Latar Belakang Masalah Peranan Sistem Pengelolaan Keuangan Pemerintah Daerah Dan Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Meningkatkan Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Di Kabupaten Padang Lawas, Kabupaten Padang Lawas Utara,

14 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dewasa ini tuntutan masyarakat semakin meningkat atas pemerintahan yang baik. Kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD harus ditingkatkan agar menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas. Laporan keuangan adalah suatu cerminan untuk dapat mengetahui apakah suatu pemerintahan telah berjalan dengan baik, sehingga pemerintah diharuskan untuk dapat menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas. Di mana laporan keuangan yang dihasilkan telah memenuhi karakteristik kualitatif laporan keuangan yang terdiri dari relevan, andal, dapat dibandingkan, dan dapat dipahami. wati dkk,2014 Laporan keuangan pemerintah daerah adalah suatu hasil dari proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan dari transaksi ekonomi keuangan dari entitas pemerintahan daerah dijadika sebagai informasi dalam rangka pertanggungjawaban pengelolaan keuangan pemerintah daerah dan pengambilan keputusan ekonomi oleh pihak-pihak eksternal entitas pemerintah daerah yang memerlukannya. 15 Laporan keuangan yang dikatakan berkualitas apabila informasi yang disajikan didalam laporan keuangan dapat dipahami, bebas dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan fakta secara jujur serta dapat diverifikasi.yensi, 2014 Pemahaman tentang laporan keuangan, laporan harus disajikan dengan cara yang membuat informasi dapat dimengerti, relevan, dan dapat dibandingan. Marc massoud 2014 Fenomena yang terjadi Dalam Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester 1 IHPS tahun 2013 diketahui terdapat kelemahan dalam laporan keuangan pemerintah daerah, Bpk telah memerikasa 597 objek pemeriksaan dilingkungan pemerintah pusat, pemerintah daerah, BUMN, BUMD, BLU, dan badan lainnya seperti yang disajikan dalam tabel 1,1. Berdasarkan jenis pemeriksaannya, sebanyak 519 merupakan objek pemeriksaan keuangan, 9 objek pemeriksaan kinerja, dan 69 objek PDTT. Entitas Yang Diperiksa JenisPemeriksaan Jumlah Keuangan Kinerja PDTT PemerintahPusat 94 5 25 124 Pemerintah Daerah 419 2 18 439 - Provinsi 26 1 5 32 - KabupatenKota 393 1 13 407 BUMN - 1 21 22 BUMD - - 4 4 BLU - 1 1 2 BadanLainnya 6 - - 6 Jumlah 519 9 69 597 Hasil pemeriksaan BPK dituangkan dalam laporan hasil pemeriksaan LHP yang memuat temuan, kesimpulan, dan rekomendasi. Setiap temuan dapat 16 terdiri atas satu atau lebih permasalahan seperti kelemahan sistem pengendalian intern SPI, ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang- undangan yang mengakibatkan kerugian negaradaerah atau kerugian negaradaerah yang terjadi pada perusahaan milik negaradaerah, potensi kerugian negaradaerah atau potensi kerugian negara daerah yang terjadi pada perusahaan milik negaradaerah, kekurangan penerimaan, penyimpangan administrasi, ketidakhematan, ketidakefisienan, dan ketidakefektifan. Setiap permasalahan merupakan bagian dari temuan dan di dalam IHPS ini disebut dengan istilah “kasus”. Namun istilah kasus disini tidak selalu berimplikasi hukum atau berdampak finansial. Ikhtisar hasil pemeriksaan IHPS I Tahun 2013 mengungkapkan sebanyak 13.969 kasus kelemahan sistem pengendalian intern dan ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan senilai Rp56,98 triliun. Dari jumlah tersebut, sebanyak 4.589 kasus merupakan temuan yang berdampak finansial yaitu temuan ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan yang mengakibatkan kerugian, potensi kerugian, dan kekurangan penerimaan senilai Rp10,74 triliun. Rincian temuan berdampak finansial meliputi kerugian sebanyak 2.862 kasus senilai Rp1,68 triliun di antaranya terdapat indikasi kerugian negaradaerah atau indikasi kerugian yang terjadi pada perusahaan milik negaradaerah sebanyak 961 kasus senilai Rp550,29 miliar, potensi kerugian sebanyak 486 kasus senilai Rp5,30 triliun, dan kekurangan penerimaan sebanyak 1.241 kasus senilai Rp3,76 triliun. Rekomendasi BPK terhadap kasus-kasus tersebut antara lain 17 adalah penyerahan aset danatau penyetoran ke kas negaradaerah perusahaan milik negaradaerah. Adapun sebanyak 5.747 kasus merupakan kelemahan SPI, sebanyak 2.854 kasus penyimpangan administrasi, serta ketidak hematan, ketidak efisienan, dan ketidak efektifan sebanyak 779 kasus senilai Rp46,24 triliun. Rekomendasi BPK atas kasus tersebut adalah perbaikan SPI atau tindakan administratif atau tindakan korektif lainnya. Selama proses pemeriksaan, entitas telah menindaklanjuti temuan ketidakpatuhan yang mengakibatkan kerugian, potensi kerugian, dan kekurangan penerimaan dengan penyerahan aset atau penyetoran ke kas negaradaerahperusahaan senilai Rp372,40 miliar dengan rincian temuan kerugian senilai Rp273,72 miliar, potensi kerugian senilai Rp7,03 miliar, dan kekurangan penerimaan senilai Rp91,65 miliar Disimpulkan Laporan keuangan pemerintah masih lemah dalam laporan keuangan pemerintah Negaradaerah, terutama yang berkenaan dengan sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan keuangan, sistem pengendalian pelaksanaan serta struktur pengendalian intern, dan ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan yang mengakibatkan kerugian Negara. Hal ini tentu menyulitkan dalam menyusun laporan keuangan pemerintah daerah yang andal. Dalam Standar Akuntansi Pemerintahan SAP dijelaskan bahwa laporan keuangan berkualitas itu memenuhi karakteristik ; relevan, andal, 18 dapat dibandingkan, dan dapat dipahami Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010. Standar Akuntansi Pemerintahan SAP merupakan suatu standar penyusunan laporan keuangan milik pemerintahan yang disusun dalam bentuk prinsip-prinsip akuntansi dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah. Standar akuntansi pemerintahan juga merupakan persyaratan dalam upaya meningkatkan kualitas laporan keuangan pemerintah di Indonesia. Laporan keuangan dibuat untuk menyajikan informasi yang relevan, andal dan dapat dipercaya berkenaan dengan posisi keuangan dan seluruh data transaksi yang dicatat oleh suatu entitas pelaporan selama satu periode pelaporan. Begitu juga dengan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah LKPD yang setiap tahunnya mendapat penilaian dari auditor pemerintah yaitu Badan Pemeriksa Keuangan BPK yang berupa opini. Dalam hal ini BPK memberikan 4 macam opini yaitu : Opini Wajar Tanpa Pengecualian WTP, Opini Wajar Dengan Pengecualian WDP, Opini Tidak Wajar TP, dan tidak menyatakan pendapatdisclaimer of opinion.Adapun opini Pemprovsu sampai saat ini masih Wajar Dengan Pengecualian WDP yang berarti masih adanya kelemahan laporan keuangan yang ditindaklanjuti BPK. 19 Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, mengindikasikan adanya research gap dari variabel independen yang mempengaruhi kualitas laporan keuangan, adapun kedua variabel tersebut adalah peranan sistem pengelolaan keuangan pemerintah daerah, penerapan sistem akuntansi keuangan pemerintah daerah . Variabel pertama adalah peranan sistem pengelolaan keuangan pemerintah daerah. Berdasarkan hasil pengolahan data kuesioner Susilowati, 2010 bahwa sistem pengelolaan keuangan pemerintah daerah telah diterapkan dengan baik dan sesuai dengan Standar akuntansi pemerintah SAP . Berpengaruh Signifikan antara variabel Independen terhadap variabel dependen. Namun terdapat beberapa hal yang yang belum sepenuhnya diterapkan yakni, pengakuan pendapatan, belanja, pembiyaan, aktiva, kewajiban dan ekuitas, sesuia peraturan No. 71 tahun 2010. Hal ini disebabkan kurangnya pemahaman Sumber Daya SDM terhadap metode ini. Variabel kedua adalah penerapan sistem akuntansi keuangan pemerintah daerah. Berdasarkan hasil penelitian permadi, 2013 secara keseluruhan sistem akuntansi keuangan pemerintah daerah berpengaruh signifikan antara variabel Independen dengan variabel dependen. Hasil penelitian khomsani, 2015 terdapat pengaruh signifikan positif sistem akuntansi keuangan pemerintah daerah terhadap kualitas 20 laporan keuangan. Kurang berkualitasnya disebabkan oleh ketidak pahaman mengenai sistem akuntansi keuangan yang digunakan tersebut. Maka dengan adanya research gap maka perlu dilakukan penelitian lanjut peranan sistem pengelolaan keuangan pemerintah daerah dan penerpan sistem akuntansi keuangan pemerintah daerah terhadap kualitas laporan keuangan. Teori gap menurut rahayu, 2014 Laporan keuangan merupakan media bagi sebuah entitas dalam hal ini pemerintah untuk mempertanggungjawabkan kinerja keuangannya kepada publik. Pemerintah harus mampu menyajikan laporan keuangan yang mengandung informasi keuangan yang berkualitas. Dalam Standar Akuntansi Pemerintahan SAP dijelaskan bahwa laporan keuangan berkualitas itu memenuhi karakteristik Relevan, Andal, Dapat dibandingkan, dan Dapat dipahami. Menurut yuliani, 2010 laporan keuangan dapat memberi manfaat bagi para pemakainya maka laporan keuangan tersebut harus mempunyai nilai informasi yang berkualitas dan berguna dalam pengambilan keputusan. Maka dapat di simpulkan Untuk dapat menghasilkan laporan keuangan yang relevan, andal, dan dapat dipercaya, pemerintah daerah harus memiliki sistem akuntansi yang andal. Sistem akuntansi yang lemah menyebabkan laporan keuangan yang dihasilkan juga kurang andal dan kurang relevan untuk pembuatan keputusan. 21 Berkaitan dengan yang ditegaskan oleh ketua Badan Pemeriksa Keuangan BPK bahwa diperlukan percepatan perbaikan dari sistem akuntansi keuangan pemerintahan daerah melalui langkah-langkah nyata, terprogram dan mengikutsertakan berbagai kalangan pemerintah daerah yang hasilnya akan mendukung aparatur pemerintah daerah untuk membuat laporan keuangan yang berkualitas. Penelitian ini merujuk kepada penelitian sebelumnya yang mengatakan adanya hubungan dan pengaruh positif antara peranan penegelolaan keuangan pemerintah daerah dan sistem akuntansi keuangan daerah terhadap kualitas laporan keuangan. Adapun perbedaan penilitian ini dengan penelitian yang disebutkan diatas selain berbeda pada objek yang diteliti, waktu dan tempat juga berbeda. Berdasarkan teori dan uraian diatas dan didukung dengan fakta-fakta yang ada maka, penulis ingin meneliti lebih jauh dan mendalami tentang “Peranan Sistem Pengelolaan Keuangan Pemerintah Daerah SKPKD Dan Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Dalam Meningkatkan Kualitas Laporan Keuangan”. 22

1.2 Rumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Tinjauan Atas Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Dalam Penyusunan Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Deli Serdang.

3 106 82

Pengaruh Kompetensi SDM, Penerapan Sistem Informasi Akuntansi Keuangan Daerah dan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Langkat

13 63 113

PENGARUH PEMAHAMAN SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH, PENATAUSAHAAN KEUANGAN DAERAH DAN PENGELOLAAN ASET TETAP DAERAH TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH PADA PEMERINTAH KABUPATEN MAJALENGKA.

5 19 73

PENGARUH PEMAHAMAN SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH, PENATAUSAHAAN KEUANGAN DAERAH DAN PENGELOLAAN ASET TETAP DAERAH TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH PADA PEMERINTAH KABUPATEN MAJALENGKA.

3 9 73

Pengaruh Kompetensi SDM, Penerapan Sistem Informasi Akuntansi Keuangan Daerah dan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Langkat

0 0 9

Pengaruh Kompetensi SDM, Penerapan Sistem Informasi Akuntansi Keuangan Daerah dan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Langkat

0 1 2

Pengaruh Kompetensi SDM, Penerapan Sistem Informasi Akuntansi Keuangan Daerah dan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Langkat

1 2 11

Pengaruh Kompetensi SDM, Penerapan Sistem Informasi Akuntansi Keuangan Daerah dan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Langkat

0 0 23

Pengaruh Kompetensi SDM, Penerapan Sistem Informasi Akuntansi Keuangan Daerah dan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Langkat

0 1 5

Pengaruh Kompetensi SDM, Penerapan Sistem Informasi Akuntansi Keuangan Daerah dan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Langkat

4 8 30