URAIAN SUBSTANSI ISI
G. Sistem informasi dan data statistik perikanan
Terdapat beberapa perbedaan ketentuan sistem infornasi dan data statistik perikanan menurut UU no 31 tahun 2004 dan UU no 45 tahun 2009 (lihat tabel 6). Tabel 6. Perbandingan ketentuan sistem infornasi dan data statistik perikanan pada
UU no 31 tahun 2004 dan UU no 45 tahun 2009
Pasal Menurut UU no 31 tahun 2004 Menurut UU 45 tahun 2009
dan (1) Pemerintah dan pemerintah mengembangkan sistem informasi dan daerah menyusun
dan data
serta mengembangkan sistem menyelenggarakan
statistik
perikanan
pengumpulan, informasi dan data statistik pengolahan,
serta penyajian,
analisis,
penyimpanan, perikanan
penyebaran menyelenggarakan pengumpulan, data potensi, sarana dan prasarana, pengolahan, analisis, penyimpanan, produksi, penanganan, pengolahan dan penyajian, dan penyebaran pemasaran ikan, serta data sosial ekonomi data potensi, pemutakhiran yang
dan
data pergerakan ikan, sarana terkait dengan pelaksanaan pengelolaan dan sumber
dan prasarana, produksi, penanganan, pengembangan sistem bisnis perikanan.
daya
ikan
pengolahan dan pemasaran ikan, (2) Pemerintah mengadakan pusat data serta data sosial ekonomi yang dan informasi perikanan untuk berkaitan
dengan menyelenggarakan sistem informasi dan pelaksanaan pengelolaan sumber data statistik perikanan.
daya ikan dan pengembangan sistem
bisnis
perikanan. (2) Pemerintah dan pemerintah daerah mengadakan pusat data dan informasi perikanan untuk menyelenggarakan
sistem informasi dan data statistik perikanan.
Pasal 46A Tidak ada Pemerintah menjamin kerahasiaan (sisipan)
data dan informasi perikanan yang berkaitan dengan data log book penangkapan
dan pengangkutan ikan, data yang diperoleh pengamat, dan data perusahaan dalam proses perizinan usaha perikanan.
Pasal 47 (1) Pemerintah membangun jaringan Sama informasi perikanan dengan lembaga lain, baik di dalam maupun di luar negeri. (2) Sistem informasi dan data statistik perikanan harus dapat diakses dengan mudah dan cepat oleh seluruh pengguna data statistik dan informasi perikanan.
H. Pungutan perikanan
Terdapat beberapa perbedaan ketentuan pungutan perikanan menurut UU no
31 tahun 2004 dan UU no 45 tahun 2009 (lihat tabel 7). Tabel 7. Perbandingan pungutan perikanan pada UU no 31 tahun 2004 dan UU no 45 tahun 2009
Pasal Menurut UU no 31 tahun 2004 Menurut UU 45 tahun 2009
Pasal 48 (1) Setiap orang yang memperoleh manfaat (1) Setiap orang yang langsung dari sumber daya ikan dan memperoleh manfaat langsung lingkungannya di wilayah pengelolaan dari sumber daya ikan dan perikanan Republik Indonesia dikenakan lingkungannya
di wilayah pungutan perikanan.
pengelolaan perikanan Negara (2) Pungutan perikanan sebagaimana Republik Indonesia dan di luar dimaksud
tidak wilayah pengelolaan perikanan
dikenakan bagi nelayan kecil dan pembudi Negara Republik Indonesia daya-ikan kecil.
dikenakan pungutan perikanan.
(1a) Pungutan perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan penerimaan negara bukan pajak.
Pungutan perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dikenakan bagi nelayan kecil
dan pembudi daya-ikan kecil. Pasal 49
Setiap orang asing yang mendapat izin
Sama
penangkapan ikan di ZEEI dikenakan pungutan perikanan.
Pasal 50 Pungutan perikanan sebagaimana Pungutan perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
48 dan Pasal dimaksud dalam Pasal 48 dan
49 dipergunakan untuk pembangunan
Pasal
49 digunakan untuk 49 digunakan untuk
kegiatan konservasi sumber daya
ikan danlingkungannya. Pasal 51
Ketentuan lebih lanjut mengenai Tidak ada pungutan perikanan dan penggunaan pungutan perikanan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal
48, Pasal 49, dan Pasal 50 diatur dengan Peraturan Pemerintah.
I. Penelitian dan pengembangan perikanan
Tidak terdapat perbedaan ketentuan penelitian dan pengembangan perikanan menurut UU no 31 tahun 2004 dan UU no 45 tahun 2009 (lihat tabel 8). Tabel 8. Ketentuan penelitian dan pengembangan perikanan menurut UU no 31 tahun
2004 dan UU no 45 tahun 2009
Pasal Menurut UU no 31 tahun 2004 dan UU 45 tahun 2009
Pasal 52 Pemerintah mengatur, mendorong, dan/atau menyelenggarakan penelitian dan pengembangan perikanan untuk menghasilkan pengetahuan dan teknologi
pengembangan usaha perikanan agar lebih efektif, efisien,ekonomis, berdaya saing tinggi, dan ramah lingkungan, serta menghargai kearifan tradisi/ budaya lokal.
Pasal 53 (1) Penelitian dan pengembangan perikanan dapat dilaksanakan oleh perorangan, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, dan/atau lembaga penelitian dan pengembangan milik pemerintah dan/atau swasta. (2) Perorangan, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, dan/atau lembaga penelitian dan pengembangan milik pemerintah dan/atau swasta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat melakukan kerja sama dengan:
a. pelaksana penelitian dan pengembangan;
b. pelaku usaha perikanan;
c. asosiasi perikanan; dan/atau
d. lembaga penelitian dan pengembangan milik asing. Pasal 54
Hasil penelitian bersifat terbuka untuk semua pihak, kecuali hasil penelitian tertentu yang oleh Pemerintah dinyatakan tidak untuk dipublikasikan.
Pasal 55 (1) Setiap orang asing yang melakukan penelitian perikanan di wilayah pengelolaan
wajib terlebih dahulu memperoleh izin dari Pemerintah. (2) Penelitian yang dilakukan oleh orang asing dan/atau badan hukum asing
perikanan
Republik
Indonesia Indonesia
ayat (1) harus mengikutsertakan peneliti Indonesia. (3) Setiap orang asing yang melakukan penelitian perikanan di wilayah pengelolaan
dimaksud
pada
Indonesia harus menyerahkan hasil penelitiannya kepada Pemerintah. Pasal 56
perikanan
Republik
Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan penelitian dan pengembangan perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52, Pasal 53, Pasal
54, dan Pasal 55 diatur dengan Peraturan Pemerintah.
J. Pendidikan, pelatihan dan penyuluhan perikanan
Tidak terdapat perbedaan ketentuan pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan perikanan menurut UU no 31 tahun 2004 dan UU no 45 tahun 2009 (lihat tabel 9). Tabel 9. Ketentuan pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan perikanan menurut UU no
31 tahun 2004 dan UU no 45 tahun 2009
Pasal Menurut UU no 31 tahun 2004 dan UU 45 tahun 2009
Pasal 57 (1) Pemerintah menyelenggarakan pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan perikanan untuk meningkatkan pengembangan sumber daya manusia di bidang perikanan. (2) Pemerintah menyelenggarakan sekurang-kurangnya 1
(satu) satuan kpendidikan dan/atau pelatihan perikanan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan dan/atau pelatihan yang bertaraf internasional.
Pasal 58 Pemerintah dapat bekerja sama dengan lembaga terkait, baik di tingkat nasional maupun di tingkat internasional, dalam menyelenggarakan pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan perikanan.
Pasal 59 Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 dan Pasal 58 diatur dengan Peraturan Pemerintah.
K. Pemberdayaan nelayan kecil dan pembudi daya ikan kecil
Tidak terdapat perbedaan ketentuan pemberdayaan nelayan kecil dan pembudidaya ikan kecil menurut UU no 31 tahun 2004 dan UU no 45 tahun 2009 (lihat tabel 10). Tabel 10. Ketentuan pemberdayaan nelayan kecil dan pembudidaya ikan kecil pada
UU no 31 tahun 2004 dan UU no 45 tahun 2009
Pasal Menurut UU no 31 tahun 2004 dan UU 45 tahun 2009
Pasal 60 (1) Pemerintah memberdayakan nelayan kecil dan pembudi daya-ikan kecil melalui:
a. penyediaan skim kredit bagi nelayan kecil dan pembudi daya-ikan kecil, baik a. penyediaan skim kredit bagi nelayan kecil dan pembudi daya-ikan kecil, baik
b. penyelenggaraan pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan bagi nelayan kecil serta pembudi daya-ikan kecil untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan di bidang penangkapan, pembudidayaan, pengolahan, dan pemasaran ikan; dan
c. penumbuhkembangan kelompok nelayan kecil, kelompok pembudi daya- ikan kecil, dan koperasi perikanan. (2) Pemberdayaan nelayan kecil dan pembudi daya-ikan kecil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat juga dilakukan oleh masyarakat.
Pasal 61 (1) Nelayan kecil bebas menangkap ikan di seluruh wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia. (2) Pembudi daya-ikan kecil dapat membudidayakan komoditas ikan pilihan di seluruh wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia. (3) Nelayan kecil dan pembudi daya-ikan kecil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) wajib menaati ketentuan konservasi dan ketentuan lain yang ditetapkan oleh Menteri.
(4) Nelayan kecil atau pembudi daya-ikan kecil harus ikut serta menjaga kelestarian
keamanan pangan hasil perikanan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. (5) Nelayan kecil dan pembudi daya-ikan kecil harus mendaftarkan diri, usaha, dan kegiatannya kepada instansi perikanan setempat, tanpa dikenakan biaya, yang dilakukan untuk keperluan statistik serta pemberdayaan nelayan kecil dan pembudi daya-ikan kecil.
Pasal 62 Pemerintah menyediakan dan mengusahakan dana untuk memberdayakan nelayan kecil dan pembudi daya-ikan kecil, baik dari sumber dalam negeri maupun sumber luar negeri, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku.
Pasal 63 Pengusaha perikanan mendorong kemitraan usaha yang saling menguntungkan dengan kelompok nelayan kecil atau pembudi dayaikan kecil dalam kegiatan usaha perikanan.
Pasal 64 Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberdayaannelayan kecil dan pembudi daya-ikan kecil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60, Pasal 61, Pasal 62, dan Pasal 63 diatur dengan Peraturan Pemerintah.
L. Penyerahan urusan dan tugas pembantuan
Terdapat perbedaan ketentuan penyerahan urusan dan tugas pembantuan menurut UU no 31 tahun 2004 dan UU no 45 tahun 2009 (lihat tabel 11). Tabel 11. Perbandingan ketentuan penyerahan urusan dan tugas pembantuan menurut
UU no 31 tahun 2004 dan UU no 45 tahun 2009
Pasal Menurut UU no 31 tahun 2004 Menurut UU 45 tahun 2009
Pasal 65
(1) Penyerahan sebagian urusan perikanan Pemerintah dapat dari Pemerintah kepada Pemerintah memberikan tugas Daerah dan penarikannya kembali kepada pemerintah daerah
ditetapkan
dengan untuk
melaksanakan
urusan tugas pembantuan (2) Pemerintah dapat menugaskan kepada di bidang perikanan.
Peraturan Pemerintah.
Pemerintah Daerah untuk melaksanakan urusan tugas pembantuan di bidang perikanan.
M. Pengawasan perikanan
Terdapat perbedaan ketentuan pengawasan perikanan menurut UU no 31 tahun 2004 dan UU no 45 tahun 2009 (lihat tabel 12). Tabel 12. Perbandingan ketentuan pengawasan perikanan menurut UU no 31 tahun
2004 dan UU no 45 tahun 2009
Pasal Menurut UU no 31 tahun 2004 Menurut UU 45 tahun 2009
Pasal 66 - 70 Pengawasan perikanan terdiri dari penyidik PNS Lebih detil perikanan, dan non-penyidik PNS perikanan, termasuk membahas mengenai masyarakat di dalamnya. Pemerintah mengadakan tugas pengawas sarana prasarana pengawasan perikanan. Pengawas perikanan dilengkapi dengan senjata api dan/atau pengaman diri, serta kapal pengawas perikanan (kapal tersebut dilengkapi dengan senjata api). Kapal tersebut dapat menghentikan, memeriksa, membawa, dan menahan kapal yang diduga atau patut diduga melakukan pelanggaran di wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia ke pelabuhan terdekat untuk pemrosesan lebih lanjut.
N. Pengadilan perikanan
Terdapat beberapa perubahan ketentuan pengadilan perikanan menurut UU no
31 tahun 2004 dan UU no 45 tahun 2009 (lihat tabel 13). Tabel 13. Perbandingan ketentuan pengadilan perikanan pembantuan menurut UU no
31 tahun 2004 dan UU no 45 tahun 2009
Pasal Menurut UU no 31 tahun 2004 Menurut UU 45 tahun 2009
Pasal 71 Pengadilan perikanan yang berwenang
detail membahas memeriksa, mengadili, dan memutus tindak
- Secara
wewanang pidana di bidang perikanan. Pengadilan
mengenai
pengadilan perikanan perikana berada di lingkungan peradilan - Pasal 71 di ubah. Pada Pasal umum, yang dibentuk di Pengadilan Negeri
71 (2) disebutkan bahwa Jakarta Utara, Medan, Pontianak, Bitung,
lingkungan peradilan umum dan Tual. Daerah hokum pengadilan
merupakan pengadilan khusus. perikanan, disesuaikan dengan daerah
Pasal 71 (4) berubah. Pasal 71 hokum
(5) di hilangkan bersangkutan. Pembentukan pengadilan - Di antara pasal 71 dan 72 perikanan dilakukan secara bertahap sesuai
disisipkan 1 pasal yakni Pasal dengan kebutuhan yang ditetapkan dengan
71A
Keputusan Presiden.
O. Penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan perikanan
Terdapat beberapa perbedaan ketentuan penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan perikanan menurut UU no 31 tahun 2004 dan UU no 45 tahun 2009 (lihat tabel 14). Tabel 14. Perbandingan ketentuan penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang
pengadilan perikanan padaUU no 31 tahun 2004 dan UU no 45 tahun 2009
Pasal Menurut UU no 31 tahun 2004 Menurut UU 45 tahun 2009
Pasal 72 - 83 Penyidikan: - Lebih detail
membahas dilakukan oleh Penyidik PNS Perikanan, Perwira TNI
Penyidikan tindak pidana di bidang perikanan
tentang tugas dan AL, dan Pejabat Polisi Negara RI. Penyidik melakukan
wewenang koordinasi dengan membentuk forum koordinasi
penyidik (forum di bentuk di daerah). Wewenang penyidik
perikanan sebagaimana disebutkan pada pasal 73 (4). Penyidik - Ketentuan Pasal memberitahukan
73 diubah menyampaikan hasil penyidikan kepada penuntut - Diantara Pasal 73 umum. Penyidik dapat menahan tersangka 20 hari dan
dan Pasal 74 di dapat diperpanjang 10 hari, tetapi memungkinkan
sispkan 2 pasal sispkan 2 pasal
dan Pasal 73B - Ketentuan Pasal
Penuntutan:
75 di ubah Penuntutan dilakukan oleh penuntut umum yang - Ketentuan Pasal ditetapkan oleh Jaksa Agung dan/atau pejabat yang
76 di tambah 1 ditunjuk. Syarat penuntut umum sebagaimana
ayat, yakni ayat tercantum pada pasal 75 (2). Setelah menerima hasil
(9) penyidikan, penuntut umum memberitahukan hasil - Diantara Bagian penelitiannya kepada penyidik dalam waktu 5 hari. Jika
Kedua dan hasil penyidikan tidak lengkap, maka penuntut umum
Bagian Ketiga harus mengembalikan berkas perkara kepada penyidik
disispkan bagian yang disertai petunjuk tentang hal-hal yang harus
yakni Bagian dilengkapi. Penyidikan dianggap selesai jikadalam
A waktu 5 hari penuntut umum tidak mengembalikan
Kedua
mengenai Barang hasil penyidikan atau sebelum batas waktu tersebut
Bukti berakhir sudah ada pemberitahuan penuntut umum - Di antara Pasal kepada penyidik.
83 dan 84 disisipkan 1 pasal
Pemeriksaan di Sidang Pengadilan:
yakni pasal 83A Hakim pengadilan perikanan terdiri atas hakim karier dan hakim ad hoc. Susunan majelis hakim terdiri atas 2 (dua) hakim ad hoc dan 1 (satu) hakim karier. Hakim ad hoc adalah seseorang yang berasal dari lingkungan perikanan, antara lain, perguruan tinggi di bidang perikanan, organisasi di bidang perikanan, dan mempunyai keahlian di bidang hukum perikanan. Pemeriksaan di sidang pengadilan dapat dilaksanakan tanpa kehadiran terdakwa. Dalam waktu 30 hari terhitung sejak tanggal penerimaan pelimpahan perkara dari penuntut umum, hakim harus sudah menjatuhkan putusan (dapat tanpa kehadiran terdakwa).
P. Ketentuan pidana
Terdapat beberapa perbedaan ketentuan pidana menurut UU no 31 tahun 2004 dan UU no 45 tahun 2009 (lihat tabel 15).
Tabel 15. Perbandingan ketentuan pidanapadaUU no 31 tahun 2004 dan UU no 45 tahun 2009
Pasal Menurut UU no 31 tahun 2004 Menurut UU 45 tahun 2009
Pasal 84 – Telah di atur dengan terperinci - Telah diatur dengan terperinci 105
mengenai
yang - Ketentuan Pasal 85 di ubah melakukan tindak pidana di bidang - Ketentuan Pasal 93 di ubah perikanan, jenis kegiatan yang - Di antara Pasal 94 dan Pasal 95 merupakan tindak pidana di bidang
orang/badan
disisipkan 1 pasal yakni Pasal perikanan, serta jenis hukuman berupa
94A
pidana penjara ataupun denda - Ketentuan Pasal 98 di ubah terhadap pelaku pidana bidang - Di antara Pasal 100 dan Pasal 101 perikanan.
disisipkan 4 pasal, yakni Pasal 100A, Pasal 100B, Pasal 100C, dan Pasal 100D
Q. Ketentuan peralihan
Tidak ada keterangan lebih lanjut tentang ketentuan peralihan pada UU no. 45 tahun 2009. Sementara, pada UU no 31 tahun 2004 masih menyebutkan ketentuan peralihan pada pasal 106-109. Ketentuan peralihan berisi mengenai selama belum dibentuknya pengadilan perikanan selain pengadilan perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat (3), perkara tindak pidana di bidang perikanan yang terjadi di luar daerah hukum pengadilan perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat (3) tetap diperiksa, diadili, dan diputus oleh pengadilan negeri yang berwenang. Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku semua peraturan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1985 tentang Perikanan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti berdasarkan Undang- Undang ini.
R. Ketentuan penutup
Terdapat beberapa perbedaan ketentuan penutup menurut UU no 31 tahun 2004 dan UU no 45 tahun 2009 (lihat tabel 15). Tabel 16. Perbandingan ketentuan penutup padaUU no 31 tahun 2004 dan UU no 45
tahun 2009
Pasal Menurut UU no 31 tahun 2004 Menurut UU 45 tahun 2009
Pasal 110 – Ketentuan tentang pidana denda dalam - Terdapat perubahan pada pasal 111
Pasal 16 ayat (1) Undang-Undang 110b, semula pada UU No. 31 Nomor 5 Tahun 1983 tentang Zona
Tahun 2004 hanya di cabut Ekonomi Eksklusif Indonesia
hanya pasal 16 ayat (1). khususnya yang berkaitan dengan
Namun pada UU No. 45 Tahun Namun pada UU No. 45 Tahun
juga di cabut pasal 14. - Di antara pasal 110 dan pasal 111 disisipkan 1 pasal yakni pasal 110A, yang berbunyi:
Semua Peraturan Pemerintah yang diamanatkan untuk melaksanakan ketentuan undang-undang ini harus ditetapkan paling lama 1 tahun sejak Undang-undang ini diundangkan
Tabel 1sampai dengan tabel 16 menunjukkan deskripsi perbedaan dan persamaan serta beberapa perubahan yang terdapat pada pasal-pasal dalam UU no 31 tahun 2004. Kemudian pada Bab selanjutnya akan dijelaskan analisis isi atas perubahan substansi isi dan penambahan pasal sisipan pada UU 45 tahun 2009.