168 IUS Kajian Hukum dan Keadilan

168 IUS Kajian Hukum dan Keadilan

Putut Sriyanto | Analisis Yuridis Terhadap Pengalihan Obyek Perjanjian Beli Sewa ................................

6. Memberi hak kepada pelaku usaha untuk Syarat pertama dan kedua Pasal 1320 mengurangi manfaat jasa atau mengurangi

KUH Perdata disebut syarat subyektif,

harta kekayaan konsumen yang menjadi karena melekat pada orang yang menjadi obyek jual beli jasa.

subjek perjanjian beli sewa. Jika syarat ini

7. Menyatakan tunduknya konsumen tidak dipenuhi, perjanjian beli sewa dapat kepada peraturan yang berupa aturan dibatalkan. Tetapi jika tidak dimintakan baru, tambahan, lanjutan dan/atau pembatalan kepada hakim, perjanjian pengubahan lanjutan yang dibuat sepihak beli sewa itu tetap mengikat para pihak oleh pelaku usaha dalam masa konsumen yang membuatnya, walaupun diancam memanfaatkan jasa yang dibelinya.

pembatalan sebelum lampau waktu lima tahun (Pasal 1454 KUH Perdata). Syarat

8. Menyatakan bahwa konsumen memberi

kuasa kepada pelaku usaha untuk ketiga dan keempat Pasal 1320 KUH

Perdata disebut syarat objektif, karena pembebanan hak tanggungan, hak gadai,

atau hak jaminan terhadap barang yang mengenai suatu yang menjadi objek perjanjian beli sewa. Jika syarat ini tidak

dibeli oleh konsumen secara angsuran. dipenuhi, perjanjian beli sewa tersebut

9. Mencantumkan klausula baku yang batal. Kebatalan ini dapat diketahui apabila

letak atau bentuknya sulit terlihat atau perjanjian beli sewa tidak mencapai tujuan

tidak dapat dibaca secara jelas yang karena salah satu pihak tidak memenuhi

pengungkapannya sulit dimengerti. kewajibannya. Kemudian diperkarakan

2.2Akibat Hukum Pengalihan Objek Beli kemuka hakim, dan hakim menyatakan

Sewa Oleh Kreditur Tanpa Persetu- perjanjian beli sewa batal, karena tidak juan Tertulis Dari PT. Bahana Lestari memenuhi syarat objektif.

Morindo Mataram.

Menurut ketentuan Pasal 1338 KUH

Perjanjian yang sah adalah perjanjian Perdata, perjanjian yang dibuat secara yang memenuhi syarat-syarat yang sah berlaku sebagai undang-undang bagi ditetapkan oleh undang-undang. Perjanjian mereka yang membuatnya, tidak dapat yang sah diakui dan diberi akibat hukum ditarik kembali tanpa persetujuan kedua (legally concluded contract). Suatu belah pihak atau karena alasan-alasan yang perjanjian dikatakan sah apabila memenuhi cukup menurut undang-undang dan harus syarat-syarat sahnya perjanjian seperti dilaksanakan dengan itikad baik. Dengan yang ditentukan dalam Pasal 1320 KUH demikian dapat dikatakan bahwa apabila Perdata. Ketentuan syarat-syarat sahnya perjanjian beli sewa telah dibuat secara sah perjanjian seperti yang ditentukan dalam maka konsekwensi hukumnya : Pasal 1320 KUH Perdata juga berlakunya

1. Berlaku sebagai undang-undang bagi perjanjian beli sewa. Dalam Pasal 1320

KUH Perdata, ditentukan bahwa : “ Supaya Perjanjian yang sah berlaku sebagai terjadi persetujuan yang sah, perlu dipenuhi

undang-undang bagi pihak-pihak yang empat syarat :

mengikatkan dirinya, artinya perjanjian

1. Kesepakatan mereka yang mengikat- mempunyai kekuatan mengikat dan kan dirinya;

memaksa serta memberi kepastian hukum

2. Kecakapan untuk membuat suatu peri- kepada pihak-pihak yang membuat perjanjian tersebut. Pihak-pihak harus

katan; menaati perjanjian itu sama dengan

3. Adanya suatu hal (obyek) tertentu; mentaati undang-undang. Jika ada pihak

4. Suatu sebab yang tidak terlarang”. yang melanggar perjanjian beli sewa yang

mereka buat, dia dianggap sama dengan

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 169

J Urnal IUS | Vol IV | Nomor 1 | April 2016 | hlm, 170~177

melanggar undang-undang, sehingga segala kerugian karena musnahnya atau diberi akibat hukum tertentu yaitu sanksi

rusaknya barang-barang milik kreditur hukum.

akibat kelalaian debitur. Sedangkan bunga adalah segala keuntungan yang sudah

Dengan demikian ciri khas dari diharapkan atau sudah diperhitungkan. 34

hukum perdata adalah pemberian sanksi berupa ganti rugi, oleh karena

2. Tidak Dapat Ditarik Secara Sepihak kontrak dan pelaksanaannya termasuk

Dalam perjanjian yang kontraktual, dalam lingkup hukum perdata, maka

pada perjanjian ini ada persetujuan sanksi bagi debitur yang wanprestasi

kedua belah pihak, maka jika akan adalah ganti rugi. Mengenai sanksi yang

ditarik kembali atau dibatalkan adalah diberikan kepada debitur ini haruslah

wajar jika disetujui oleh pula kedua belah dapat dibuktikan bahwa sebenar-

pihak tersebut. Tetapi apabila ada alasan benarnya telah terjadi wanprestasi yang

yang cukup menurut undang-undang, mengakibatkan kerugian salah satu

perjanjian dapat ditarik kembali atau pihak. Adapun mengenai ganti rugi

dibatalkan secara sepihak. Alasan-alasan tersebut haruslah dapat diperhitungkan

yang ditetapkan oleh undang-undang itu secara materiil dan mengenai hal-hal

adalah sebagai berikut: yang dapat dipertanggungjawabkan oleh

pihak yang dinyatakan wanprestasi. 32 a. Perjanjian yang bersifat terus-menerus, Misalnya kerugian mengenai kerusakan

berlakunya dapat dihentikan secara barang, yang dapat dimintakan ganti rugi

sepihak. Misalnya Pasal 1571 KUH adalah terhadap nilai kerusakan barang

Perdata tentang sewa-menyewa yang tersebut sehingga barang kembali pulih

dibuat secara tidak tertulis dapat dalam keadaan seperti semula seperti

dihentikan dengan pemberitahuan saat belum terjadi kerusakan. Sehingga

kepada penyewa.

debitur (pembeli sewa) tentunya tidak

b. Perjanjian sewa suatu rumah Pasal merasa rugi apabila nilai ganti rugi yang

1587 KUH Perdata setelah berakhir dibayar nya melebihi nilai kerugian yang

waktu sewa seperti ditentukan diakibatkannya.

dalam perjanjian tertulis, penyewa Ketentuan tentang ganti rugi dalam

tetap menguasai rumah tersebut. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Tanpa ada teguran dari pemilik yang diatur dalam Pasal 1243 s/d Pasal 1252.

menyewakan, maka penyewa dianggap Dari pasal-pasal tersebut dapat ditarik

tetap meneruskan penguasaan rumah kesimpulan bahwa yang dimaksud ganti

itu atas dasar sewa menyewa dengan rugi adalah sanksi yang dapat dibebankan

syarat-syarat yang sama untuk kepada debitur yang tidak memenuhi

waktu yang ditentukan menurut prestasi dalam suatu perikatan untuk

kebiasaan setempat. Jika pemilik ingin memberikan penggantian biaya, rugi dan

menghentikan sewa-menyewa tersebut bunga. 33

ia harus memberitahukan kepada penyewa menurut kebiasaan setempat.

Biaya adalah segala pengeluaran

c. Perjanjian pemberian kuasa, Pasal 1814 atau perongkosan yang nyata-nyata telah

KUH Perdata pemberi kuasa dapat dikeluarkan oleh kreditur. Rugi adalah

menarik kembali kuasanya apabila ia

menghendakinya.

32

Ahmad Rizki Sridadi, Aspek Hukum Dalam Bis- nis, Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Uni- versitas Airlangga, Surabaya, 2009, hlm. 59. 33

Riduan Syahrani, (I), Seluk Beluk dan Asas-asas Hukum Perdata, Alumni, Bandung, 2010, hlm. 222.

34 Ibid.

170 IUS Kajian Hukum dan Keadilan

Kajian Hukum dan Keadilan 171 IUS

Putut Sriyanto | Analisis Yuridis Terhadap Pengalihan Obyek Perjanjian Beli Sewa ................................

d. Perjanjian pemberian kuasa Pasal 1817 KUH Perdata penerima kuasa dapat membebaskan diri dari kuasa yang diterimanya dengan memberitahukan kepada pemberi kuasa.

3. Pelaksanaan dengan Itikad Baik. Itikad baik dalam Pasal 1338 KUH

Perdata adalah ukuran objektif untuk menilai pelaksanaan perjanjian, apakah pelaksanaan perjanjian beli sewa itu mengindahkan norma-norma kepatutan dan kesusilaan, apakah pelaksanaan perjanjian beli sewa itu telah berjalan sesuai dengan aturan yang berlaku.

Apakah yang dimaksud dengan kepatutan dan kesusilaan itu, undang- undang sendiri tidak memberikan rumusannya. Tetapi jika dilihat dari arti katanya kepatutan artinya kepantasan, kelayakan, kesesuaian, kecocokan. Sedangkan kesusilaan artinya kesopanan, keadaban. Dari arti nilai yang patut, pantas, layak, sesuai, sopan dan beradab sebagaimana sama-sama dikehendaki oleh masing-masing pihak yang berjanji. Jika terjadi selisih pendapat tentang pelaksanaan dengan itikad baik (kepatutan dan kesusilaan), hakim diberi wewenang oleh undang-undang untuk mengawasi dan menilai pelaksanaan apakah ada pelanggaran terhadap norma- norma tersebut. Ini berarti bahwa hakim berwenang untuk menyimpang dari isi perjanjian menurut kata-katannya, apabila pelaksanaan menurut kata-kata itu akan bertentangan dengan itikad baik yaitu norma kepatutan dan kesusilaan. Pelaksanaan yang sesuai dengan norma kepatutan dan kesusilaan itulah yang dipandang adil.

Sama halnya dengan perjanjian pada umumnya, perjanjian beli sewa (huurkoop) berlaku juga asas kekuatan mengikatnya suatu perjanjian (pacta sunt servanda) yang mentukan bahwa : “Suatu perjanjian yang sah berlaku sebagai

undang-undang bagi pihak-pihak yang mengikatkan dirinya”, artinya perjanjian beli sewa mempunyai kekuatan mengikat dan memaksa serta memberi kepastian hukum kepada pihak-pihak yang membuat perjanjian tersebut. Pihak-pihak harus menaati perjanjian beli sewa itu sama dengan mentaati undang-undang. Jika ada pihak yang melanggar perjanjian beli sewa yang mereka buat, dia dianggap sama dengan melanggar undang-undang, sehingga diberi akibat hukum tertentu yaitu sanksi hukum.

Akibat hukum adalah akibat yang diberikan oleh hukum atas suatu peristiwa hukum atau perbuatan dari subjek hukum.

Ada tiga jenis akibat hukum, yaitu: 35 Akibat hukum berupa lahirnya, beru-

bahnya, lenyapnya suatu keadaan hukum tertentu. Misalnya: Usia 21 ta- hun melahirkan suatu keadaan hukum baru dari tidak cakap bertindak men- jadi cakap bertindak. Atau Orang de- wasa yang dibawah pengampuan, me- lenyapkan kecakapan dalam tindakan hukum. Akibat hukum berupa lahirn- ya, berubahnya, atau lenyapnya suatu hubungan hukum tertentu. Misalnya : sejak Kreditur dan debitur melakukan akad kredit, maka melahirkan hubun- gan hukum baru, yaitu utang-piutang. Atau Sejak pembeli melunasi harga suatu barang, dan penjual menyerah- kan barang tersebut, maka berubahlah atau lenyaplah hubungan hukum jual beli diantara mereka.

Lebih lanjut akibat hukum itu dapat juga berupa sanksi, yang tidak dikehendaki oleh subjek hukum. Sanksi dari suatu akibat hukum berdasarkan pada lapangan hukum, dibedakan menjadi : 36

35 http://www.slideshare.net/pendekarcambukan- gin/pih-pengertian-dasar-ilmu-hukum 14548841,

diakses, tanggal 3 Mei tahun 2015. 36 http://www.slideshare.net/pendekarcambukan- gin/pih-pengertian-dasar-ilmu-hukum 14548841, diakses, tanggal 3 Mei tahun 2015.

J Urnal IUS | Vol IV | Nomor 1 | April 2016 | hlm, 172~177

1. Sanksi Hukum di bidang hukum publik, utang. Utang bermakna sebagai kewajiban diatur dalam Pasal 10 KUHP, yang yang harus dipenuhi oleh debitur. Debitur berupa Hukuman Pokok dan Hukuman

sendiri adalah orang yang melakukan suatu Tambahan.

prestasi dalam perjanjian.

2. Sanksi Hukum di bidang hukum privat, Didalam kontrak atau perjanjian, prestasi terdiri atas :

adalah kewajiban kontraktual (contractual obligation). Kewajiban kontraktual tersebut

a. Melakukan Perbuatan Melawan

dapat berasal dari :

Hukum (onrechtmatigedaad), dia- tur dalam Pasal 1365 KUHPerdata,

1. Kewajiban yang ditentukan peraturan adalah suatu perbuatan seseorang

perundang-undangan; yang mengakibatkan kerugian ter-

2. Kewajiban yang diperjanjikan para hadap yang sebelumnya tidak di-

pihak dalam perjanjian atau kontrak; perjanjikan, sehingga ia diwajib-

3. Kewajiban yang diharuskan oleh kepa- kan mengganti kerugian.

tutan dan kebiasaan. 37

b. Melakukan Wanprestasi, diatur Prestasi merupakan unsur esensialia dari dalam Pasal 1366 KUHPerdata, perjanjian, yang berdasarkan ketentuan yaitu akibat kelalaian seseorang ti- Pasal 1234 KUHPerdata, terdiri dari 3 (tiga) dak melaksanakan kewajibannya bentuk, yaitu : 1) Memberikan seusatu; 2) tepat pada waktunya, atau tidak Berbuat atau melakukan sesuatu; dan 3) dilakukan secara layak sesuai per- Tidak berbuat atau melakukan sesuatu. janjian, sehingga ia dapat dituntut Dalam pelaksanaan suatu perjanjian, tidak memenuhi kewajibannya bersama dapat dihindari jika terjadi salah satu pihak keuntungan yang dapat diperoleh tidak dapat melaksanakan kewajibannya atas lewatnya batas waktu.

karena kesalahan (kesengajaan atau

Sudah menjadi konsekwensi yuridis kelalaian) yang disebut dengan wanprestasi. bahwa para pihak dalam suatu perjanjian Menurut Munir Fuady, wanprestasi (default, memiliki tanggung jawab untuk nonfulfillment, breach of contrac, atau cidra melaksanakan segala kewajiban di dalam janji) adalah tidak dilaksanakanya prestasi perjanjian yang telah dibuatnya. Apabila atau kewajiban sebagaimana mestinya salah satu pihak tidak dapat melaksanakan yang dibebankan oleh kontrak terhadap tanggung jawabnya tersebut, maka dapat pihak-pihak tertentu yang disebutkan dikenakan sanksi atau tanggung jawab dalam kontrak, yang merupakan sebagaimana yang telah disepakati oleh pembelokan pelaksanaan kontrak, sehingga kedua belah pihak dalam perjanjian.

menimbulkan kerugian yang disebabkan oleh kesalahan oleh salah satu para pihak. 38

Tiap-tiap hubungan antara orang yang satu dengan orang lain yang disangkutkan

Dapat dikatakan bahwa seseorang dengan hukum, maka hubungan yang termasuk dalam kategori wanprestasi,

demikian itu disebut hubungan hukum. apabila si berhutang (debitur) tidak Setiap hubungan hukum mempunyai 2 melakukan apa yang telah diperjanjikan, (dua) segi yaitu pada satu pihak mempunyai hak, sedangkan pada pihak yang lain

37 Ridwan Khairandi, Hukum Kontrak Indonesia

mempunyai kewajiban secara timbal balik. Dalam Perspektif Perbandingan (Bagian Pertama), Kewajiban yang harus dipenuhi oleh salah Cetakan Pertama, FH. UII Press, Yogyakarta, 2013,

hlm. 269.

satu pihak dalam perjanjian disebut dengan

38 Munir Fuady, (II), Hukum Kontrak (Dari

prestasi. Istilah lain dari prestasi adalah Sudut Pandang Hukum Bisnis) Buku Kedua, Citra Ad-

itya, Bandung 2001, hlm. 87.

172 IUS Kajian Hukum dan Keadilan

Dokumen yang terkait

PENERAPAN SANKSI TERHADAP ANAK SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA DALAM PERSPEKTIF RESTORATIVE JUSTICE di Wilayah Hukum Polres Mataram

0 0 18

PEMBAHARUAN HUKUM KONTRAK DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA THE ASPECT OF THE CONTRACT LAW REFORM WITHIN THE REGULATION OF INDONESIA

0 0 17

UPAYA PAKSA PELAKSANAAN PUTUSAN PENGADILAN TATA USAHA NEGARA DALAM MEMBERIKAN PERLINDUNGAN HUKUM KEPADA MASYARAKAT EFFORTS TO FORCE THE IMPLEMENTATION OF THE COURT RULING THE COUNTRY IN PROVIDING LEGAL PROTECTION TO THE COMMUNITY

0 0 13

KEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA (KPPU) DALAM PENANGANAN PERKARA PERSAINGAN USAHA (STUDI PERBANDINGAN DI INDONESIA DENGAN NEGARA- NEGARA COMMON LAW SYSTEM ) AUTHORITY OF THE BUSINESS COMPETITION SUPERVISORY COMMISSION (KPPU) IN CASE MANAGEMENT

0 0 20

SISTEM SYURO’ DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN ISLAM SYURO’ SYSTEM ‘ IN THE ORGANIZATION OF THE ISLAMIC

0 0 10

LEGAL PROTECTION ON GEOGRAPHICAL INDICATION AS A PART OF INTELLECTUAL PROTECTION RIGHTS

0 0 12

KEBIJAKAN FORMULASI HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA KEHUTANAN THE CRIMINAL POLICY FORMULATION AT LAW ENFORCEMENT PENAL FORESTRY

0 0 23

PELAKSANAAN PRINSIP KEADILAN DALAM PEMBERIAN GANTI RUGI PENGADAAN TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM (Studi Kasus Pelebaran Jalan Raya di Kota Praya Kabupaten Lombok Tengah) PRINCIPLES OF JUSTICE IN LAND ACQUISITION GRANT OF COMPENSATION FOR PUBLIC INTEREST (CA

0 1 17

KEWENANGAN KEPALA DAERAH MENERBITKAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI HUTAN ADAT AUTHORITY OF THE HEAD OF PUBLISHING BUSINESS ESTATES LICENSES IN FOREST ADAT

0 0 14

THE IMPLEMENTATION OF JUSTICE PRINCIPLE WITHIN THE LAND PROCUREMENT FOR PUBLIC UTILITIES CONSTRUCTION

0 0 14