LATAR BELAKANG MASALAH PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Sejak terjadinya krisis multi dimensi dalam kehidupan masyarakat Indonesia, peranan wakaf menjadi semakin penting sebagai salah satu instrumen untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kesadaran berwakaf menjadi perekat sosial bangsa Indonesia. 1 Karena itu institusi wakaf dapat dikategorikan sebagai amal jariyah yang pahalanya tidak pernah putus, wakaf sangat berperan penting dalam pengembangan kegiatan-kegiatan sosial, ekonomi dan kebudayaan masyarakat seperti telah banyak mempasilitasi para sarjana dan mahasiswa dengan berbagai sarana dan prasarana yang memadai untuk melakukan riset dan pendidikan, sehingga dapat mengurangi ketergantungan dana pada pemerintah. 2 Perkataan waqf, yang menjadi wakaf di dalam bahasa Indonesia, berasal dari kata kerja bahasa Arab waqafa yang berarti menghentikan, wakaf secara harfiyah berarti berhenti, menahan, atau diam. 3 Secara teknis syariah, wakaf sering kali diartikan sebagai aset yang dialokasikan untuk kemanfaatan umat di 1 Sumuran Harahap dan Nasaruddin Umar, Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai, Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Wakaf “Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakaf Islam”, 2006, ed ke-3, h.1 2 Ibid., h.39 3 Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat Dan Wakaf, Jakarta : Universitas Indonesia Press, 1988, h. 80 1 mana substansi atau pokoknya ditahan, sementara manfaatnya boleh dinikmati untuk kepentingan umum. 4 Secara administratif wakaf dikelola oleh nadzir orang atau badan yang memegang amanat untuk memelihara dan mengurus harta wakaf sebaik-baiknya sesuai dengan wujud dan tujuannya, Contoh yang paling klasik dari wakaf adalah tanah yang mana tanah itu atau benda itu tidak boleh dijual atau dialih tangankan selain untuk kepentingan umat, yang diamanahkan oleh waqif kepada nadzir waqaf. 5 Wakaf sangat dianjurkan dalam Islam, karena sangat potensial untuk lebih dikembangkan guna membantu orang-orang fakir dan miskin bahkan wakaf menjadi modal untuk membangun lembaga pendidikan, membangun perpustakaan dan membayar gaji para stafnya. Praktik wakaf dikenal sejak awal Islam, bahkan masyarakat sebelum Islam telah mempraktikan sejenis wakaf, tapi dengan nama lain bukan wakaf antara lain ialah praktik-praktik sosial seperti halnya praktik menderma sesuatu dari seseorang demi kepentingan umum. Karena praktik sejenis wakaf telah ada pada masyarakat sebelum Islam, tidak terlalu menyimpang kalau wakaf dikatakan sebagi kelanjutan dari praktik masyarakat sebelum Islam. Sedang wakaf tunai mulai dikenal pada masa dinasti Ayyubiyah di Mesir. 6 4 Efri Syamsul Bahri, “Peranan Wakaf Tunai Dalam Pembangunan,” Artikel Diakses pada tanggal 11 Maret 2009 dari http.gratis45.com. 5 Mohammad Daud Ali, System Ekonomi Islam Zakat Dan Wakaf, h.91 6 Sumuran Harahap dan Nasaruddin Umar, Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai, h.4 Wakaf merupakan amalan yang terkandung dalam Islam yang menghendaki agar harta wakaf itu tidak boleh hanya dipendam tanpa hasil yang akan dinikmati oleh mauquf ‘alaih. Semakin banyak hasil harta wakaf yang dapat dinikmati orang, akan semakin besar pula pahala yang akan mengalir kepada pihak waqif. Berdasarkan hal tersebut, dari sisi hukum fiqih, pengembangan harta wakaf secara produktif merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh pengelola nadzir. 7 Di Indonesia, peraktek wakaf uang mulai dikenal setelah dikeluarkannya fatwa Majelis Ulama Indonesia MUI tanggal 11 Mei 2002 tentang wakaf dan diperkuat dengan Undang-Undang No. 41 Tahun 2004. Padahal didalam catatan sejarah Islam wakaf uang telah diamalkan sejak abad kedua Hijrah. Diriwayatkan oleh Imam Bukhari bahwa Imam Al Zuhri wafat 124 H menganjurkan wakaf dinar atau dirham uang untuk pembangunan dakwah sosial dan pendidikan umat. Caranya adalah dengan menjadikan uang wakaf tersebut sebagai modal usaha dan investasi yang abadi dan menyalurkan keuntungan yang dihasilkan sebagai dana wakaf . 8 Bahkan, pada abad kedelapan H, pernah dilaporkan oleh Muhammad, yaitu putera dari Abdullah Al Ansari, yang merupakan sahabat zufar, bahwa dirham uang boleh diwakafkan dengan memutarkan uang wakaf tersebut 7 Mustofa Edwin Nasution dan Uswatun Hasanah, Wakaf Tunai Inovasi FinanSial Islam, Jakarta: Universitas Indonesia Press,h.95 8 Beik, Is, Wakaf Tunai dan Pengentasan Kemiskinan, 2007, h.37 sebagai modal abadi dalam bentuk investasi. Hasilnya boleh diwakafkan untuk tujuan amal. Perlu diketahui potensi wakaf di Indonesia saat ini sungguh sangat luar biasa, oleh karena itu banyak lembaga-lembaga wakaf melakukan Inovasi atau terobosan yang konsen atau fokus dalam penghimpunan dan pendistribusian wakaf diantaranya adalah Baitulmal Muamalat BMM. Baitulmaal Muamalat adalah sebuah Lembaga Amil Zakat Plus yang ruang lingkup kegiatannya meliputi pemberdayaan terhadap masyarakat fakir dan miskin melalui pendayagunaan zakat, infak, shadaqah dan wakaf. Baitulmaal Muamalat sebelumnya merupakan bagian dari Bank Muamalat Indonesia sebagai divisi unit Lembaga Keuangan Syairiah LKS ini di bentuk untuk menangani berbagai masalah sosial kemanusiaan, khususnya di lingkungan Bank Muamalat Indonesia, dengan sumber dana utamanya berasal dari dana zakat para karyawan dan zakat perusahaan Bank Muamalat Indonesia. Oleh karena itu penulis ingin membahas apakah efektif penghimpunan wakaf uang terhadap penambahan jumlah dana pada baitulmaal muamalat dan apakah efektif pengelolaan wakaf uang terhadap penambahan hasil wakaf di baitulmaal muamalat BMM. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka penulis sangat tertarik dan ingin menuangkannya dalam bentuk tulisan, oleh sebab itu skripsi ini penulis beri judul: “ EFEKTIFITAS PENGHIMPUNAN DAN PENGELOLAAN WAKAF UANG PADA BAITULMAAL MUAMALAT BMM”

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah