ANALISIS YURIDIS TERHADAP PENGALIHAN OBYEK PERJANJIAN BELI SEWA LEGAL ANALYSIS CONCERNING REDIRECTION OF THE OBJECT HIRE PURCHASE AGREEMENT

ANALISIS YURIDIS TERHADAP PENGALIHAN OBYEK PERJANJIAN BELI SEWA LEGAL ANALYSIS CONCERNING REDIRECTION OF THE OBJECT HIRE PURCHASE AGREEMENT

Putut Sriyanto

Kanwil Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) NTB. Email : sriyantoputut@gmail.com. Naskah diterima : 03/02/2016; direvisi : 01/03/2016; disetujui : 05/04/2016

Abstract Objects of this research are to know the regulations of hire purchase according to the Law of Indonesia

and its implementation, along with legal implication of redirection of object agreement which conducted by debitor, and to know the problem solution if there is a default related to redirection of object by debitor. Type of this research is a normative legal research, that is done by examination of rules contained in legislation (in abstracto) and seek legal facts that occurred in the field (in concreto). Approach of this study are legislation approach, conceptual approach, and case approach. Techniques and collection data of this research is primary data. The agreement of hire purchase is not regulated specifically in Indonesia Code Civil, but based on freedom of agreement. The implementation of hire purchase agreement conducted by PT Bahana Lestari Morindo Mataram made by non formal agreement. Legal consequence of redirection of object agreement to the third party is a default , give the rights to the seller of hire to sue compensation, cancel the agreement and to required a criminal charge. Legal problem caused by redirection of object hire purchase agreement shall be settle through non judicial settlement (nonlitigation) and judicial settlement in way of a civil claim and a criminal charge.

Keywords: Redirection of Objects, hire purchase, legal implication

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaturan Beli-Sewa menurut Hukum Indonesia

dan pelaksanaannya, beserta akibat hukum pengalihan obyek perjanjian tersebut yang dilakukan oleh debitur, serta untuk mengetahui penyelesaian masalah jika terjadi wanprestasi terkait dengan pengalihan obyek oleh debitur. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif yang dilakukan dengan mengkaji ketentuan perundang-undangan (inabstracto) serta melihat fakta-fakta hukum yang terjadi di lapangan (inconcreto), dengan pendekatan peraturan perundang- undangan, Pendekatan konseptual, beserta pendekatan Kasus serta Teknik dan Alat Pengumpulan Data yang digunakan yaitu data Primer. Perjanjian Beli-sewa tidak diatur secara khusus dalam KUH Perdata, akan tetapi berdasarkan asas kebebasan berkontrak. Pelaksanaan Perjanjian Beli-Sewa yang dilakukan oleh PT. Bahana Lestari Morindo Mataram dibuat dengan akta di bawah tangan dalam bentuk perjanjian baku (contract standard). Akibat hukum terhadap pengalihan obyek Beli- Sewa kepada pihak ketiga merupakan wanprestasi, memberikan hak kepada penjual sewa untuk menuntut ganti kerugian, pembatalan perjanjian dan penuntutan secara pidana. Penyelesaian masalah pengalihan obyek perjanjian Beli-Sewa oleh debitur kepada pihak ketiga dilakukan dengan cara penyelesaian di luar pengadilan (non litigasi), selain itu dapat pula diselesaikan melalui jalur litigasi dengan mengajukan gugatan perdata atau pengaduan secara pidana.

Kata Kunci : Pengalihan Obyek, Beli Sewa, Akibat Hukum

PENDAHULUAN

bagaimanakah caranya memberikan jalan keluar apabila pihak penjual menghadapi

L atar beLakang timbulnya beli sewa banyaknya permintaan untuk membeli adalah untuk menampung persoalan

Kajian Hukum dan Keadilan 153 IUS

Putut Sriyanto | Analisis Yuridis Terhadap Pengalihan Obyek Perjanjian Beli Sewa ................................ barangnya, tetapi calon-calon pembeli tidak

mampu membayar harga barang secara tunai. Pihak penjual bersedia menerima harga barang itu dicicil atau diangsur, tetapi ia memerlukan jaminan bahwa barangnya sebelum harga dibayar lunas, tidak akan dijual atau dipindahtangankan kepada pihak lain oleh si pembeli. Lahirnya perjanjian beli sewa didasarkan oleh adanya asas kebebasan berkontrak sebagaimana diatur dalam Pasal 1338 Ayat (1) KUHPerdata, yang menentukan bahwa: “Semua persetujuan yang dibuat sesuai dengan undang-undang berlaku sebagai undang- undang bagi mereka yang membuatnya”. Pasal ini memberikan kebebasan kepada para pihak untuk membuat atau tidak membuat kontrak, mengadakan kontrak dengan siapapun, menentukan substansi kontrak, pelaksanaan dan persyaratannya serta menentukan bentuk kontrak, apakah lisan atau tertulis, apakah dengan akta otentik (notaris) ataupun akta di bawah tangan.

Prinsip kebebasan berkontrak dalam suatu perjanjian, memberikan inspirasi bagi para pengusaha untuk mengembangkan bisnis dengan cara beli sewa. Karena jika menggunakan konstruksi jual beli secara tunai (kontan), maka barang-barang dari para pengusaha baik produsen ataupun distributor sulit akan terjual, hal ini disebabkan karena kondisi sosial ekonomi masyarakat yang pendapatannya masih rendah dan tidak mempunyai cukup uang untuk melakukan pembelian secara tunai (kontan). Dengan adanya lembaga hukum beli sewa ini, maka para pihak merasa sama- sama tertolong di mana pembeli dapat segera menikmati barang tersebut dan penjual dapat melancarkan dan memperluas daerah usahanya serta juga bila dilihat dari aspek yuridisnya penjual dapat merasa diberikan perlindungan dalam hubungan hukum tersebut, sebab hak milik atas benda atau barang itu masih ada pada pihak penjual.

Dalam suatu perjanjian beli sewa tidak tertutup kemungkinan bahwa pihak pembeli sewa karena sesuatu hal, tidak mampu memenuhi kewajibannya sesuai dengan kesepakatan yang telah ditentukan dalam perjanjian antara penjual sewa dan pembeli sewa sehingga pembeli sewa dapat dikategorikan telah melakukan ingkar janji atau wanprestasi. Dalam praktik perjanjian beli sewa pada umumnya dibuat dalam bentuk tertulis. Perjanjian tertulis dibuat dalam bentuk akta di bawah tangan. Artinya perjanjian itu hanya ditandatangani oleh para pihak dalam praktek perjanjian beli sewa dibuat sebagai berikut :

1. dibuat secara sepihak oleh penjual sewa;

2. yang menentukan segala isi perjanjian tersebut adalah penjual sewa;

3. pembeli sewa diminta untuk membaca dan menandatangani perjanjian terse- but. 1

Dalam hal ini pihak pembeli sewa tidak diberikan kemungkinan untuk mengubah persyaratan yang ditentukan oleh penjual sewa, karena pembeli sewa berada pada pihak yang lemah dari aspek ekonomi, disamping itu, terdesak kebutuhan akan suatu barang mereka tidak mempunyai uang kontan untuk membayar nya. Akibat dari perjanjian beli sewa barulah dirasakan pembeli sewa pada saat ia tidak mampu membayar angsuran, bunga dan denda. Sehingga dalam praktiknya jalan keluar yang ditempuh pihak pembeli sewa yakni memindahkan barang yang menjadi obyek perjanjian beli sewa ke pihak ketiga. Hal tersebut dilakukan, karena jika pihak pembeli sewa tidak mampu lagi untuk melakukan kewajibannya, maka pihak penjual sewa akan menarik kembali obyek perjanjian beli sewa tersebut.

Suatu perjanjian secara ideal diharapkan dapat berjalan dan dipenuhi sesuai dengan kesepakatan yang telah dituangkan dalam

1 Salim HS (I), Perkembangan Hukum Kontrak In- nominaat Di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2003,

hlm. 135.

J Urnal IUS | Vol IV | Nomor 1 | April 2016 | hlm,

154 IUS Kajian Hukum dan Keadilan

perjanjian namun pada kondisi tertentu kadangkala perjanjian tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya. Dalam pelaksanaan perjanjian beli sewa sering timbul permasalahan jika pemindahan hak atas objek beli sewa yang dilakukan di bawah tangan oleh pembeli sewa kepada pihak lain (sebelum obyek beli sewa tersebut lunas) tanpa sepengetahuan/persetujuan pihak penjual sewa. Proses pengalihan obyek beli sewa oleh pembeli sewa (selaku debitur) tersebut di atas akan menimbulkan permasalahan hukum yang cukup komplek, karena hal ini berkaitan dengan kepastian hukum atas hak kepemilikan obyek beli sewa tersebut.

Fokus tulisan ini akan yaitu terkait dengan pertama; Pengaturan Beli Sewa menurut Hukum Indonesia dan pelak- sanaan Beli Sewa dalam praktek di masyarakat dan kedua; akibat hukum pe- ngalihan obyek perjanjian beli sewa yang dilakukan oleh debitur

Batasan ruang lingkup tulisan ini hanya difokuskan pada pengalihan obyek perjanjian beli sewa, khususnya pengalihan objek beli sewa kendaraan roda dua pada PT. Bahana Lestari Morindo oleh Debitur. Dalam penulisan ini menggunakan studi normatif.

PEMBAHASAN

1. Pengaturan Dan Pelaksanaan Perjan- jian Beli- Sewa

Menurut Soerjono Soekanto, kelang- sungan perkembangan ilmu hukum, selain bergantung pada metodologi, aktivitas penelitian dan imajinasi sosial, juga sangat

ditentukan oleh teori. 2 Fungsi teori dalam

penelitian adalah untuk memberikan arahan/atau petunjuk dan meramalkan serta menjelaskan gejala yang dicermati/

2 Soerjono Sukanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1986, hlm. 6.

diamati. 3 Pasal 1338 KUH Perdata menentukan “Perjanjian atau persetujuan yang dilakukan secara sah oleh para pihak, berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak yang membuatnya. Hal- hal yang telah disetujui oleh para pihak harus dilaksanakan dengan berlandaskan pada iktikad baik. Persetujuan yang telah disepakati oleh para tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak atau karena alasan-alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu”. Istilah perjanjian beli sewa berasal dari kata huurkoop (Belanda) atau hire purchase

(Bahasa Inggris). 4 Beberapa pandangan tentang definisi atau pengertian beli sewa, beberapa definisi baik dari pra ahli dan dan

peraturan terkait dengan jual beli sewa. 5

1.1. Dasar Hukum Perjanjian Beli Sewa Beli sewa merupakan lembaga hukum

yang timbul sebagai akibat kebutuhan praktik. Perjanjian beli sewa timbul berawal dari sering terjadinya seseorang yang ingin membeli sesuatu barang tetapi tidak memiliki cukup uang untuk membayar seluruh harga barang yang ingin dibeli nya. Dalam hal tersebut, kemudian dimungkinkan bagi pihak pembeli untuk membayar harga pembelian secara angsuran selama jangka waktu tertentu. Beli sewa harus dibedakan dengan jual beli angsuran, karena dalam perjanjian jual beli angsuran barang serta hak miliknya diserahkan kepada pembeli, namun harganya boleh diangsur. Sehingga dengan demikian, maka pembeli dengan seketika sudah menjadi pemilik mutlak dari harganya dan tinggal mempunyai hutang kepada penjual berupa harga/sebagian dari harga yang belum dibayarnya.

Walaupun belum diatur dalam perundang-undangan, tetapi bentuk beli sewa ini sangat populer di masyarakat. Hal ini terbukti dari semakin banyaknya

3 Lexi J Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif,

Remaja Rosdakarya, Bandung, 1993, hlm. 35. 4 5 Salim, HS (I), Op. Cit. hlm. 128. Lihat Ibid, hlm. 128-130

Putut Sriyanto | Analisis Yuridis Terhadap Pengalihan Obyek Perjanjian Beli Sewa ................................ peminat bentuk perjanjian beli sewa dan menentukan bentuknya perjanjian, yaitu

beragamnya jenis barang yang dijadikan tertulis atau lisan. Adanya asas kebebasan objek beli sewa. Besarnya peminat bentuk untuk membuat kontrak atau perjanjian beli sewa ini disebabkan karena besarnya mendorong muncul jenis perjanjian- keuntungan yang bisa didapat oleh perjanjian baru dalam masyarakat yang pembeli sewa antara lain pembeli sewa dapat membawa dampak positif bagi dapat memperoleh barang yang diinginkan perkembangan dunia bisnis dewasa ini, dengan cara mudah dan ringan karena asalkan perjanjian yang dibuat oleh pembayarannya dapat diangsur, serta di para pihak (masyarakat) tersebut tidak sisi lain penjual sewa dapat memperoleh bertentangan dengan undang-undang, keuntungan dari penjualan barangnya ketertiban umum dan kesusilaan. dengan risiko yang lebih kecil karena barang

Perjanjian beli sewa merupakan salah masih menjadi milik penjual dengan surat

satu perjanjian innominaat atau perjanjian hak milik atas barang di tahan oleh penjual.

yang tidak diatur secara khusus dalam

“Menurut Salim HS, pada prinsipnya sis- KUH Perdata, tetapi merupakan perjanjian tem pengaturan hukum dapat dibedakan yang diatur di luar KUH Perdata, timbul, menjadi 2 (dua) macam, yaitu Closed tumbuh dan berkembang dalam masyarakat System dan open System. Sistem tertu- sebagai konsekwensi dari berkembangnya tup (closed system) merupakan sistem, kebutuhan masyarakat dalam kegiatan

bisnis dalam perdagangan barang dan jasa. bahwa setiap orang tidak diperkenankan

Pengaturan perjanjian beli sewa di Indonesia untuk mengadakan hak-hak kebendaan belum diatur dalam bentuk Undang-undang.

baru, selain yang telah ditetapkan dalam Akan tetapi, diatur melalui Surat Keputusan

undang-undang, sistem ini dianut oleh Menteri Perdagangan dan Koperasi Nomor hukum benda atau buku kedua dari Kitab

34 Tahun 1980 tentang Perizinan Kegiatan

Undang-Undang Hukum Perdata. Se- Usaha Beli Sewa (Hire Purcase). Dalam dangkan sistem terbuka (open system), Pasal 1 sub (a) Surat Keputusan Menteri berarti bahwa setiap orang bebas untuk Perdagangan dan Koperasi No. 34 tahun mengadakan perjanjian, baik yang sudah 1980 Tentang Perizinan Kegiatan Usaha diatur maupun yang belum diatur dalam Beli Sewa (Hire Purcase), Jual Beli dengan undang-undang”.6

Angsuran dan Sewa (Renting) disebutkan bahwa :

Sistem pengaturan perjanjian beli sewa menganut sistem terbuka (open system).

“Beli Sewa (hire purchase) adalah jual beli Artinya, bahwa setiap orang bebas untuk

barang di mana penjual melaksanakan mengadakan perjanjian, baik yang sudah

penjualan barang dengan cara memperhi- diatur maupun yang belum diatur dalam

tungkan setiap pembayaran yang dilaku- undang-undang. Hal ini dapat diketahui

kan oleh pembeli dengan pelunasan atas dari ketentuan yang terdapat dalam Pasal

harga barang yang telah disepakati bers- 1338 Ayat (1) KUH Perdata. Dengan

ama dan yang diikat dalam suatu perjan- demikian, maka ketentuan tersebut di atas

jian, serta hak milik atas barang tersebut memberikan kebebasan kepada para pihak baru beralih dari penjual kepada pembeli

untuk yaitu: membuat atau tidak membuat setelah jumlah harganya dibayar lunas perjanjian; mengadakan perjanjian dengan

siapapun; menentukan isi perjanjian, oleh pembeli kepada penjual.” pelaksanaan dan persyaratannya; dan

Rumusan sewa beli menurut J. Satrio

6 Salim HS (I), Op. Cit, hlm. 6-7.

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 155

J Urnal IUS | Vol IV | Nomor 1 | April 2016 | hlm, 156~177

adalah : 7 maka si pembeli sewa dapat menjalankan haknya, walaupun si penyewa menjual

“Perjanjian beli sewa bukan sebagai per- obyek perjanjian beli sewa itu kepada janjian sewa menyewa tapi sebagai suatu orang lain atau jatuh pailit. Suatu bentuk variasi tersendiri dari perjanjian jual beli perlindungan yang penting bagi si pembeli dengan angsuran, antara lain bahwa hak sewa adalah kemungkinan pengambilan milik untuk sementara masih ada pada tindakan oleh hakim, jika persetujuan beli penjual sewa sampai seluruh angsuran sewa meletakkan kewajiban yang berat beli sewa dilunasi maka hak milik oto- yang tidak menurut imbangan yang tepat kepada si pembeli sewa. matis, tanpa perbuatan penyerahan lagi 9 Di Indonesia, yang

beralih pada pembeli sewa.” menjadi landasan hukum perjanjian beli Menurut Subekti, yang dimaksud sewa adalah : dengan beli sewa sebenarnya adalah suatu

1. Yurisprudensi Mahkamah Agung macam jual beli, setidak-tidaknya lebih

Tanggal 16 Desember 1957 dalam mendekati jual beli daripada sewa menyewa

perkara NV handelsmaatchappij L meskipun tidak merupakan campuran dari

Auto (penggugat) melawan Yordan kedua-duanya dan diberikan judul sewa

(tergugat);

menyewa. Berdasarkan pendapat di atas,

2. Keputusan Menteri Perdagangan dan maka dapat diambil kesimpulan bahwa beli Koperasi Nomor: 34/KP/II/1980 ten-

sewa merupakan perpaduan dari dua bentuk tang Perizinan Beli Sewa (Hire Pur- perjanjian yaitu perjanjian jual beli dan

perjanjian sewa menyewa. Sebagai suatu chase, Jual beli dengan Angsuran dan perjanjian yang merupakan penggabungan

Sewa (Renting).

dari dua macam perjanjian, maka dalam Dalam Keputusan Menteri Perdagangan perjanjian beli sewa mengandung unsur- dan Koperasi Nomor : 34/KP/II/1980. Jual unsur yang terdapat dalam perjanjian jual beli dengan Angsuran dan Sewa (Renting) beli maupun perjanjian sewa menyewa. telah diatur tentang prosedur dan syarat- Sehingga dapat disimpulkan bahwa unsur- syarat untuk memperoleh izin usaha. unsur yang terdapat dalam perjanjian beli Prosedur untuk memperoleh izin ini diatur sewa antara lain :

dalam Pasal 4 sampai dengan Pasal 6. Syarat- syarat untuk mendapatkan izin yaitu :

1. Saat penyerahan barang, hak milik atas barang tersebut belum berpindah;

1. Permohonan izin harus memiliki SIUP (surat izin usaha perdagangan);

2. Terdapat kewajiban membayar harga barang dalam jangka waktu tertentu;

2. Pemohon harus menentukan salah satu kegiatan usaha beli sewa atau jual

3. Setelah harga barang terbayar lunas, maka beli dengan angsuran sebagai kegiatan barulah hak milik atas barang tersebut

usahanya;

berpindah kepada pemilik.

3. Perusahaan berbentuk badan hukum Adapun dari aspek hukum perjanjian,

yang didirikan berdasarkan hukum titik berat perlindungan bagi si pembeli

Indonesia;

sewa terletak pada pendaftaran akta balik

4. Modal perusahaan atau saham nama atau putusan hakim untuk pengikatan

perusahaan seluruhnya dimiliki WNI; dalam register umum. Jika itu terjadi,

5. Direksi/penanggung jawab perusa-

7 J. Satrio, (II), Hukum Jaminan Hak Jaminan

haan dan seluruh pengurus perusahaan

Kebendaan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2002,

adalah WNI;

hlm. 19. 8 Subekti, (II), Aneka Perjanjian, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995, hlm. 52.

9 Algra dalam Salim HS, (I), Op. Cit, hlm. 132.

156 IUS Kajian Hukum dan Keadilan

Putut Sriyanto | Analisis Yuridis Terhadap Pengalihan Obyek Perjanjian Beli Sewa ................................

6. Modal yang disetor sedikitnya surat keterangan lainnya, seperti : foto copy berjumlah Rp. 10.000.000.- (sepuluh

Kartu Tanda Penduduk (KTP), foto copy juta rupiah);

Kartu Keluarga (KK), foto copy rekening

7. Mempunyai kantor tetap di Indonesia listrik, surat keterangan penghasilan atau yang beralamat jelas;

dan slip gaji terbaru bagi Pegawai Negeri

8. Perusahaan

SIPIL (PNS), buruh atau karyawan swasta. sedikitnya seorang tenaga ahli di bidang

mempekerjakan

2. PT. Bahana Lestari Morindo Mataram usahanya;

melalui bagian Bagian Administrasi Kredit

9. Tidak mempekerjakan tenaga kerja melakukan survei calon pembeli sewa, atau tenaga ahli warga negara asing

mengenai :

kecuali atas rekomendasi menteri atau

a. Character, yaitu yang berkaitan dengan pejabat yang ditunjuk olehnya;

sifat-sifat atau kebiasaan-kebiasaan

10. Mempunyai rencana kerja sedikitnya dari seseorang calon nasabah, yang

untuk jangka waktu selama 5 (lima) menentukan gagal atau berhasilnya

tahun; nasabah atau seseorang untuk dapat

11. Dalam hal diperlukan adanya memenuhi kewajibannya dalam asuransi, maka penutupannya harus

membayar beli sewanya. dilakukan pada perusahaan asuransi

nasional yang berkedudukan di

b. Condition, yaitu untuk mengetahui Indonesia;

kondisi ekonomi secara umum dan perlu diperhatikan terkait dengan

1.2. Pelaksanaan Perjanjian Beli Sewa sektor usaha pemohon apakah

(Huurkoop) Di PT. Bahana Lestari mampu atau tidak untuk memenuhi

Morindo Mataram

kewajibannya;

Prosedur pelaksanaan Perjanjian Beli

c. Calon pembeli sewa menyerahkan Sewa (Huurkoop) di PT. Bahana Lestari

jaminan berupa : Sertifikat tanah, Morindo Mataram, dapat dijelaskan sebagai

Buku Pemilik Kendaraan Bermotor

berikut: 10

(BPKB), Kartu Kepegawaian (Karpeg)

1. Calon pembeli sewa datang sendiri di bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) Kantor PT. Bahana Lestari Morindo

atau Jaminan Pajak yang disetujui Mataram dan menemui Bagian

perusahaan dan uang muka sesuai Administrasi Kredit PT. Bahana

kesepakatan;

Lestari Morindo Mataram; kemudian

d. Setelah surat keterangan dan jaminan melalui Bagian Administrasi Kredit

diteliti dan terpenuhi, maka PT. dari PT tersebut akan memberikan

Bahana Lestari Morindo Mataram penjelasan tentang perjanjian beli sewa,

menyodorkan Surat Perjanjian Beli jenis kendaraan, harganya, jangka

Sewa (huurkoop), agar ditandatangani waktu penyicilan dan kesediaan calon

oleh calon pembeli sewa, penjamin, pembeli sewa untuk disurvei. Apabila

saksi-sakai dan juga PT. Bahana Lestari calon pembeli sewa menyetujuinya

Morindo Mataram;

kemudian penjual sewa memberikan formulir permohonan untuk diisi dan

e. Setelah surat perjanjian beli sewa ditandatangani oleh calon pembeli sewa

ditandatangani oleh kedua belah dan penjamin yang dilengkapi dengan

pihak, penjamin dan saksi-saksi maka

penjual sewa menyerahkan kendaraan

Wawancara dengan Bapak Syukur, Kepala Ba- gian Kredit PT. Bahana Lestari Morindo Mataram,

dan Surat Tanda Nomor Kendaraan

pada tanggal 26 Oktober 2015.

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 157

J Urnal IUS | Vol IV | Nomor 1 | April 2016 | hlm, 158~177

(STNK) kepada pembeli sewa untuk menjadi obyek perjanjian beli sewa beli kendaraan second, sedangkan untuk

adalah barang semi barring niaga tahan kendaraan baru, STNK-nya dapat

lama yang masih baru dan tidak mengalami diambil satu bulan kemudian;

perubahan teknis. Penyebutan objek beli sewa dalam perjanjian beli sewa pada

Berdasarkan hasil penelitian Surat PT. Bahana Lestari Morindo Mataram

Perjanjian Beli Sewa antara penjual sewa dijelaskan tentang : Jenis Barang, Merek,

(PT. Bahana Lestari Morindo Mataram) Type, Tahun Pembuatan, Keadaan, Nomor

dengan Pembeli Sewa, pada prinsipnya Rangka, Nomor Mesin, (bagi kendaraan

mencakup substansi sebagai berikut bekas pakai (second hand) ditambah

yaitu : Identitas Para Pihak. Perorangan dengan Nomor Polisi, dan Nomor BPKB).

dalam suatu perjanjian haruslah memenuhi syarat-syarat: a. Dewasa;

Adapaun ketentuan-ketentuan yang

b. Sehat pikiran c. Tidak dilarang oleh disepakati oleh kedua belah pihak terdiri hukum atau tidak dibatasi dalam hal dari :

melakukan perbuatan hukum yang sah. 11

a. Ketentuan penyerahan (levering) objek Sedangkan badan hukum (recht persoon)

beli sewa. Ketentuan ini menjelaskan adalah perkumpulan atau organisasi

bahwa objek beli sewa telah diserahkan yang didirikan dan yang dapat memiliki

oleh penjual sewa (PT. Bahana Lestari kekayaan, dapat bertindak sebagai subyek

Morindo Mataram) dalam kondisi baik, hukum, mengadakan perjanjian, dsb.

dan telah diterima oleh pembeli sewa. Obyek perjanjian beli sewa pada

b. Ketentuan harga, cara dan bentuk PT. Bahana Lestari Morindo Mataram

pembayaran, serta denda ke- ada berupa sesuatu hal yang mempunyai

terlambatan. Ketentuan-ketentuan ini sifat kebendaan dan bersifat konsumtif,

memuat: Total harga obyek beli sewa, seperti kendaraan roda dua (sepeda motor).

pembayaran uang muka, sisa harga, Dalam Pasal 2 ayat (1) Surat Keputusan

besarnya cicilan atau angsuran tiap Menteri Perdagangan dan Koperasi No.

12 34 tahun 1980. bulan, berapa kali, denda keterlambatan Berdasarkan Pasal ini pembayaran cicilan atau angsuran

dapat diketahui bahwa barang yang dan bentuk pembayaran cicilan atau

11 Para para pihak dalam perjanjian beli sewa

angsuran dapat dilakukan dengan uang

ini adalah pihak penjual sewa (PT. Bahana Lestari

tunai dan dengan surat berharga seperti

Morindo Mataram) dan Pembeli sewa. PT. Bahana

: cheque, bilyet giro atau surat berharga

Lestari Morindo Mataram sebagai pihak penjual sewa telah sesuai dengan Pasal 3 ayat (1) Surat Keputusan

lainya ke rekening PT. Bahana Lestari

Menteri Perdagangan dan Koperasi No. 34 tahun

Morindo Mataram sebagai penjual

1980 Tentang Perizinan Kegiatan Usaha Sewa Beli

sewa.

(Hire Purcase), Jual Beli dengan Angsuran dan Sewa (Renting) disebutkan bahwa kegiatan usaha sewa beli

c. Ketentuan tentang status kepemilikan

(hire purchase), jual beli dengan angsuran, dan sewa

atas objek beli sewa, larangan-larangan,

(renting), hanya dapat dilakukan oleh perusahaan perdagangan nasional. Sedangkan sebagai pihak pem-

penarikan dan penjualan obyek beli

beli sewa terdiri perseorangan atau manusia pribadi

sewa. Ketentuan ini memuat penegasan (naturlijk persoon) dan badan hukum (recht persoon). 12 bahwa kepemilikan atas objek beli

Jual Beli dengan Angsuran dan Sewa (Renting) disebutkan bahwa : “Barang-barang yang boleh dis-

sewa tetap ada pada penjual sewa dan

ewa belikan (hire purchase), dan dijual belikan den-

baru beralih kepada pihak pembeli

gan angsuran adalah semi barring niaga tahan lama yang baru dan tidak mengalami perubahan teknis,

sewa setelah pelunasan cicilan atau

baik berasal dari hasil produksi sendiri ataupun ha-

angsuran terakhir oleh pembeli

sil produksi/perakitan (assembling) lainnya di dalam

sewa. Pihak pembeli sewa dilarang

negeri, kecuali apabila produksi dalam negeri belum memungkinkan untuk itu”.

untuk mengalihkan, menyewakan,

158 IUS Kajian Hukum dan Keadilan

Putut Sriyanto | Analisis Yuridis Terhadap Pengalihan Obyek Perjanjian Beli Sewa ................................ meminjamkan dan menghibahkan sebagai harga. Dengan demikian menurut

objek beli sewa kepada pihak lain tanpa hemat penulis perjanjian beli sewa antara terlebih dahulu mendapat izin tertulis penjual sewa dengan Pembeli sewa adalah dari pihak penjual sewa. Jika pembeli didasarkan pada kehendak para pihak, sewa tidak dapat melunasi seluruh harga

hal ini sesuai dengan teori kehendak objek beli sewa maka penjual sewa dapat

(wilstheorie) 13 dalam hukum perjanjian menarik, menahan dan menjual objek bahwa kata sepakat dianggap telah terjadi beli sewa kepada pihak lain.

manakala para pihak (Penjual Sewa dan Pembeli Sewa) menyatakan kehendaknya

d. Ketentuan resiko, yang memuat bahwa untuk mengadakan suatu perjanjian, yang

segala resiko atas barang objek beli sewa dalam praktiknya perjanjian beli sewa

menjadi tanggung jawab pemebli sewa di PT. Bahana Lestari Morindo Mataram

sejak ditandatanganinya perjanjian beli menggunakan perjanjian atau kontrak

sewa.

standar.

e. Ketentuan yang memuat bahwa pembeli Selanjutnya mengenai sah atau tidaknya

sewa melepaskan segala hak untuk perjanjian tersebut, menurut peneliti

menuntut kembali semua pembayaran bahwa perjanjian beli sewa tersebut tetap

yang telah dilakukan. sah, hal ini dilandaskan pada terpenuhinya

f. Ketentuan pemberian hak dan kuasa syarat-syarat sahnya perjanjian dalam Pasal khusus dari pembeli sewa kepada 1320 KUH Perdata yang berupa adanya penjual sewa atau kepada orang lain kesepakatan para pihak, kecakapan para yang ditunjuk oleh penjual sewa yang pihak yang melakukan perjanjian, adanya merupakan satu kesatuan dengan objek perjanjian dan causa yang halal. Hal perjanjian beli sewa ini.

ini juga sesuai dengan Pasal 1338 KUH Perdata yang menyatakan bahwa : “Semua

g. Ketentuan pelaksanaan dan segala perjanjian yang dibuat secara sah berlaku akibat yang timbul dalam perjanjian sebagai Undang-undang bagi mereka yang beli sewa ini kedua belah pihak telah membuatnya.” memilih tempat kediaman hukum di kantor kepaniteraan Pengadilan Negeri

1.3. Subjek dan Objek Perjanjian Beli Sewa Mataram.

Pada PT. Bahana Lestari Morindo Mataram

3. Penutup Dalam perjanjian beli sewa tersebut terdapat subjek atau para pihak, sekurang-

Di dalam bagian penutup ini

ditentukan bahwa kedua belah pihak kurangnya dua pihak yang membuat per- dengan penuh kesadaran dan keinsyafan janjian. Pihak yang berhak atas prestasi tanpa ada paksaan atau tekanan dari pihak

(pihak yang aktif) adalah kreditur atau lain telah paham isi dan menandatangani

orang yang berpiutang. Sedangkan pihak perjanjian beli sewa ini di hadapan

penjamin dan saksi-saksi. yang berkewajiban memenuhi prestasi (pihak yang pasif) adalah debitur atau

Dengan ditandatanganinya perjanjian orang yang berutang. Kreditur dan debitur

beli sewa oleh penjual sewa yakni PT. Bahana Lestari Morindo Mataram dan inilah yang disebut subjek hukum dalam pembeli sewa, berarti para pihak telah sepakat tentang objek dalam perjanjian

13 Soetojo Prawirohamidjojo, Marthalena Pohan,

beli sewa yaitu berupa kendaraan roda Hukum Perikatan (Surabaya, PT. Bina Ilmu, 1984) dua (sepeda motor) dan sejumlah uang Hlm. 118-121. Lihat juga, Wirjono Prodjodikoro, Azas-Azas Hukum Perjanjian , Op.cit. Hlm. 27.

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 159

J Urnal IUS | Vol IV | Nomor 1 | April 2016 | hlm, 160~177

perjanjian beli sewa. Subyek hukum (per- Rumusan yang diberikan tersebut soon) adalah suatu pendukung hak, yaitu memperlihatkan bahwa suatu perjanjian manusia atau badan yang menurut hukum merupakan: berkuasa (berwenang) menjadi pendu-

1. Suatu perbuatan, yaitu : suatu per- buatan yang nyata, baik dalam ben-

kung hak. Suatu subyek hukum mempu- tuk ucapan maupun tindakan fisik

nyai kekuasaan untuk mendukung hak dan tidak hanya dalam bentuk piki- (rechtsvoegdheid). 14 Dapat juga dikatakan,

ran semata-mata.

subyek hukum adalah suatu yang menu-

2. Antara sekurang-kurangnya dua orang atau lebih. Hal ini menunjuk-

rut hukum dapat memiliki hak dan kewa- kan bahwa suatu perjanjian tidak

jiban, atau sebagai pendukung hak dan mungkin di buat sendiri, setiap tin- kewajiban.

dakan yang dilakukan oleh orang Istilah perjanjian berasal dari ba-

perorang untuk kepentingannya sendiri tidak termasuk dalam kat-

hasa Inggris yaitu contracts. Sedangkan

egori perjanjian.

dalam bahasa Belanda disebut dengan

3. Perbuatan tersebut melahirkan overeenkomst. Batasan yang diberikan oleh

perikatan diantara para pihak yang Pasal 1313 KUH Perdata menurut Mariam

berjanji tersebut.

15 Darus Badrulzaman adalah tidak leng- Sedangkan pengertian beli sewa menurut

kap dan terlampau luas. Tidak lengkap R. Wirjono Projodikoro, adalah perjanjian

karena yang dirumuskan itu hanya menge- beli sewa adalah perjanjian sewa-menyewa nai perjanjian sepihak saja, dan dikatakan barang dengan akibat si penerima barang terlampau luas karena dapat mencakup tidak menjadi pemilik melainkan pemakai

belaka, baru kalau semua uang sewa telah perbuatan di dalam lapangan hukum kelu- dibayar berjumlah sama dengan harga

arga seperti janji kawin yang merupakan pembelian, maka si penyewa beralih perjanjian juga tapi sifatnya berbeda den- menjadi pembeli barang, yaitu barang

gan perjanjian yang diatur dalam KUH- 17 menjadi miliknya. Pengertian beli sewa sendiri sudah diatur dalam Pasal 1 huruf

Perdata Buku III. Perjanjian yang diatur

a Keputusan Menteri Perdagangan dan dalam KUHPerdata Buku III kriterianya Koperasi Nomor : 34/KP/11/80 tentang

dapat dinilai secara materiil. 16 Perizinan Beli Sewa, yang menyatakan .

1. Hanya menyangkut perjanjian se- pihak saja

“Beli sewa adalah jual beli barang dimana

2. Kata perbuatan mencakup juga penjual melaksanakan penjualan barang tanpa konsensus/ kesepakatan

dengan cara memperhitungkan setiap

3. Pengertian perjanjian terlalu luas pembayaran yang dilakukan oleh pembeli

4. Tanpa menyebut tujuan dengan pelunasan atas harga yang telah disepakati bersama dan diikat dalam

14 E. Utrecht dalam Dudu Duswara Machmudin,

suatu perjanjian, serta hak milik atas ba-

Pengantar Ilmu Hukum Sebuah Sketsa, Refika Adita-

rang tersebut beralih dari penjual kepada

ma, Bandung, 2000, hlm. 32. 15 Mariam Darus Badrulzaman, (I), Kompilasi

pembeli setelah harga dibayar lunas oleh

Hukum Perikatan, PT. Citra Aditya Bhakti, Bandung,

pembeli”.

2001, hlm. 65. 16 Kartini Mulyadi & Gunawan Widjaya, Peri- katan yang Lahir dari Perjanjian, PT. RajaGratindo Persada, Jakarta, 2002, hlm. 7.

17 R. Wirjono Projodikoro, Op. Cit. hlm. 13.

160 IUS Kajian Hukum dan Keadilan

Kajian Hukum dan Keadilan 161 IUS

Putut Sriyanto | Analisis Yuridis Terhadap Pengalihan Obyek Perjanjian Beli Sewa ................................ Dari pengertian beli sewa diatas penulis

menarik unsur-unsur dari beli sewa adalah sebagai berikut :

1. Adanya sewa beli barang;

2. Antara kreditur dan debitur;

3. Uang sewa diperhitungkan sebagai pembayaran harga barang; dan

4. Jika uang sewa telah lunas barang se- cara otomatis menjadi milik debitur.

Berdasarkan hasil penelitian yang menjadi subjek atau para pihak dalam perjanjian beli sewa ini, adalah PT. Bahana Lestari Morindo Mataram sebagai Pihak Penjual Sewa (kreditur) dan Pihak Pembeli Sewa (debitur). PT. Bahana Lestari Morindo Mataram sebagai Pihak Penjual Sewa (kreditur) adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang atau kegiatan jual- beli secara angsuran maupun dengan sistem perjanjian beli sewa. Pasal 3 ayat (1) Surat Keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi No. 34 tahun 1980 Tentang Perizinan Kegiatan Usaha Sewa Beli (Hire Purcase), Jual Beli dengan Angsuran dan Sewa (Renting) disebutkan bahwa kegiatan usaha sewa beli (hire purchase), jual beli dengan angsuran, dan sewa (renting), hanya dapat dilakukan oleh perusahaan perdagangan nasional. Sedangkan Pihak Pembeli Sewa adalah perseorangan atau manusia pribadi (naturlijk persoon) dan badan hukum (recht persoon) yang ingin memilik obyek beli sewa.

Objek perjanjian beli sewa pada PT. Bahana Lestari Morindo Mataram adalah selain kendaran roda dua (sepeda motor) yang jenisnya baru (dalam arti hasil produksi baru dari pabrik), perjanjian beli- sewa dapat pula dilakukan pada kendaraan roda dua yang jenisnya bekas pakai (second hand) yang keadaan kondisi teknisnya masih baik dan masih layak pakai yaitu 80 % katas. Praktek jual-beli ataupun beli- sewa terhadap barang (kendaraan roda dua) bekas pakai (second hand) tersebut adalah

tidak sesuai dengan apa yang ditentukan dalam Pasal 2 ayat (1) Keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi Nomor : 34/ KP/11/80 yang menyatakan sebagai berikut: ”Barang-barang yang boleh dibeli sewakan (hire purchase) dan dijual belikan dengan angsuran adalah semua barang niaga tahan lama yang baru dan tidak mengalami perubahan teknis, baik berasal dari hasil produksi sendiri ataupun hasil produksi/perakitan (assembling) lainnya di dalam negeri, kecuali apabila produksi dalam negeri belum memungkinkan untuk itu”. Jadi kesimpulan nya objek beli sewa adalah barang yang ada dalam kegiatan jual beli yang tahan lama dan baru yang berasal dari produksi/perakitan di dalam negeri kecuali produksi dalam negeri belum memungkinkan untuk itu. Sementara praktek yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat umumnya adalah barang- barang konsumtif seperti sepeda motor second, barang elektro, dan lain-lain.

1.4.Akibat Hukum Perjanjian Beli Sewa

Pada PT. Bahana Lestari Morindo Mataram

Dari pengertian kesepakatan seperti dijelaskan di atas, bahwa dengan tercapainya kesepakatan antara penjual sewa dan pembeli sewa, maka saat itulah terjadinya atau timbulnya perjanjian beli sewa. Demikian juga perjanjian beli sewa antara penjual sewa (PT. Bahana Lestari Morindo Mataram) dan pembeli sewa, lahir dan timbul sejak ditandatanganinya perjanjian beli sewa dan sejak itu pulalah para pihak mempunyai hak-hak dan kewajiban-kewajiban, sebagai berikut :

1. Hak dan Kewajiban Pihak Penjual Sewa (PT. Bahana Lestari Morindo Mataram), sebagai berikut:

a. Adapun yang menjadi hak Pihak Penjual Sewa (PT. Bahana Lestari Morindo Mataram), yaitu:

J Urnal IUS | Vol IV | Nomor 1 | April 2016 | hlm, 162~177

1) Menerima pembayaran uang muka objek beli sewa jika telah dibayar (panjar) dan uang cicilan atau ang-

lunas.

suran setiap bulan dari pembeli

b. Adapun yang menjadi kewajiban Pihak sewa;

Pembeli Sewa, yaitu :

2) Menerima barang-barang atau ben-

1) Membayar uang muka (panjar)

da jaminan dar pembeli sewa. dan uang cicilan atau angsuran te-

b. Adapun yang menjadi kewajiban Pihak pat pada waktunya; Penjual Sewa (PT. Bahana Lestari

2) Membayar denda keterlambatan; Morindo Narmada), yaitu :

3) Merawat dan memlihara objek beli

1) Menyerahkan kendaraan roda dua sewa dengan biaya sendiri;

(sepeda motor) obyek beli sewa ke- pada pembeli sewa;

4) Tidak boleh mengalihkan, menye- wakan, meminjamkan dan meng-

2) Menjamin pihak kedua bebas dari hibahkan objek beli sewa kepada cacat tersembunyi, tuntutan dan

pihak ketiga tanpa izin tertulis dari gugatan pihak ketiga atas kepemi-

penjual sewa (PT. Bahana Lestari likan objek beli sewa selama ber-

Morindo Mataram). langsungnya perjanjian beli sewa;

Hak dan kewajiban di atas, merupakan

3) Mengurus surat-surat kendaraan substansi pokok dari perjanjian beli sewa roda dua (sepeda motor) seperti :

(huurkoop) antara penjual sewa (PT. STNK, BPKB, dan surat-surat lain- Bahana Lestari Morindo Mataram) dengan

ya; pihak pembeli sewa. Pemenuhan hak dan

4) Menyerahkan STNK objek beli pelaksanaan kewajiban oleh kedua belah sewa kepada pembeli sewa, dan pihak menjadi tanggung jawab yang harus menyerahkan BPKB objek beli dipenuhi/dilaksanakan oleh kedua belah sewa jika telah dibayar lunas.

pihak tersebut agar perjanjian tersebut dapat terlaksana sesuai dengan keinginan

2. Hak dan Kewajiban Pihak Pembeli Sewa, bersama. Oleh karena itu, setiap perjanjian

sebagai berikut : yang dibuat oleh para pihak harus dilakukan

a. Adapun yang menjadi hak Pihak dengan penuh itikad baik, baik itu pada saat Pembeli Sewa, yaitu :

terjadinya momentum kesepakatan maupun pada saat pelaksanaan isi perjanjian.

1) Menerima kendaraan roda dua Kewajiban ini merupakan penegasan dari

(sepeda motor) obyek beli sewa Pasal 1338 Ayat (3) KUHPerdata yang

dari penjual sewa PT. Bahana Les- berbunyi : “Tiap-tiap perjanjian yang dibuat

tari Morindo Mataram); 2) M e - harus dilaksanakan dengan itikad baik”.

makai obyek beli sewa secara aman dari cacat tersembunyi, tuntutan

2. Akibat Hukum Pengalihan Objek Beli dan gugatan pihak ketiga atas

Sewa Oleh Pembeli Sewa Kepada Pi-

kepemilikan objek beli sewa sela-

hak Ketiga

ma berlangsungnya perjanjian beli sewa;

2.1.Bentuk Perjanjian Beli Sewa Pada PT. Bahana Lestari Morindo Mataram

3) Menerima STNK objek beli sewa dari penjual sewa PT. Bahana Les-

Dalam KUHPerdata yaitu Pasal 1338 tari Morindo Narmada), dan BPKB ayat (1) menyebutkan bahwa : “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku

162 IUS Kajian Hukum dan Keadilan

Kajian Hukum dan Keadilan 163 IUS

Putut Sriyanto | Analisis Yuridis Terhadap Pengalihan Obyek Perjanjian Beli Sewa ................................ sebagai undang-undang bagi mereka yang

membuatnya”. Kata “semua” mengandung arti seluruh perjanjian, ini berarti ada kebebasan berkontrak dalam membuat suatu perjanjian. Maksudnya kebebasan berkontrak yaitu kebebasan untuk membuat suatu perjanjian, bahwa bebas membuat atau tidak membuat perjanjian, bebas memilih dengan siapa akan membuat perjanjian, bebas menentukan bentuk perjanjian, bebas menentukan isi perjanjian dan bebas menentukan cara membuat perjanjian. Perjanjian pada dasarnya dibuat berlandaskan pada asas kebebasan berkontrak di antara dua pihak yang memiliki kedudukan seimbang dan kedua pihak berusaha mencapai kata sepakat melalui proses negosiasi. Dalam perkembangannya, banyak perjanjian dalam transaksi bisnis bukan terjadi melalui negosiasi yang seimbang di antara para pihak. Salah satu pihak telah menyiapkan syarat-syarat baku pada formulir perjanjian yang sudah ada kemudian disodorkan kepada pihak lain untuk disetujui dengan hampir tidak memberikan kebebasan sama sekali kepada pihak lainnya untuk melakukan negosiasi atas syarat-syarat yang disodorkan, seperti halnya dalam Perjanjian Beli Sewa (Huurkoop) yang dilaksanakan di PT. Bahana Lestari Morindo Mataram. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak I Wayan Rantep, Pimpinan Cabang PT. Bahana Lestari Morindo Mataram, mengatakan bahwa:

“Perjanjian beli sewa pada PT. Bahana Lestari Morindo Mataram, merupakan perjanjian di mana isi dan persyaratan- persyaratan perjanjian beli sewa terlebih dahulu telah dibuat dan ditentukan oleh PT. Bahana Lestari Morindo Mataram tanpa campur tangan dari calon pembeli sewa. Oleh karena itu calon pembeli sewa hanya dapat memilih menerima atau me- nolak perjanjian tersebut tanpa ikut me- nentukan isinya, atau dengan kata lain pada dasarnya pembeli sewa sama sekali

tidak diberi kesempatan menegosiasikan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang ada di dalam perjanjian beli sewa tersebut. Pembeli sewa hanya diberi kes- empatan untuk menerima atau menolak perjanjian yang disodorkan oleh PT. Ba- hana Lestari Morindo Mataram atau pen- jual sewa sebagai kreditur. Hubungan hu- kum antara PT. Bahana Lestari Morindo Mataram sebagai penjual sewa dan pem- beli sewa tidak atau belum diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, hal ini membawa konsekwensi bagi pihak PT. Bahana Lestari Morindo Mataram sebagai penjual sewa dapat mengatur sendiri apa yang menjadi hak-hak dan ke- wajiban-kewajiban para pihak dalam per- janjian beli sewa. Penggunaan perjanjian beli sewa yang isi dan persyaratan-per- syaratan yang telah ditentukan terlebih dahulu oleh PT. Bahana Lestari Morindo Mataram, pada dasarnya bertujuan un- tuk memberikan kepraktisan bagi para pihak yang bertransaksi, terutama bagi pihak pembeli sewa (PT. Bahana Lestari Morindo Mataram), karena tidak mung- kin bila PT. Bahana Lestari Morindo Mataram harus melakukan negoisasi ten- tang substansi perjanjian dengan setiap orang yang akan menjadi pembeli sewa. Selain banyak menguras tenaga dan piki- ran juga akan memakan waktu yang cu- kup lama, bahkan akan menjadi kesulitan tersendiri dalam administrasi maupun dalam pelaksanaan perjanjian”. 18

Perjanjian yang isi dan persyaratan- persyaratan yang terlebih dahulu telah ditentukan oleh salah satu pihak, disebut sebagai perjanjian baku atau perjanjian

standar atau perjanjian adhesi. 19 Istilah

18 Wawancara dengan Bapak I Wayan Rantep, Ke- pala Cabang PT. Bahana Lestari Morindo Mataram,

Tanggal 3 Nopember 2015. 19

Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlidungan Yang Seimbang Bagi Para Pihak

J Urnal IUS | Vol IV | Nomor 1 | April 2016 | hlm, 164~177

perjanjian baku berasal dari terjemahan dari dibacakan isinya. Akan tetapi isi perjanjian bahasa Inggris, yaitu Standard Contract. 20 baru dipersoalkan pada saat debitur Kata baku atau standar artinya tolok ukur tidak mampu melaksanakan prestasinya. yang dipakai sebagai patokan atau pedoman Menurut Salim, H.S., dan Erlies Septiana bagi setiap konsumen yang menandakan Nurbani, dalam perjanjian baku ada 3 hubungan hukum dengan pengusaha, yang unsur yang harus dipenuhi yaitu : dibakukan dalam perjanjian baku meliputi

21 model, rumusan dan ukuran. 1. Diatur oleh kreditur atau ekonomi kuat. Jadi kontrak

2. Dalam bentuk sebuah formulir. baku adalah kontrak yang telah dibuat

3.Adanya klausul-klausul eksonera- secara baku (form standard), atau dicetak

dalam jumlah yang banyak dengan blangko sia yaitu klausula yang berisi untuk untuk beberapa bagian yang menjadi

membebaskan atau untuk membatasi obyek transaksi, seperti besarnya nilai

tanggung jawab seorang dalam melak- sanakan perjanjian. transaksi, jenis, dan jumlah barang yang 23 ditransaksikan dan sebagainya sehingga

Mariam Darus Badrulzaman, perjanjian tidak membuka kesempatan kepada pihak baku mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 24 lain untuk melakukan negosiasi mengenai apa yang akan disepakati untuk dituangkan

1. Isinya ditetapkan secara sepihak oleh dalam kontrak. 22 kreditur yang posisinya relative lebih

kuat dari debitur;

Perjanjian standar itu adalah suatu

2. Debitur sama sekali tidak menentukan perjanjian tertulis yang telah dibakukan

isi perjanjian;

atau distandarkan yang dituangkan ke dalam bentuk formulir-formulir, yang

3. Terdorong oleh kebutuhannya, debitur dicetak dalam jumlah tak terbatas sesuai

terpaksa menerima perjanjian itu; dengan kebutuhan dan dipergunakan

4. Bentuknya tertulis;

terhadap perbuatan hukum yang sejenis.

5. Dipersiapkan terlebih dahulu secara Dari uraian di atas, jelaslah bahwa hakikat

perjanjian standar adalah perjanjian massal atau kolektif. yang telah distandarisasi isinya oleh

Dari pemahaman terhadap uraian dan pihak ekonomi kuat, sedangkan pihak beberapa definisi tersebut di atas, dapatlah lainnya hanya diminta untuk menerima disimpulkan lebih lanjut karakteristik atau menolak isinya. Apabila debitur utama kontrak standar, yaitu bahwa menerima isi perjanjian tersebut maka kontrak-kontrak semacam itu : 25 ia menandatangani perjanjian tersebut,

1. Dibuat agar suatu industri atau bisnis tetapi apabila ia menolak maka perjanjian

itu dianggap tidak ada. Hal ini disebabkan dapat melayani transaksi-transaksi tertentu secara efisien, khususnya

debitur tidak menandatangani perjanjian tersebut. Dalam praktiknya, seringkali

untuk digunakan dalam aktivitas transaksional yang diperkirakan akan

debitur yang membutuhkan uang hanya menandatangani perjanjian tanpa

berfrekuensi tinggi;

Dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, Institut Bankir Indonesia, Jakarta, 1993, hlm. 65-66. 20

Munir Fuady, dalam Salim, H.S., Perkembangan 23 Salim, HS., dan Erlies Septiana Nurbani, Hukum Kontrak di Luar KUH Perdata, Raja Grafindo,

Perkembangan Hukum Kontrak Innominat Di Indone- Jakarta, 2007, hlm. 15.

sia, Sinar Grafika, Jakarta, 2014, hlm. 99-100 21 Abdulkadir Muhammad, (I), Perjanjian Baku

24 Mariam Darus Badrulzaman, (II), Aneka Hu- Dalam Praktek Perusahaan Perdagangan, Citra Ad-

kum Bisnis, Alumni, Bandung, 1994, hlm. 47. itya Bakti, Bandung, 1992, hlm. 6.

Laboratorium Hukum FH. UNPAD, Keterampi- Hasanuddin Rahman, Contract Drafting, Citra

lan Perancangan Hukum, Citra Aditya Bakti, Band- Aditya Bakti, Bandung, 2003, hlm. 197.

ung, 1999, hlm. 182.

164 IUS Kajian Hukum dan Keadilan

Putut Sriyanto | Analisis Yuridis Terhadap Pengalihan Obyek Perjanjian Beli Sewa ................................

2. Dimaksudkan untuk memberikan perjanjian standar yang disiapkan pihak pelayanan yang cepat bagi pembuatnya PT. Bahana Lestari Morindo Mataram dan/atau pihak-pihak yang akan sebagai penjual sewa, secara rinci diuraikan mengikatkan diri di dalamnya;

dalam bentuk klausul-klausul tertentu yang mengandung arti tertentu yang hanya

3. Demi pelayanan yang cepat, sebagian dipahami dan dimengerti oleh PT. Bahana

besar atau seluruh persyaratan di Lestari Morindo Mataram sebagai pihak

dalamnya ditetapkan terlebih dahulu penjual sewa, sedangkan pihak pembeli sewa

secara tertulis dan dipersiapkan untuk sulit atau tidak dapat memahaminya dalam

dapat digandakan dan ditawarkan waktu yang singkat. PT. Bahana Lestari

dalam jumlah yang sesuai dengan Morindo Mataram sebagai penjual sewa

kebutuhan; dengan sengaja tidak menginformasikan

4. Biasanya isi dan persyaratannya hal tersebut kepada pembeli sewa. distandarisasi atau dirumuskan

Dari beberapa pendapat mengenai terlebih dahulu secara sepihak oleh

perjanjian standar di atas maka dapat pihak yang langsung berkepentingan

disimpulkan bahwa klausul dalam kontrak dalam memasarkan produk barang

baku atau standar dibuat oleh salah satu atau layanan jasa tertentu kepada

pihak, yaitu pihak yang kuat dan pihak masyarakat;

lain yang lebih lemah hanya menerima

5. Dibuat untuk ditawarkan kepada kontrak yang disodorkan. Dalam konteks publik secara massal dan tidak inilah kemudian muncul adanya klausul memperhatikan kondisi dan/atau eksonerasi atau klausul eksemsi dalam kebutuhan-kebutuhan khusus dari perjanjian standar, yaitu klausul yang setiap konsurnen, dan karena itu pihak

menguntungkan baginya sebagai klausul konsumen hanya perlu menyetujui tambahan. Klausul eksonerasi atau

atau menolak sama sekali seluruh klausul eksemsi dalam sistem common law disebut exculpatory clause. persyaratan yang ditawarkan. 26 Mariam Darus

Badrulzaman menggunakan istilah klausula

Perjanjian beli sewa pada PT. Bahana eksonerasi, yang digunakannya sebagai Lestari Morindo Mataram merupakan salah terjemahan dari istilah exoneratie clausule satu contoh kategori perjanjian standar yang dipakai dalam bahasa Belanda. 27 (standard contract). Dalam melakukan transaksi beli sewa, PT. Bahana Lestari

Abdulkadir Muhammad, menjelaskan Morindo Mataram sebagai pihak penjual bahwa : Klausul eksonerasi adalah klausul

sewa pada umumnya menyiapkan perjanjian yang mengalihkan tanggung jawab dari suatu dalam bentuk blanko atau formulir sebagai pihak ke pihak lainnya, yaitu dari pihak model perjanjian beli sewa. Isinya telah yang kedudukannya kuat dalam perjanjian ditentukan secara sepihak oleh PT. Bahana kepada pihak yang kedudukannya lemah. Lestari Morindo Mataram sebagai pihak Tujuannya adalah agar pihak yang kuat penjual sewa yang kedudukannya lebih terhindar dari kemungkinan kerugian. kuat dalam perjanjian beli sewa tersebut. Dalam pandangan Abdulkadir Muhammad Dengan demikian sifat perjanjian standar klausul eksonerasi dapat ditambahkan lebih menguntungkan PT. Bahana Lestari dalam suatu perjanjian standar karena Morindo Mataram sebagai pihak penjual keadaan memaksa, karena perbuatan sewa dari pada pihak pembeli sewa sebagai

26 Suharnoko, Hukum Perjanjian Teori dan Anali-

pihak yang kedudukannya lebih lemah. sa Kasus, Kencana, Cetakan III, Jakarta, 2005, hlm. Perumusan syarat-syarat dalam perjanjian 124 -125. 27

Mariam Darus Badrulzaman, (II), Op. Cit. hlm.

beli sewa sebagai perjanjian baku atau 109.

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 165

J Urnal IUS | Vol IV | Nomor 1 | April 2016 | hlm, 166~177

pihak-pihak tertentu dalam perjanjian. Kerugian yang timbul karena kesalahan Perbuatan pihak-pihak ini dapat mengenai

pengusaha seharusnya menjadi tanggung kepentingan pihak kedua dan pihak ketiga. 28 jawab pengusaha. Tetapi dalam syarat- syarat perjanjian dibebankan pada pihak

Menurut Purwahid Patrik, klausula kedua yang ternyata menjadi beban

eksonerasi adalah klausula yang berisi pihak ketiga. Dalam hal ini pengusaha

untuk membebaskan atau untuk dibebaskan dari tanggung jawab, termasuk

membatasi tanggung jawab seorang dalam juga terhadap tuntutan pihak ketiga.

melaksanakan perjanjian. 29 Sedangkan

Rijken dalam buku Mariam Darus Berdasarkan penelaahan penulis Badarulzaman menyebutkan bahwa : terhadap Surat Perjanjian Beli Sewa

Dokumen yang terkait

PENERAPAN SANKSI TERHADAP ANAK SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA DALAM PERSPEKTIF RESTORATIVE JUSTICE di Wilayah Hukum Polres Mataram

0 0 18

PEMBAHARUAN HUKUM KONTRAK DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA THE ASPECT OF THE CONTRACT LAW REFORM WITHIN THE REGULATION OF INDONESIA

0 0 17

UPAYA PAKSA PELAKSANAAN PUTUSAN PENGADILAN TATA USAHA NEGARA DALAM MEMBERIKAN PERLINDUNGAN HUKUM KEPADA MASYARAKAT EFFORTS TO FORCE THE IMPLEMENTATION OF THE COURT RULING THE COUNTRY IN PROVIDING LEGAL PROTECTION TO THE COMMUNITY

0 0 13

KEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA (KPPU) DALAM PENANGANAN PERKARA PERSAINGAN USAHA (STUDI PERBANDINGAN DI INDONESIA DENGAN NEGARA- NEGARA COMMON LAW SYSTEM ) AUTHORITY OF THE BUSINESS COMPETITION SUPERVISORY COMMISSION (KPPU) IN CASE MANAGEMENT

0 0 20

SISTEM SYURO’ DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN ISLAM SYURO’ SYSTEM ‘ IN THE ORGANIZATION OF THE ISLAMIC

0 0 10

LEGAL PROTECTION ON GEOGRAPHICAL INDICATION AS A PART OF INTELLECTUAL PROTECTION RIGHTS

0 0 12

KEBIJAKAN FORMULASI HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA KEHUTANAN THE CRIMINAL POLICY FORMULATION AT LAW ENFORCEMENT PENAL FORESTRY

0 0 23

PELAKSANAAN PRINSIP KEADILAN DALAM PEMBERIAN GANTI RUGI PENGADAAN TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM (Studi Kasus Pelebaran Jalan Raya di Kota Praya Kabupaten Lombok Tengah) PRINCIPLES OF JUSTICE IN LAND ACQUISITION GRANT OF COMPENSATION FOR PUBLIC INTEREST (CA

0 1 17

KEWENANGAN KEPALA DAERAH MENERBITKAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI HUTAN ADAT AUTHORITY OF THE HEAD OF PUBLISHING BUSINESS ESTATES LICENSES IN FOREST ADAT

0 0 14

THE IMPLEMENTATION OF JUSTICE PRINCIPLE WITHIN THE LAND PROCUREMENT FOR PUBLIC UTILITIES CONSTRUCTION

0 0 14