58 meskipun tidak sekuat dulu, tetapi tetap penting.
”
2
Hal ini terbukti dengan beberapa aktivitas sejumlah pasangan calon yang berupaya mendekatkan
sentimen etnosentrik tersebut. Sentimen etnis acap kali menjadi komoditas politik dan dipakai saat
memilih para calon gubernur. Isu etnis untuk sementara diperlukan untuk mendulang suara, bila ini dilakukan, justru akan memberikan pendidikan
politik buruk bagi masyarakat.
3
Isu etnis yang digulirkan ini sebetulnya bukan secara langsung dari publik, tapi digulirkan oleh elit-elit politik.
Konstruksi elit ini kemudian diartikan oleh konsultan-konsultan politik di belakang para cagub ini.
4
Melalui penelitian berkala yang dilakukan Aliansi Jurnalis Independen AJI Jakarta terkait pilkada DKI Jakarta, diketahui setelah putaran pertama
pilkada DKI, pemberitaan yang menyangkut suku, agama, ras, antargolongan SARA mendominasi.
5
Dengan kata lain isu SARA itu digunakan untuk mengkondisikan pilihan masyarakat pemilih terhadap
kandidat yang sedang bertarung. Pemberitaan yang cukup dominan pada periode ini adalah
menyangkut SARA, yaitu pemberitaan yang menggambarkan serangan atas identitas dari calon wakil gubernur Joko Widodo yaitu Basuki Tjahaja
2
http:www.perludem.or.idindex.php?option=com_k2view=itemid=709:pilkada -dki-yang-menembus-sekat
diakses tanggal 13 oktober 2012.
3
Pengamat Politik LIPI Siti Zuhro dalam diskusi “Isu Primordial Pemilukada DKI: Relevankah” di Kantor The Indonesia Institute TII, Jakarta, Rabu 1842012.Seperti dikutip
http:www.jurnas.comnews.
4
Peneliti TII The Indonesia Institute TII, Hanta Yudha seperti yang di kutip
http:www.jurnas.comnews58476
yang diakses tanggal 15 November 2012.
5
http:www.beritasatu.compilgub-dki-201271955-lipi -media-ikut-menggoreng-isu-
sara-dalam-pilkada diakses tanggal 12 Oktober 2012.
59 Purnama.
6
Sementara peneliti politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI, Siti Zuhro menyatakan perkembangan isu SARA memang tak bisa
dilepaskan dari tanggung jawab media. Menurut dia, media berpotensi ikut dalam upaya mengedepankan salah satu kandidat dan hal tersebut tidak
memberikan informasi yang baik bagi publik. Primodialisme, sering digunakan oleh kandidat agar mendapat suara dari kelompok dominan.
B. Sentimen Agama dalam Pemilihan Kepala daerah DKI Jakarta 2012
Suatu kenyataan yang tak terelakkan bahwa tidak satu negara pun di dunia yang memiliki identitas nasional yang tunggal. Tidak ada negara yang
dihuni hanya oleh satu suku bangsa. Setiap Negara selalu didukung oleh pluralitas penduduk dari segi etnis. Pengaruh dari pluralitas etnis adalah
lahirnya pluralitas dalam aspek budaya , bahasa, agama , bahkan kelas sosial dalam satu negara. Terlebih lagi Indonesia yang terdiri atas ribuan pulau dan
memiliki ratusan etnis. Di sisi lain , karakteristik pluralitas Indonesia adalah kompleksitasnya dalam hal etnis dan agama. Dari sejumlah golongan etnis
suku bangsa yang beragam secara umum bangsa Indonesia terbagi dalam dua golongan besar, yakni golongan etnis pribumi dan golongan etnis
pendatang atau dalam hal ini etnis cina.
7
Selain itu, berbagai etnik itu pada umumnya menganut agama masing-masing yang satu dengan yang lainnya
6
Direktur LSPP dan Konsultan Riset, Ignatius Haryanto di gedung Dewan Pers, Jakarta, Minggu 16-9-2012, seperti yang dikutip
www.beritasatu.com yang diakses 17 November 2012.
7
Prihartanti Nanik dkk,Jurnal Penelitian Humaniora ,
Mengurai Akar Kekerasan Etnis pada Masyarakat Pluralis
,Vol.10.No.2 Agustus 2009.108.
60 berbeda. Di Indonesia terdapat banyak sekali agama yang di akui oleh
negara yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Kong Hu Cu. Sesuai
dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika yang sesuai dengan kondisi bangsa Indonesia yang demikian majemuk dan heterogen.
Dengan kemajemukan komponen bangsa Indonesia itu, di satu sisi kita dapat menghimpun dan mengembangkan berbagai potensi bangsa yang
ada. Pluralitas budaya yang ada di tanah air misalnya, merupakan kekayaan yang tiada tara dan harus disyukuri. Namun, di sisi lain pluralitas tradisi dan
agama, mudah sekali menimbulkan gesekan antar kelompok, yang berpotensi menimbulkan konflik dan sentimen etnis
Pluralitas bangsa Indonesia itu ternyata sangat rentan terhadap tindak kekerasan akibat konflik sosial terutama antar-etnik dan antar-agama, di
samping antarkelas dan antar-golongan, yang dalam pembinaan politik di Indonesia pada zaman orde baru lazim disebut dengan SARA suku, agama,
ras, dan antar golongan.
Gambar IV.4. Pedangdut Rhoma Irama Terkait Ceramah yang Berbau Sentimen
Agama
Sumber: Tempo.co
61 Gambar di atas adalah pedangdut Rhoma Irama yang menyatakan
ceramah Ramadan yang berujung pada dugaan pidana pemilihan umum tidak berisi penghinaan maupun hasutan kepada salah satu pasangan calon.
Padahal pada saat itu isi ceramahnya menyatakan bahwa Ahok itu beragama Kristen dan beretnis Tionghoa. Rhoma diduga melakukan
kampanye terselubung dalam bentuk ceramah tarawih di Masjid Al-Isra, Tanjung Duren, Jakarta Barat, Minggu, 29 Juli 2012. Dalam ceramah
berdurasi tujuh menit itu, Rhoma disangka menggunakan isu suku, agama, dan ras untuk menyerang pasangan calon Joko Widodo dan Basuki Tjahaja
Purnama
.
Dalam hal ini terlihat adanya sentimen agama yang terjadi untuk mempengaruhi pilihan publik dalam pemilihan kepala daerah DKI Jakarta
2012.
Gambar IV. 5. Spanduk dukungan warga Tionghoa dan umat Kristiani kepada
pasangan Cagub dan Wagub DKI Jakarta Joko Wi dan Ahok
Sumber: Tempo.co
62 Gambar diatas adalah ajakan warga tionghoa untuk mendukung
Jokowi Ahok dalam pemilihan gubernur 2012. Spanduk itu justru dibuat oleh pihak ketiga yang berupaya memanfaatkan isu SARA untuk
mendiskreditkan salahsatu kandidat dan sangat kental dengan sentimen agama.
Gambar IV.6. Spanduk Laskar Kristus Bertebaran di Jakarta
Sumber: Salam online. com Jelang Pilkada DKI putaran kedua yang akan berlangsung pada 20
September lalu, perang spanduk dan statemen terus marak. Setelah sebelumnya beredar spanduk berisi dukungan terhadap Jokowi-Ahok
dengan latar gambar mantan preman Tanah Abang, Hercules Rosario Marshal, kini beredar spanduk yang mengatasnamakan Laskar Kristus.
Spanduk dengan latar putih dan tulisan merah-hitam mencolok tersebut bertuliskan, “Ayo Kita Pilih Anak Tuhan untuk Jakarta Baru”. Di bawah
sebelah kanan tertera “Laskar Kristus”. Ini menunjukkan adanya dukungan kepada Jokowi Ahok dalam bentuk spanduk yang bernada sentimen Agama.