Diperkirakan di Indonesia terdapat 100.000 pengobatan tradisional yang tersebar di 65.000 desa, seperti yang dilakukan oleh dukun, sinshe, tabib dan sebagainya. Hal ini
didasari kenyataan bahwa pengobatan tradisional dalam keadaan tertentu cukup efektif dan efisien untuk menangani berbagai macam penyakit dan derajat kesembuhannya
cukup memuaskan bahkan kadang-kadang menakjubkan Manuputty, 1990.
Sejak zaman dahulu masyarakat Indonesia mengenal dan memanfaatkan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam penanggulangan masalah
kesehatan yang dihadapinya. Pengetahuan tentang pemanfaatan tanaman ini merupakan warisan budaya bangsa berdasarkan pengalaman, pengetahuan, dan
keterampilan secara turun-temurun telah di wariskan oleh generasi berikutnya, termasuk saat ini Hutchinson, 2000.
Menurut Mumpuni 2004, seperti suku yang ada di Indonesia lainnya, suku Karo termasuk suku yang telah lama mengenal sistem pengobatan tradisional. Obat-
obatan tradisional Karo beranekaragam. Hal ini menggambarkan bahwa masyarakyat Karo mengenal berbagai jenis penyakit dan cara-cara pengobatannya. Selanjutnya
menurut Sardjono 1989 dalam Suryanto et al., 2006, Penggunaan tumbuhan obat di Indonesia masih berdasarkan kebiasaan yang turun-temurun belum didasari
penelitian farmakologi dan klinik.
Menurut Mumpuni 2004, masyarakat karo di tempat yang berbeda menggunakan tumbuhan obat yang berbeda, setiap kelompok masyarakat
memanfaatkan tumbuhan untuk kehidupan mereka dengan cara yang berbeda satu dengan yang lain.
2.3 Kandungan Tumbuhan Obat
Kandungan kimia pada tumbuhan berdasarkan cara terbentuk dan fungsinya dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok, yaitu: 1 metabolit primer, merupakan
senyawa organik yang ikut terlibat dalam proses metabolisme makhluk hidup, seperti asam amino dan protein, karbohidrat, asam lemak, lipid dan asam organik lainnya, 2
Universitas Sumatera Utara
metabolit sekunder, merupakan hasil sampingan proses metabolisme, seperti alkaloid, steroidaterpenoida, flavanoida, fenolik, kumarin, kuinon, lignin, dan glikosida.
Fungsi metabolit sekunder ini sangat bervariasi antara lain sebagai pelindung dan pertahanan diri terhadap serangan dan gangguan yang ada disekitarnya, dan sebagai
antibiotika. Alkaloid sebagai metabolit sekunder mempunyai peranan penting dalam kehidupan makhluk dan hasil detoksifikasi dari timbunan metabolit yang beracun
Tamin Arbain, 1995. Lewis 1977 menambahkan bahwa alkaloid terdistribusi di sebagian besar tanaman tingkat tinggi, misalnya dari famili Apocinaceae,
Berberidaceae, Fabaceae, Papaveraceae, Ranunculaceae, Rubiaceae, dan Solanaceae, sedangkan Lamiaceae, Rosaceae, dan Gymnospermae kebanyakan tidak mengandung
alkaloid. Setiap jenis yang ada di darat maupun yang ada di lautan menghasilkan
beraneka ragam bahan-bahan kimia Chemical prosfecting. Jadi setiap jenis memiliki nilai-nilai kimiawi yang dapat diartikan bahwa keaneragaman hayati merupakan
laboratorium alam yang tersibuk di dunia, dimana setiap detiknya menghasilkan satu atau lebih bahan kimia dari berbagai tipe dan jenis yang berguna untuk menunjang
kelangsungan hidup organisme tersebut. Tipe dan jenis bahan kimia yang dihasilkan untuk setiap jenis tidaklah sama tergantung pada jenis dari organisme atau
kekerabatannya taksa. Jadi setiap tumbuhan menghasilkan bahan kimia alam yang spesifik tergantung dari taksanya dan setiap bahan kimia tersebut memiliki fungsi
tertentu dalam metabolit organisme tersebut, beberapa diantaranya dapat mempengaruhi fungsi fisiolik manusia dan organisme lainnya, inilah yang
disebut dengan senyawa-senyawa aktif biologi Biologically active compaunds Chairul, 2003.
Asam lemak dan minyak essensial, gum dan resin, steroid adalah produk yang ditemukan dalam obat modern. Minyak dan gum biasanya digunakan sebagai
pengemulsi dalam pembuatan obat. Minyak volatile dan resin sering digunakan sebagai penetrasi jaringan dan sebagai antiseptik. Alkaloid dan steroid merupakan
kelompok terbesar derivat senyawa kimia yang ada pada tumbuhan obat. Steroid adalah senyawa kimia kompleks yang memilki empat cincin karbon yang biasanya
disebut dengan steroid backbone. Alkaloid adalah kelompok heterosiklik kimia yang
Universitas Sumatera Utara
berbentuk gumpalan karena mengandung nitrogen. Biasanya alkaloid pada manusia bersifat racun bila dalam dosis yang sangat tinggi, tapi apabila dalam dosis kecil akan
aman bagi manusia Simson Molly, 1995.
Studi tanaman obat merupakan ilmu yang komplek, dan dalam pelaksanaanya memerlukan pendekatan yang terpadu dari beberapa disiplin ilmu antara lain
taksonomi, ekologi, geografi tumbuhan, pertanian, sejarah, dan antropologi Tamin Arbain, 1995, lingustik, kimia bahan alam, pharmakologi, ekologi tumbuhan,
antropologi dan ekonomi Balick Cox, 1996.
Melonjaknya harga obat sintetis dan efek sampingnya bagi kesehatan meningkatkan kembali penggunaaan obat tradisional oleh masyarakat dengan
memanfaatkan sumberdaya alam yang ada di sekitar. Sebagai langkah awal yang sangat membantu untuk mengetahui suatu tumbuhan berkhasiat obat adalah dari
pengetahuan masyarakat tradisional secara turun temurun Dharma, 2001.
Pada era millenium ini, kecenderungan gaya hidup masyarakyat dunia adalah back to nature. Hal ini mengakibatkan penggunaan metode tradisional tidak akan
ketinggalan zaman, contohnya di Barat, walaupun masyarakyat telah berpikiran dan berbudaya dengan sangat maju dan modern, sampai sekarang ini kecenderungan
untuk menggunakan metode pengobatan dalam hal penggunaan obat tradisional Dianawati Irawan, 2001.
Pada tahun 1973, beberapa ilmuwan terkemuka berkumpul di Puslitbang Biologi. Ilmuan yang berkumpul di antaranya tokoh permuseuman, para ahli ilmu
sosial, kemasyarakatan dan antropologi serta pakar-pakar botani Indonesia. Mereka berkumpul untuk mematangkan gagasan pendirian sebuah museum yang bisa
menampung kekayaan etnobotani Indonesia. Pada 18 Mei 1982, bertepatan dengan peringatan 165 tahun berdirinya kebun raya Bogor, Menristek Profesor B.J Habibie
meresmikan dibukanya museum ini. Gagasan pendirian museum datang dari Prof Dr Sarwono Prawirohardjo yang saat itu menjabat ketua Majelis Ilmu Pengetahuan
Indonesia sekarang Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia yang pertama. Sarwono menyadari bahwa perlu dibuat sebuah wadah untuk melestarikan pengetahuan lokal
Universitas Sumatera Utara
ratusan masyarakat daerah yang ada di Indonesia. Terpikirlah untuk membuat sebuah museum etnobotani Info Lingkungan, 2010.
2.4 Beberapa Penelitian Tumbuhan Obat