yang lebih luas menggunakan gigi premolar. Pada penelitian ini dipakai SIK tipe
extra high viscosity
dan tipe
high viscosity
karena merupakan SIK yang sering digunakan saat ini.
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian di atas timbul permasalahan apakah ada perbedaan
compressive strength
pada restorasi Klas II dengan prinsip minimal intervensi menggunakan bahan SIK
extra high viscosity
dan SIK
high viscosity
.
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan
compressive strength
pada restorasi Klas II dengan prinsip minimal intervensi menggunakan bahan SIK
extra high viscosity
dan SIK
high viscosity
.
1.4 Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui perbedaan
compressive strength
pada restorasi Klas II dengan prinsip minimal intervensi menggunakan bahan SIK
extra high viscosity
dan SIK
high viscosity
. 2. Sebagai informasi dan bahan pertimbangan bagi operator dalam hal pemilihan bahan
SIK untuk restorasi
Atraumatic restorative treatment.
3. Sebagai dasar dalam usaha peningkatan pelayanan kesehatan gigi masyarakat terutama dalam bidang konservasi gigi.
4. Sebagai dasar bagi penelitian-penelitian selanjutnya.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Universitas Sumatera Utara
Prinsip minimal intervensi dapat diartikan sebagai perawatan terhadap karies dengan mengambil jaringan gigi yang terdemineralisasi saja dan mengarah kepada pemeliharaan
struktur gigi yang sehat sebanyak mungkin. Selama ini pendekatan yang di ajarkan oleh GV Black digunakan sebagai standar perawatan namun diakui besifat merusak karena tidak
memelihara struktur gigi dimana ketika restorasi yang besar diberikan suatu beban berat maka gigi akan lebih lemah. Pada enamel dapat terjadi remineralisasi melalui penggunaan
flourida selama permukaan enamel halus dan tidak terakumulasi oleh plak. Sedangkan pada demineralisasi dentin masih terdapat beberapa mineral yang melekat pada matriks kolagen
dan cukup untuk mengisolasi lesi dari aktivitas bakteri dengan menggunakan bahan restoratif bioaktif sehingga akan terjadi rem
ineralisasi. Ini berarti bahwa prinsip GV black “
extention for prevention
” sudah tidak dipakai lagi dimana struktur gigi harus dipertahankan sebanyak mungkin. Hal ini tidak menyarankan bahwa teknik minimal intervensi lebih mudah namun
jauh lebih konservatif bagi struktur gigi sehingga tidak perlu dilakukan pembuangan sturktur gigi yang banyak untuk preparasi kavitas yang cukup besar yang didasarkan pada teori
“
extention for prevention
”.
1
Atraumatic Restorative Treatment
ART adalah bagian dari perawatan minimal intervensi merupakan metode tata cara perawatan gigi yang berusaha untuk mengontrol
perkembangan lesi karies. Pada dasarnya terdiri dari penyingkiran jaringan karies dan pengisian kavitas dengan bahan adhesif yang tepat berkaitan dengan prinsip preventif dan
edukasional. Bahan restorasi SIK diindikasikan untuk ART dikarenakan kemampuan adhesinya dan sifat melepas fluoride sama baiknya seperti mekanisme
setting
kimiawinya
Universitas Sumatera Utara
sehingga perawatan ini dianjurkan untuk daerah-daerah yang kurang memadai infrastrukturnya.
1
2.1 Klasifikasi Karies