Bambu hitam Oriented Strand Board Dari Tiga Jenis Bambu

Suranta H. Ginting : Oriented Strand Board Dari Tiga Jenis Bambu, 2009. USU Repository © 2009

3. Bambu hitam

Bambu hitam Gigantochloa atroviolacea widj. dikenal dengan sebutan bambu wulung, pring wulung, pring ireng atau awi hideung. Jenis ini disebut bambu hitam. Rumpun bambu hitam Gambar 3 agak jarang. Pertumbuhannya pun agak lambat. Buluhnya tegak dengan tinggi 20 m. Panjang ruas-ruasnya 40-50 cm, tebal dinding buluhnya 8 mm, dan garis tengah buluhnya 6-8 cm. Pelepah batang selalu ditutupi miang yang melekat berwarna coklat tua. Gambar 3. Bambu hitam Bambu hitam tersebar di pulau Jawa dan hidup di daerah dataran rendah hingga ketinggian 650 m dpl. Di Jawa Barat jenis bambu ini sangat baik untuk dibuat alat musik seperti angklung, gambang, dan sebagainya. Bambu hitam dapat juga digunakan untuk furniture dan bahan kerajinan tangan. Bambu yang digunakan sebagai bahan baku OSB sebelum dikonversi menjadi strand- strand, harus melewati tahap pembagian setiap ruasnya, kemudian pengulitan debarking. Hal ini dikarenakan kehadiran kulit tidak diinginkan pada produk akhir OSB karena akan mengurangi kekuatan dan mengganggu perekatan Berlian dan Rahayu, 1995. Suranta H. Ginting : Oriented Strand Board Dari Tiga Jenis Bambu, 2009. USU Repository © 2009 Bahan Baku Perekat Setiap pembuatan produk panel-panel kayu haruslah menggunakan perekat. Demikian juga dalam pembuatan OSB, peranan perekat tidak bisa diabaikan. Tipe dan jumlah resin perekat yang dipakai berpengaruh terhadap kualitas OSB yang dibuat. Resin formaldehid merupakan hasil reaksi urea dengan formaldehid. Urea formaldehid UF termasuk salah satu jenis perekat yang bersifat thermosetting hasil reaksi kondensasi dan polimerisasi antara urea dan formaldehid. Perekat UF termasuk tipe perekat MR Moisture Resistance, dalam pemakaiannya banyak digunakan untuk industri mebel dan kayu lapis. Perekat UF matang dalam kondisi asam yang mana keasaman UF diperoleh dengan menggunakan hardener Pizzi, 1994. Resin urea formaldehid dihasilkan dari reaksi kondensasi antara urea dan formaldehid dalam medium air Achmadi, 1990. Rendahnya harga perekat, cepatnya pengerasan dibanding perekat phenol formaldehyde PF pada suhu yang sama, dan pembentukan garis rekat glue line yang tak berwarna menyebabkan perekat ini menguntungkan dalam industri kayu lapis dan papan partikel Achmadi, 1990. Penggunaan perekat terbatas pada produk seperti panel kayu lapis hias, papan partikel bagian lantai atau papan serat untuk mebel serta aplikasi interior Schniewind, 1989. Menurut Graves 1986 dalam Walker et. al. 1993, sekitar 90 dari seluruh papan- papan partikel menggunakan Urea Formaldehid UF. Penggunaannya lebih disukai karena : 1. Terutama karena UF jelas lebih murah dibandingkan resin lainnya. Biayanya sekitar 15 dari harga isocyanates dan sekitar separuh dari harga phenol formaldehida. 2. Resin formaldehida mengeras lebih cepat pada suhu rendah dari pada phenol formaldehida. 3. Bersifat toleran pada kondisi pengerasannya dari pada phenol formaldehida. Merupakan perekat yang benar-benar memiliki ruang gerak terhadap suhu, kecepatan pengerasan, viskositas dan solid content. Perbandingan urea dan formaldehida dapat diatur, disesuaikan katalis asamnya dan sisem penyangga untuk pengerasan papan pada kondisi yang diinginkan dari suhu tinggi 100 C dan pada pH yang rendah. Keunggulan perekat UF terhadap bahan-bahan berlignoselulosa adalah daya kohesi yang baik, mudah dalam penanganan dan aplikasi, produk akhir dengan warna yang bersih, dan biaya yang rendah, sehingga UF memiliki peranan yang penting dan menjadikannya sebagai perekat Suranta H. Ginting : Oriented Strand Board Dari Tiga Jenis Bambu, 2009. USU Repository © 2009 yang paling banyak digunakan untuk merekatkan produk kayu pada saat ini. Ada dua kekurangan utama dari perekat ini, yaitu tidak memiliki ketahanan terhadap air dan cuaca, dan kerentanannya terhadap emisi gas formaldehida Pizzi, 1994. Kerugian perekat UF adalah tidak tahan terhadap cuaca. Karena itu, perekat UF lebih sesuai untuk perekat mebel dan kegunaan lain di dalam ruang, dimana keawetan perekat UF tidak diperlukan Achmadi, 1990. Kelemahan utama UF adalah mudah terhidrolisis. Pada suhu dingin, laju kerusakan struktur perekat sangat lambat tapi pada suhu diatas 40 C kerusakan perekat dipercepat sedangkan diatas 60 C kerusakan sangat cepat Pizzi, 1994. Gambaran Umum Pembuatan OSB Proses pembuatan OSB pada dasarnya hampir sama dengan tahapan pada pembuatan papan partikel, dimana pada sisi tengahnya dibuat bersilangan dengan bagian permukaan. Pengupasan Kulit Kayu dan pembuatan strands Kita mengetahui bahwa kulit kayu akan menghambat proses perekatan, begitu juga halnya dengan bambu. Bambu yang telah dipotong setiap ruasnya kemudian dikuliti agar menghasilkan strands yang memiliki daya rekat yang baik. Untuk pembuatan strands ukuran geometrinya memiliki lebar 3-6 cm dengan panjang lebih dari 30 cm. Namun demikian hal tersebut tidak mutlak dilakukan, tergantung kepada kualitas strands bambu yang dihasilkan setiap ruasnya Gambar 4. Gambar 4. Proses pengupasan kulit bambu. Pengeringan Suranta H. Ginting : Oriented Strand Board Dari Tiga Jenis Bambu, 2009. USU Repository © 2009 Pengeringan dengan menggunakan oven dilakukan karena akan memastikan nilai kadar air, memperbaiki proses pengawasan, memperbaiki kualitas strands dan produksi akhirnya. Pengeringan strands direkomendasikan hingga kadar air 10. Pembentukan Lembaran Pembentukan lembaran merupakan proses yang sulit dalam produksi OSB karena ada pengorientasian arah strand, pengorientasian arah ini dilakukan secara manual. Orientasi strand lapisan inti yang bersilangan terhadap lapisan permukaan menghasilkan kekuatan lebih baik dibandingkan yang sejajar atau acak. Pengempaan panas Pembuatan OSB merupakan proses bertahap dari proses pembetukan lembaran strands tiap lapisnya hingga pengempaan. Proses pengempaan ini dilakukan untuk mendapatkan lembaran papan yang padat dan kuat dengan ketebalan dengan menggunakan suhu 110 C dengan waktu kempa 15 menit. Finishing Tahap akhir OSB dikondisikan selama 14 hari, kemudian dipotong menjadi ukuran pakai yang berbeda-beda untuk diuji dengan standar JIS 5908 – 2003 dan tergantung tujuannya masing-masing. Suranta H. Ginting : Oriented Strand Board Dari Tiga Jenis Bambu, 2009. USU Repository © 2009 METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Agustus 2008 sampai dengan Desember 2008. Pembuatan OSB dan pengujian sifat fisis dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Hutan, Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, dan pengujian sifat mekanis di Laboratorium Biokomposit, Departemen Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor sampelcontoh uji dikirim. Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini meliputi gergaji, parang, oven, timbangan, kaliper, hot press, plat besi, aluminium foil, UTM Universal Testing Machine, dan kamera. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tiga jenis bambu betung, hitam, dan tali, perekat Urea Formaldehid UF. Prosedur Penelitian Proses pembuatan OSB secara umum meliputi persiapan bahan baku, pengeringan bahan baku, formulasi perekat, hot pressing, pengkondisian, pemotongan dan pengujian. Alur kerja penelitian selengkapnya disajikan pada Gambar 5. Suranta H. Ginting : Oriented Strand Board Dari Tiga Jenis Bambu, 2009. USU Repository © 2009 Proses Pembuatan OSB Persiapan Bahan Baku 3 jenis bambu Pengupasan kulit, Pembuatan Strands Pengeringan strands Formulasi perekat Hot pressing Suranta H. Ginting : Oriented Strand Board Dari Tiga Jenis Bambu, 2009. USU Repository © 2009 Pengkondisian Selama 14 hari Pemotongan dan Pengujian JIS A 5908-2003 Gambar 5. Proses Pembuatan Papan OSB

1. Persiapan bahan baku