pteridophyta, yang termasuk dalam 35 famili. Menurut Ardan 1996, di beberapa Desa Sumatera Barat ditemuka n 103 jenis tumbuhan obat yang termasuk dalam 43
famili.
2.2 Pemanfaatan Tumbuhan Sebagai Bahan Obat Oleh Masyarakat
Indonesia memiliki etnis sangat beragam, yaitu terdiri atas 300 kelompok etnis Salim dalam Komphalindo, 1994. Menurut Tamin Arbain 1995, setiap kelompok
masyarakat ini memanfaatkan tumbuhan untuk kehidupan mereka, seperti untuk obat- obatan, peralatan rumah tangga, bermacam-macam anyamantali-temali, bahan
pelengkap upacara adat, disamping yang digunakan untuk kebutuhan sandang, pangan serta papan. Bentuk susunan ramuan, komposisi dan proses pembuatanpengolahan
dilakukan secara tradisional menurut cara sukukelompoknya masing-masing yang mereka terima secara turun-temurun.
Tamin Arbain 1995 menyatakan istilah etnobotani dikemukakan pertama kalinya oleh Harshberger pada tahun 1895 dan didefenisikan sebagai ilmu yang
mempelajari tentang pemanfaatan tumbuhan secara tradisional oleh suku bangsa primitif. Secara terminologi, etnobotani adalah studi yang mempelajari tentang
hubungan antara tumbuhan dengan manusia. Dua bagian besar dari etnobotani ini adalah terbagi dalam 2 kata yaitu ” etno”, studi tentang manusia dan ”botani”, studi
tentang tumbuhan. Jadi, etnobotani adalah studi yang menganalisis hasil dari manipulasi materil tanaman asli dengan kontek budaya dalam hal penggunaan
tanaman atau dinyatakan bahwa etnobotani melihat dan mengetahui bagaimana masyarakyat memandang dunia tumbuhan, masyarakyat bekerjasama dengan
tumbuhan, atau memasukkan tumbuhan ke alam budaya dan agama mereka. Menurut Balick Cox 1996, masyarakyat yang dimaksudkan adalah penduduk asli yaitu
orang-orang yang mengikuti tradisi atau kehidupannya non industrial pada suatu daerah dan kemudian diturunkan pada generasinya. Martin 1995, menambahkan
etnobotani adalah bagian dari etnoekologi yang memprioritaskan tumbuhan dalam bidang kajiannya.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Tarigan 1990, kelompok etnik tradisional di Indonesia mempunyai ciri-ciri dan jati diri budaya yang sudah jelas terdefinisi, sehingga diduga
kemungkinan besar persepsi dan konsepsi masyarakat terhadap sumberdaya nabati di lingkungannya berbeda, termasuk dalam pemanfaatan tumbuhan sebagai obat
tradisional. Menurut catatan World Health Organization WHO, diperkirakan hampir 80 dari umat manusia terutama di negara-negara sedang berkembang masih
menggantungkan dirinya pada tumbuh-tumbuhan ekstrak dan bahan aktif biologi sebagai bahan obat dan memelihara kesehatannya Fansworth et al., 1985 dalam
Chairul, 2003. Berbagai produk biosprospektif seperti obat tradisional herbal medicine, homeopathy, aromatheraphy, kosmetika, makananminuman tambahan
food suplement telah beredar di masyarakat mulai dari pedagang kaki lima sampai di supermarket Heyney, 1987.
Ramuan tradisional adalah media pengobatan alamiah dengan memakai tumbuhan sebagai bahan dasarnya. Media ini mungkin merupakan media pengobatan
tertua. Sampai saat ini, ilmu pengobatan ini tetap mengacu pada tradisi kuno. Itulah sebabnya obat-obatan atau ramuan dari tumbuh-tumbuhan dan tanaman disebut
sebagai obat tradisional. Disebut obat karena ramuan tradisional tersebut dibuat dari jenis tumbuhan dan tanaman dan diyakini dapat menyembuhkan atau mengobati suatu
penyakit Dianawati et al.,2001.
Selain digunakan sebagai bahan ramuan obat-obatan tradisional, tumbuh- tumbuhan juga sudah sejak lama digunakan sebagai bahan baku obat-obatan modern.
Pada penyakit-penyakit tertentu, obat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan ini lebih ampuh dari obat yang berasal dari obat yang berasal dari zat-zat kimia, misalnya
digitalis dari tumbuhan Digital purpurea dan Digital lanata yang ditemukan oleh Whitering pada tahun 1785 sebagai obat jantung, dan masih banyak lagi tumbuhan
yang digunakan sebagai bahan obat modern seperti Altropa belladonna. Epherdra vulgaris, Rauwolf serpentine dan sebagainya ISFI, 1993.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi modern yang semakin pesat dan canggih ternyata tidak mampu bergeser sepenuhnya dan mengesampingkan begitu
saja keberadaan dan peranan obat-obatan tradisional, tetapi saling melengkapi.
Universitas Sumatera Utara
Diperkirakan di Indonesia terdapat 100.000 pengobatan tradisional yang tersebar di 65.000 desa, seperti yang dilakukan oleh dukun, sinshe, tabib dan sebagainya. Hal ini
didasari kenyataan bahwa pengobatan tradisional dalam keadaan tertentu cukup efektif dan efisien untuk menangani berbagai macam penyakit dan derajat kesembuhannya
cukup memuaskan bahkan kadang-kadang menakjubkan Manuputty, 1990.
Sejak zaman dahulu masyarakat Indonesia mengenal dan memanfaatkan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam penanggulangan masalah
kesehatan yang dihadapinya. Pengetahuan tentang pemanfaatan tanaman ini merupakan warisan budaya bangsa berdasarkan pengalaman, pengetahuan, dan
keterampilan secara turun-temurun telah di wariskan oleh generasi berikutnya, termasuk saat ini Hutchinson, 2000.
Menurut Mumpuni 2004, seperti suku yang ada di Indonesia lainnya, suku Karo termasuk suku yang telah lama mengenal sistem pengobatan tradisional. Obat-
obatan tradisional Karo beranekaragam. Hal ini menggambarkan bahwa masyarakyat Karo mengenal berbagai jenis penyakit dan cara-cara pengobatannya. Selanjutnya
menurut Sardjono 1989 dalam Suryanto et al., 2006, Penggunaan tumbuhan obat di Indonesia masih berdasarkan kebiasaan yang turun-temurun belum didasari
penelitian farmakologi dan klinik.
Menurut Mumpuni 2004, masyarakat karo di tempat yang berbeda menggunakan tumbuhan obat yang berbeda, setiap kelompok masyarakat
memanfaatkan tumbuhan untuk kehidupan mereka dengan cara yang berbeda satu dengan yang lain.
2.3 Kandungan Tumbuhan Obat