatu menghasilkan
rendemen minyak 0,5 .Anonimous, 1970.
Berdasarkan pengamatan, tidak semua petani pengolah dapat menghasilkan minyak sereh wangi bermutu tinggi, karena daun sereh wangi yang disuling sering
bercampur dengan rumput-rumputan atau karena daun yang dipanen terlalu muda atau terlalu tua. Untuk menghasilkan rendemen minyak yang maksimum, biasanya para
penyuling skala rakyat mengeringkan daun di bawah sinar matahari selama : 3 - 4 jam dan lama penyulingan diatur sedemikian rupa, sehingga komponen minyak seluruhnya
terekstraksi dan berkwalitas baik. Tetapi cara ini akan menghasilkan mutu minyak sereh wangi yang rendah. Ketaren, 1985
Penyulingan minyak sereh wangi di Indonesia biasanya dilakukan dengan menggunakan uap air yaitu dengan dua cara, secara langsung dan secara tidak langsung.
Pada penyulingan secara langsung, bahan atau daun sereh wangi yang akan diambil minyaknya dimasak dengan air, dengan demikian penguapan air dan minyak
berlangsung bersamaan. Kendati penyulingan langsung seolah-olah memudahkan penanganan tetapi ternyata mengakibatkan kehilangan hasil dan penurunan mutu.
Penyulingan langsung dapat mengakibatkan teroksidasi dan terhidrolisis, selain itu menyebabkan timbulnya hasil sampingan yang tidak dikehendaki.
Pada penyulingan secara tidak langsung, yaitu dengan cara memisahkan penguapan air dengan penguapan minyak. Bahan tumbuhan diletakkan ditempat
tersendiri yang dialiri uap air, atau secara lebih sederhana bahan tumbuhan diletakkan di atas air mendidih. Harris, 1987
Pada awal penyulingan, akan tersuling sejumlah besar geraniol dan sitronellal, sedangkan pada penyulingan lebih lanjut, total geraniol dan sitronellal yang dihasilkan
semakin berkurang. Berdasarkan pengalaman pada penyulingan 4,5 jam akan menghasilkan minyak sereh wangi dengan kadar geraniol maksimum 85 persen dan
sixronellal 35 persen. Dengan demikian penyulingan diatas 4,5 jam 5- 6 jam tidak akan menambah kadar kedua zat tersebut. Lama penyulingan tergantung dari tekanan uap yang
dipergunakan dan faktor kondisi terutama kadar air daun sereh. Pada prinsipnya, tekanan yang dipergunakan tidak boleh terlalu tinggi, karena pada tekanan yang terlalu tinggi
minyak akan terdekomposisi, terutama pada waktu penyulingan yang terlalu lama. Suatu hal yang penting dalam penyulingan minyak sereh adalah agar suhu dan tekanan tetap
e-USU Repository © 2004 Universitas Sumatera Utara
5
seragam dan tidak menurun secara tiba-tiba selama proses berlangsung. Virmani dan S.C Bath, 1971.
Komposisi sitronellal, sitronellol dan geraniol dari hasil penyulingan daun sereh wangi varietas G-2 selama 4 jam dapat dilihat pada tabel-2.
Tabel-2. Hasil Penyulingan Daun Sereh Wangi Varietas G-2
Dengan Sistim Penyulingan Uap .
Kadar Jam ke
Sitronellal Sitronellol
Geraniol
Pertama Kedua
Ketiga Keempat
63,43 45,81
29,28 15,75
12,54 16,36
18,04 12,25
10,57 13,90
13,37
8,06 Sumber : Ketaren, 1985
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kadar sitronellal lebih cepat turun dibandingkan dengan kadar sitronellol dan geraniol pada penyulingan jam kedua kadar
sitronellal sudah turun sedangkan kadar geraniol turun pada penyulingan jam ketiga dan kadar sitronellol turun pada jam keempat.
4.
Syarat Mutu Minyak Sereh Wangi
Penyebab bau utama yang menyenangkan pada minyak sereh wangi adalah sitromellal, yang merupakan bahan dasar untuk pembuatan parfum, oleh kerena itu
minyak sereh dengan kadar sitronellal yang tinggi akan lebih digemari. Jenis minyak yang demikian akan diperoleh dari fraksi pertama penyulingan. Khususnya di Indonesia,
minyak sereh wangi yang diperdagangkan diperoleh dengan cara penyulingan daun tanaman Cymbopogon nardus. Minyak sereh wangi Indonesia digolongkan dalam satu
jenis mutu utama dengan nama “Java Citronella Oil.
Standar mutu minyak sereh wangi untuk kwalitas ekspor dapat dianalisa menurut kriteria fisik yaitu berdasarkan: warna, bobot jenis, indeks bias, ataupun secara kimia,
berdasarkan: total geranial, total sitronellal. Kapoor dan Krishan,1977
e-USU Repository © 2004 Universitas Sumatera Utara
6
Tabel-3. Standar Mutu Minyak Sereh Wangi Indonesia Berdasarkan
Sifat Fisika dan Sifat Kimia Karakteristik
Syarat
Warna Bobot jenis, 25
° C Indeks bias, 25
° C Total geraniol, min
Total sitronellal, min Zat – zat asing :
• Alkohol • Minyak pelikan
• Lemak Kuning pucat sampai kecoklatan
0,850 - 0,892 1,454 - 1,473
85 35
- -
-
Sumber : Departemen Perdagangan, 1974 Minyak sereh wangi tidak memenuhi syarat ekspor apabila kadar geraniol dan
rendah atau mengandung bahan aging. Kadar geraniol dan sitronellal yang rendah biasanya disebabkan oleh jenis tanaman sereh yang kurang baik, di samping
pemeliharaan tanaman yang kurang baik serta umur tanaman yang terlalu tua. Bahan- bahan daging yang terdapat dalam minyak sereh wangi berupa lemak, alkohol dan
minyak tanah sering digunakan sebagai bahan pencampur. Bahan ini terdapat dalam minyak sereh mungkin karena berasal dari bahan kemasan yang sebelumnya mengandung
zat tersebut di atas. Ketaren den B. Djatmiko, 1978
Kwalitas minyak berdasarkan kandungan geraniol dan sitronellal dapat digolongkan menjadi 3 golongan seperti pada tabel-4.
Tabel - 4. Standar Mutu Minyak Sereh Wangi
Berdasarkan Kadar Geraniol Den Sitronellal Kwalitas
Geraniol Sitronellal
A B
C Tidak boleh 85
80 – 85 85
Tidak boleh 35 -
- Sumber : Balai Penelitian Kimia Bogor
= persen total geraniol
= persen total sitronellal
e-USU Repository © 2004 Universitas Sumatera Utara
7
III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN
1. Bahan Penelitian
Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun sereh wangi Cymbopogmn nardus yang diperoleh dari daerah Dolok Melangir Kabupaten
Simalungun.
2. Perakitan dan Bahan Kimia Yang Digunakan
- HCl 0,5 N
- Alkohol 95
- Aquades
- Hidroksi Amonium klorida dalam etanol
- KOH 0,5 N dalam etanol 95
- Brom fenol blue lart dalam etanol
- Asetat anhidrid 98 - 100
- Natrium asetat anhidrid
- Natrium Cloridac
- Natrium Carbonat
- Magnesium sulfat anhidrid
- Phenolptalein
- Alat asetilasi
- Gelas ukur
- Corong pemisah
- Alat pemanas elektrik
- Kertas lakmus
- Timbangan listrik
- Neraca analitik
- Erlemmeyer
- Buret
- Pipet
- Tabung reaksi
- Gelas piala
- Kertas saring
- Kondensor
- Piknometer
- Water bath
- Refraktometer
- Ketel penyulingan
- Kompor gas
- Plastik
- Labu ukur
3. Tempat penelitian dilakukan di laboratorium Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian
USU Medan. 4.
Metode Penelitian
e-USU Repository © 2004 Universitas Sumatera Utara
8
Penelitian ini menggunakan rancangan percobaan non faktorial dengan perlakuan sebagai berikut :
A = Lama penyulingan 2,5 jam B = Lama penyulingan 3,0 jam
C = Lama penyulingan 3,5 jam D = Lama penyulingan 4,0 jam
E = Lama penyulingan 4,5 jam F = Lama penyulingan 5,0 jam
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap RAL non faktorial dengan banyak ulangan yang digunakan adalah sebagai berikut :
t n-1 15 6n-1 15
6n 21 n = 3,5
n = 4
Data diolah secara statistik dengan model rancangan: Yij =
µ + τ i + ∑ij dimana :
Yij =
Hasil pengamatan pada perlakuan lama penyulingan pada taraf ke i Dan ulangan ke j
µ =
Efek dari nilai tengah τi
= Efek perlakuan pada taraf ke i
∑ij =
Galat pada setiap unit percobaan pada taraf ke –ij Bila terdapat perbedaan yang nyata dimana Fh F.05 atau berbeda sangat
nyata di Fh F.01, maka pengujian dengan uji beda rata – rata DMRT Duncants Multiple Range Test dengan menggunakan tabel SSR.05 den SSR.01 yang disesuaikan
dengan DB acak yang diperoleh, yang disebut juga uji beda rata-rata LSR Least Significant Range.
5. Pelaksanaan Penelitian 5.1 Penyediaan bahan penelitian