Jenis-Jenis Penyakit Jantung Bawaan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyakit Jantung Bawaan 2.1.1. Definisi Penyakit Jantung Bawaan PJB adalah kelainan jantung yang terjadi atau terdapat sejak janin dalam kandungan dan kelainan ini berlangsung setelah janin dilahirkan. PJB ini merupakan kelainan posisi jantung dan sirkulasi jantung Brook, 2010. 2.1.2. Etiologi Pada sebagian besar kasus, penyebab PJB belum diketahui dengan pasti. 2- 4 PJB dihubungkan dengan lingkungan ataupun keadaan ibu. Adapun penyebab eksterna dari PJB yaitu obat-obatan, virus, pajanan dari sinar rontgen radiasi dan hipoksia pada saat persalinan dapat mengakibatkan tetap terbukanya duktus arteriosus pada bayi. Di samping faktor eksterna terdapat pula faktor interna yang berhubungan dengan kejadian PJB yaitu faktor genetik, dan sindrom tertentu erat berkaitan dengan kejadian penyakit jantung bawaan seperti Sindrom Down, dan Sindrom Turner Djer dan Madiyono, 2000.

2.1.3. Jenis-Jenis Penyakit Jantung Bawaan

Penyakit jantung bawaan dibagi atas dua bagian yaitu penyakit jantung bawaan PJB asianotik dan PJB sianotik Brenstein, 2000. A. Penyakit Jantung Bawaan Asianotik Penyakit jantung bawaan asianotik adalah kelainan dan struktur fungsi jantung yang dibawa sejak lahir yang tidak ditandai dengan sianosis. Misalnya lubang disekat jantung sehingga terjadi dari pirau kiri ke kanan, kelainan salah satu katup jantung dan penyempitan alur keluar ventrikel atau pembuluh darah besar tanpa adanya lubang disekat jantung. Masing- Universitas Sumatera Utara masing mempunyai gejala klinis yang bervariasi dari ringan sampai berat tergantung kelainan serta tahanan vaskuler paru Roebiono, 2003. Menurut Brenstein 2000 berdasarkan ada tidaknya pirau, kelompok asianotik terbagi atas dua kelompok, yaitu kelompok dengan pirau kiri ke kanan dan kelompok tanpa pirau. Kelompok dengan pirau kiri ke kanan adalah sebagai berikut: 1. Defek Sekat Ventrikel Defek Sekat Ventrikel DSV menggambarkan suatu lubang pada sekat ventrikel.Defek ini dapat terletak dimanapun pada sekat ventrikel, baik tunggal maupun banyak, serta ukuran dan bentuknya dapat bervariasi Fyler, 1996. Insiden DSV 5-50 kasus per 1000 kelahiran hidup. Defek ini lebih sering terjadi pada wanita daripada pria 56:46 Ramaswamy et al, 2013. Klasifikasi DSV dibagi berdasarkan letak defek yang terjadi, yaitu : • Defek membranosa, sejauh ini merupakan defek yang paling sering, meliputi 75 dari seluruh kasus DSV. Sekat membranosa adalah daerah kecil, di bawah katup aorta pada sisi kiri, berdampingan dengan daun katup septal katup tricuspid pada sisi kanan dan menumpangi segmen kecil atrium kanan Fyler, 1996. • Defek muskular, merupakan jenis DSV dengan lesi yang terletak di otot-otot septum dan sering multipel dan terjadi sekitar 5 -20 dari seluruh angka kejadian DSV Ramaswamy et al, 2013. • Defek Infundibular subpulmonal, defek ini terletak dibawah katup pulmonal bila dilihat dari ventrikel kanan, dan bila dilihat dari ventrikel kiri sedikit dibawah katup aorta. Daun katup aorta yang berdekatan sering prolaps kedalam DSV dengan atau tanpa regurgitasi aorta Fyler, 1996. • Defek tipe bantalan endokardium, defek ini terletak dibawah katup trikuspid, meluas ke cincin katup trikuspid dan menempati daerah Universitas Sumatera Utara dimana terdapat pembukaan atrioventrikular komunis Fyler, 1996. Gejala klinis DSV bervariasi, ditemukannya suara bising jantung, gagal jantung kongestif, semua ini sangat bergantung pada besarnya defek serta derajat piraunya sendiri. Pada DSV kecil dengan pirau dari kiri-ke-kanan dengan gejala dan kelainan yang ditemukan ketika dilakukan pemeriksaan fisik. Pada defek yang lebih besar hanya menimbulkan takipneu, tetapi pada defek yang paling besar gejala-gejala gagal jantung seperti, dispneu, kesulitan makan, pengurangan masukan cairan, gangguan pertumbuhan, dan infeksi paru Fyler, 1996. 2. Defek Sekat Atrium Defek Septum Atrium DSA adalah defek pada sekat yang memisahkan atrium kiri dan kanan. Secara anatomis defek ini dapat terjadi pada bagian sekat atrium yaitu defek septum primum, sekundum, dan sinus venosus Brenstein, 2000. 3. Defek Sekat Atrioventrikularis Defek Septum Atrioventrikularis DSAV merupakan kelainan yang meliputi bermacam-macam anomaly. Sekat atrium, ventrikel dan bagian- bagian didekatnya yaitu katup mitral dan trikuspidal Fyler, 1996. DSAV ini juga dikenal sebagai defek kanal atrioventrikuler atau defek bantalan endokardium Brenstein, 2000. Gejala yang dapat ditimbulkan yaitu riwayat intoleransi kerja fisik, mudah lelah, dan pneumonia berulang dapat ditemukan terutama pada bayi dengan pirau besar kiri-ke-kanan dan isusifiensi mitral yang berat Brenstein, 2000. 4. Paten Duktus Arteriosus Paten Duktus Arteriosus PDA disebabkan oleh duktus arteriosus yang tetap terbuka setelah bayi lahir. Jika duktus tetap terbuka ketika tahanan pulmonal vaskular paru turun maka darah aorta yang dialirkan di dalam arteri pulmonalis dapat bercampur Brenstein, 2000. Kelainan ini sering dijumpai pada anak perempuan, dari ibu yang menderita virus rubella saat Universitas Sumatera Utara kehamilan trimester pertama. Keterbukaan duktus arteriosus menetap lebih lama pada bayi prematur Hull dan Johnston, 2008. Gejala klinis PDA ini biasanya tidak ada gejala. Tergantung dari ukuran duktusnya. Bila duktus berukuran kecil terdapat suara bising pada pemeriksaan fisik, bila duktus yang besar akan menimbulkan gejala gagal jantung kongestif, hipertensi pulmonal, dan suara bising mungkin tidak khas Fyler, 1996. Kelompok tanpa pirau sebagai berikut: 1. Stenosis Pulmonal Stenosis Pulmonal SP merupakan obstruksi aliran keluar dari ventrikel kanan, pada katup pulmonal, atau dalam arteri pulmonalis Fyler, 1996. Gejala klinis pada SP ringan atau sedang biasanya tidak bergejala. Pertumbuhan dan perkembangan seringnya normal, dan biasanya pada bayi dan anak yang lebih tua dengan SP tampak berkembang baik dan sehat Bernstein, 2000. 2. Stenosia Aorta Stenosis Aorta SA merupakan penyempitan pada jalan keluar ventrikel kiri pada katup aorta ataupun area tepat di bawah atau atas katup aorta mengakibatkan tekanan antara ventrikel kiri dan aorta. Prevalensi SA terjadi pada 3-8 pasien dengan kelainan jantung bawaan. Penyakit ini menempati urutan ke-4 atau ke-5 penyakit jantung bawaan yang sering terjadi Wahab, 2009. Stenosis subvalvular subaorta dengan kerangka fibrosa tersendiri dibawah katup aorta merupakan bentuk obstruksi saluran aliran keluar ventrikel kiri. Lesi ini seringkali disertai dengan bentuk penyakit jantung bawaan lain. Stenosis aorta supravalvular, tipe ini jarang dijumpai, dapat terbatas, familial, atau dapat disertai dengan sindrom William, yang sering terlihat dengan gejala retardasi mental, muka elfin muka bundar, dahi lebar, Universitas Sumatera Utara jembatan hidung datar, bibir atas panjang, dan pipi bulat dan hiperkalsemia idiopatik masa bayi. Gejala klinis pada SA tergantung pada keparahan obstruksi SA. SA yang ada pada masa bayi awal yang disebut dengan stenosis aorta kritis dan disertai dengan gagal ventrikel kiri yang berat dengan tanda-tanda curah jantung yang rendah, gagal jantung kongestif, kardiomegali, edema paru- paru, nadi lemah pada seluruh ekstremitas, dan jumlah urin yang keluar berkurang. Sedangkan pada anak dengan SA ringan tidak bergejala dan memperlihatkan pertumbuhan dan pola perkembangan yang normal Brenstein, 2000. 3. Koarktasio Aorta Koarktasio Aorta KoA adalah suatu obstruksi pada aorta desendens yang terjadi daerah duktus arteriosus Hull dan Johnston, 2008. Gejala klinis KoA pada anak sering asimtomatik. Sebagian besar anak mengeluh kelemahan atau nyeri dikaki sesudah latihan fisik. Tanda klasik KoA adalah perbedaan nadi dan tekanan darah lengan dan kaki. Nadi femoralis, popliteal, tibialis posterior dan dorsalis pedis lemah atau tidak ada pada 40 pada penderita, sebaliknya nadi teraba kuat pada lengan dan pembuluh darah karotis Brenstein, 2000. Jika terjadi penyempitan yang berat dapat timbul gejala gagal jantung dalam beberapa hari atau beberapa minggu pertama kehidupan Hull dan Johnston, 2008. B. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik Pada PJB sianosik didapatkan kelainan struktur dan fungsi jantung sedemikian rupa sehingga sebagian atau seluruh darah balik vena sistemik yang mengandung darah yang rendah oksigen kembali beredar ke sirkulasi sistemik. Terdapat aliran darah dari pirau kanan ke kiri atau terdapat percampuran darah balik vena sistemik dan vena pulmonalis. Sianosis pada mukosa bibir dan mulut serta kuku jari tangan dan kaki tampak pada PJB sianotik dan akan terlihat bila reduksi haemoglobin yang beredar dalam darah lebih dari 5 gram Roebiono, 2003. Universitas Sumatera Utara PJB sianotik yang sering dijumpai adalah tetrallogi of fallot, transposisi ateri besar, atresia trikuspid, dan atresia pulmonal Hariyanto, 2012. 1. Tetralogi Of Fallot Tetralogi Of Fallot TOF merupakan penyakit jantung bawaan sianotik yang terdiri dari empat kelainan yang khas, yaitu1 Defek Septum Ventrikel DSV, 2 Stenosis Pulmonal, 3 hipertrofi Ventrikel Kanan, dan 4 dekstroposisi aorta Overriding Aorta Darmadi et al, 2013. TOF ini merupkan penyakit jantung bawaan yang sering dijumpai yaitu sekitar 3-5 bayi yang lahir dengan PJB menderita jenis TOF. Di Amerika Serikat 10 kasus PJB menderita TOF dan laki-laki sedikit lebih sering terkena dibandingkan dengan perempuan. Di Indonesia sekitar 25 pasien dengan TOF yang tidak diterapi akan meninggal 1 tahun pertama kehidupannya, 40 meninggal sampai usia 4 tahun, 70 meninggal sampai usia 10 tahun, dan 95 meninggal sampai usia 40 tahun Darmadi et al, 2013. Pada TOF keluhan utama yang sering dijumpai pada PJB sianotik ini adalah sianosis. Pernafasan cepat, sianosis pada mukosa bibir, mulut dan kuku jari tangan-kaki Darmadi et al, 2013. Sklera abu-abu, jari tangan dan kaki tabuh, sianosis yang bertambah, lemah, bahkan dapat disertai dengan kejang Brenstein, 2000. 2. Atresia Pulmonal dengan Defek Ventrikel Pada keadaan ini merupaka kejadian yang berat dari Tetralogi Fallot, dan merupakan penyebab penting sianosis pada neonatus. Atresia dapat mengenai katup pulmonal seluruh ventrikel kanan dialirkan ke dalam aorta sedangkan aliran darah pulmonal tergantung pada PDA atau pembuluh darah bronkial. Gejala klinis penderita atresia pulmonalis dan defek sekat ventrikel datang dengan gejala yang sama dengan tetralogi fallot yang berat Brenstein, 2000. 3. Atresia Pulmonal dengan Sekat Ventrikel Utuh Universitas Sumatera Utara Pada Atresia Pulmonal dengan Sekat Ventrikel Utuh APSV U daun katup pulmonal berfusi sempurna shingga membentuk membran, dan saluran aliran keluar ventrikel kanan atresia. Karena tidak ada defek sekat ventrikel maka tidak ada jalan keluar darah dari ventrikel kanan. Karena duktus arteriosus menutup pada umur beberapa jam atau beberapa hari pertama sangat sianotik. Jika tidak ditangani, kebanyakan penderita meninggal. Pada pemeriksaan fisik tampak sianosis berat dan distress pernapasan. Seringkali tidak terdengar bising, tetapi kadang - kadang bising sistolik atau bising yang terdengar terus menerus akibat aliran darah ke duktus Brenstein, 2000. 4. Atresia Trikuspid Atresia Trikuspid AT merupakan kelainan yang ditandai dengan agnesia katup trikuspid. Pada AT tidak ada jalan keluar dari atrium kanan ke ventrikel kanan dan seluruh vena kembali masuk ke jantung kiri melalui foramen ovale atau defek sekat atrium. Apabila aliran darah ke pulmonal berkurang maka pasien akan tampak sianosis, sianosis biasanya timbul segera setelah lahir Bernstein, 2000. TA merupakan penyebab ke 3 terbanyak pada PJB sianotik. 50 pada pasien TA menunjukan gejala pada pertama kehidupan, 80 pada 1 bulah pertama kehidupan sudah mempunyai gejala. Besarnya aliran darah pulmonal menentukan waktu dan juga tipe dari gejala klinis TA yaitu sianosis, hipoksemia, dan pernafasan cepat Rao, 2009. 5. Transposisi Arteri Besar Transposisi Arteri Besar TAB merupakan aliran darah vena sistemik kembali secara normal ke atrium kanan dan vena-vena pulmonalis ke atrium kiri. TAB aorta terletak disebelah anterior dan kanan arteri pulmonalis. Namun yang terjadi aorta keluar dari ventrikel kanan dan arteri pulmonalis keluar dari ventrikel kiri. Sianosis terjadi pada minggu pertama kehidupan tetapi terkadang sianosis terlihat beberapa jam setelah kelahiran TAB Merupakan penyebab terbanyak dari PJB sianotik. Rao, Universitas Sumatera Utara 2009. TAB ini terjadi pada 1 dari 5000 kelahiran hidup dan ini sering timbul pada bayi dari ibu yang menderita diabetes Brenstein, 2000.

2.1.4. Diagnosis